Dor!
Yosua refleks menarik Raelina merunduk menghindari tembakan dan bergegas ke dinding sekat pembatas dapur dan ruang makan.
Dor!
Dor!
Dor!
Tembakan lain menyusul menembak ke arah tempat mereka bersembunyi.
Yosua mengumpat kasar, dia memeluk kepala Raelina melindunginya dengan sikap protektif kala tembakan tanpa henti terus ditembakkan ke arah tempat persembunyian mereka.
Sementara itu suara Louise terdengar memerintah anak buahnya di belakang mereka.
“Bunuh wanita itu! Aku ingin kepalanya!” seru Louise terdengar ganas di balik sekat pembatas.
“Yosua, kita harus bagaimana .... kita tidak bisa mati di sini. Zenith menunggu kita,” bisik Raelina mencengkeram lengan Yosua erat, tubuhnya gemetar dan air mata mengalir di wajahnya.
Dia cemas dan takut mendengar tembakan tanpa henti yang diarahkan pada mereka. Berada di ambang hidup dan mati, dia tidak berhenti memikirkan putrinya,
Yosua m
Bang!Peluru keluar dari pistol di tangan Louise melesat dengan cepat ke arah Raelina.Sebelum peluru mengenai tubuhnya, Yosua sekejap menarik Raelina dalam pelukannya dan menggunakan tubuhnya memblokir peluru itu untuk melindungi istrinya.Peluru itu mengenai punggungnya, menyebabkan darah dari punggungnya membasahi kaosnya. Yosua memuntahkan darah.“Yosua!” Suara teriakan ketakutan Raelina terdengar keras, dia menangis berada dalam pelukan Yosua, menatap wajah wajah pria itu yang berubah pucat.Yosua memuntahkan darah dari mulutnya, itu memercik mengenai kaos yang dikenakannya. Dia telah menggunakan tubuhnya untuk memlokir peluru yang tertuju padanya demi melindunginya.Raelina menangis melihat Yosua memuntahkan darah dari mulutnya. Tubuh pria itu kehilangan keseimbangannya dan akan roboh. Raelina segera menahan tubuhnya dan mencegahnya jatuh ke lantai.“Ka-kamu ....” Suaranya bergetar menatap wajah Mar
Raelina memeluk kepala Yosua erat, melindunginya dari peluru yang beterbangan ke segala arah. Dia terisak mencoba mempertahankan kesadaran Yosua dan menghentikan pendarahan di lukanya.Sementara Yosua wajah sangat pucat pasi seolah darah terkuras dari wajahnya.“Yosua, kumohon bertahanlah. Kamu harus bertahan apa pun yang terjadi.” Raelina terisak cemas mengusap darah di mulut Yosua.Dia menatap putus asa sekelompok pria berseragam hitam yang membuat barikade melindungi mereka sambil terus mengarahkan serangan pada Tuan Fred dan anak buahnya.Meski dia tidak tahu siapa mereka, dia senang mereka melindunginya dan Yosua, namun di satu sisi sangat cemas ingin meminta pertolongan mereka untuk menyelamatkan Yosua.“Kakak Ipar, bagaimana keadaan kalian,” salah satu seorang pria berseragam hitam di depan Raelina bertanya tanpa memandang mereka, dia sibuk menembak anak buah Tuan Fred melindungi mereka.Raelina langsung menata
Sosok pria tinggi dan tegap berjalan di sepanjang lorong dengan ekspresi lurus.Beberapa prajurit yang lewat berhenti untuk menyapanya dnegan sikap hormat. Romi menggangguk membalas sapaan mereka. Dia berhenti di depan sebuah ruangan interogasi.Tangannya terangkat membuka pintu kayu hitam dan masuk ke dalam.Beberapa orang yang di dalam sedang mengawasi proses interogasi di balik layar, berdiri dan memberi hormat begitu pria itu memasuki ruang interogasi.“Lanjutkan perkerjaan kalian,” kata Romi menepuk pundak salah satu seorang prajurit dan menghadap Dean.“Bagaimana dengan interogasi Fred Martens?”“Tidak ada yang spesial, orang ini begitu keras kepala tidak membocorkan satu informasi penting pun tentang Kragon,” jawab Dean menatap sosok Tuan Fred yang sedang di interogasi di balik kaca transparan di depan mereka.Pada akhirnya Tuan Fred dan anak buahnya tidak berhasil melarikan dan di tangkap pa
