Raelina sedikit membungkuk dan bertanya ramah pada remaja itu.
Dia tidak berpikir remaja itu seorang tunawisma, dan mengira dia seorang anak remaja yang kabur dari rumah.
Remaja itu mendongkak menatapnya dengan raut wajah yang tanpa emosi.
Raelina sedikit terkesiap melihat wajah remaja itu penuh memar. Sudut mata dan pipi anak laki-laki itu dipenuhi lebam. Bibirnya memiliki bekas luka robek. Dia sangat kurus. Raelina bahkan bisa melihat tulang selangka anak itu sangat menonjol.
Raelina diserang dengan perasaan iba yang kuat.
Wajah memar di pipi remaja itu mengingatkannya pada wajahnya yang dipukul saat bercermin.
Raelina berjongkok di depannya dan bertanya prihatin. “Apa yang terjadi padamu? Di mana orang tuamu?”
Remaja itu mungkin berumur 13 atau 14 tahun. Anak laki-laki seumuran dia memiliki pertumbuhan cepat dan menjadi kekar. Tetapi dia sangat kurus seperti
Sudah lewat dua Minggu memar di wajah Raelina menghilang sepenuhnya. Sekarang dia tidak lagi memakai masker ke mana pun dia pergi.Dengan pandangan fokus ke ponsel, Raelina duduk di sofa ruang tamu apartemen melihat-lihat beranda sosial medianya, sesekali dia membalas pesan dari beberapa temannya di Inggris.Ding!“Raelina Yuswandari, kan?”Sebuah pesan dari akun bernama Linda masuk ke jendela obrolan media sosialnya. Raelina mengeklik untuk melihat profil pengirim pesan itu, sebelum membalas.Foto profil media sosial pengiriman itu adalah seorang wanita memakai gaun biru dengan latar belakang laut biru. Dia merasa familier dengan wajah wanita itu. Ketika Raelina melihat bio berisikan nama sekolah SMA, dia samar-samar mengingat wajahnya dan mengetik balasan.“Iya.”“Lama tidak bertemu, apa kau masih ingat aku? Kita sekelas selama tiga tahun di SMA.”
Selagi menunggu remaja itu mandi, Raelina membantu Stella menata makanan di atas meja.Sementara itu di dalam kamar mandi, pemuda kurus menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi untuk beberapa saat lalu menunduk memandang tumpukan pakaian di tangan.Mengingat senyum dan betapa ramah wanita yang dipanggil Raelina padanya, sudut bibir pemuda itu terangkat. Sebuah perasaan hangat mengalir di dalam hatinya yang telah lama menjadi dingin.Dia dengan cepat membersihkan diri sampai bersih dan memakai baju secepat kilat, lalu keluar dari kamar mandi. Dia terdiam di depan kamar mandi, tidak tahu harus melakukan apa selanjutnya.Raelina menoleh mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. Dia melambaikan tangan ke arah pemuda itu dan memanggilnya.“Cepat ke sini!”Pemuda it
Raelina menggigit bibir bawahnya kencang menyadari wanita paruh baya itu adalah Amira, ibu kandungnya.Ternyata memang benar. Dia dan Zeron benar-benar bersaudara dari ibu yang sama.Raelina bersandar di bangku penumpang, mengusap keningnya lelah dan tidak ingin berpikir. Dia meminta sopir taksi itu untuk mengantarnya kembali.Keesokan harinya setelah shift kerjanya berakhir pada sore hari, Raelina pulang ke apartemen sendirian dan beristirahat sejenak. Dia kemudian melakukan perawatan tubuh sebelum pergi pesta reuni.Tetapi Linda menjadi tidak sabaran dan meneleponnya sekali dua kali untuk menanyakan kapan dia akan datang. Raelina menjawab dia akan datang lalu menutup teleponnya. Dengan wajah tertutup masker kulit dia bersenandung memilih gaun terbaik yang dia punya di lemari.  
Raelina tersenyum elegan dan menyapa mereka. “Hai, apa kabar. Aku Raelina, apa kalian masih ingat?”“Tentu saja.”Para perempuan berkerumun di sekitar Raelina dengan tertarik dan mengajaknya duduk bersama mereka.“Kita semua adalah teman sekelas dan sudah dewasa, mari lupakan masa lalu yang tidak menyenangkan.” Salah satu dari mereka berucap dan memuji Raelina. "Kau sangat cantik, apa merek pakaianmu?”Yang lain juga mengikutinya memuji Raelina."Wow, kulitmu sangat halus dan putih. Kau melakukan perawatan kecantikan di mana?"“Kau mengalami perubahan yang sangat besar.”“Kudengar kau kuliah di luar negeri, apa itu, benar?”Melihat perubahan drastis dalam penampilan Raelina yang hampir tidak memungkinkan. Dari anak seorang petani miskin, menjadi seseorang yang di luar bayangkan semua orang.
