Kesadaran Raelina berangsur-angsur pulih. Kelopak matanya mengerjap perlahan terbuka.
Raelina menutup matanya dengan telapak tangan merasakan silau dari jendela. Dia tidak bisa menahan erangan kesakitan dengan rasa sakit di seluruh tubuhnya.
Setelah beberapa saat mengumpul
Raelina mencari-cari tasnya di kamar itu untuk beberapa waktu, tetapi tidak menemukan tasnya di mana pun.Yosua keluar dari kamar mandinya dan melihat Raelina memakai kemeja hitamnya bertelanjang kaki berjalan ke sana kemari di dalam kamar.Kakinya yang jenjang nan putih sangat cantik dipandang.“Sangat cocok denganmu.”Tatapannya menyusuri dengan cabul tubuh Raelina yang memakai kemeja hitam miliknya. Tubuhnya ramping membuat kemeja itu terlihat longgar di tubuhnya.Tatapan Yosua berlama-lama di paha mulusnya yang ramping dan putih.Karena dia tinggi, kemeja itu hanya mencapai di atas pahanya, hampir memperlihatkan paha dalamnya.Raelina menyadari keberadaan Yosua dan merasakan wajahnya terbakar oleh tatapannya. Dia mencoba menarik-narik kemeja itu untuk menutupi pahanya. Ekspresinya tampak muram saat dia memelototi Yosua.
“Sudah sampai.” Mobil Yosua berhenti di depan gedung apartemen Stella.Tanpa menatap pria itu , Raelina membuka sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil hendak keluar.Tangan Yosua tiba-tiba menahannya. Raelina berbalik menatapnya tanpa ekspresi.“Kau benar-benar tidak ingin tinggal bersamaku?” Yosua bertanya, menatap langsung ke dalam mata Raelina.Raelina mengerutkan bibirnya dengan ekspresi mencibir. “Pak Rajjata, kita memang sudah tidur bersama, namun tidak berarti kita akan tinggal bersama.”“Bukankah kita masih suami istri, sudah seharusnya kita bersama.”Raelina mengatup bibirnya rapat-rapat dengan ekspresi menahan kejengkelan. Yosua terus mengatakan itu tanpa malu-malu menganggap mereka masih suami istri.Dia tidak ingin membuang napas dengan berdebat sia-sia. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia keluar dan membanting pintu mobil keras. Dia dengan gusar m
“Apa kau masih marah?” Stella bertanya dengan perasaan bersalah berjalan bersamanya menuju kantin.Mereka berdua mengambil nampan dan mengisi lauk di atas nampan.“Aku tidak tahu dia adalah mantan suamimu, dia mengaku sebagai pacarmu. Aku pikir dia orang menghabiskan malam bersamamu. Jika aku tahu, tidak mungkin aku akan membiarkannya masuk.” Stella mencoba membela diri.“Mantan suamimu terlalu tampan. Jika melihat bentuk tubuhnya aku berpikir dia adalah seorang tentara dan raut wajahnya tidak seorang penjahat. Apalagi dia mengatakan akan memasak untukmu dengan membawa barang belanjaan. Siapa pun yang melihatnya dia adalah pria baik-baik.”Raelina mendengus dan mengabaikannya. Dia membawa nampan yang sudah diisi dengan lauk lalu menuju ke meja yang berisi beberapa dokter wanita. Stella mengikutinya di belakang.
Raelina menatap pintu rumah yang tertutup rapat di depannya dengan ekspresi rumit. Dia akhirnya memiliki waktu untuk datang ke sini, rumah ibunya.Dia menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Tangannya mengetuk pintu kayu berwarna cokelat tua. Tetapi tidak ada yang menjawab.Raelina sekali mengetuk beberapa kali, sampai pintu itu akhirnya terbuka dan menampakkan wajah pria setengah baya. Wajah sangarnya agak mabuk.“Siapa!”Raelina mundur mencium bau alkohol yang menyengat dari pria itu.“Saya mencari Amira, apa dia ada?” Raelina agak kaku menyebut nama ibunya. Dia merasa tidak nyaman jika memperkenalkan diri sebagai putri dari Amira yang sudah menikah lagi dengan pria di depannya.Orang itu seharusnya ayah tirinya, kan?“Oh, putri Amira.” Pria itu menatap tubuh Raelina dari atas ke bawah, matanya tampak bersinar. Wajah galak pria itu berubah menjadi ramah.
