“Dokter, apa kamu punya penjelasan tentang ini?”
Raut wajah Dokter Brian tampak kaku, sementara petugas medisnya cemas di bawah pengawasan para tentara yang curiga.
Dokter Brian tidak berkata apa-apa, karena dia sebenarnya juga bingung mengapa ini terjadi. Namun dia tidak bisa membiarkan Erik dan serta yang lain dicurigai sebagai pembunuh Fred Martens.
Di antara petugas medis di ruangan itu, sebagian tim relawan medis.
“Dokter Brian, mengapa Anda mengatakan itu tadi, lihat sekarang mereka mencurigai kita,” kata Erik gelisah.
Dokter Brian meliriknya dari ujung matanya.
“Jangan gelisah, selama kami bukan pelakunya, kamu akan baik-baik saja.”
Erik menganggukkan kepalanya dan tidak berkata apa-apa. Dia menenangkan dirinya setelah ucapan Dokter Brian.
Dokter Brian kemudian menatap Romi tegas.
“Kamu bisa memeriksa kami, selain dokter dari rumah sakit kami, perawat dari militer juga iku
Dalam ruang kantor, suasana tampak tegang. Romi mengetuk-ngetuk jarinya di meja kerja dengan ekspresi muram mendengar laporan anak buahnya sambil menatap layar laptop di depannya yang tengah menampilkan sebuah rekaman CCTV 24 Jam sebelum kematian Fred Martens. “Tidak ada sesuatu yang mencurigakan di dalam kamera CCTV, tidak ada yang menerobos sel Fred Martens. Kecuali pada saat pemeriksaan Fred Martens. Ada tiga orang yang memberi obat suntik pada Fred Martens pada waktu yang berdekatan. Dokter Erik dan dua petugas medis militer. Salah satu petugas militer sudah mengaku di bawah dan penyelidikan. Sebaliknya yang lain bersih,” kata salah satu tentara memberi laporan. “Katanya dia salah memasukkan dosis obat hingga menyebabkan kematian Fred Martens,” lanjutnya kemudian. Usai memberi laporan, dia menatap Romi menunggu tanggapannya. Namun Romi tidak menanggapi untuk beberapa saat. Dia tidak melepaskan layar laptop di depannya. Penjelasan prajurit itu sesu
Zenith sangat kecil dan rapuh, hingga membuat Yosua khawatir akan meremukkan bayi perempuannya jika dia memeluknya.Namun Yosua tidak bisa menahan keinginannya dan berlutut. Dia mengulurkan tangannya pada Zenith ingin memeluknya.“Sayang, ini Papa. Papa pulang."Namun gadis kecil itu malah mundur, mata besarnya berkaca-kaca sebelum dia menangis menjauhi Yosua memeluk kaki Raelina.Yosua tertegun. Dia merasakan tusukan tajam di hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat Zenith bersembunyi di belakang kaki Raelina, sambil menatap Yosua dengan takut.Dia menarik napas dan mengulurkan tangannya meraih lengan mungil Zenith sambil tersenyum.“Zenith, ayo Nak sini. Ini Papa.”Namun Zenith tidak mau, dia membuang muka memeluk erat kaki Raelina, menolak tangan Yosua.Yosua tidak ingin menyerah membujuk Zenith.“Hey, sayang. Sini sama Papa.”Mungkin karena Yosua terlihat menakutkan dan Zen
Setelah mendekatkan diri dengan putrinya, Yosua menjadi lebih dekat dengan Zenith. Dia tidak pernah melepaskan gendongannya dari putrinya. Pun dengan Zenith, dia mau turun dari gendongan ayahnya dan terus bermain dengan Yosua.Hanya setengah jam, ayah dan putri itu menjadi lengket satu sama lain membuat semua orang menggelengkan kepalanya.Raelina melirik jam tangannya melihat jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Sudah waktunya Zenith tidur.“Sudah waktunya Zenith tidur. Yosua, berikan Zenith padaku. Aku akan menidurkannya,” ujarnya pada Yosua ingin mengambil putrinya dari pangkuan Yosua.Yosua menahan tangan Raelina yang ingin mengambil Zenith dari pangkuannya, dan menatap Raelina.“Kami belum cukup bermain, beri kami waktu untuk bermain,” ujarnya lalu menatap Zenith di pangkuannya yang tengah bermain dengan boneka.“Iya ‘kan Zenith. Zenith nggak mau bobok. Masih mau main sama Papa, kan?” godanya
