Home / Romansa / Mantan Tunangan CEO / 149. Si Pemain Utama

Share

149. Si Pemain Utama

Author: Onyx Prince
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kau pikir ini menyenangkan?"

Wanita yang kini terkurung di dalam penjara itu memegang kuat jeruji besi yang menjadi pembatas antara dirinya dan pria yang saat ini berdiri di hadapannya. Seorang pria dengan tatapan angkuh yang sialnya pernah ia cintai dengan sangat dalam. Dan seorang yang juga telah membawa dirinya pada keadaan seperti ini.

"Harusnya sejak awal aku sudah membunuhmu!"

Kai tidak bereaksi apapun selain tatapannya yang masih datar tertuju pada wanita itu. Memandang Angelista yang terlihat sangat menyedihkan dengan surai pirangnya yang berantakan tak terawat.

"Kau sudah berakhir," ujar Kai sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Pandangannya mengikuti Angelista yang kemudian berdiri dengan kedua kakinya yang terlihat lemah.

"Selama aku belum mati. Semua ini tidak akan pernah berakhir, Kai." Angelista menyeringai kejam.

Namun, Kai tak mempedulikan wanita itu dan hanya menghela napas pendek.

"Meski harus merangkak dengan penuh darah dan nanah. Aku akan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mantan Tunangan CEO   150. Bukti Tersembunyi

    Nathalie keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil di tangannya untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Malam ini ia hanya menggunakan sweater hijau toska dengan celana pendek saja. Setelah rambutnya kering, Nathalie lantas berjalan menuju laptopnya yang ada di kamar dan memeriksa pekerjaan dirinya. Sampai beberapa saat kemudian, ponselnya kemudian berdering. Dan Nathalie tersenyum tipis saat mendapati panggilan dari Leon malam ini. "Ya? Tumben sekali kau meneleponku malam-malam begini." Nathalie terkekeh pelan. Memiringkan kepalanya ke samping dan sedikit menunduk. "Aku hanya ingin memberitahumu jika besok aku harus pergi."Nathalie mengangguk pelan sembari mengulum bibir bawahnya. "Kau bisa mengatakannya besok padahal." "Tidak. Karena aku besok akan sangat sibuk dan tidak sempat memegang ponsel." Leon terdiam sebentar. "Apa kau akan merindukanku?" Wanita itu mengerutkan alis. "Apa yang kau katakan? Kau bertanya padahal sudah tahu jelas jawabannya." Nathalie menipiskan bibi

  • Mantan Tunangan CEO   151. Tak Sengaja Bertemu

    "Malta. Dia berasal dari Malta."Nathalie mendesah pelan. Perkataan Rena sejak kemarin masih terbayang memenuhi isi kepala. Dengan sisa ingatannya sendiri yang masih sangat kurang, Nathalie sempat berpikir jika apa yang selama ini ia lakukan berada dalam kesalahan. Wanita itu menggelengkan kepalanya pelan. Ia akan berusaha untuk mengingat semuanya meski kenangan buruk di masa lalu pun. Setidaknya, ia jadi mengerti bagaimana seharusnya dirinya menjalani hidup. Dan sekarang, Nathalie tidak mengerti mengapa ia berhenti di sini. Di bawah pohon di dekat rumah megah yang tak terasa asing baginya. Saat melewati rumah ini, entah mengapa spontan ia menghentikan mobil yang dikendarainya dan diam di sini sejak sepuluh menit yang lalu.Nathalie menghela napas sesaat. Sebelum kemudian ia keluar dan bersandar pada mobil sembari memandangi rumah mewah di hadapannya. Sepertinya, ingatannya pernah membawanya kemari. Namun, sampai saat ini ia masih belum bisa memastikan apakah benar atau salah."Nath