Pria kurus di depannya tampak terintimidasi dan gemetar dengan aura kekejaman dingin yang diperlihatkan Yosua. Dia mundur hampir tersandung jika tidak segera menyeimbangkan tubuhnya.Orang itu tampak berbahaya.Pria kurus itu adalah Ferry, mantan teman sekelas Raelina. Linda membayar harga tinggi untuk membantu perusahaan game yang baru dirintisnya selama dia bisa membawa Raelina ke tempat tidurnya. Dia merasa senang, tidak hanya mendapat modal, tetapi juga mendapat wanita cantik. Dia sudah tertarik pada Raelina sejak melihatnya muncul di kamar pribadi.Hasrat yang membara di tubuhnya menghilangkan ketakutannya. Dia dengan berani menghadapi Yosua.“Man, dia adalah pacarku. Tolong berikan dia padaku atau aku akan melaporkanmu karena melecehkan pacarku.” Dia dengan rakus menyusuri tubuh Raelina.Melihatnya dalam pelukan pria lain, dia menyesal mengapa wanita itu tidak berada dalam pelukannya.
(Cerita mengandung unsur dewasa, bijaklah saat membaca)18+Kesadaran Raelina menjadi kabur. Dia tidak ingat bagaimana dia bisa berbaring kasur empuk dan tidak merasakan sehelai benang di kulit telanjangnya. Lalu tubuh yang panas menekannya dari atas.Raelina tidak bisa berhenti mengerang merasakan kesenangan menggelitik tubuhnya saat tangan-tangannya yang kekar menyentuh kulit telanjangnya. Dia melingkarkan kakinya ke pinggang pria itu, ingin dia segera memasukinya. Dia merasakan ciumannya jatuh di bibirnya dan mengejar lidahnya.Sebuah benda yang panas menyentuh daerah kewanitaannya, membuatnya merintih kesenangan dan memohonnya untuk memuaskannya.Dia tersentak merasakan rasa sakit yang tajam di daerah kewanitaannya ketika sebuah benda panjang nan besar memasukinya. Raelina merintih kesakitan dan air matanya mengalir. Dia dapat merasakan lidah panas menji
Kesadaran Raelina berangsur-angsur pulih. Kelopak matanya mengerjap perlahan terbuka.Raelina menutup matanya dengan telapak tangan merasakan silau dari jendela. Dia tidak bisa menahan erangan kesakitan dengan rasa sakit di seluruh tubuhnya.Setelah beberapa saat mengumpul
Raelina mencari-cari tasnya di kamar itu untuk beberapa waktu, tetapi tidak menemukan tasnya di mana pun.Yosua keluar dari kamar mandinya dan melihat Raelina memakai kemeja hitamnya bertelanjang kaki berjalan ke sana kemari di dalam kamar.Kakinya yang jenjang nan putih sangat cantik dipandang.“Sangat cocok denganmu.”Tatapannya menyusuri dengan cabul tubuh Raelina yang memakai kemeja hitam miliknya. Tubuhnya ramping membuat kemeja itu terlihat longgar di tubuhnya.Tatapan Yosua berlama-lama di paha mulusnya yang ramping dan putih.Karena dia tinggi, kemeja itu hanya mencapai di atas pahanya, hampir memperlihatkan paha dalamnya.Raelina menyadari keberadaan Yosua dan merasakan wajahnya terbakar oleh tatapannya. Dia mencoba menarik-narik kemeja itu untuk menutupi pahanya. Ekspresinya tampak muram saat dia memelototi Yosua.