Raelina mengetuk pintu kamar Zeron pelan.“Zeron, ini aku.”“Masuk, Kak.”Raelina membuka pintu kamar Zeron pelan, dan melihat ke dalam kamar adik laki-lakinya. Dia menatap ke sekeliling kamar Zeron dan melihat sosok pemuda tampak tengah belajar di meja belajar.Dia memutar kursinya dan mendongak menatap Raelina.“Ada apa kak?”Raelina masuk dan menghampirinya.“Kamu sedang belajar apa?” tanyanya melihat buku catatannya penuh dengan angka matematika.“Matematika tingkat lanjut, sebentar lagi kami akan ujian,” jawab Zeron kembali menatap bukunya. Dia mengambil pulpennya dan mulai belajar.Raelina mengangguk paham.“Zeron, apa kamu sudah makan? Mari makan dulu.”“Nanti saja Kak, aku masih harus belajar,” jawab Zeron tanpa mengalihkan pandangannya dari bukunya. Raut wajahnya sangat serius. Dia tidak menatap Raelina lagi dan fok
Yosua tersenyum melihat adik perempuan satu-satunya, Arina memandangnya dengan ekspresi terkejut.“Arina, bagaimana kabarmu?”Tanpa berkata-kata, Arina tiba-tiba berlari dan memeluknya dengan erat.“Kak Yosua, ini benar-benar kamu?!” isaknya memeluk Yosua erat.Yosua terlihat kewalahan menerima pelukan erat Arina sementara dia masih menggendong Zenith.Raelina melihat itu, segera mengambil Zenith dari pelukan Yosua.“Kalian berbicaralah di tempat lain, ada banyak yang mengantre di sini, aku akan mengurus belanjaan,” kata Raelina tenang melihat Arina masih memeluk Yosua.Sementara itu ada banyak orang mengantre di depan kasir.Tidak baik menghalangi antrean.Raelina tidak bergabung dalam reuni Yosua dengan Arina. Lagi pula, hubungannya dengan Arina tidak begitu baik di masa lalu. Bahkan sampai sekarang mereka seperti dua orang asing.“Oh, oke Arina mari berbicara di tempat
Yosua berbalik menindih Raelina dari atas. Dia menahan tangannya di atas kepalanya.“Ayahku mendadak mendapat tugas dinas ke luar negeri. Ibuku menemaninya.”.Raelina berkedip, menghela napas lega mereka tidak jadi bertemu dengan keluarga Yosua. Dia sangat tidak ingin bertemu dengan ibu mertuanya.Dia tidak memperhatikan Yosua yang menundukkan kepalanya mengecup leher. Merasakan kepala Yosua lehernya yang sensitif, dia tidak bisa menahan suara erangannya.Yosua menatapnya dengan mata penuh gairah dan mengincar bibir mungilnya yang menggoda.“Tu-tunggu ....”Raelina langsung menahan wajah Yosua, dan mendorong dadanya dengan tangan satunya.Yosua mengerang tidak senang. Matanya menyipit menatap Raelina tidak sabar.“Apalagi,” bisiknya setengah menggeram.Raelina tersipu malu, dan mengalihkan pandangannya canggung.“Aku belum sikap gigi.”Yosua menatapnya tidak b
