Share

Part 64

Penulis: Aufa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Hai, Alula. Aku Naufal. Mungkin kamu sudah dengar namaku dari ibu kamu," jawab orang dari seberang sana, yang bersuara laki-laki. 

"Siapa memangnya? Sepertinya aku lupa," kataku. 

Gaza terus mengawasi, membuatku merasa kurang nyaman. 

"Aku Naufal yang mau dijodohin sama kamu, Alula. Kamu sudah tau, kan, mengenai perjodohan kita?" 

"Apa?!" Aku syok mendengar penuturan orang yang menelponku ini. 

"Ada apa, Alula? Siapa yang menghubungi kamu?" tanya Gaza dengan raut khawatir. 

Benarkah orang yang menelpon ini adalah orang yang mau om Ardi jodohin sama aku? Tapi, dari mana orang ini tahu nomor ponselku, yang bahkan om Ardi saja nggak punya. Masa iya sih, kalau ibu yang ngasih tahu. 

"Alula." 

"Alula." 

Antara Gaza, dan orang di seberang sana memanggilku secara bersamaan, hingga membuat bingung, aku mau jawab yang mana. 

Tak kupedulikan Gaza, aku berlari ke luar dari r

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Aini Agustina
si gaza sat set.. drpd ketikung kali ya
goodnovel comment avatar
Hapsari Atmadja
ceritany keren ikut gemes sama Gaza,... saking penasaran ny nie cerita aku bela² in tup up .... lanjutkan aku tungggu ...️...️...️...️...️...️
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mantan Jadi Bos   Part 65

    "Naufal, aku kedatangan tamu, nih. Pertemuan kita hari ini cukup sampai di sini dulu, ya," ucapku pada laki-laki yang dijodohkan oleh om Ardi denganku.Ada Lashira di sini. Kalau aku nggak usir Naufal sesegera mungkin, Lashira akan tambah curiga, dan pasti akan bertanya macam-macam."Oh, baiklah. Tapi, lain kali kita bisa ketemu lagi, kan?" Naufal menatapku."Mmm ... mungkin. Nanti aku bakal kabarin lagi," kataku, meski berharap ini pertemuan yang terakhir kali.Setelah memastikan Naufal pergi, aku segera membawa Lashira masuk ke kost."Uuh ... berantakan banget kost-annya," komentar Lashira begitu memasuki kamar kost. Aku sih, nggak heran kalau Lashira bakal ngomong kayak gitu. Maklum, orang kaya mana mungkin pernah merasakan tinggal di ruangan sempit seperti ini."Ya ... pastinya, kalau dibanding rumah kamu, bak bumi, dan

  • Mantan Jadi Bos   Part 66

    Hari ini aku nggak masuk kerja lagi. Tepatnya izin cuti, karena pulang kampung. Kemarin ibu menyuruhku untuk pulang. Katanya akan membicarakan perihal perjodohanku dengan Naufal, juga tentang lamaran Gaza.Sedari kemarin, Gaza tak memberiku kabar. Aku juga nggak berusaha buat hubungi dia dulu. Tapi, menurut informasi dari Lashira, Gaza, dan kedua orang tuanya belum pulang ke Jakarta. Kata ibu, mereka juga nggak menginap di rumah.Mendengar kabar itu, membuatku khawatir. Mungkin saja kan, kalau ibu sudah menolak lamaran itu, lalu Gaza merasa patah hati, hingga memutuskan untuk menunda kepulangan ke Jakarta.Jika benar ibu sudah menolak Gaza, tahu gitu, kemarin-kemarin aku terima lamaran Gaza aja dulu tanpa sepengetahuan ibu. Biar nanti aku sama Gaza bisa sama-sama meyakinkan ibu. Huh! Aku jadi nyesel karena nggak langsung kasih jawaban ke Gaza waktu itu.'Alula, kata ibu kamu,