Romi tidak menjawab dan menatap Fred Marteen yang masih berada di ruang interogasi.“Aku akan masuk,” ujar menepuk pundak Dean dan mengambil cacatan hasil interogasi Tuan Fred dari Renaldi sebelum membuka pintu dan masuk ke ruang interogasi.Fred mendongak melihat sosok pria tinggi masuk ke dalam ruangan. Dia mengangkat alis tinggi-tinggi melihat wajah pria itu sangat mirip dengan Mark.Romi menarik kursi di depan Fred dan duduk berhadapan dengannya. Raut wajahnya sangat tenang menatap berhadapan dengan Fred.“Ka-kamu adalah ....” Fred mengerutkan keningnya ragu-ragu. Meski pria itu memiliki fitur wajah uang teramat mirip dengan Mark, dia masih mengenali beberapa perbedaan di antara mereka.Romi tahu apa yang dipikirkan oleh pria paruh baya itu, namun ingin repot-repot memperkenalkan diri. Dia membuka catatan hasil interogasi Fred Martens.“Fred Martens, ketua mafia terbesar di Asia tengah senang melihatmu
Romi meliriknya dengan ekspresi dingin.“Kamu akan tahu nanti.”Setelah mengatakan itu, kepalan tinjunya menghantam wajah Tuan Fred.Dean yang merekam interogasi dari ruang kontrol langsung mematikan semua alat perekam. Dia dan Ranaldi berpura-pura tidak melihat apa yang terjadi di ruang interogasi.“Akh!” Tuan Fred terjatuh ke lantai dan berteriak kesakitan.Pukulan Romi sangat keras hingga bahakn merasakan rahangnya retak. Tuan Fred memuntahkan darah dari mulutnya, bahkan dua giginya terlepas menandakan sebesar apa Romi menggunakannya kekuatannya.“Ka-kamu ... beraninya kamu!” teriak pria paruh baya itu ganas dan bangkit ingin membalas pukulan Romi.Namun karena tangannya diborgol, dia tidak bisa bergerak luwes dan menggunakan tubuhnya menerjang Romi.Romi dengan mudah menghindar membuat tubuh pria paruh baya itu terjatuh ke lantai.Romi menindih perutnya dan mera
“Syukurlah, aku masih bisa melihatmu lagi,” ujarnya memeluk tubuh Raelina erat, seolah dia akan kehilangannya jika melepaskan pelukannya.Yosua memejamkan matanya sambil berkata lirih“Aku takut tidak akan bisa melihatmu lagi.”Yosua tidak melepaskan pelukannya dari Raelina dan mengabaikan lukanya yang terbuka karena pergerakannya.Dia tidak ingat bagaimana dia bisa berada di rumah sakit.Hal terakhir yang dia ingat adalah dia berada dalam pelukan Raelina dalam situasi hidup dan mati, kemudian Romi datang membawa pasukannya untuk menolong mereka lalu dia kehilangan kesadaran.Saat dia sadar dia tidak melihat Raelina di mana pun. Ketakutan menghantuinya bahwa itu hanya mimpi Romi datang menyelamatkan mereka dan Raelina dibawa oleh anak buah Tuan Fred.“Syukurlah, kamu baik-baik saja.” Yosua berkata tanpa melepaskan pelukannya dari Raelina dan memeluknya semakin erat.Dia mengabai
