Share

Bab 45. Kehampaan

Penulis: Rusmiko157
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tidak ada lagi yang dapat terlelap setelah kejadian itu. Mereka berkumpul di ruang tamu, menunggu kedatangan Grady. Sejak Gracy menghubungi dan meminta lelaki itu pulang dengan cepat tanpa memberitahu permasalahan yang terjadi, Grady langsung tancap gas kembali ke Jakarta. Kebetulan waktu itu dia sedang berada di Semarang untuk mengurus pekerjaan lain yang ada di sana. Dan perjalanan yang normalnya akan memakan waktu tempuh sekitar 5-6 jam melalui tol itu dapat dia takhlukkan dalam waktu 3 jam saja. Jalanan lengang saat dini hari, menjadi faktor pendukung. Lelaki itu sangat mengkhawatirkan kondisi Gracy yang menghubunginya sambil menangis. Terlebih lagi, dia tak bisa mendapatkan informasi dari pihak lain, karena tak satu pun dari mereka yang menjawab panggilannya.

Matahari masih mengintip malu-malu dari langit timur ketika Grady memarkirkan mobil dengan asal di halaman. Lelaki itu berlari masuk ke rumah dengan tergesa, dan mendapati anggota keluarganya sedang berkumpul di ruang tamu.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 46. Lelah Jiwa Raga

    "Bereskan pakaianmu!" Perintah itu terucap dengan nada tajam dan dingin.Tatapan hangat dan penuh cinta yang dulu lekat dengan Grady, sudah tidak terlihat lagi. Dia bahkan tampak enggan melihat pada Evita, seolah wanita itu sangat menjijikkan di matanya."Maafkan aku." Evita mengiba, berharap lelaki ini berkenan mempertimbangkan maaf untuk dirinya."Maaf kamu bilang?!" tukas Grady. Lelaki itu menghampiri sang istri lalu mencengkeram kedua pipi Evita dengan kasar. "Apa dengan kata maaf itu kamu bisa mengembalikan nyawa ibuku?" ujarnya sinis seraya mengempas wajah Evita.Evita mengangkat pandangan, kemudian menggeleng lemah. Sudah tak terhitung lagi, berapa banyak air mata yang tumpah dari kedua netra wanita itu. Sampai-sampai, wajahnya terasa kebas."Bukan aku, Grad. Aku nggak melakukannya," ucap Evita.Rahang Grady tampak mengetat dengan kedua tangan yang mengepal kuat. Semakin Evita menyangkal, maka semakin besar pula kebenciannya terhadap wanita itu.Sambil menekan gejolak emosi di

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 47. Magis

    Evita beringsut, merapat pada sofa. Suara lelaki itu membuat tubuhnya menggigil ketakutan. Degup jantung yang mendadak berpacu cepat, serta rasa sakit yang menusuk di kepala akibat terbangun dengan tiba-tiba, membuat wanita itu sulit mendapatkan konsentrasinya."Bangun dan cepat bersihkan dirimu!" perintah Grady tak ingin dibantah.Bukan soal sakit secara fisik, Evita merasa batinnya jauh lebih terluka. Grady benar-benar berubah 180 derajat. Sikap lembut dan ucapan manis yang beberapa bulan terakhir selalu memanjakan Evita, kini telah sirna. Hanya dalam waktu satu malam, lelaki itu berubah menjadi kasar dan kejam.Masih dalam posisi bersimpuh di lantai, Evita menengadah. Entah sejak kapan lelaki itu sudah berganti pakaian dan tampak rapi. Sepertinya Evita tidur terlalu lelap hingga sama sekali tak mendengar apa-apa."Baik." Wanita itu mengangguk patuh.Kendati air matanya terus menetes, dia berusaha untuk tidak mengeluarkan isak. Evita bangkit lalu berjalan ke kamar mandi untuk melaks

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 48. Bersenang-senang

    Evita sama sekali tidak memiliki gambaran, ke mana Grady akan membawanya pergi. Wanita itu hanya menurut ketika sang suami menggelandangnya menuju mobil. Dia pun tak berani bertanya, hanya duduk diam di samping Grady yang sedang mengemudi. Terlebih lagi, Evita sangat asing dengan kota ini. Melawan pun pasti dia akan kesulitan sendiri.Beberapa waktu mengemudi, Grady menghentikan kendaraan roda empatnya di parkiran sebuah kelab. Memang masih terlalu sore untuk datang ke tempat hiburan malam. Akan tetapi, Grady seperti tidak peduli. Lelaki itu tetap saja membawa Evita masuk ke sana.“Grad, kita mau ngapain di tempat seperti ini?” tanya Evita sambil menahan tangan sang suami.Sekilas menoleh, Grady tak menghentikan langkah.“Kenapa? Nggak asing dengan tempat seperti ini, hah?” ujar lelaki itu dengan nada sarkas. “Bagus, dong. Kamu bisa bernostalgia,” ejeknya.Bukan tidak asing, Evita justru belum pernah mengunjungi tempat seperti ini sebelumnya. Di Lollipop, Zelin melarang anak-anaknya u

