Erlangga berbaring di ranjang pasien dengan wajah lemah, menatap Amora.“Amora maafkan ibumu mertuamu—““Maaf Tuan Erlangga, saya sudah lama bercerai dari Rehan,” potong Amora datar mendengar kata-kata Erlangga.Rehan menatapnya dengan tajam.Para rekan dokter Amora memilih diam, tidak ingin ikut campur dan berpura-pura tidak mendengar masalah keluarga pasien yang berkaitan dengan Amora.Sofia mendengus sambil mencibir.“Siapa juga yang sudi punya mantan menantu seperti kamu!” Dia kemudian memprotes pada suaminya.“Sayang, apa kamu sudah lupa, menantu kita sekarang ada Olivia.”Para dokter lain menatap Amora dan Olivia. Situasi ini sangat canggung bagi Amora yang menjadi dokter dari keluarga mantan suaminya, apalagi melihat istri sahnya.Sementara Olivia terlihat tidak nyaman dengan konflik yang terjadi antara mantan istri suaminya dan keluarga Dwipangga. Dia tidak ingin terlibat, namun Sofia menyebutkan namanya membuat dia jadi pusat perhatian.Olivia tersenyum paksa. Dia sangat kesa
Amora memiliki sedikit kesan tentang mantan Ayah mertuanya. Ketika dia menikah dengan Rehan, Erlangga tidak banyak menolak atau pun mencaci latar belakangnya seperti Sofia.Tapi bukan berarti Erlangga adalah orang yang baik. Dia tidak membelanya atau menghentikan Sofia menindas Amora. Dia adalah orang paling acuh tak acuh saat Amora menderita di keluarga Dwipangga.Sekarang dia mendadak baik membuat Amora curiga.Sofia mendengus memelototi Amora.“Sudah dikasih baik, begini balasanmu?! Lulusan perguruan tinggi apanya, sikap sudah kayak orang tidak berpendidikan. Ck,ck, ck pantas tidak sopan, nggak ada orang tua yang ngajar sih.”Amora mencoba sabar, namun Sofia membawa orang tuannya membuat habis kesabaran.“Anda lebih baik bercermin sendiri, keluarga terpandang? Tapi perilaku Anda seperti orang kampungan dan ibu-ibu di pasar.” Amora berkata dingin.“Apa kamu bilang!” Sofia marah.“Tutup mulutmu Amora! Jangan menghina ibuku!” bentak Rehan tidak ingin ibunya dihina.Amora menatap merek
“Mengapa kamu tetap bergabung dengan tim ini kalau yang menjadi pasien kita adalah mantan mertuamu?”Konflik Amora dengan keluarga Dwipangga sudah menyebar membuat semua orang tahu tentang masalah rumah tangga Amora berkat mulut besar Sofia.Amora mengangkat bahu acuh tak acuh.“Kita harus bersikap profesional dalam keadaan apa pun.”...Setelah pemeriksaan, Erlangga akhirnya di bawa keluar dari kamar perawatan menuju ke ruang operasi. Karena ini adalah operasi penting kepala keluarga Dwipangga, Sofia tidak membuat ulah. Seluruh perhatian terfokus pada suaminya membuat Amora lega tidak mendengar komentar pedas dari mantan mertuanya.Namun Amora tidak melihat keberadaan Olivia maupun Rehan menunggu bersama Sofia.Dia mengangkat bahu tidak peduli dan pergi meninggalkan kamar rawat Erlangga untuk mengganti jas dokternya dan bersiap dengan operasi.“Apaan sih, kamu membuatku malu.”Ketika Amora melewati ruang penyimpanan alat kebersihan, dia mendengar suara yang sangat akrab tertawa cent