“Kapten, berita buruk Fred Martens dan putrinya meninggal di sel!”Dean membeku mendengar ucapan Renaldi. Sementara ekspresi Romi berubah gelap.“Bagaimana itu bisa terjadi? Bukankah sel penjara Louise dan Fred dijaga dengan ketat?! Siapa yang bertugas menjaga sel Fred Martens?!” desisnya mendekati Renaldi, lalu melirik Romi cemas.Dia tahu betapa pentingnya Fred Martens bagi Romi untuk menemukan dalang dibalik tragedi yang menimpa keluarga Adella.“Aku sudah menugaskan orang untuk menjaga dengan ketat sel Fred Martens, entah bagaimana Fred Marthens bisa mati di sel penjaranya,” balas Renaldi meringis sambil menatap Romi.Ekspresi Romi sangat gelap, tanpa berkata apa pun, dia meninggalkan mereka dengan langkah cepat menuju ke sel penjara Fred Martens.Dean menatap Renaldi dengan tatapan seolah berkata semua salahmu, sebelum mengikuti Romi.Renaldi mengerutkan keningnya tidak senang dengan eksp
“Dokter, apa kamu punya penjelasan tentang ini?”Raut wajah Dokter Brian tampak kaku, sementara petugas medisnya cemas di bawah pengawasan para tentara yang curiga.Dokter Brian tidak berkata apa-apa, karena dia sebenarnya juga bingung mengapa ini terjadi. Namun dia tidak bisa membiarkan Erik dan serta yang lain dicurigai sebagai pembunuh Fred Martens.Di antara petugas medis di ruangan itu, sebagian tim relawan medis.“Dokter Brian, mengapa Anda mengatakan itu tadi, lihat sekarang mereka mencurigai kita,” kata Erik gelisah.Dokter Brian meliriknya dari ujung matanya.“Jangan gelisah, selama kami bukan pelakunya, kamu akan baik-baik saja.”Erik menganggukkan kepalanya dan tidak berkata apa-apa. Dia menenangkan dirinya setelah ucapan Dokter Brian.Dokter Brian kemudian menatap Romi tegas.“Kamu bisa memeriksa kami, selain dokter dari rumah sakit kami, perawat dari militer juga iku
“Roger ketua. Aku akan mendapatkannya dalam lima menit.” “Aku memberimu waktu dua menit,” putus Romi tegas nan dingin tanpa menerima bantahan. Yosua tidak sabar menunggu sampai lima menit. Lima menit baginya bisa membunuh Raelina. Danis tersentak menerima ultimatum dari sang Jenderal dan berkata tergesa-gesa. “Baik Kapten!” Danis sigap mengutak-atik komputernya di sisi ruang lain. Setelah beberapa saat, tidak butuh dua menit bagi Romi segera mendapatkan lokasi mobil penculik itu. “Kerja bagus,” puji Romi pada bawahannya. Dia tidak sadar Danis baru saja mengelap keringat dinginnya. Romi membuka komputernya dan memeriksa lokasi kamera yang dikirim Danis padanya. Dia memandang sebuah mobil yang bergerak menuju ke arah selatan sebelum berhenti di sebuah gudang garam terbengkalai. Setelah memastikan lokasinya, dia mengirim lokasi gudang itu pada Yosua. “Baik, terima kasih,” ujar Yosua menerima alamat lokasi dari Romi
Raelina membantu Zenith mandi dan berpakaian, sebelum turun dari kamarnya untuk memberi salam pada ayah mertuanya. Yosua masih belum kembali dari joging paginya.Raelina membiarkan Zenith berjalan sendiri sambil memegang tangannya saat menuruni tangga.“Tidak mau! Ayah, aku tidak mau pergi!”Dari lantai bawah terdengar berisik suara tangisan Arina.Raelina berhenti dan melirik ke bawah dengan penasaran melihat apa yang terjadi.Dia melihat keluarga Rajjata berkumpul di ruang tamu, termasuk Yosua yang mengenakan pakaian yang dipakai untuk berolah raga.Terlihat Arina dan Wina sedang ditahan oleh beberapa pria bersetelan hitam. Beberapa pria itu memegang dua koper besar di tangan mereka.Arina meronta melepaskan cengkeraman dua orang pria yang menahannya sebelum berlari berlutut memegang kaki Hendry yang duduk di sofa.“Ayah, kumohon jangan mengirimkan aku luar negeri.” Arina menangis memohon.