Yosua tertegun memandang wanita yang berdiri di bawah hujan memeluk dirinya sendiri dengan gemetar. Matanya memerah dengan isak tangis lemah.“Raelina ....” Dia berjalan mendekatinya.Raelina menggelengkan kepalanya dan melangkah mundur. Dia terisak putus asa.Yosua berhenti. Setelah beberapa saat dia ragu-ragu mengulurkan tangannya pada wanita itu. “Raelina, ini aku. Aku tidak akan menyakitimu.”Raelina menatapnya kosong. Dia adalah pria yang dulu memberikan rasa aman padanya.“Tidak apa-apa ....” Yosua perlahan mendekatinya.Kali Raelina tidak menghindar. Dia hanya menatapnya saat Yosua mendekatinya. Yosua berhenti sejenak di depannya sebelum kemudian mengulurkan sebelah tangannya yang tidak memegang payung dan memeluknya dengan lembut.“Tidak apa-apa Raelina. Aku tidak akan pernah menyakitimu.&
Raelina berhenti mendorong dan menatapnya dengan ekspresi linglung, tidak bisa berpikir. Otaknya mendadak kosong.Yosua tidak melepaskan tatapannya dari Raelina, dan melanjutkan kalimatnya dengan penuh keseriusan. “Bisakah kita memulai dari awal?”Raelina menatapnya dengan untuk beberapa saat dengan linglung. Dia mengalami ledakan stres pascatrauma pelecehan ayah tirinya, dan sekarang Yosua yang tidak pernah disangkanya akan mengatakan mencintainya, membuatnya bingung.Dia mengusap wajahnya merasa tertekan. “Tinggalkan aku, aku ingin sendirian.” Dia bergumam lemah.Tetapi Yosua tidak bisa meninggalkannya dalam keadaannya yang seperti itu. Dia tidak menekan permintaannya untuk bersamanya dan biarkannya tenang untuk sementara waktu.Dia memiliki banyak waktu hingga tidak perlu terburu-buru mendapatkannya.“Tidak apa-apa, aku bisa m
Yosua merasa kehilangan ketika kehangatan tubuh Raelina meninggalkannya. Dia berbaring dengan lengan di belakang kepalanya menatap Raelina menerima telepon dengan ingin tahu.Raelina mengerutkan keningnya melihat nomor tidak dikenal meneleponnya, namun tetap mengangkatnya.“Halo ....”“Apa ini nomor telepon Raelina?” Suara seorang perempuan terdengar sopan dari seberang telepon.“Benar, ada apa ya?”“Saya menemukan nomor Anda di saku baju pasien kami. Jika Anda keluarga atau kerabat pasien bernama Zeron Astrada, silakan datang ke rumah sakit kami untuk melihat keadaan pasien.”“Apa yang terjadi padanya!”Raut wajah Raelina menegang. Dia ingat Zeron memukuli ayahnya untuk menyelamatkannya, bagaimana bisa dia yang menjadi korban?Tetapi mengingat kondisi
Raelina menghindari tatapan Yosua, dan berkata dengan lemah pada Bibi Surti. “Aku hanya mengunjungi ibu.”“Ah, anak perempuan Amira.” Bibi Surti menatapnya aneh, namun memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa.“Omong-omong, di mana ibuku?” Raelina bertanya karena sedari tadi tidak menemukan keberadaan Amira di rumah sakit.“Bah! Jangan menanyakan dia! Wanita itu sudah tidak waras! Anak sekarat dia malah peduli sama suaminya dan membuat keributan di kantor polisi!” seru wanita paruh baya marah.Dia kemudian menatap pasangan di depannya dengan pandangan menyesal. “Ini sudah larut malam, saya harus kembali untuk mengurus keluargaku.”“Tidak apa-apa bibi. Terima kasih sudah membawa Zeron ke rumah sakit,” ucap Raelina berterima kasih pada bibi Surti.Bibi tetangga melambaikan tangannya lalu berbalik pergi untuk pulang.Raelina merasa canggung berdua dengan Yosua di
“Roger ketua. Aku akan mendapatkannya dalam lima menit.” “Aku memberimu waktu dua menit,” putus Romi tegas nan dingin tanpa menerima bantahan. Yosua tidak sabar menunggu sampai lima menit. Lima menit baginya bisa membunuh Raelina. Danis tersentak menerima ultimatum dari sang Jenderal dan berkata tergesa-gesa. “Baik Kapten!” Danis sigap mengutak-atik komputernya di sisi ruang lain. Setelah beberapa saat, tidak butuh dua menit bagi Romi segera mendapatkan lokasi mobil penculik itu. “Kerja bagus,” puji Romi pada bawahannya. Dia tidak sadar Danis baru saja mengelap keringat dinginnya. Romi membuka komputernya dan memeriksa lokasi kamera yang dikirim Danis padanya. Dia memandang sebuah mobil yang bergerak menuju ke arah selatan sebelum berhenti di sebuah gudang garam terbengkalai. Setelah memastikan lokasinya, dia mengirim lokasi gudang itu pada Yosua. “Baik, terima kasih,” ujar Yosua menerima alamat lokasi dari Romi