  • Mantan Jadi Bos   Part 67

    "La, kalau bener keluarga Gaza yang punya kantor tempat kamu kerja, ibu kok, jadi nggak yakin merestui, seandainya kamu milih Gaza."Oh My God! Ini apa lagi? Kenapa ibu jadi berubah pikiran begini?Aku mengerutkan dahi. "Memangnya kenapa, Bu?""Ya, berarti mereka kan orang kaya, La. Sedangkan kita cuma orang biasa," jawab ibu.Nggak salah sih, kalau ibu memikirkan hal ini. Tentunya, aku juga sadar diri kok, kalau status sosial antara aku, dan Gaza amatlah berbeda. Tapi, sebelumnya aku sudah memberitahu Gaza tentang hal ini, dan dia sama sekali tidak mempersoalkan mengenai ini, pun dengan kedua orang tuanya. Makanya, aku berani maju, dan memikirkan untuk menerima Gaza."Tapi, Gaza, dan keluarganya nggak pernah menilai orang dari status sosialnya, Bu. Orang tua Gaza juga tau, kok, aku berasal dari golongan rakyat jelata, dan mereka setuju-setuju aja. Kalau orang tua Gaza nggak setuju, nggak mungkinlah mereka kemarin datang ke sini,"

  • Mantan Jadi Bos   Part 68

    "Lho, kenapa? Memangnya apa kurangnya Naufal?""Ini bukan cuma tentang Naufal, Om. Tapi, aku udah ada pilihan lain. Om mau, kan memberi restu untuk pilihanku? Om mau kan, jadi wali nikahku dengan pria yang aku suka?""Tentu om mau menjadi wali nikah kamu, Alula. Kan om satu-satunya saudara kandung laki-laki dari ayah kamu. Tapi, om mau jadi wali kamu, jika calon suami kamu adalah laki-laki yang baik, seperti Naufal," ucap om Ardi.Aku menghela napas. Lagi-lagi Naufal yang jadi acuannya om Ardi. Memangnya laki-laki baik di dunia ini cuma Naufal aja, apa? Banyak kali, salah satunya Gaza. Uuh, aku jadi kangen deh, sama dia."Pilihan aku laki-laki baik, kok, Om," ungkapku."Buktinya apa?""Kemarin lusa, dia datang melamar langsung ke ibu bersama kedua orang tuanya. Kalau Om nggak percaya, tanya aja ke ibu," ujarku.Om Ardi manggut-manggut. Tampaknya dia sedang berpikir. Harapanku sih, om Ardi setu

  • Mantan Jadi Bos   Part 69

    "Maaf, semuanya, khususnya untuk ibu, dan omnya Alula. Karena Alula sudah menerima saya, apa saya boleh mengajukan permintaan?" tanya Gaza."Ooh, tentu saja boleh, Nak Gaza," jawab ibu, "ayo diutarakan saja."Gaza tersenyum. "Begini, Bu, apa boleh kalau hari ini juga, saya menikahi Alula?"Semua tercengang mendengar penuturan Gaza. Begitu juga aku. Bisa-bisanya dia bersikap bak orang yang nggak sabaran buat cepet-cepet nikah di depan ibuku. Apa dia nggak malu?Ibu tersenyum. "Gimana, ya? Ibu sih, ikut gimana baiknya saja, Nak Gaza.""Begini, Ibunya Alula. Sebenarnya, ini anak sama menantu saya mau mengadakan resepsi pernikahan kurang lebih delapan hari lagi. Jadi, mungkin Gaza ingin sekarang menikah dulu, lalu resepsinya dibarengkan sama resepsi adiknya Gaza nanti," jelas bu Maura."Iya, Bu, mungkin maksud kak Gaza, biar resepsinya bareng aja sama resepsi saya besok." Liora menimpali.Ibu manggut-manggut

  • Mantan Jadi Bos   Part 70

    Di sinilah aku sekarang. Di kamarku bersama dengan bu Maura, dan adik kembar Gaza, Lashira, dan Liora. Eh, kalau dipikir-pikir, kok aku dan Gaza sama-sama punya adik kembar, ya. Jangan-jangan, anak kami nanti juga kembar, secara kami sama-sama berasal dari keluarga yang punya gen anak kembar."Udah, selesai!" sorak Liora setelah dia selesai meriasku. Riasannya cukup bagus, dengan Korean look make up seperti request dariku. Melihat di cermin, aku terlihat cantik. Ya, meskipun nggak pake make-up juga cantik, sih, hehe."Wow! Cantik banget, sih, kakak iparkuuu," puji Lashira dengan begitu antusiasnya. Dia kemudian mengambil ponselnya yang sedari tadi tergeletak di ranjang, lalu mulai memotretku. "Ini kalau dikirim ke kak Gaza, pasti dia bakal liatin terus tanpa kedip.""Ngapain dikirim ke kak Gaza segala? Orang sebentar lagi dia juga bakal liat orangnya langsung," ujar Liora."Ya