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 49. Ruang Hampa di Dalam Dada

    Keributan pun terjadi. Grady tak terima dan membalas pukulan tersebut. Adu jotos antara dua lelaki itu, tak bisa dihindari lagi. Sampai akhirnya, petugas keamanan datang, persis saat Grady terjatuh ke lantai, disusul dengan lelaki asing tadi yang mengapitnya dengan kedua lutut bertumpu di lantai. Satu tangan lelaki asing itu mencengkeram kerah Grady, satu lagi menggantung di udara dan siap mengayunkan pukulan keras.“Berhenti!” perintah pertugas keamanan.Dua lelaki berbadan kekar datang, lalu salah satunya menarik si lelaki asing untuk menyingkir dari atas tubuh Grady.“Grady!” seru Evita seraya menghampiri sang suami.Dalam kondisi mabuk, Grady sulit mendapatkan keseimbangan. Lelaki itu hendak bangkit, tetapi berkali-kali terjatuh. Pada saat itu, Evita membantunya untuk berdiri.“Bangsat lo!” umpat Grady. Lelaki itu masih berusaha untuk melepaskan diri dan menghajar lawan, tetapi petugas keamanan langsung menahan dirinya.“Tidak ada yang boleh membuat keributan di sini!” hardik sala

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 50. Pengakuan

    Hangover. Grady terbangun ketika rasa tidak nyaman mulai datang. Lelaki itu membuka mata dan seketika rasa pengar menyerang. Grady mendesis, dipejamkannya lagi kelopak mata rapat-rapat sambil memijit pangkal alis. Dia ingat bahwa semalam dirinya pergi ke kelab dan melempar Evita ke lantai dansa. Namun, bayangan kejadian setelah itu terasa kabur.“Sepertinya aku benar-benar mabuk semalam,” gumam lelaki itu.Ditolehkannya kepala ke sisi lain ruangan. Dia melihat Evita yang meringkuk di sofa tanpa selimut. Timbul rasa yang menggelitik di dalam benak, membuat Grady termenung sejenak. Sampai akhirnya, ketukan pintu membuyarkan lamunan. Dia lihat Evita menggeliat, dia pun kembali memejamkan mata, berpura-pura terlelap.Mengintip dari celah kelopak, Grady melihat wanita itu bangun lalu turun dari sofa. Evita tampak meringis lalu melipat bibir ketika akan berdiri, seperti sedang menahan sakit. Lalu, Evita mengembuskan napas panjang sebelum berjalan dengan langkah tertatih.‘Kenapa dia?’ batin

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 51. Neraka untuk Evita

    Evita sampai tidak bisa berkata-kata setelah mendengar pengakuan Grady. Ternyata, selama ini sang suami tahu tentang Lody yang suka mengganggu dirinya. Namun, lelaki itu justru berpura-pura tidak tahu dengan maksud untuk menyiksanya. Benar-benar tidak disangka, bahwa Grady akan sekejam itu terhadap dirinya.“Kenapa? Kaget, aku tahu semuanya?” tanya Grady enteng sambil menaikkan alis.Wanita itu menunduk dan membiarkan air mata terus mengalir di kedua pipi. Jangankan untuk menjawab pertanyaan Grady, untuk sekadar meneguk ludah saja dia kepayahan. Napas Evita tercekat, dan rasanya begitu sesak.“Sudah diapain aja kamu sama dia?” tanya Grady dengan nada mengejek.Tak ada jawaban yang bisa Evita beri untuk lelaki itu. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa Lody sudah membuatnya klimaks, bukan?“Jangan bilang kalau kalian pernah main!” Grady mendelik, bukan dengan raut marah melainkan seperti orang yang sedang menerka sesuatu. “Atau jangan-jangan malah kamu kesenengan karena bisa main sama dia

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 52. Air Mata dan Rintih Kesakitan