Dia sangat cemas Amora mendengar semua kata-kata yang dia ucapkan pada Randika.“Olivia, aku tidak menyangka kamu adalah perempuan yang murahan. Kamu mengambil Rehan dariku, tapi ini balasanmu? Kamu berselingkuh dari Rehan?!”Olivia terlihat bersalah, namun dia takut Amor akan mengadukan tindakannya pada Rehan.“Apa maksud kamu? siapa yang berselingkuh! Jangan ngomong sembarangan!” ujarnya menaikkan suaranya karena cemas.“Kamu pikir aku tuli tidak bisa mendengar kata-kata yang kamu ucapkan pada Randika?”“Ini bukan urusan kamu!” Olivia berseru gusar dan berbalik ingin meninggalkan Amora.Namun Amora menarik lengannya hingga dia berbalik menghadapnya. Dia menatap Olivia tajam.“Urusan aku jika kamu melibatkan Randika. Randika adalah sepupuku, aku tidak akan membiarkan dia ditipu oleh perempuan munafik seperti kamu.”“Jika kamu tidak ingin melaporkan perbuatanmu, jauhi Randika,” desisnya mencengkeram lengan Olivia erat.Mata Olivia memerah marah. Tiba-tiba air matanya mengalir.“Mengap
“Apa maksud kamu Olivia akan mengkhianatiku?!”Olivia menarik lengannya.“Sayang, jangan dengarkan dia. Dia hanya ....”Amora menatapnya dengan ekspresi tenang.Olivia menghindari tatapannya. Demi menutupi fakta bahwa dia berselingkuh dan ketahuan oleh Amora, dia melakukan sesuatu yang membuat Amora membencinya.“Amora tidak suka melihat kita bahagia. Karena itu dia mencoba memfitnahku berselingkuh untuk menghancurkan rumah tangga kita karena dulu aku yang menghancurkan rumah tangganya,” bisiknya lirih menunduk menghindari tatapan Amora.Dia tahu Rehan lebih percaya padanya dibandingkan dengan ucapan Amora.Rehan terkejut dan emosi mendengar kata-kata Olivia. Dia menatap Amora dingin dan mencibir.“Jalang,” desisnya.“Kamu ingin menghancurkan rumah tangga kami, karena itu kamu mengincar kakakku?!”Amora menatapnya datar, lalu mengalihkan pandangannya Olivia.Olivia langsung menunduk menghindari tatapannya.“Sayang, ayo pergi.” Dia menarik lengan Rehan membawanya pergi dari sini.Rehan
Kembali beberapa jam sebelumnyaUsai Rehan dan Olivia pergi, membuat Amora hampir lupa dengan jadwal operasi Erlangga. Dia beranjak dengan langkah sedikit tergesa menuju ke ruang operasi setelah mengenakan dan melakukan sterilisasi.Di ruangan itu sudah ada beberapa dokter termasuk Giandra yang ikut andil dalam menangani operasi Erlangga.Dokter Giandra tampak menunggu dengan perasaan gusar. Tidak seharusnya Amora terlambat untuk masuk ke ruang operasi, tetapi wanita itu belum juga menunjukkan batang hidungnya."Ke mana dia? Kenapa di jam segini belum muncul juga?" Laki-laki itu bergumam sambil tatapannya tak kunjung beralih dari pintu masuk.Beberapa perawat sedang mempersiapkan segala kebutuhan di ruang operasi. Para Dokter yang masuk dalam tim juga tengah berhadapan dengan Dokter Giandra menggelengkan kepala tidak tahu. Tidak ada yang tahu ke mana Amora pergi.Giandra melirik jam di dinding dan menghitung mundur dari angka tiga. Tepat setelah dia selesai menghitung, muncullah Amora
"Sekarang kamu berani memprotes bagaimana saya memperhatikanmu?" Tetapan intimidasi dari Dokter Giandra menyorot Amora."Bukan begitu maksud saya, Dok." Dia menghela nafas."Maksud saya adalah, tentang operasi tentu saja itu sangat jauh berbeda dan tidak bisa disamakan dengan shopping." Entah karena Amora sendiri sedang kehilangan akal karena meladeni perdebatan ini, atau karena dirinya masih terpancing emosi lantaran pertengkarannya dengan sepasang suami istri tadi."Kalau begitu seharusnya kamu tidak membuat pasien menunggu!" Dokter Giandra meninggikan suaranya. "Apa kamu pikir dirimu bisa bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada pasien?! Bagaimana dengan keluarga pasien yang sudah susah payah kamu bujuk agar kamu bisa ikut serta dalam operasi ini?! Jangan hanya karena aku pernah membelamu sekali, kamu bisa bersikap seenaknya seperti ini!"Amora hampir kehilangan kata-kata. Dia sadar bahwa operasi ini menyangkut reputasinya apalagi di hadapan keluarga Dwipangga. Namun, meskipun