*Bab sebelumnya*Raelina keluar dari ruang pemeriksaan kandungan sambil memeluk erat berkas hasil pemeriksaan kandungannya.Jantungnya berdebar mengingat diagnosis dokter kandungan yang memeriksanya menyatakan dia hamil enam Minggu.Raelina mengulurkan tangannya meraba perutnya yang rata.Enam Minggu? Dia hamil anak keduanya dengan Yosua enam Minggu?!Raelina tersenyum bahagia menunduk dan berbicara lembut dengan janin dalam perutnya.“Sayang, kamu harus tumbuh dengan sehat agar Papa bisa melihatmu lahir.”Raelina kemudian mengeluarkan ponselnya menghubungi Yosua.Setelah beberapa saat panggilannya terhubung.“Halo, Raelina.”“Yosua, apa kamu sudah selesai? Bagaimana kalau kita keluar makan malam, ada yang ingin aku beritahukan padamu!” kata Raelina panjang lebar penuh dengan kebahagiaan.Yosua terdiam sesaat, sebelum menghela napas.“Sayang, maafkan aku. Per
Yosua turun dari lantai dua kamarnya dan melihat Dokter Yosep pagi-pagi ada di rumahnya.“Yosep, kamu masih di sini kamu tidak pulang semalam?” Yosua mengangkat alisnya mendekati Dr. Yosep yang duduk terkantuk-kantuk di sofa ruang tamu.Yosua berada di kamarnya sepanjang malam dan tidak kelua, dia tidak tahu dokter Yosep datang menginap di rumahnya.Dokter Yosep mengerjapkan matanya melihat Yosua datang dan duduk tegak. Dia menguap menjawab pertanyaan Yosua.“Aku tidak bisa pulang begitu saja saat adikku lagi jadi tahanan rumah.” Dia kemudian bangkit dan menepuk pundak Yosua.“Aku sudah menghubungi Ayah dan Romi untuk memberitahukan hukuman tahanan rumah yang kamu jalani. Mereka akan membantumu terbebas dari hukuman tahanan rumah.”Yosua mengerutkan keningnya, tampak tidak senang mendengar ucapan Dr. Yosep.“Kamu tidak perlu melakukan itu. Aku menerima hukumanku, dan tidak butuh bantuan
“Roger ketua. Aku akan mendapatkannya dalam lima menit.” “Aku memberimu waktu dua menit,” putus Romi tegas nan dingin tanpa menerima bantahan. Yosua tidak sabar menunggu sampai lima menit. Lima menit baginya bisa membunuh Raelina. Danis tersentak menerima ultimatum dari sang Jenderal dan berkata tergesa-gesa. “Baik Kapten!” Danis sigap mengutak-atik komputernya di sisi ruang lain. Setelah beberapa saat, tidak butuh dua menit bagi Romi segera mendapatkan lokasi mobil penculik itu. “Kerja bagus,” puji Romi pada bawahannya. Dia tidak sadar Danis baru saja mengelap keringat dinginnya. Romi membuka komputernya dan memeriksa lokasi kamera yang dikirim Danis padanya. Dia memandang sebuah mobil yang bergerak menuju ke arah selatan sebelum berhenti di sebuah gudang garam terbengkalai. Setelah memastikan lokasinya, dia mengirim lokasi gudang itu pada Yosua. “Baik, terima kasih,” ujar Yosua menerima alamat lokasi dari Romi
Raelina membantu Zenith mandi dan berpakaian, sebelum turun dari kamarnya untuk memberi salam pada ayah mertuanya. Yosua masih belum kembali dari joging paginya.Raelina membiarkan Zenith berjalan sendiri sambil memegang tangannya saat menuruni tangga.“Tidak mau! Ayah, aku tidak mau pergi!”Dari lantai bawah terdengar berisik suara tangisan Arina.Raelina berhenti dan melirik ke bawah dengan penasaran melihat apa yang terjadi.Dia melihat keluarga Rajjata berkumpul di ruang tamu, termasuk Yosua yang mengenakan pakaian yang dipakai untuk berolah raga.Terlihat Arina dan Wina sedang ditahan oleh beberapa pria bersetelan hitam. Beberapa pria itu memegang dua koper besar di tangan mereka.Arina meronta melepaskan cengkeraman dua orang pria yang menahannya sebelum berlari berlutut memegang kaki Hendry yang duduk di sofa.“Ayah, kumohon jangan mengirimkan aku luar negeri.” Arina menangis memohon.