“Roger ketua. Aku akan mendapatkannya dalam lima menit.” “Aku memberimu waktu dua menit,” putus Romi tegas nan dingin tanpa menerima bantahan. Yosua tidak sabar menunggu sampai lima menit. Lima menit baginya bisa membunuh Raelina. Danis tersentak menerima ultimatum dari sang Jenderal dan berkata tergesa-gesa. “Baik Kapten!” Danis sigap mengutak-atik komputernya di sisi ruang lain. Setelah beberapa saat, tidak butuh dua menit bagi Romi segera mendapatkan lokasi mobil penculik itu. “Kerja bagus,” puji Romi pada bawahannya. Dia tidak sadar Danis baru saja mengelap keringat dinginnya. Romi membuka komputernya dan memeriksa lokasi kamera yang dikirim Danis padanya. Dia memandang sebuah mobil yang bergerak menuju ke arah selatan sebelum berhenti di sebuah gudang garam terbengkalai. Setelah memastikan lokasinya, dia mengirim lokasi gudang itu pada Yosua. “Baik, terima kasih,” ujar Yosua menerima alamat lokasi dari Romi
Raelina membantu Zenith mandi dan berpakaian, sebelum turun dari kamarnya untuk memberi salam pada ayah mertuanya. Yosua masih belum kembali dari joging paginya.Raelina membiarkan Zenith berjalan sendiri sambil memegang tangannya saat menuruni tangga.“Tidak mau! Ayah, aku tidak mau pergi!”Dari lantai bawah terdengar berisik suara tangisan Arina.Raelina berhenti dan melirik ke bawah dengan penasaran melihat apa yang terjadi.Dia melihat keluarga Rajjata berkumpul di ruang tamu, termasuk Yosua yang mengenakan pakaian yang dipakai untuk berolah raga.Terlihat Arina dan Wina sedang ditahan oleh beberapa pria bersetelan hitam. Beberapa pria itu memegang dua koper besar di tangan mereka.Arina meronta melepaskan cengkeraman dua orang pria yang menahannya sebelum berlari berlutut memegang kaki Hendry yang duduk di sofa.“Ayah, kumohon jangan mengirimkan aku luar negeri.” Arina menangis memohon.
Arina terisak di sebelahnya.Hendry mendengus lalu menatap pelayan di sebelah Romi.“Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi?”Pelayan itu sejenak menatap ke sekeliling dengan ekspresi gugup. Ketika tatapan dan bertemu mata dingin Yosua, dia langsung menundukkan kepalanya merasa bersalah dan takut.“Maafkan saya, saya hanya menerima perintah Nona Arina untuk mengantar sampanye itu pada Tuan Yosua. Tapi bukan aku yang memasukkan obat perangsang dalam minum itu, melainkan Nona Arina!” ujarnya sambil menunjuk Arina.Yosua dan Hendry langsung menatap Arina dengan mata ekspresi suram. Perilaku Arina sudah tidak bisa ditoleransi lagi.“Kakak ... ayah ... aku ....” Arina terbata-bata, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia menatap ngeri cambuk tebal dan berduri di tangan kepala pelayan.Dia tidak akan bisa membayang rasa sakit saat cambuk itu merobek kulitnya.Dia buru-buru merangkak memeluk kaki ay
“Ayah, apa yang terjadi di sini?”Yosua bertanya heran melihat beberapa orang berkumpul di d ruang keluarga. Kepala pelayan berdiri di samping sofa Hendry.Sementara Yosep dan Romi yang jarang berkumpul duduk di masin sofa. Arina dan Wina berlutut di depan mereka dengan kepala tertunduk.Wina dan Arina mendongak melihat Yosua sudah datang.“Kakak!” Arina hendak merangkak ingin menghampirinya namun langsung dibentak oleh Hendry.“Tetap di tempatmu!” Hendry melempar Arina asbak rokok di atas meja.Asbak itu melayang dan mengenai lantai sampai hancur berkeping-keping di samping.“Kyaaaa ....” Arina berteriak ketakutan dan menangis.Dia buru-buru menjauhi pecahan kaca dan kembali berlutut di sebelah Wina.Dia menundukkan kepalanya sambil terisak ketakutan.Yosua berkedip melihat tindakan ayahnya yang jarang marah menjadi brutal tanpa ragu melempar asbak rokok ke arah adi
“Apa yang sudah kamu lakukan pada suamiku?!” Semua orang menahan napas menonton dengan tertarik apa yang akan terjadi selanjutnya. Leah mendekatinya berpura-pura gugup. “Raelina, aku bisa jelaskan ini ... aku dan Yosua tidak bermaksud melakukan ini di belakangmu ... kami—“ Sebelum Leah menyelesaikan ucapannya, Raelina tiba-tiba mendorong tubuh Yosua dan menghampirinya dnegan cepat. Tangannya terangkat cepat menampar Leah keras. Suara tamparan keras itu bergema di koridor. Tak sampai situ, Raelina menjambak rambut Leah kuat. Semua orang tersentak kaget dan ngeri. “Akh, sakit! Apa yang kamu lakukan?!” Leah menjerit memegang tangan Raelina yang menjambak rambutnya. “Aku tanya apa yang kamu lakukan pada suamiku!” Raelina ganas menarik rambut Leah dengan kedua tangannya. “Kamu berani memberinya obat perangsang! Begitu inginkan kamu mengambil suamiku! Kamu jalang kotor! Beraninya kamu bermain trik kotor me