  • Mantan Tunangan CEO   152. Tak Berpenghuni

    Sudah hampir sepuluh menit Nathalie berjalan bersama dengan Kai di sebelahnya. Dan selama sepuluh menit itu Nathalie hanya terdiam. Sesekali memandang pada kaktus yang baru saja ia beli dan tak sengaja bertemu dengan pria ini."Anu ... Kai. Bolehkah aku bertanya satu hal?" tanya Nathalie, menggigit bibir bawahnya pelan dan melirik pria itu sekilas. "Tanyakan saja." Kai menjawab dengan tenang. "Bukankah waktu itu kau mengatakan jika kekasihmu tidak jadi datang. Jadi, kau memberikan bunga tulip itu padaku. Kau ingat?" Pria itu tampak tertegun mendengar apa yang Nathalie ucapkan."Ah ... aku mengatakannya." Kai mengangguk pelan.Dan Nathalie makin tidak mengerti. Padahal, tadi wanita yang ada di dalam toko bunga tersebut berkata jika Kai selalu membeli bunga tulip berwarna putih untuk kekasihnya yang sedang sakit. Namun, waktu itu Kai berkata seolah kekasihnya sedang pergi dan tidak jadi datang menemuinya. Wanita muda yang menjual bunga tersebut terlihat tidak sedang berbohong. Jadi

  • Mantan Tunangan CEO   153. Terungkap Satu Persatu

    Nathalie memejamkan mata saat mencium aroma lezat dari hidangan yang ada di hadapannya. Ia lantas tersenyum lebar. Menatap Leon dengan raut wajah kagum. "Aku tidak percaya kau bisa memasak!" pujinya sembari mengacungkan kedua jempol yang membuat pria yang duduk di hadapannya itu terkekeh pelan. "Makanlah," ujar Leon sembari mengambilkan beberapa lauk yang baru saja ia sajikan itu ke piring Nathalie. Dan wanita itu lantas mengangguk pelan. Mencicipi makanan buatan Leon dengan senang."Sejak kapan kau bisa memasak?" tanya Nathalie. "Sudah lama. Aku pernah bekerja di Restoran sebelumnya." Leon menipiskan bibir. Dan Nathalie hanya mengangguk. Beberapa saat berlalu, dan mereka telah menyelesaikan makanannya. Kini keduanya berada di balkon yang ada pada apartemen Leon. Pemandangan kota yang gemerlap tampak indah dari sini. Nathalie menghela napas pelan. Menoleh ke samping saat ia menyadari ada seseorang yang mendekat ke arahnya. "Minum?" Pria itu memberikan segelas cokelat hangat p

  • Mantan Tunangan CEO   154. Ada yang Salah

    Sudah sejak lima belas menit yang lalu, Nathalie merenung. Ia tak berkedip sembari memikirkan perkataannya kemarin. Lantas mendesah pelan saat menyadari sebuah notifikasi muncul pada layar komputernya dan ia kembali bergerak untuk mengecek."Rapat akan diadakan dalam sepuluh menit." Nathalie memberitahukan pada kedua rekan kerjanya yang ada di dalam ruangan tersebut. Dan kemudian ia menyiapkan beberapa hal yang ia perlukan dalam rapat setelah ini. ..."Tuan, Anda baik-baik saja?" Hans masuk ke dalam ruangan Kai dan melihat raut wajah atasannya itu yang tampak lelah. Membuat Hans berpikir apakah Kai terjaga semalaman?"Aku baik." Kai menjawab singkat. Menerima beberapa dokumen yang Hans berikan padanya. "Jam sepuluh Anda akan ada pertemuan dengan para pemegang saham." Sebagai sekretaris yang baik, Hans memberitahu agar Kai dapat beristirahat meski hanya sebentar. "Hn." Dan jawaban singkat yang Hans dapatkan membuat pria itu menghela napas pelan. Lantas pamit undur diri. Terseny