Raelina membantu Zenith mandi dan berpakaian, sebelum turun dari kamarnya untuk memberi salam pada ayah mertuanya. Yosua masih belum kembali dari joging paginya.Raelina membiarkan Zenith berjalan sendiri sambil memegang tangannya saat menuruni tangga.“Tidak mau! Ayah, aku tidak mau pergi!”Dari lantai bawah terdengar berisik suara tangisan Arina.Raelina berhenti dan melirik ke bawah dengan penasaran melihat apa yang terjadi.Dia melihat keluarga Rajjata berkumpul di ruang tamu, termasuk Yosua yang mengenakan pakaian yang dipakai untuk berolah raga.Terlihat Arina dan Wina sedang ditahan oleh beberapa pria bersetelan hitam. Beberapa pria itu memegang dua koper besar di tangan mereka.Arina meronta melepaskan cengkeraman dua orang pria yang menahannya sebelum berlari berlutut memegang kaki Hendry yang duduk di sofa.“Ayah, kumohon jangan mengirimkan aku luar negeri.” Arina menangis memohon.
Arina terisak di sebelahnya.Hendry mendengus lalu menatap pelayan di sebelah Romi.“Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi?”Pelayan itu sejenak menatap ke sekeliling dengan ekspresi gugup. Ketika tatapan dan bertemu mata dingin Yosua, dia langsung menundukkan kepalanya merasa bersalah dan takut.“Maafkan saya, saya hanya menerima perintah Nona Arina untuk mengantar sampanye itu pada Tuan Yosua. Tapi bukan aku yang memasukkan obat perangsang dalam minum itu, melainkan Nona Arina!” ujarnya sambil menunjuk Arina.Yosua dan Hendry langsung menatap Arina dengan mata ekspresi suram. Perilaku Arina sudah tidak bisa ditoleransi lagi.“Kakak ... ayah ... aku ....” Arina terbata-bata, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia menatap ngeri cambuk tebal dan berduri di tangan kepala pelayan.Dia tidak akan bisa membayang rasa sakit saat cambuk itu merobek kulitnya.Dia buru-buru merangkak memeluk kaki ay
“Ayah, apa yang terjadi di sini?”Yosua bertanya heran melihat beberapa orang berkumpul di d ruang keluarga. Kepala pelayan berdiri di samping sofa Hendry.Sementara Yosep dan Romi yang jarang berkumpul duduk di masin sofa. Arina dan Wina berlutut di depan mereka dengan kepala tertunduk.Wina dan Arina mendongak melihat Yosua sudah datang.“Kakak!” Arina hendak merangkak ingin menghampirinya namun langsung dibentak oleh Hendry.“Tetap di tempatmu!” Hendry melempar Arina asbak rokok di atas meja.Asbak itu melayang dan mengenai lantai sampai hancur berkeping-keping di samping.“Kyaaaa ....” Arina berteriak ketakutan dan menangis.Dia buru-buru menjauhi pecahan kaca dan kembali berlutut di sebelah Wina.Dia menundukkan kepalanya sambil terisak ketakutan.Yosua berkedip melihat tindakan ayahnya yang jarang marah menjadi brutal tanpa ragu melempar asbak rokok ke arah adi
“Apa yang sudah kamu lakukan pada suamiku?!” Semua orang menahan napas menonton dengan tertarik apa yang akan terjadi selanjutnya. Leah mendekatinya berpura-pura gugup. “Raelina, aku bisa jelaskan ini ... aku dan Yosua tidak bermaksud melakukan ini di belakangmu ... kami—“ Sebelum Leah menyelesaikan ucapannya, Raelina tiba-tiba mendorong tubuh Yosua dan menghampirinya dnegan cepat. Tangannya terangkat cepat menampar Leah keras. Suara tamparan keras itu bergema di koridor. Tak sampai situ, Raelina menjambak rambut Leah kuat. Semua orang tersentak kaget dan ngeri. “Akh, sakit! Apa yang kamu lakukan?!” Leah menjerit memegang tangan Raelina yang menjambak rambutnya. “Aku tanya apa yang kamu lakukan pada suamiku!” Raelina ganas menarik rambut Leah dengan kedua tangannya. “Kamu berani memberinya obat perangsang! Begitu inginkan kamu mengambil suamiku! Kamu jalang kotor! Beraninya kamu bermain trik kotor me