“Teman-teman ayo sapa kawan lama kita!” Yonis membawa Yosua pada teman-temannya yang berkumpul di sofa. Mereka melambaikan tangan pada Yosua, menyapanya. Yosua menyapa mereka dengan akrab. Sementara istri mereka yang berkumpul bergosip di sebelah sofa para lelaki melirik Yosua dengan pandangan ingin tahu. “Bro, apa kabarmu?” Salah satu pria berdiri sedikit terhuyung-huyung menghampiri Yosua. Tampaknya dia sudah mabuk melihat beberapa botol Wine, Vodka dan sampanye kosong di atas meja kaca. Yosua menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. “Aldy, terlalu awal untuk mabuk. Hati-hati atau kamu akan dimarahi istrimu.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan membantu temannya kembali duduk di sofanya. Pria itu cegukan dengan wajah memerah. “Jangan sebutkan perempuan jalang itu!” raungannya menarik perhatian beberapa tamu Tampaknya pria itu sudah mabuk sepenuhnya dan tidak sadar apa yang dilakukannya. “Kamu
Yosua mengambil cuti kerja satu hari untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina bersama Raelina dan Stella.Setelah apa yang terjadi di toko gaun, Yosua sangat enggan datang ke pesta ulang tahun Arina. Namun dia harus hadir karena bukan semata-mata datang ke pesta ulang tahun Arina, karena dia sudah berjanji akan menjenguk orang tuanya bersama Raelina.Pada pukul tujuh malam, Raelina dan Yosua ke kediaman Rajjata untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina dengan mobil. Stella ikut bersama mereka. Zeron tidak bisa ikut karena dia harus kerja kelompok di rumah temannya.Saat mereka tiba, Raelina melihat kediaman keluarga Rajjata dipenuhi dengan mobil para tamu yang berdatangan. Halaman kediaman Rajjata yang mewah dipenuhi mobil-mobil mewah yang berjejer.“Apa seperti ini pesta ulang tahun Arina yang selalu di adakan Arina?” Raelina bertanya takjub melihat betapa mewah suasana pesta kediaman Rajjata.Karena ini adalah kediaman seorang J
“Tidak ada. Ayo pergi.” Raelina menarik lengan Yosua mencegahnya melihat Fiona dalam toko.Yosua mengalihkan pandangannya bingung saat Raelina menariknya menjauh dari toko itu.Saat mereka menjauh daro toko gaun itu, Raelina melirik Yosua beberapa kali. Dia menggigit bibir bawahnya gelisah.Penampilan Fiona hari ini membuatnya gelisah. Dia bahkan lupa memberitahu Yosua dia bertemu dengan Arina dan bertengkar dengan adik iparnya.“Ada apa? Kenapa kamu terus melirikku? Ada yang ingin kamu tanyakan?” Yosua menundukkan kepalanya menatap Raelina di sebelahnya.Raelina tersentak gugup dan menggelengkan kepalanya.“Tidak apa-apa,” ujarnya mengalihkan pandangannya ke depan.Yosua mengangkat alisnya bingung, “Kamu aneh hari ini.”Raelina hanya tersenyum datar.“Aku mau ke kamar mandi,” ujarnya melangkah menuju ke kamar mandi tanpa menunggu Yosua.“Apa
Raelina membeku menatap wajah gadis itu. Dia merasa akrab dengan wajahnya.Dia melihat wajah gadis dalam foto yang dikirimkan oleh orang misterius di mana dia berpelukan dengan Yosua beberapa bulan yang lalu?Sudah lima bulan berlalu Raelina menghindari pembahasan tentang gadis itu meski Yosua bekerja sebagai pengawalnya.“Nyonya, kamu baik-baik saja ....” Gadis itu melambaikan tangannya di depan wajah Raelina melihat wanita hamil itu terdiam dengan ekspresi aneh di wajahnyaDia mencemaskan Raelina karena wanita itu sedang hamil.Raelina mengerjapkan matanya tersadar.“Ahh ....” Dia mencoba tersenyum namun wajahnya justru terlihat aneh.Raelina memeluk perutnya yang besar dan berkata pada gadis itu. “Terima kasih sudah menolongku,” ujarnya.Fiona tersenyum lega.“Syukurlah kalau Anda baik-baik saja.” Senyum wanita muda itu sangat lembut.Sekilas orang melihat d