Arina terisak di sebelahnya.Hendry mendengus lalu menatap pelayan di sebelah Romi.“Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi?”Pelayan itu sejenak menatap ke sekeliling dengan ekspresi gugup. Ketika tatapan dan bertemu mata dingin Yosua, dia langsung menundukkan kepalanya merasa bersalah dan takut.“Maafkan saya, saya hanya menerima perintah Nona Arina untuk mengantar sampanye itu pada Tuan Yosua. Tapi bukan aku yang memasukkan obat perangsang dalam minum itu, melainkan Nona Arina!” ujarnya sambil menunjuk Arina.Yosua dan Hendry langsung menatap Arina dengan mata ekspresi suram. Perilaku Arina sudah tidak bisa ditoleransi lagi.“Kakak ... ayah ... aku ....” Arina terbata-bata, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia menatap ngeri cambuk tebal dan berduri di tangan kepala pelayan.Dia tidak akan bisa membayang rasa sakit saat cambuk itu merobek kulitnya.Dia buru-buru merangkak memeluk kaki ay
“Ayah, apa yang terjadi di sini?”Yosua bertanya heran melihat beberapa orang berkumpul di d ruang keluarga. Kepala pelayan berdiri di samping sofa Hendry.Sementara Yosep dan Romi yang jarang berkumpul duduk di masin sofa. Arina dan Wina berlutut di depan mereka dengan kepala tertunduk.Wina dan Arina mendongak melihat Yosua sudah datang.“Kakak!” Arina hendak merangkak ingin menghampirinya namun langsung dibentak oleh Hendry.“Tetap di tempatmu!” Hendry melempar Arina asbak rokok di atas meja.Asbak itu melayang dan mengenai lantai sampai hancur berkeping-keping di samping.“Kyaaaa ....” Arina berteriak ketakutan dan menangis.Dia buru-buru menjauhi pecahan kaca dan kembali berlutut di sebelah Wina.Dia menundukkan kepalanya sambil terisak ketakutan.Yosua berkedip melihat tindakan ayahnya yang jarang marah menjadi brutal tanpa ragu melempar asbak rokok ke arah adi
“Apa yang sudah kamu lakukan pada suamiku?!” Semua orang menahan napas menonton dengan tertarik apa yang akan terjadi selanjutnya. Leah mendekatinya berpura-pura gugup. “Raelina, aku bisa jelaskan ini ... aku dan Yosua tidak bermaksud melakukan ini di belakangmu ... kami—“ Sebelum Leah menyelesaikan ucapannya, Raelina tiba-tiba mendorong tubuh Yosua dan menghampirinya dnegan cepat. Tangannya terangkat cepat menampar Leah keras. Suara tamparan keras itu bergema di koridor. Tak sampai situ, Raelina menjambak rambut Leah kuat. Semua orang tersentak kaget dan ngeri. “Akh, sakit! Apa yang kamu lakukan?!” Leah menjerit memegang tangan Raelina yang menjambak rambutnya. “Aku tanya apa yang kamu lakukan pada suamiku!” Raelina ganas menarik rambut Leah dengan kedua tangannya. “Kamu berani memberinya obat perangsang! Begitu inginkan kamu mengambil suamiku! Kamu jalang kotor! Beraninya kamu bermain trik kotor me