Keluarga Dwipangga berkumpul di depan ruangan operasi.Sudah berjalan selama 5 jam sejak tim Dokter masuk ke ruangan operasi dan sejak saat itu pula Sofia, Rehan dan Olivia menunggu.Raut wajah cemas tidak luput dari mereka, terlebih Sofia."Kenapa lama sekali? Apa bisa operasi berjalan selama itu?" Dia bergumam dengan gusar."Bu, ini bukan operasi penyakit ringan. Lihat sendiri dokter yang menanganinya saja lebih dari satu." Rehan yang duduk di samping ibunya menjawab.Sofia tidak merespon dan hanya membuang nafasnya panjang. Dari wajahnya terlihat jelas bahwa wanita paruh baya Itu tampak lelah.Tiba-tiba Olivia yang duduk di samping suaminya berdiri dan berkata, "Bu, Rehan, aku mau izin keluar dulu boleh tidak?"Sofia menggeser pandangannya pada sang menantu. Kening wanita itu berkerut tampak tak suka. "Kamu mau ke mana?"Olivia melempar senyum seraya menjawab, "Mau jemput Oliver, Bu. Dia tidak bisa ditinggal terlalu lama. Maaf karena tidak bisa menunggu sampai operasinya selesai."
“Sayang? Udah bangun?"Amora yang baru saja akan membuka matanya dari tidur, sedikit terkejut dengan suara suaminya. Terdengar sangat serak dan dekat. Tatkala ia menoleh, senyum tampan suaminya menyambut dirinya.Giandra tertawa kecil. Laki-laki dewasa yang baru saja kembali dari kantin itu sedang menggendong sang buah hati. Tampaknya juga bayi lucu yang menurun dari ibunya sedang ikut tertidur juga. Terlihat dari mata kecil yang tertutup rapat. Dan bibir yang maju ."Kamu haus nggak?" tanya Giandra sembari berjalan ke arah box bayi dan menempatkan kembali putranya di sana. Kemudian berbalik dan duduk di sisi kanan ranjang rumah sakit istrinya. Rambut lepek di atas dahi ia usap lembut."Sedikit," jawab Amora dengan senyum manis. Senyumnya semakin sumringah ketika Giandra dengan cepat mengambilkan minum untuknya."Mau duduk dulu?" tawar Giandra yang di balas anggukan lemah dari Amora. Setelah mendudukkan diri, barulah Amora meminum air yang disodorkan oleh Giandra."Kamu mau pulang sek
Giandra benar-benar menjadi ayah dan suami siaga saat ini. Bahkan istrinya saja sampai bosan melihat wajahnya dan berulang kali meminta agar dokter tersebut pergi.“Ini jam istirahat, lebih baik kamu makan siang,” bujuk Amora yang khawatir dengan kesehatan suaminya.“Aku ingin bersama anak kita dulu,” jawabnya.Laki-laki itu menggendong sang buah hati dan memainkan pipi Ghazam yang masih merah. Ia benar-benar dibuat gemas dengan bayi mungil tersebut.Saat tengah menggendong tiba-tiba bayi itu menangis dan membuat Giandra panik bukan main. Amora yang reaksi suaminya lantas tertawa pelan.“Ghazam, lapar, ya?” tanya Giandra seraya menyerahkan bayi tersebut ke Amora.“Makan siang, lalu ke sini kalau sudah tidak ada pasien lagi,” ujar Amora dan dengan terpaksa akhirnya Giandra setuju. Sebelum makan siang Giandra menyempatkan diri mencium kening istrinya terlebih dahulu, lalu pergi.Giandra tampak seperti orang sinting saat ini karena suasana hatinya benar-benar baik. Ia menyapa beberapa pe