  • Mantan Tunangan CEO   155. Kai yang Sebenarnya

    "Anakku hanya satu, Kai. Xavier Viankai." Sontak Nathalie tak dapat menahan kedua manik matanya yang melebar dengan sempurna. Terlalu terkejut dengan apa yang baru saja Yuan Nuan ungkapkan."Bagaimana mungkin ...?" Nathalie bergumam pelan. Tubuhnya seolah terpaku di tempat. "Nathalie ... kau baik-baik saja?" tanya Yuan Nuan. Ia melemparkan tatapan heran saat melihat keadaan Nathalie saat ini. Berpikir apa yang terjadi dengan Nathalie sampai wanita itu terlihat terkejut dan bersikap aneh.Pandangan Nathalie kembali naik. Menatap Yuan Nuan dan bibirnya mulai bergetar."Paman ... apakah-"Pembicaraan Nathalie terputus saat ia mendapati pintu terbuka lebar. Dua kepala dalam ruangan tersebut menoleh dan menemukan Kai dengan napas putus-putus datang dan langsung melayangkan tatapan tajam. Pria itu melirik ayahnya sebelum kemudian berganti pada Nathalie."Kai?" Yuan Nuan tampak tak percaya jika anaknya itu akan datang. Kai berjalan masuk. "Sama seperti sebelumnya. Kali ini pun kau datang

  • Mantan Tunangan CEO   156. Tetap Tinggal

    Nathalie menatap Leon yang duduk di hadapannya kini dengan senyum tipis. "Leon ..." Ia memanggil nama pria itu yang seketika membuat Leon menaikkan sebelah alis. "Sepertinya ada hal penting yang ingin kau bicarakan." Leon menipiskan bibir. Siap untuk mendengar apapun yang akan Nathalie katakan padanya. Terlihat wanita bersurai panjang yang mengenakan pita untuk mengikat rambutnya itu kini menarik napas dalam. Kedua jemarinya saling meremas tanpa sadar."Aku sudah mengingatnya." Satu kalimat dari Nathalie yang seketika membuat Leon terdiam untuk beberapa saat. "Semuanya?" Pria itu memastikan.Dan Nathalie kembali membuka bibir. "Sebagian besar." Pandangan mata Nathalie sepenuhnya tertuju pada pria itu. Leon yang kini semakin melebarkan senyumnya itu kemudian kembali berkata."Syukurlah jika kau mulai mengingat." Nathalie mengangguk. "Aku sangat berterima kasih kau berada di sisiku selama ini. Aku benar-benar mengacaukan segalanya, kan?" Sinar di netra Leon terlihat meredup. N

  • Mantan Tunangan CEO   157. Tak Ada yang Sempurna

    "Kai, ini semua ... kau yang buat?" tanya Nathalie. Tatapannya berubah kagum saat ia melihat banyak makanan yang tersaji di atas meja. Nathalie tidak menyadari tanda-tanda keberadaan Meii di sini, dan Kai tentu tidak akan membeli makanan sebanyak ini di sepagi ini. Tapi, tunggu. Bukankah Kai tidak dapat memasak? "Bagaimana?" tanya pria itu. Menyuruh Nathalie untuk segera mencicipi hasil tangannya. "Mungkin tidak seenak buatan mu. Namun, aku memasaknya dengan sepenuh hati.""Kau belajar memasak?"Kai mengangguk. "Ya. Aku mulai mempelajarinya ..."Wanita itu menatap sup jagung manis yang ada di dalam sendoknya dengan sedikit ragu. Lantas perlahan memasukkannya ke dalam mulut. "... tiga bulan lalu." "Uhuk!" Kai melebarkan mata tak percaya. Dengan cepat ia segera memberikan air putih pada wanita itu dan menunggu Nathalie meminumnya."Kau tidak apa? Apa rasanya tidak begitu enak?" Nathalie menggeleng pelan. Mengusap bibirnya dengan tisu saat itu juga."Kau benar-benar belajar memasa

