"Kamu mengundang Raja juga?" tanya Rara yang memang merasa kaget. Karena memang awalnya makan malam itu katanya hanya untuk mereka berdua saja. Tetapi ini malah mengundang Arjuna dan Raja juga.Stella pun sambil tersenyum pun berkata, "memang sih rencananya ingin membuat doule date gitu."Rara hanya bisa menepuk dahinya melihat kelakuan Stella. Raja memang diundang oleh Stella juga, ternyata memang stella ingin mengadakan double date malam ini. Akan tetapi, Raja tidak tahu. Raja tahunya dia akan berbicara dengan Stella mengenai undangannya untuk menjadikan Stella brand ambassador perusahaannya, tapi mendapati Arjuna dan Rara juga di sana, Raja sedikit kaget. Kejadian di pesta penggalangan dana itu, masih meninggalkan rasa tak enak dari Raja. Karena juga Raja masih menyimpan rasa cinta pada Rara. Raja yang baru datang, nampak kaget melihat ada Arjuna disana. "Selamat malam Tuan Arjuna," ucap Raja dengan sopan.Kejadian di pesta penggalangan dana itu, masih meninggalkan rasa tak enak d
" Aku tidak ingin kencanku bersamamu diganggu orang lain." Sembari menatap intens manik mata Rara. Yang tentu saja hal itu sukses membuat pipi Rara merona. Nyatanya sedikit saja godaan atau pun perhatian yang diberikan oleh Arjuna, selalu masih sukses membuat jantung Rara berdetak makin kencang.Hal yang lumrah sebenarnya, karena ketika Rara bersama Nizam dahulu, tak pernah sekali pun mantan suaminya itu memberikan perhatian kecil. Yang ada malah hubungan rumah tangga itu terasa begitu hambar.Nizam malah selalu membiarkan Rara dulu menjadi seorang istri yang mandiri, yang rasanya tak perlu lagi mendapatkan kasih sayang dari seorang suami.Menghindari rasa canggung, Rara bertanya, "apa yang akan Kak Juna lakukan untuk menyelesaikan masalah dengan Kak Satria?"Hal yang juga sangat penting dirasa untuk saat ini."Aku punya cara sendiri. Kamu tidak perlu khawatir." Arjuna menjawab dengan cepat sambil tetap fokus pada memenangkannya.Rara sesaat mengangguk pelan. Bukannya tak percaya deng
"Lalu apa kamu pikir dengan menyembunyikan semua ini, aku tak semakin marah?"Mendengar perkataan sang kakak seperti itu, tentu saja membuat Rara semakin kebingungan. 'Aduh ... Aku harus bagaimana ini?' Rara sadar juga jika memang dia bersalah, patut juga rasanya jika sang kakak nantinya akan begitu marah."Satria, kedatanganku kesini untuk melamar Rara." Arjuna pun langsung menyela, sepertinya pria itu memang ingin menyelamatkan Rara.Satria nampak mengerutkan keningnya dan menoleh ke samping. "Bisa kamu ulangi lagi?" tanyanya dengan wajah dingin.Rara makin nampak khawatir saat ini, dia merasa jika dua sahabat di hadapannya ini akan bertengkar. Posisi Rara rasanya semakin serba salah saja.Arjuna pun wajahnya saat ini tak kalah serius. " Aku ingin menjalin hubungan yang serius dengan Rara, aku ingin melamar dia."Sedikit berbeda dengan Rara yang nampak gugup dan khawatir, Arjuna malah nampak begitu tenang.Selesai Arjuna bicara, wajah Satria menggelap.Satria bertanya, "Apa kamu bi
"Jika kamu memang berniat ingin serius dengan Rara, aku memberikan restu. Tetapi dengan sebuah catatan, jika sampai kamu menelantarkan dia, maka aku akan mengakhiri hidup kamu Juna."Rara langsung membelalakkan mata mendengar apa yang dikatakan oleh sang kakak itu. Dia begitu kaget dan terkejut. " Apa ini berarti ... kakak merestui hubungan kami?" Wanita cantik itu nampak masih belum percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.Satria menghembuskan nafasnya kasar, kemudian pria tampan ini pun mengubah posisi duduknya. Kini dia bersandar pada sofa."Apa ada yang kurang jelas Juna?"Bukannya menjawab pertanyaan Rara, tetapi Satria malah bertanya pada Arjuna."Cukup jelas." Arjuna menjawab dengan cepat dan singkat.Arjuna sebenarnya pun merasa kaget dengan Satria yang begitu gampang memberikan restu pada hubungannya dengan Rara. Padahal sebelumnya sang sahabat seperti begitu menentang hubungan itu. Tetapi dia tahu pasti, Satria bukan orang yang suka bercanda dan berbelit-belit, dia suk