  • Mantan Jadi Bos   Part 71

    "Gaza lepasin, deh, nggak enak kalau ada yang lihat," ucapku yang merasa tak nyaman. Bukan tak nyaman dipeluk, tapi takut ketahuan sama yang lain, nanti diledekin, lagi, kan malu!"Biarin. Toh, kita sudah menjadi suami istri. Wajar kan, jika seperti ini?" ucap Gaza dengan santainya, tanpa menghiraukan perkataanku. Justru pelukannya kini semakin erat."Tapi, tetep aja nggak enak kalau ada yang liat. Nanti kalau diledekin gimana?" Memang kebiasaan di keluarga besarku tuh, suka meledek pasangan pengantin baru yang lagi mesra-mesraan."Ya, nggak papa. Pasangan pengantin baru, kan, memang sasaran empuk untuk jadi bahan ledekan."Ish! Dasar suami bandel!Baru nikah aja, dia sudah nggak mau dengerin omonganku, gimana kalau usia pernikahannya sudah lama?Aku membalikkan tubuh menjadi menghadap ke arahnya. Grogi jangan

  • Mantan Jadi Bos   Part 72

    "Tadi janjinya cuma sebentar aja, kan ketemunya? Terus, kenapa sekarang malah minta nego perjanjian?"Gaza menggenggam kedua tanganku. "Jujur, aku keberatan dengan syarat tadi siang, untuk tidak sekamar sama kamu. Tapi, daripada kamu nggak mau menikah sama aku, terpaksa aku iyakan.""Ya, udah, kalau gitu, tepati dong, syarat perjanjiannya," kataku."Tadi siang aku tidak berjanji, lho. Cuma mengiyakan saja."Huh! Si*l*n!"Oke. Tapi, kamu tadi janji cuma sebentar ketemunya, kan?"Gaza menghela napas, lalu melepaskan genggaman tangan. Dia menyugar rambutnya seperti sedang frustasi. Duh, aku jadi kasian."Kalau aku ingkar janji bagaimana? Aku beneran tidak bisa berjauhan sama kamu, Alula."Dasar mas suami! Segitu bucinnya ya, sama aku?Melihat matanya yang sendu, membuatku semakin tidak tega. Dia mungkin nggak bisa tidur karena ini bukan di rumahnya, atau di apartemennya. Maklu

Bab terbaru

  • Mantan Jadi Bos   Note

    Saya ucapkan beribu-ribu terima kasih kepada teman-teman semua yang sudah membaca cerita 'Mantan Jadi Bos' 🙏 Tanpa kalian semua, tentunya cerbung ini tidak akan sampai pada tahap ini🥺 Saya juga meminta maaf apabila banyak narasi atau dialog di cerbung ini yang kurang berkenan di hati teman-teman semua. Semua yang tertulis di cerbung 'Mantan Jadi Bos' adalah fiksi, murni dari imajinasi saya. Apabila ada kesamaan nama, tempat dan lain-lain, sungguh tidak unsur kesengajaan. Sekali lagi saya mohon maaf, dan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk teman-teman semua.🙏🥺😘 Boleh mampir ke cerbung saya yang lain, dan nantikan cerbung baru selanjutnya. Sekian Terima kasih ❤️ Aufa

  • Mantan Jadi Bos   Part 85

    Netra ini perlahan membuka. Pemandangan yang pertama kulihat adalah plafon berwarna putih. Menoleh ke samping, ada Gaza yang kini tersenyum lembut ke arahku."Kamu sudah siuman, Sayang?" tanyanya lembut sembari mengelus pipiku dengan jemarinya."Ini kok aku bisa di sini, Mas? Di mana sih, ini?" Aku balik bertanya dengan suara serak. Sepertinya aku tidur terlalu lama hingga bangun-bangun suaraku menjadi serak seperti ini."Ini di kamar khusus yang ada di gedung tempat resepsi kita."Masih dengan posisi terbaring, aku melihat ke sekeliling. Ya, baru kuingat ruangan ini adalah ruangan yang digunakan untuk meriasku. Eh, tapi bisa-bisanya aku bangun-bangun udah di sini, ya? Masih kuingat tadi menyalami para tamu undangan. Lha, kok aku tiba-tiba malah di sini? Apa cuma mimpi?"Mas, sebenarnya apa yang terjadi, sih?""Kamu pingsan, Sayang. Tadi setelah menyalami banyak tamu, kamu tiba-tiba pingsan. Mungkin karena