Latest chapter

  • Mantan Tunangan CEO   166. Keluarga Kecil

    Nathalie menutup dan meletakkan majalah fashion yang ada di tangannya saat melihat Kai telah pulang. Ia tersenyum tipis, lantas berjalan mendekati suaminya tersebut dan kemudian membantu Kai melepas jas yang dipakainya. "Kau pulang cepat," ujar Nathalie sembari menggenggam jas milik Kai."Aku hanya khawatir seseorang terlalu merindukanku di rumah." Pria itu menyeringai tipis. Dan Nathalie hanya bisa memutar bola matanya pelan. Membuat Kai terkekeh samar dan kemudian mengecup dahi wanita itu sedikit lama. "Kau terlihat cantik," puji pria itu dan kembali menciumi semua sisi wajah dari Nathalie."Jangan kau pikir bisa mengalihkan perhatian." Nathalie mendorong pria itu pelan. "Kau tidak makan siang, kan?" Sedangkan Kai hanya tersenyum sampai kedua matanya menyipit. Ia pikir, dirinya perlu untuk memotong gaji Hans bulan depan. Entah sejak kapan sekretaris yang paling ia percaya itu kemudian berkhianat dan berada di pihak Nathalie. Bahkan, sekarang Hans secara terang-terangan berani me

  • Mantan Tunangan CEO   165. Anggota Baru

    Sudah beberapa minggu sejak Nathalie dan Kai menghabiskan bulan madu mereka di Venice. Sekarang, mereka berdua telah kembali ke Indonesia dan menjalani aktivitas seperti biasanya. Namun, sedikit berbeda bagi Nathalie. Sejak Kai meminta dirinya untuk berhenti bekerja, ia menjadi suka merasa bosan di rumah. Meski Meii telah kembali ke sini, bahkan masih belum bisa menghilangkan rasa bosannya.Kadangkala, ia membantu Meii untuk sekadar menyiapkan makanan atau membersihkan rumah ini. Meski harus sedikit memaksa agar Meii memperbolehkannya. Dan pada akhirnya, Nathalie tetap menyibukkan diri dengan menulis artikel. Mungkin memang tak seberapa, namun ia tak bisa menghilangkan kebiasaan menulisnya itu dengan mudah. Sembari menunggu Kai pulang, ia kadang juga mengunjungi Irine atau sekadar pergi ke Supermarket bersama Meii untuk belanja bersama. Ia tidak ingin hanya berada di rumah saja dan menunggu waktu berganti sampai bertemu dengan Kai kembali. "Nyonya, biar saya yang mengaduk adonan in

  • Mantan Tunangan CEO   164. Tertangkap Basah

    Tak terasa sudah lima hari Nathalie berada di Vanesia. Beberapa tempat indah yang ada di kota ini sudah hampir ia datangi bersama dengan Kai. Mulai dari Piazza San Marco yang adalah sebuah lapangan umum namun sering dikunjungi banyak oang. Sampai ke Gallerie Dell’Accademia untuk melihat-lihat lukisan yang ada dalam galeri seni paling bergengsi di kota ini. Hari ini, Nathalie dan Kai berjalan menyusuri Pasar Rialto yang menyediakan beberapa makanan tradisional dan barang-barang sederhana khas Italia. Tak sedikit pula Nathalie mencoba membeli apa yang menarik perhatiannya di sini. Sesekali ia membiarkan Kai mencicipi beberapa jajanan sederhana yang kadang membuat dahi Kai terlipat samar. "Kalian orang Asia, ya?" tanya seorang nenek dengan menggunakan bahasa Italia. Nathalie benar-benar tidak mengerti selain menunggu Kai menjelaskan padanya."Ya. Indonesia." Kai menjawab sembari mengambil sebuah gantungan kunci dari kayu ukir berbentuk Gondola. Tersenyum tipis dan memperlihatkan apa ya