“Teman-teman ayo sapa kawan lama kita!” Yonis membawa Yosua pada teman-temannya yang berkumpul di sofa. Mereka melambaikan tangan pada Yosua, menyapanya. Yosua menyapa mereka dengan akrab. Sementara istri mereka yang berkumpul bergosip di sebelah sofa para lelaki melirik Yosua dengan pandangan ingin tahu. “Bro, apa kabarmu?” Salah satu pria berdiri sedikit terhuyung-huyung menghampiri Yosua. Tampaknya dia sudah mabuk melihat beberapa botol Wine, Vodka dan sampanye kosong di atas meja kaca. Yosua menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. “Aldy, terlalu awal untuk mabuk. Hati-hati atau kamu akan dimarahi istrimu.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan membantu temannya kembali duduk di sofanya. Pria itu cegukan dengan wajah memerah. “Jangan sebutkan perempuan jalang itu!” raungannya menarik perhatian beberapa tamu Tampaknya pria itu sudah mabuk sepenuhnya dan tidak sadar apa yang dilakukannya. “Kamu
Yosua mengambil cuti kerja satu hari untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina bersama Raelina dan Stella.Setelah apa yang terjadi di toko gaun, Yosua sangat enggan datang ke pesta ulang tahun Arina. Namun dia harus hadir karena bukan semata-mata datang ke pesta ulang tahun Arina, karena dia sudah berjanji akan menjenguk orang tuanya bersama Raelina.Pada pukul tujuh malam, Raelina dan Yosua ke kediaman Rajjata untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina dengan mobil. Stella ikut bersama mereka. Zeron tidak bisa ikut karena dia harus kerja kelompok di rumah temannya.Saat mereka tiba, Raelina melihat kediaman keluarga Rajjata dipenuhi dengan mobil para tamu yang berdatangan. Halaman kediaman Rajjata yang mewah dipenuhi mobil-mobil mewah yang berjejer.“Apa seperti ini pesta ulang tahun Arina yang selalu di adakan Arina?” Raelina bertanya takjub melihat betapa mewah suasana pesta kediaman Rajjata.Karena ini adalah kediaman seorang J
“Tidak ada. Ayo pergi.” Raelina menarik lengan Yosua mencegahnya melihat Fiona dalam toko.Yosua mengalihkan pandangannya bingung saat Raelina menariknya menjauh dari toko itu.Saat mereka menjauh daro toko gaun itu, Raelina melirik Yosua beberapa kali. Dia menggigit bibir bawahnya gelisah.Penampilan Fiona hari ini membuatnya gelisah. Dia bahkan lupa memberitahu Yosua dia bertemu dengan Arina dan bertengkar dengan adik iparnya.“Ada apa? Kenapa kamu terus melirikku? Ada yang ingin kamu tanyakan?” Yosua menundukkan kepalanya menatap Raelina di sebelahnya.Raelina tersentak gugup dan menggelengkan kepalanya.“Tidak apa-apa,” ujarnya mengalihkan pandangannya ke depan.Yosua mengangkat alisnya bingung, “Kamu aneh hari ini.”Raelina hanya tersenyum datar.“Aku mau ke kamar mandi,” ujarnya melangkah menuju ke kamar mandi tanpa menunggu Yosua.“Apa
Raelina membeku menatap wajah gadis itu. Dia merasa akrab dengan wajahnya.Dia melihat wajah gadis dalam foto yang dikirimkan oleh orang misterius di mana dia berpelukan dengan Yosua beberapa bulan yang lalu?Sudah lima bulan berlalu Raelina menghindari pembahasan tentang gadis itu meski Yosua bekerja sebagai pengawalnya.“Nyonya, kamu baik-baik saja ....” Gadis itu melambaikan tangannya di depan wajah Raelina melihat wanita hamil itu terdiam dengan ekspresi aneh di wajahnyaDia mencemaskan Raelina karena wanita itu sedang hamil.Raelina mengerjapkan matanya tersadar.“Ahh ....” Dia mencoba tersenyum namun wajahnya justru terlihat aneh.Raelina memeluk perutnya yang besar dan berkata pada gadis itu. “Terima kasih sudah menolongku,” ujarnya.Fiona tersenyum lega.“Syukurlah kalau Anda baik-baik saja.” Senyum wanita muda itu sangat lembut.Sekilas orang melihat d