  • Mantan Jadi Bos   Part 84

    Hari ini ibu datang dari kampung bersama kedua adikku, dan om Ardi serta istrinya. Tadinya aku mau menawari mereka untuk menginap saja di apartemenku, tapi kata mama Maura sebaiknya nginep di rumah mama Maura aja yang punya banyak kamar. Maklum, di apartemenku cuma ada dua kamar. Itu pun satu ditempati olehku, dan Gaza. Nggak mungkin kan kalau tamu dari kampung yang jumlahnya lima orang disuruh tidur satu kamar?Karena keluargaku menginap di rumah mertua, alhasil aku, dan Gaza pun diharuskan untuk menginap di rumah megah milik mertuaku ini."Ayo, nambah lagi sarapannya." Mama Maura menawari dengan ramah pada keluargaku. "Jangan sungkan-sungkan, anggap saja rumah sendiri.""Terima kasih Bu Maura. Jadi merepotkan begini," balas ibu."Lho, ya, nggak merepotkan, Jeng. Saya malah senang sekali kedatangan besan."Seusai sarapan, mama Maura mengajak kami semua ke butik untuk fitting gaun pengantin, serta seragam yang akan digunakan

  • Mantan Jadi Bos   Part 83

    Ketika membuka pintu, aku dibuat terkejut, saat mengetahui siapa orang yang mencariku.Mau ngapain dia ke sini?"Naufal! Ngapain kamu ke sini?" tanyaku yang mungkin terdengar sedikit ketus.Dia yang ditanya dengan nada seperti itu malah tersenyum, dan melangkah lebih dekat ke arahku. "Beberapa waktu lalu aku sempat kirim pesan ke kamu kan, kalau mau nemuin kamu?""Iya, tapi ada urusan apa? Eh, bentar deh, aku panggil temenku dulu, ya. Biar kita nggak cuma berduaan." Tanpa menunggu jawaban Naufal, aku kembali masuk untuk memanggil Alena.Sekarang statusku adalah seorang istri dari Gaza Alexander. Tidak pantas rasanya jika menemui laki-laki lain tanpa didampingi teman. Bisa-bisa nanti timbul fitnah. Ditambah lagi, firasatku sedikit tidak enak karena kedatangan Naufal."Len, ikut gue ke depan, yuk. Temenin gue ngomong sama itu orang," ujarku sambil menarik lengan Alena yang tengah duduk sambil main ponsel."

  • Mantan Jadi Bos   Part 82

    "Ya, makanya bilang cinta dong. Kamu cinta kan sama aku, Mas?""Tidak."Apa?!Ini aku nggak salah dengar kan?"Mas, maksud kamu apa, coba? Kamu nggak cinta sama aku gitu? Dan ternyata selama ini aku cuma mengira kalau kamu cinta sama aku, tapi nyatanya aku cuma dijadiin bahan mainan kamu, dan pemuas nafsu kamu. Gitu maksudnya, Mas?" Sumpah deh, aku udah nyesek banget ngomong seperti ini.Jika benar seperti itu faktanya, aku benar-benar hancur. Orang yang aku cintai, justru cuma memainkan perasaan ini.Air mata mulai membasahi pipiku. Sakit rasanya, meski ini baru dugaanku saja. Harapanku sih, nggak kayak gitu."Sayang, kok jadi nangis, sih?" Gaza merangkulku. Jarinya dia gunakan untuk menghapus air mata di pipi mulus milik istrinya ini. "Bukan begitu maksudnya, Sayang. Aku kan tadi belum selesai bicara.""Ya, udah selesain ngomongnya, cepetan!" perintahku sambil sesenggukan. "Bene