Setelah perceraian Rehan dan Olivia, Giandra dan Amora akhirnya memutuskan meninggalkan keluarga Dwipangga. Awalnya keluarga Dwipangga tidak setuju dan dia bertengkar hebat dengan Sofia. Tapi tidak ada yang bisa mengalahkan kekeraskepalaan Giandra. Dia membawa Amora kembali ke Singapura meninggalkan semuanya di Indonesia.Beberapa bulan kemudian.Amora menahan keluh saat kakinya mulai sakit. Ia tetap kelihatan kuat walau kakinya pegal luar biasa, lagi pula ini adalah salahnya yang ingin berbelanja di saat umur kandungannya sudah memasuki usia sembilan bulan.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Giandra yang sepertinya paham dengan keadaan istrinya tersebut.“Tidak apa-apa, Giandra,” jawabnya dengan tersenyum manis.Laki-laki tampan tersebut menghela nafas berat, ia berjalan cepat hingga membuat Amora terkejut karena wanita itu tidak dapat mengikutinya, tapi tidak lama Giandra kembali dengan membawa kursi plastik.“Duduk dulu,” kata Giandra dan Amora menurut. Laki-laki tersebut berjongkok di de
Akhirnya proses perceraian Olivia dengan Rehan berjalan lancar. Tampaknya tidak ada yang merasa sedih atau berat hati jika keduanya berpisah. Sofia malah tampak senang. Jelas saja, karena wanita itu memang sudah lama ingin agar Rehan bercerai dengan Olivia. Sisanya tidak ada yang berkomentar sama sekali.Sementara Oliver yang masih tidak paham kalau kedua orang tuanya sudah bercerai juga santai-santai saja ketika melihat Olivia pergi meninggalkan mansion sambil menyeret dua buah koper. Sepertinya faktor terbiasa ditinggal pergi oleh Olivia membuat anak itu berpikir kalau ibunya pergi dalam rangka melakukan liburan, bukan karena telah berpisah dengan ayah sambungnya.Setelah menanda tangani surat perceraian itu, Rehan tidak pulang semalaman dan baru pulang esok harinya setelah menghabiskan waktu dengan mabuk-mabukan di bar. Ia mabuk bukan karena sedih akan bercerai dengan Olivia, tentu ia juga akan dengan senang hati menceraikan wanita itu jika saja tak ada Oliver yang membuat pria itu
Olivia masih yakin kalau suaminya itu sedang bersama dengan Anna. Tentu pemikiran ini muncul karena dia merasa Rehan sedang membalas dendam karena dirinya yang tidak pulang beberapa hari guna menghabiskan waktu bersama Randika, dan tentu saja pria itu tidak akan sudi jika hanya berdiam diri di rumah saja dan menunggu kepulangannya. Jadi, memang lebih masuk akal jika Rehan menghabiskan waktunya di luar bersama dengan wanita lain, dan tentu wanita itu adalah Anna. Memang siapa lagi wanita yang saat ini sedang dekat dengan Rehan?Lagi pula, sejak kepulangannya, tidak hanya Rehan yang tak tampak, Anna juga tidak datang ke mansion ini. Sesuatu yang patut dicurigai oleh Olivia.Ketika sarapan tadi pagi pun yang hadir di meja makan hanya Olivia dan kedua mertuanya. Amora dan Giandra absen hadir di meja makan karena alasan kesehatan Amora yang sedang tidak bagus. Wanita itu kembali mengalami mual yang hebat dan membuat Giandra jadi mengambil cuti guna merawat istrinya yang tengah hamil muda i
Setelah menunggu semalaman sampai pagi tiba, Olivia tidak juga mendapati Rehan berada di mansion ini. Ia curiga kalau pria itu sengaja tidak pulang untuk menghindarinya. Atau bisa saja pria itu memang pergi untuk bersenang-senang dengan wanita lain.“Apa dia menghabiskan waktu dengan dokter itu dan saking senangnya dia sampai tidak berniat pulang lagi? Atau jangan-jangan mereka sudah merencanakan pernikahan?” tanya Olivia kepada diri sendiri.Wajar jika Olivia berpikir begitu, karena malam ketika Anna berpamitan kepada keluarga Dwipangga ini Olivia tidak berada di rumah, wanita itu begitu sibuk menghabiskan waktunya di tempat tinggal Randika. Berada di rumah dengan kehadiran Anna sesekali ke rumah itu, terlebih saat Giandra masih sakit dan cuti bekerja membuat Olivia jadi gerah.Dia beralasan ingin menjenguk Giandra, tapi tujuannya tentu saja untuk mencuri-curi waktu bersama Rehan dan mengambil hati wanita tua itu yang ingin sekali menjadikannya menantu, batin Olivia jika teringat bag