    Sudah beberapa hari sejak mereka kembali ke rumah. Setiap malam, Grady selalu pergi dan pulang dalam keadaan mabuk. Entah mabuk berat atau sekadar minum. Dalam kondisi seperti itu, Grady selalu bersikap kasar pada Evita. Mulai dari sekadar berkata tajam, hingga memaksakan kehendak untuk berhubungan badan. Lelaki itu memperlakukan Evita lebih rendah dari seorang wanita murahan.Pun begitu dengan malam ini yang terasa seperti malam-malam sebelumnya. Grady pulang dalam keadaan mabuk. Begitu masuk ke kamar, lelaki itu langsung menghujani Evita dengan sumpah serapah.“Punya otak nggak, sih, kamu? Aku tadi nyuruh kamu apa? Kenapa kemeja yang ini masih kotor, hah?!” bentak Grady seraya melempar kemeja kotor itu ke wajah Evita.Wanita itu mengerutkan badan sambil menangkap kemeja tersebut. Dia takut Grady akan memukulnya, meski sejauh ini lelaki itu tidak melakukan hal tersebut. Evita sudah berusaha untuk berdamai dengan semua rasa sakit ini. Namun, tetap saja bentakan Grady terasa seperti pu

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 53. Menolak Cemas

    Punggung telanjang Evita bergetar, meringkuk membelakangi Grady yang sudah terlelap usai menyakiti dirinya. Wanita itu memeluk selimut di bagian dada dengan air mata yang terus menetes deras. Luka fisik dan batin ini membuatnya lelah, sangat lelah. Bahkan untuk bangun dan membersihkan diri saja dia tidak mampu. Wanita itu terisak lirih dan membiarkan tubuhnya tak beranjak dari atas ranjang, hingga perlahan-lahan dirinya terlelap karena terlalu lelah menangis.Saat terbangun, Grady merasakan pengar seperti pagi-pagi yang sering dia jumpai beberapa waktu terakhir. Lelaki itu memijit pelipis sambil meringis. Setelah merasa lebih baik, Grady pun bangkit. Namun, pandangannya langsung terarah pada tubuhnya yang masih dalam keadaan tak berpakaian sama sekali. Lelaki itu berdecak lalu menutup wajah dengan telapak tangan sambil mendesah keras.Grady ingat apa yang sudah dia lakukan semalam. Bagaimana dia menggagahi istrinya dengan tidak berperasaan. Namun, tidak biasanya dia terbangun dalam ke

Bab terbaru

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 98. Pelangi usai Badai

    Lika-liku kehidupan yang dilalui Evita, membuat wanita itu merasa seperti naik roller coaster. Meski terlalu banyak kisah pahit yang dia rasakan, namun tak sedikit pula air mata haru yang tumpah oleh kebahagiaan."Sudah siap?" tanya Yuliati seraya tersenyum hangat.Evita menarik napas dalam lalu mengangguk kecil. Rasa gugup yang memenuhi benak, membuat sekujur tubuhnya terasa kaku. Dia lantas menyambut uluran tangan Yuliati dengan telapak tangannya yang sedingin es."Sudah dua kali kok masih gugup," komentar Yuliati seraya terkekeh renyah."Aku takut, Bulik," kata Evita.Yuliati memutar badan, menatap pada Evita dengan ails berkerut samar."Takut kenapa?" tanyanya peduli.Evita meneguk ludah lalu menundukkan kepala, tidak tahu harus menjawab apa.Dengan lembut, Yuliati mengusap lengan keponakannya. Dia pun tersenyum hangat sebelum kembali berujar, "Bulik ngerti, apa yang telah terjadi di masa lalu kalian itu sangat menyakitkan. Bulik juga ndak akan bisa memaksa kamu untuk menjalani se

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 97. Kesedihan yang Tidak Berkesudahan

    “Kamu di sini? Ini benar kamu, kan?” Grady mengurai pelukan lalu menangkup wajah Evita. Matanya menatap tak percaya pada si wanita. Dia lantas meneliti wajah mantan istrinya dengan seksama, khawatir salah melihat dan berakhir dengan kekecewaan.Evita menganggukkan kepala. Di sela-sela tangis, terselip senyum haru untuk sang mantan suami. Dia lantas menyentuh tangan Grady yang mendarat di pipinya.“Ini aku, Grad. Aku sudah maafin kamu, tapi kamu jangan pergi. Aku nggak mau kamu pergi,” ujar wanita itu dengan suara parau.Kedua netra Grady pun tampak berkaca-kaca. Terharu, bahagia yang teramat sangat. Apa yang dia pikir akan menjadi sesuatu yang tidak mungkin untuk digapai, ternyata Tuhan menggariskan takdir yang sebaliknya.“Terima kasih, Sayang. Terima kasih,” ucap lelaki itu seraya menarik tubuh Evita dalam dekapan.Mereka berpelukan erat dengan jiwa yang melebur dalam bermacam-macam emosi positif yang memenuhi benak. Sampai-sampai mereka menjadi pusat perhatian dari orang-orang yang