"Akhirnya." Arjuna saat ini sudah kembali sampai di rumah, dia masih terus tersenyum sepanjang perjalanan tadi bahkan sampai sekarang. Euforia kebahagiaan itu masih seperti melekat dalam dirinya.Tak ada perasaan lain selain bahagia saat ini, seperti sebuah impian dan cita-cita yang baru saja digapai, Arjuna tentu tak ingin semua ini cepat usai.Padahal tadinya dia merasa masih harus berjuang melakukan beberapa hal untuk bisa mendapatkan restu dari Satria. Tetapi nyatanya, seperti sebuah keajaiban yang datangnya tak bisa diduga, hanya sedikit saja Arjuna mengatakan sebuah kejujuran, Satria langsung memberikan restu itu."Kenapa kamu terus tersenyum?" Suara dari seorang wanita yang tak lain adalah sang ibu, sukses membuat lamunan Arjuna menghilang."Eh ... Mama." Arjuna berucap spontan dengan wajah yang sedikit kaget.Ternyata sejak beberapa detik tadi, Yasmin memang sudah berdiri di teras saat mendengarkan mobil Arjuna masuk pekarangan rumah."Bagaimana perkembangan selanjutnya hubung
"Nona Rara sejak tadi terlihat begitu bahagia sekali." Linda berkata dengan depan tetapi disertai dengan senyuman tipis.Seharian ini memang Rara terus saja nampak bahagia dan Linda memang terus memperhatikan atasannya itu. Sebenarnya dia tak ingin bertanya karena mungkin hal itu bukan dalam urusannya. Hanya saja, dia jadi begitu penasaran.Rara tersenyum dan menoleh pada asisten pribadinya itu. "Coba tebak."Kalimat singkat yang diucapkan oleh Rara itu, seperti menjadi angin segar bagi Linda. Itu berarti dia bisa menanyakan lebih lanjut lagi."Ada tender baru? Atau ada klien baru?" Linda mencoba untuk menebak.Rara menggelengkan kepalanya sambil tetap tersenyum. "Coba yang lain." Rara memang tak pernah menganggap Linda seperti orang lain saat ini. Karena memang wanita cantik ini selalu menjadi pendukungnya dalam setiap hal di kantor. Sehingga dia bisa menjadi seorang pebisnis sukses yang dielukan banyak orang. Pun bisa membuat Satria bangga dengan keberhasilan sang adik."Apa karena
"Kak Satria mau ke luar kota?" tanya Rara saat itu, saat melihat Satria yang siap bersama dengan koper kecilnya.Satria segera menganggukan kepalanya. "Iya. Kenapa?" Pria berwajah dingin itu hanya menjawab seperlunya saja pertanyaan sang adik.Wajah Rara menampakkan kekecewaan. "Nggak sih." Ada sesuatu hal yang sepertinya dicemaskan oleh Rara saat ini. "Berapa hari?" tanya Rara lagi."Sepertinya dua hari. Tapi tergantung nanti bagaimana perkembangannya." Satria mulai memasang kaca mata hitamnya.Wajah Rara malah semakin keruh saja saat ini. Dia lalu hanya menganggukan kepala saja."Kamu takut aku nggak bisa hadir di acara pertunangan kamu dan Arjuna?" Seakan bisa menebak apa yang ada dipikirkan sang adik, Satria pun mengacak pucuk rambut Rara.Rara tersenyum sambil menampakan deretan giginya yang putih. Seperti anak kecil yang merasa senang."Kakak pasti akan datang, hal yang membuat kamu bahagia, tentu tak akan olehnya kakak lewatkan." Satria kembali meyakinkan sang adik jika dia past
"Ini gelang peninggalan pemberian mertua Tante. Ibunda dari Om Rudi. Dulu beliau juga memberikan saat Tante dan Om Rudi akan melangsungkan acara pertunangan."Yasmin memberikan sebuah gelang cantik bertahtahkan berlian yang berkilauan dan nampak sangat cantik."Ini untuk saya, Tante?" Rara belum menerima gelang tersebut, karena dia masih belum percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Yasmin mengangguk dan segera menggapai tangan Rara. Wanita paruh baya itu memasangkan gelang pada pergelangan tangan Rara. "Cantik dan pas sekali gelang ini di lengan kamu Sayang."Raut penuh kebahagiaan nampak sekali di wajah cantik Yasmin, sembari menepuk telapak tangan Rara. Kini gelang keluarga yang tentu saja harganya tak mungkin murah.Rara menatap takjub pada kecantikan gelang yang saat ini melingkar di tangannya."Gelang ini selalu diberikan turun temurun untuk pada istri pewaris keluarga Pranama." Yasmin pun terus menambahkan.Rara mengangguk. "Terima kasih banyak atas semua ini." Rara masi