“Teman-teman ayo sapa kawan lama kita!” Yonis membawa Yosua pada teman-temannya yang berkumpul di sofa. Mereka melambaikan tangan pada Yosua, menyapanya. Yosua menyapa mereka dengan akrab. Sementara istri mereka yang berkumpul bergosip di sebelah sofa para lelaki melirik Yosua dengan pandangan ingin tahu. “Bro, apa kabarmu?” Salah satu pria berdiri sedikit terhuyung-huyung menghampiri Yosua. Tampaknya dia sudah mabuk melihat beberapa botol Wine, Vodka dan sampanye kosong di atas meja kaca. Yosua menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. “Aldy, terlalu awal untuk mabuk. Hati-hati atau kamu akan dimarahi istrimu.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan membantu temannya kembali duduk di sofanya. Pria itu cegukan dengan wajah memerah. “Jangan sebutkan perempuan jalang itu!” raungannya menarik perhatian beberapa tamu Tampaknya pria itu sudah mabuk sepenuhnya dan tidak sadar apa yang dilakukannya. “Kamu
Yosua mengambil cuti kerja satu hari untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina bersama Raelina dan Stella.Setelah apa yang terjadi di toko gaun, Yosua sangat enggan datang ke pesta ulang tahun Arina. Namun dia harus hadir karena bukan semata-mata datang ke pesta ulang tahun Arina, karena dia sudah berjanji akan menjenguk orang tuanya bersama Raelina.Pada pukul tujuh malam, Raelina dan Yosua ke kediaman Rajjata untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina dengan mobil. Stella ikut bersama mereka. Zeron tidak bisa ikut karena dia harus kerja kelompok di rumah temannya.Saat mereka tiba, Raelina melihat kediaman keluarga Rajjata dipenuhi dengan mobil para tamu yang berdatangan. Halaman kediaman Rajjata yang mewah dipenuhi mobil-mobil mewah yang berjejer.“Apa seperti ini pesta ulang tahun Arina yang selalu di adakan Arina?” Raelina bertanya takjub melihat betapa mewah suasana pesta kediaman Rajjata.Karena ini adalah kediaman seorang J
“Tidak ada. Ayo pergi.” Raelina menarik lengan Yosua mencegahnya melihat Fiona dalam toko.Yosua mengalihkan pandangannya bingung saat Raelina menariknya menjauh dari toko itu.Saat mereka menjauh daro toko gaun itu, Raelina melirik Yosua beberapa kali. Dia menggigit bibir bawahnya gelisah.Penampilan Fiona hari ini membuatnya gelisah. Dia bahkan lupa memberitahu Yosua dia bertemu dengan Arina dan bertengkar dengan adik iparnya.“Ada apa? Kenapa kamu terus melirikku? Ada yang ingin kamu tanyakan?” Yosua menundukkan kepalanya menatap Raelina di sebelahnya.Raelina tersentak gugup dan menggelengkan kepalanya.“Tidak apa-apa,” ujarnya mengalihkan pandangannya ke depan.Yosua mengangkat alisnya bingung, “Kamu aneh hari ini.”Raelina hanya tersenyum datar.“Aku mau ke kamar mandi,” ujarnya melangkah menuju ke kamar mandi tanpa menunggu Yosua.“Apa
Raelina membeku menatap wajah gadis itu. Dia merasa akrab dengan wajahnya.Dia melihat wajah gadis dalam foto yang dikirimkan oleh orang misterius di mana dia berpelukan dengan Yosua beberapa bulan yang lalu?Sudah lima bulan berlalu Raelina menghindari pembahasan tentang gadis itu meski Yosua bekerja sebagai pengawalnya.“Nyonya, kamu baik-baik saja ....” Gadis itu melambaikan tangannya di depan wajah Raelina melihat wanita hamil itu terdiam dengan ekspresi aneh di wajahnyaDia mencemaskan Raelina karena wanita itu sedang hamil.Raelina mengerjapkan matanya tersadar.“Ahh ....” Dia mencoba tersenyum namun wajahnya justru terlihat aneh.Raelina memeluk perutnya yang besar dan berkata pada gadis itu. “Terima kasih sudah menolongku,” ujarnya.Fiona tersenyum lega.“Syukurlah kalau Anda baik-baik saja.” Senyum wanita muda itu sangat lembut.Sekilas orang melihat d