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 96. Takut Kehilangan

    Evita tidak mengira kalau dia akan bertemu lagi dengan Arman, Gracy, bahkan Tania. Orang-orang yang berasal dari masa lalunya itu kini tengah duduk di teras rumah Yuliati.“Sini sama Mama, Sayang,” bujuk Gracy pada Tania yang tidak mau turun dari pangkuan Evita.Tania menggeleng dan malah memeluk leher Evita semakin erat.“Aku mau sama Tante saja,” kata gadis kecil itu.Evita memang tidak mengatakan apa-apa, tetapi wanita itu membalas pelukan Tania tak kalah erat. Seolah ingin menunjukkan bahwa dia juga sangat menyayangi anak itu, bahwa dia sangat merindukan gadis kecilnya yang kini sudah terlihat lebih besar.“Untuk apa kalian datang kemari?” tanya Evita dengan suara sedikit serak.Setelah Yuliati meninggalkan Evita bersama keluarga Ferdinata, hanya celotehan Tania yang menjadi penengah di antara mereka. Evita pun menjawab sekadarnya. Meski sudah berusaha terlihat ramah, namun tetap saja gurat kesedihan yang tergambar di wajah wanita itu tidak dapat ditutupi.“Maaf kalau kami datang

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 95. Keluarga dari Jakarta

    Sebuah mobil yang memasuki halaman rumah Yuliati mengundang perhatian. Yuliati dan beberapa pegawainya yang tengah mengemas snack pun langsung melihat ke luar rumah, ketika mereka mendengar deru halus mesin kendaraan roda empat tersebut.“Siapa yang datang?” gumam Yuliati.Wanita paruh baya itu mengelap tangan pada celemek lalu bangkit. Netranya masih mengarah pada mobil di luar yang baru saja berhenti. Tampak asing, Yuliati tidak pernah melihat mobil tersebut sebelumnya. Sempat berpikir bahwa mungkin saja itu adalah Grady, namun saat melihat seorang gadis kecil yang turun dari kendaraan tersebut, Yuliati semakin penasaran.“Anak siapa, ya? Ndak pernah lihat,” gumamnya lagi.Penasaran dengan tamunya, Yuliati pun keluar dari rumah. Kening wanita itu berkerut, menunggu sambil memperhatikan baik-baik penumpang mobil yang mulai menjejakkan kaki di halaman rumahnya satu persatu.“Ma, Tante ada di sini, ya?” Gadis kecil yang turun paling pertama dari mobil itu, terlihat bertanya pada seseor

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 94. Ketulusan

    Memang tidak salah jika ada yang bilang bahwa ikhlas adalah ilmu yang sangat tinggi. Bukan hal yang mustahil, tetapi tidak banyak orang yang mampu menakhlukkan ikhlas pada level tertinggi.Tak berbeda dengan Grady. Meski dia sudah berusaha merelakan Evita untuk mencari kebahagiannya sendiri, akan tetapi masih saja ada rasa sakit yang menyentil hati. Tidak hanya sekali dua kali, keinginan untuk mengingkari ucapan itu menggoda iman si lelaki. Namun, saat ingat bahwa hal tersebut hanya akan semakin memperkeruh hubungannya dengan Evita, lelaki itu pun berusaha keras untuk melawan keinginan hati. Apa pun yang terjadi, dia harus bisa bertahan agar Evita tidak semakin membencinya.Atensi Grady teralih pada dering ponsel yang terselip di saku celananya. Dia berhenti melangkah lalu mengambil ponsel tersebut untuk melihat siapa yang menghubungi. Setelahnya, dia angkat pandangan dan berkata pada orang yang sedang bersamanya.“Duluan saja. Nanti saya nyusul,” ujar lelaki itu.Dia lantas menepi ke

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 93. Mencintai adalah tentang Kebahagiaan