Setelah beberapa hari ini Amora tidak diserang rasa mual yang hebat seperti sebelum-sebelumnya, sekarang rasa mual itu mulai datang lagi. Sejak pagi Amora sudah berkali-kali ke kamar mandi, berusaha memuntahkan isi perutnya. Namun tidak ada yang ke luar selain cairan bening yang terasa pahit di tenggorokannya. Giandra yang tidak tega melihat Amora yang berbaring lemas di ranjang menjadi dilema untuk pergi kerja atau izin libur agar bisa merawat Amora.Giandra akhirnya membatalkan niatnya untuk pergi kerja dan memelepon ke rumah sakit. Sebenarnya sebelum Amora diserang rasa mual yang hebat itu Giandra sudah berpakaian rapi seperti biasanya. Namun, saat ini jasnya sudah tergeletak di sofa di kamarnya, lengan baju yang sudah dikancingnya pun sudah digulung sampai siku, dan dasinya sudah dilepas, bahkan kancing kerah bajunya juga sudah dicopot. Giandra kini bertransformasi menjadi suami yang siaga. Dia memijat tengkuk Amora ketika lagi-lagi perempuan itu merasakan perutnya bergejolak.“Ma
Randika membolakan matanya saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Olivia. Sebenarnya bukan baru kali ini saja dia mendengar Olivia mengucapkan kata kalau ia ingin cerai dengan Rehan, Randika sudah mendengarnya berulang kali. Tapi, saat ini yanh membuat Randika cukup terkejut adalah karena dari raut wajahnya tampak kalau Olivia tidak main-main dengan apa yang diucapkannya. Wanita itu kelihatan sangat serius dan sudah yakin kalau akan meminta cerai dari Rehan."Kau yakin dengan apa yang kau ucapkan itu, Honey?" tanya Randika dengan kening mengernyit.Olivia mengangguk yakin. Wajahnya terlihat begitu tegas dan tidak sedikit pun tampak kebimbangan atau kecengengan di sana, sangat jauh berbeda dengan Olivia yang ketika pertama kali mengatakan ingin bercerai itu menyampaikan kepada Randika sambil menangis. "Ya, aku sangat yakin," tegas Olivia.Randika bangkit dari tidurnya dan duduk menghadap ke arah Olivia. Kemudian dia meyakinkan wanita itu untuk memikirkan ulang keputusannya dan
Sebenarnya Giandra tak punya rencana untuk mengajak Amora pergi ke rumah ibu Anna. Mana mungkin di saat perasaan bersalah yang dideritanya karena merasa telah mengkhianati Amora sebab Anna yang menyatakan cinta kepadanya membuat pria itu mengambil keputusan untuk mengajak sang istri bertemu dengan orang tua wanita itu? Giandra tak segila itu.Namun, entah bagaimana ceritanya, pagi-pagi sebelum Amora mengatakan kepadanya kalau wanita hamil itu ingin makan seblak, sebuah pesan mendarat di handphone nya. Pesan dari Anna.Dokter AnnaPagi Dokter GiandraMaaf jika membuat Dokter tidak nyamanSaya hanya ingin menyampaikan maaf dan terima kasih sekali lagiTerutama untuk AmoraOh iya, tadi saya sudah menyampaikan kepada ibu kalau Amora ingin makan seblakDan Ibu meminta agar Dokter Giandra dan Amora datang ke rumahIbu bilang akan membuatkan seblak sebagai rasa terima kasihSemoga Dokter berkenan menerima kebaikan kamiGiandra menghela napas. Saat pesan itu datang kepadanya, jelas dia tidak