  • Mantan Tunangan CEO   163. Di Atas Rialto Bridge

    "Kai! Lihat sini!" Nathalie memanggil pria yang berjalan satu langkah lebih awal darinya itu sembari terkekeh pelan. Sementara Kai kini terlihat enggan untuk memalingkan wajahnya pada Nathalie yang tengah memegang ponsel dan menghidupkan kamera."Hey! Apakah kau sedang menyia-nyiakan wajah tampan mu itu? Kau harus banyak mengambil gambar untuk dijadikan kenangan."Wanita itu menarik tangan Kai dengan sedikit tenaga dan mau tak mau pria itu beralih menatapnya. Dan-Cekrek!Satu foto wajah pria itu Nathalie dapatkan. Akhirnya ia mendapat potret Kai dari depan. Nathalie juga tidak mengerti. Meskipun Kai selalu percaya diri menyombongkan kelebihan yang ia miliki- termasuk wajahnya yang tampan. Namun, ada kalanya juga Kai merasa malu. Tepat hari ini, adalah hari ke dua mereka berada di Vanesia. Dan saat ini, mereka berdua tengah berjalan bersama di atas Jembatan Rialto. Dengan pemandangan kota Vanesia yang indah. Nathalie mengatakan kota ini unik karena memang sesuai dengan apa yang kin

  • Mantan Tunangan CEO   162. "Kau mau melakukannya?"

    "Thalia ...." Kai memanggil nama wanita yang berbaring di pangkuannya itu dengan lembut. Tangan kanannya tak berhenti mengusap surai panjang wanita itu dengan pelan. Dan Nathalie yang sedang mengamati kuku-kuku miliknya yang belum sempat ia potong itu menjawab dengan gumaman pelan."Hm?" "Ada tempat yang kau inginkan untuk berbulan madu?" Nathalie juga bingung. Ia pikir Kai sudah memutuskan akan memilih untuk pergi ke mana. Hampir sebagian tempat di dunia ini pernah ia kunjungi bersama dengan pria itu. "Apa kau ada usul? Aku juga bingung." Wanita itu terkekeh pelan. Merubah posisi miring menjadi terlentang agar bisa menatap Kai dari bawah.Pria itu tersenyum tipis. Menunduk padanya. "Venice?"Alis Nathalie mengerut tipis. "Italia?" Kepala Kai teranguk. Nathalie pikir, ia juga belum pernah ke tempat tersebut. Hanya pernah melihat dalam ponselnya bagaimana keindahan kota unik itu."Boleh juga." Mungkin kali ini akan terasa berbeda karena Nathalie akan pergi bersama Kai dengan s

  • Mantan Tunangan CEO   161. Pengganggu bagi Kai

    Nathalie memandang bunga-bunga yang bermekaran di taman yang ada pada rumah Kai. Ah, Nathalie pikir ia sudah bisa memanggilnya sebagai rumah kita. Rumah di mana dirinya dan Kai tinggal dengan status yang resmi menjadi suami istri. Wanita itu tersenyum tipis. Lantas kembali menyiram bunga dengan berbagai warna dan bentuk tersebut dengan ceria. Hari ini adalah tepat hari ke tiga setelah Nathalie dan Kai melangsungkan pernikahan. Pengantin baru yang harusnya sedang memandu kasih dan pergi bulan madu seperti yang biasa dilakukan, namun tidak dengan Nathalie. Karena pekerjaan Kai yang tak bisa ditinggalkan, waktu berbulan madu mereka menjadi tertunda. Meski Nathalie sedikit kecewa. Namun, ia tak menyesalinya. Wajar saja hal ini terjadi. Karena pekerjaan Kai bukanlah pekerjaan yang sembarangan harus ditinggalkan. Dan Nathalie memilih untuk menunggu sebentar lagi sampai pria itu benar-benar menyelesaikan semuanya. Tiba-tiba saja Nathalie merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Kedu