  • Mantan Jadi Bos   Part 81

    "Sayang, teman-teman divisi kamu sedang mengadakan makan siang bersama?" tanya Gaza yang membuat keningku berkerut."Makan siang bersama? Nggak tau, tuh." Aku mengedikkan bahu."Tapi, sepertinya mereka memang sedang makan siang bersama, kok. Coba kamu lihat ke sana."Dengan rasa was-was, aku pun menoleh ke arah yang ditunjukkan Gaza. Dan benar saja, di sana teman-teman satu divisiku sedang makan bareng, dan kompak melihat ke arahku dan Gaza. Pasti sedari tadi mereka memperhatikan adegan suap-suapan tadi.Kembali menoleh ke Gaza, aku segera meminta bantuan melalui kode raut wajah yang sengaja kubuat manja, bermaksud meminta tolong."Apa?" tanya Gaza yang aku yakin dia sambil nahan agar nggak senyum."Bantuin dong," jawabku dengan suara yang kecil. Takut jika mereka mendengar."Bantuin apa? Mau disuapin? Kan dari tadi juga udah disuapin," kata Gaza meledek. Ngerti banget kalau istrinya ini lagi terpoj

  • Mantan Jadi Bos   Part 80

    Tak terasa sudah satu bulan aku kembali bekerja di kantor, dan selama itu pula rahasia tentang pernikahanku, dan Gaza masih terjaga. Mungkin suatu hari nanti semua orang di kantor akan tahu tentang statusku, karena tidak mungkin juga aku menyembunyikan pernikahan ini selamanya.Untuk pagi ini aku berangkat sendiri, karena Gaza sudah pergi sejak habis subuh tadi bersama papa Abraham. Mereka pergi ke kota sebelah untuk meninjau pembangunan proyek perusahaan.Aku tidak benar-benar berangkat sendirian ke kantor. Maksudnya, untuk hari ini tidak berangkat bersama Gaza karena alasan tadi. Gaza sempat menyuruh Alena untuk menjemputku di apartemen. Katanya sih, nggak tega dan nggak rela kalau aku berangkat naik bus, taksi, atau ojek online. Maklum, suamiku itu agak posesif."Gimana, La, rasanya kembali berangkat kantor bareng gue lagi?" tanya Alena ketika kami berada di parkiran kantor."Seneng, seneng," kataku sambil mengangguk. "Tapi ...

  • Mantan Jadi Bos   Part 79

    "Guys ... lihat deh, pak Gaza lagi lihat ke arah sini," bisik Gaza, dan spontan membuatku melihat ke arah di mana Gaza berada.Memang Gaza sedang melihat ke arah sini. Tepatnya, dia sedang menatap tajam ke arahku. Mungkinkah dia marah karena aku nggak mau diajak makan siang bersama?"Kalian ada punya salah sama pak Gaza?" celetuk Tere, "kalau gue sih, nggak ada."Spontan Alena, dan Gio saling berpandangan, kemudian keduanya kompak menoleh ke arahku. Dari tatapan mereka berdua, seperti mengisyaratkan bahwa mereka mengasihaniku. Pasti mereka juga berpikir kalau Gaza sedang marah padaku.Gio berdehem. "Ya, nggaklah, Re. Pak Gaza kan baru datang hari ini. Kemarin-kemarin dia kan cuti.""Eh, iya juga, ya. Tapi, kok bisa samaan kayak lo ya, La. Pak Gaza mulai nggak kelihatan di kantor tuh pas lo mulai cuti. Dan sekarang, kalian berangkat lagi di hari yang sama juga. Aneh nggak sih? Atau jangan-jangan lo sama pak Gaza janjian, La?"

  • Mantan Jadi Bos   Part 78

    "Mas, berhenti. Turunin aku di sini aja," pintaku pada Gaza. Spontan Gaza pun menepikan mobil yang tengah dikendarainya."Ada apa, Sayang? Kenapa turun di sini?" Gaza balik bertanya."Ya, biar nggak ada orang kantor yang lihat kalau kita berangkat bareng," jawabku.Jarak dari sini ke kantor sudah lumayan dekat, jadi tidak masalah jika aku harus berjalan kaki sebentar. Ini untuk menghindari gosip yang mungkin akan timbul jika orang-orang kantor melihat aku turun dari mobil Gaza."Memangnya kenapa sih, kalau mereka lihat? Wajarlah, kita kan suami istri.""Ih! Mas gimana sih, kita udah sepakat kalau rahasiain dulu pernikahan kita. Cuma sementara aja, kok," ujarku, "udah, ya, aku turun."Sabuk pengaman segera kulepas. Setelahnya aku membuka pintu mobil, namun gagal."Kok, dikunci sih, Mas? Aku mau turun, lho.""Siapa yang mengizinkan kamu turun di sini?" ujar Gaza tanpa melihat ke ara

DMCA.com Protection Status