Arina terisak di sebelahnya.Hendry mendengus lalu menatap pelayan di sebelah Romi.“Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi?”Pelayan itu sejenak menatap ke sekeliling dengan ekspresi gugup. Ketika tatapan dan bertemu mata dingin Yosua, dia langsung menundukkan kepalanya merasa bersalah dan takut.“Maafkan saya, saya hanya menerima perintah Nona Arina untuk mengantar sampanye itu pada Tuan Yosua. Tapi bukan aku yang memasukkan obat perangsang dalam minum itu, melainkan Nona Arina!” ujarnya sambil menunjuk Arina.Yosua dan Hendry langsung menatap Arina dengan mata ekspresi suram. Perilaku Arina sudah tidak bisa ditoleransi lagi.“Kakak ... ayah ... aku ....” Arina terbata-bata, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia menatap ngeri cambuk tebal dan berduri di tangan kepala pelayan.Dia tidak akan bisa membayang rasa sakit saat cambuk itu merobek kulitnya.Dia buru-buru merangkak memeluk kaki ay
“Ayah, apa yang terjadi di sini?”Yosua bertanya heran melihat beberapa orang berkumpul di d ruang keluarga. Kepala pelayan berdiri di samping sofa Hendry.Sementara Yosep dan Romi yang jarang berkumpul duduk di masin sofa. Arina dan Wina berlutut di depan mereka dengan kepala tertunduk.Wina dan Arina mendongak melihat Yosua sudah datang.“Kakak!” Arina hendak merangkak ingin menghampirinya namun langsung dibentak oleh Hendry.“Tetap di tempatmu!” Hendry melempar Arina asbak rokok di atas meja.Asbak itu melayang dan mengenai lantai sampai hancur berkeping-keping di samping.“Kyaaaa ....” Arina berteriak ketakutan dan menangis.Dia buru-buru menjauhi pecahan kaca dan kembali berlutut di sebelah Wina.Dia menundukkan kepalanya sambil terisak ketakutan.Yosua berkedip melihat tindakan ayahnya yang jarang marah menjadi brutal tanpa ragu melempar asbak rokok ke arah adi
“Apa yang sudah kamu lakukan pada suamiku?!” Semua orang menahan napas menonton dengan tertarik apa yang akan terjadi selanjutnya. Leah mendekatinya berpura-pura gugup. “Raelina, aku bisa jelaskan ini ... aku dan Yosua tidak bermaksud melakukan ini di belakangmu ... kami—“ Sebelum Leah menyelesaikan ucapannya, Raelina tiba-tiba mendorong tubuh Yosua dan menghampirinya dnegan cepat. Tangannya terangkat cepat menampar Leah keras. Suara tamparan keras itu bergema di koridor. Tak sampai situ, Raelina menjambak rambut Leah kuat. Semua orang tersentak kaget dan ngeri. “Akh, sakit! Apa yang kamu lakukan?!” Leah menjerit memegang tangan Raelina yang menjambak rambutnya. “Aku tanya apa yang kamu lakukan pada suamiku!” Raelina ganas menarik rambut Leah dengan kedua tangannya. “Kamu berani memberinya obat perangsang! Begitu inginkan kamu mengambil suamiku! Kamu jalang kotor! Beraninya kamu bermain trik kotor me