  • Mantan Tunangan CEO   160. Pernikahan Hangat

    Hans mengangguk. Mengambil dokumen yang baru saja selesai Kai tandatangani. "Tuan, sudah waktunya makan siang." Sementara Kai hanya menghela napas pelan. Lantas bergumam pelan. "Aku akan keluar sebentar lagi." Kai memandang Hans sekilas. Dan kemudian sekretarisnya itu undur diri untuk keluar dari ruangan ini. Sampai di depan pintu, Hans sedikit terkejut kala melihat Nathalie ada di hadapannya. Hendak masuk ke dalam ruangan kerja Kai."Nona?" Ah, Hans mengutuk dirinya sendiri. Apakah ia seharusnya memanggil Nyonya?Sementara Nathalie yang masih berdiri di hadapan sekretaris Kai itu tersenyum tipis."Apa dia ada di dalam?""Ya. Tuan ada di dalam." Dan Nathalie mengangguk. "Terima kasih." Setelah itu, ia berjalan meninggalkan Hans yang kemudian melangkah pergi. Dari kedua netranya, Nathalie dapat melihat Kai yang masih sibuk berkutat dengan pekerjaan. Pria itu bahkan tidak menyadari seseorang masuk ke dalam sebelum kemudian Nathalie berdeham pelan.Sontak Kai mengalihkan pandanga

  • Mantan Tunangan CEO   159. Hadiah Ulang Tahun

    "Selamat ulang tahun, Thalia."Nathalie masih terpaku di tempat. Tidak pernah terpikirkan Kai akan melakukan hal ini. Ia yang bahkan lupa dengan tanggal ulang tahunnya sendiri merasa terkejut dengan hal yang tiba-tiba ini."Kai ...." Pria di hadapannya itu tersenyum tipis. Mendekatkan ujung lilin pada wanita itu "Buat permohonan," ucapnya pelan. Dan Nathalie mengangguk. Memejamkan matanya sesaat sebelum kembali membukanya dan meniup lilin kecil di atas kue tersebut. Pandangannya lantas beralih pada Kai yang nasih berdiri di hadapannya dengan tegak. Pria itu lalu meletakkan kue yang ada di tangannya dan membuka kedua tangannya lebar-lebar. Membiarkan Nathalie berhambur ke pelukannya."Terima kasih, Kai. Kau sudah mengingatnya."Nathalie mengeratkan pelukannya pada pria tersebut. Sebelum kemudian menarik kepalanya dan menatap kekasih tampannya lekat-lekat. Berjinjit dan melayangkan kecupan di bibir tipis Kai yang membuat pria itu tersenyum tipis. Melepaskan pelukannya dan berdeham p

  • Mantan Tunangan CEO   158. Pembalasan Kai

    Nathalie menyandarkan kepala pada bahu lebar yang ada di sebelahnya. Masih berusaha untuk mengatur napasnya lantaran baru saja selesai bermain air dengan pria yang kini duduk di sampingnya sekarang.Ia tersenyum tipis. Memandang matahari yang sebentar lagi akan tenggelam di ujung laut yang ada di depan mata mereka. Perlahan cahaya di sekitar mereka mulai meredup dan tergantikan oleh gelap. Sedangkan Kai yang ada di samping wanita itu hanya melirik Nathalie sekilas. Tak bisa menahan diri untuk tersenyum samar. Lantas, menarik wanita itu untuk semakin dekat ke arahnya.Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa sudah dua bulan sejak ingatan Nathalie kembali. Dan saat ini, mereka berdua tengah ada berada di salah satu pantai di Bali. Menikmati waktu berdua saja. Sebelum beberapa saat kemudian Kai menggeser kepala wanita itu dan berdiri di hadapannya. Mengulurkan tangan yang membuat Nathalie mengerutkan dahi."Ayo kita kembali," ajak Kai. Dan Nathalie lantas mengangguk. Menerima uluran tanga

DMCA.com Protection Status