    Semua mata terpusat pada arah sumber suara, pada seorang lelaki yang baru saja muncul dengan langkah yang semakin dekat dengan mereka. Wajah yang tidak asing, tampak tersenyum ramah pada keluarga tersebut.“Maaf, aku datang sepagi ini,” ucap Grady saat berhenti melangkah beberapa meter di hadapan Evita dan keluarganya. Lelaki itu berpaling sejenak pada dua pegawai toko bunga yang mengantar pesanannya, lalu berkata, “Tolong turunin bunganya.”Setelah itu, Grady kembali melihat pada Evita yang tengah mengetatkan rahang, tampak begitu murka terhadap dirinya. Wanita itu berjalan cepat dengan tangan mengepal, menghampiri Grady. Kemudian, sebuah tamparan mendarat di wajah si lelaki dengan begitu keras dan tiba-tiba.Plak!Wajah Grady turut berpaling mengikuti arah tamparan tersebut. Dia sentuh sisi wajah yang terasa panas dengan tenang. Dia tidak akan marah, meski Evita menghajar dirinya. Grady merasa itu masih belum sebanding dengan apa yang pernah dia lakukan pada wanita tersebut.“Pergi

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 92. Tidak Bisa Menjaga Rahasia

    Evita meneguk ludah, melihat Yuliati menatap penuh emosi kepadanya.“Bulik,” cicit Evita.“Ya Tuhan, Nduk,” ujar wanita paruh baya itu.Yuliati langsung menghampiri Evita dan memeluk keponakannya itu dengan erat.“Kenapa kamu ndak pernah bilang sama Bulik, Nduk? Kenapa kamu merahasiakan ini dari Bulik?” Yuliati mengurai pelukan lalu menangkup kedua sisi wajah Evita. Kedua pipi wanita paruh baya itu sudah basah oleh air mata yang membanjir.Sepintas, Evita melirik pada Yonik yang masih berdiri di ambang pintu sambil menundukkan kepala. Dugaannya, Yonik telah menceritakan semuanya kepada Yuliati. Tadinya, Evita ingin marah. Namun, saat ingat bahwa permintaan maaf Grady ditayangkan langsung, wanita itu meredam kembali kemarahannya. Karena tidak menutup kemungkinan bahwa Yuliati melihat tayangan itu dan bertanya pada Yonik.“Maaf, Bulik,” ucap Evita lirih. Wanita itu menundukkan kepala dalam-dalam, tak berani memandang wajah buliknya.Yuliati membersit ingus lalu merangkul Evita. Berusaha

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 91. Dejavu

    Dejavu. Grady pernah membuat acara semacam ini untuknya saat dia masih bekerja di Neo Creative. Bedanya, sekarang mereka menjadi tontonan seluruh masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Evita malu. Alih-alih menjawab sapaan lelaki itu, Evita justru menundukkan kepala untuk menyembunyikan wajah dari sorotan kamera, meski hal itu sudah sangat terlambat. Sungguh, dia ingin lari dari sana secepat mungkin. Namun, kakinya seolah sudah menyatu dengan lantai. Sendi-sendi di tubuhnya terasa kaku. Otaknya pun serasa membeku, hingga dia tak memiliki kendali untuk menggerakkan tubuhnya sendiri.Grady menoleh ke sekitar lalu tersenyum pada orang-orang yang ada di sana sebagai ucapan terima kasih karena sudah membantu dirinya melakukan semua ini.“Terima kasih untuk bantuannya. Maaf merepotkan kalian pagi-pagi begini,” ucap Grady pada semua orang yang terlibat dalam acara tersebut.Setelah itu, Grady kembali mengarahkan pandangan pada Evita yang tampak salah tingkah dan mati gaya di hadapannya. Lelaki

  • Mantan Simpanan Ayah Mertua   Bab 90. Resign

    Apakah Evita masih cinta pada Grady?Pertanyaan itu terdengar mudah, namun sangat sulit untuk Evita jawab. Yonik baru saja melempar pertanyaan yang sangat sensitif, hingga wanita itu lebih memilih diam tak mengatakan apa-apa.Evita bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya dia rasakan. Lisannya bisa saja berkata tidak, tetapi mengapa jika mengingat lelaki itu batinnya masih saja terasan sesak? Kalaupun dia jawab masih cinta, keinginan untuk bersama lagi rasanya sudah sirna dari dalam dada.Tak berbeda dengan Evita yang merasakan dilema, Yonik pun mencicipi hal serupa. Pembicaraannya dengan Evita mengenai masalah tersebut berakhir ketika wanita itu enggan untuk menjawab pertanyaannya. Di samping itu, Yuliati pun keburu pulang dari belanja dan ikut nimbrung mengobrol dengan mereka.Berkali-kali Evita memberi isyarat pada Yonik, memperingatkan lelaki itu untuk tidak menceritakan apa yang baru saja dia katakan tentang Grady kepada Yuliati. Melihat Yuliati yang begitu baik terhadap dirinya, Ev

DMCA.com Protection Status