“Teman-teman ayo sapa kawan lama kita!” Yonis membawa Yosua pada teman-temannya yang berkumpul di sofa. Mereka melambaikan tangan pada Yosua, menyapanya. Yosua menyapa mereka dengan akrab. Sementara istri mereka yang berkumpul bergosip di sebelah sofa para lelaki melirik Yosua dengan pandangan ingin tahu. “Bro, apa kabarmu?” Salah satu pria berdiri sedikit terhuyung-huyung menghampiri Yosua. Tampaknya dia sudah mabuk melihat beberapa botol Wine, Vodka dan sampanye kosong di atas meja kaca. Yosua menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. “Aldy, terlalu awal untuk mabuk. Hati-hati atau kamu akan dimarahi istrimu.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan membantu temannya kembali duduk di sofanya. Pria itu cegukan dengan wajah memerah. “Jangan sebutkan perempuan jalang itu!” raungannya menarik perhatian beberapa tamu Tampaknya pria itu sudah mabuk sepenuhnya dan tidak sadar apa yang dilakukannya. “Kamu
Yosua mengambil cuti kerja satu hari untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina bersama Raelina dan Stella.Setelah apa yang terjadi di toko gaun, Yosua sangat enggan datang ke pesta ulang tahun Arina. Namun dia harus hadir karena bukan semata-mata datang ke pesta ulang tahun Arina, karena dia sudah berjanji akan menjenguk orang tuanya bersama Raelina.Pada pukul tujuh malam, Raelina dan Yosua ke kediaman Rajjata untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina dengan mobil. Stella ikut bersama mereka. Zeron tidak bisa ikut karena dia harus kerja kelompok di rumah temannya.Saat mereka tiba, Raelina melihat kediaman keluarga Rajjata dipenuhi dengan mobil para tamu yang berdatangan. Halaman kediaman Rajjata yang mewah dipenuhi mobil-mobil mewah yang berjejer.“Apa seperti ini pesta ulang tahun Arina yang selalu di adakan Arina?” Raelina bertanya takjub melihat betapa mewah suasana pesta kediaman Rajjata.Karena ini adalah kediaman seorang J
“Tidak ada. Ayo pergi.” Raelina menarik lengan Yosua mencegahnya melihat Fiona dalam toko.Yosua mengalihkan pandangannya bingung saat Raelina menariknya menjauh dari toko itu.Saat mereka menjauh daro toko gaun itu, Raelina melirik Yosua beberapa kali. Dia menggigit bibir bawahnya gelisah.Penampilan Fiona hari ini membuatnya gelisah. Dia bahkan lupa memberitahu Yosua dia bertemu dengan Arina dan bertengkar dengan adik iparnya.“Ada apa? Kenapa kamu terus melirikku? Ada yang ingin kamu tanyakan?” Yosua menundukkan kepalanya menatap Raelina di sebelahnya.Raelina tersentak gugup dan menggelengkan kepalanya.“Tidak apa-apa,” ujarnya mengalihkan pandangannya ke depan.Yosua mengangkat alisnya bingung, “Kamu aneh hari ini.”Raelina hanya tersenyum datar.“Aku mau ke kamar mandi,” ujarnya melangkah menuju ke kamar mandi tanpa menunggu Yosua.“Apa
Raelina membeku menatap wajah gadis itu. Dia merasa akrab dengan wajahnya.Dia melihat wajah gadis dalam foto yang dikirimkan oleh orang misterius di mana dia berpelukan dengan Yosua beberapa bulan yang lalu?Sudah lima bulan berlalu Raelina menghindari pembahasan tentang gadis itu meski Yosua bekerja sebagai pengawalnya.“Nyonya, kamu baik-baik saja ....” Gadis itu melambaikan tangannya di depan wajah Raelina melihat wanita hamil itu terdiam dengan ekspresi aneh di wajahnyaDia mencemaskan Raelina karena wanita itu sedang hamil.Raelina mengerjapkan matanya tersadar.“Ahh ....” Dia mencoba tersenyum namun wajahnya justru terlihat aneh.Raelina memeluk perutnya yang besar dan berkata pada gadis itu. “Terima kasih sudah menolongku,” ujarnya.Fiona tersenyum lega.“Syukurlah kalau Anda baik-baik saja.” Senyum wanita muda itu sangat lembut.Sekilas orang melihat d