Sudah double update ya
"Apa kita bisa bicara berdua saja?" Rara berucap dengan sedikit menunduk. Wanita ini pun segera memberikan kode pada pengasuh Bella jika dia sedang ada urusan."Tentu." Arjuna pun berkata sembari mulai melajukan mobilnya kembali ke rumah. Daffa dan pengasuhnya pun turun saat itu. Kali ini bocah kecil itu pun tak banyak bertanya, karena terlalu lelah dan mengantuk, dia pun menurut saja sang pengasuh menggendongnya masuk ke dalam rumah. Sedangkan Yasmin tadi sudah pulang terlebih dahulu dengan sopir. Sengaja memang wanita paruh baya itu memberikan ruang bagi Arjuna dan Rara agar mereka lebih dekat sehingga secara tidak langsung akan mempercepat pernikahan itu."Kita mau kemana?" tanya Arjuna sambil tetap fokus menyetir."Taman kompleks perumahan, Kak," jawab Rara dengan cepat.Mereka pun menuju ke taman kompleks perumahan, melihat banyak pasangan, entah tua atau muda, tengah menghabiskan waktu di sana. Taman yang tak begitu luas dengan dipenuhi beberapa tumbuhan besar dan juga bunga itu
"Restoran Harry's ini memiliki steak yang paling enak di Nusantara itu." Handi sedang memuji restoran tempat mereka makan malam kali ini. "Apa kamu sudah pernah mencoba sebelumnya?" ucapnya yang mulai berbasa-basi.Handi sejak kedatangan Satria tadi memang tampak terus tersenyum manis. Satria menggelengkan kepala, karena memang dia juga belum pernah datang kesini sebelumnya, hanya saja dia sering mendengar tentang rasa premium steak restoran ini yang enak."Betapa tersanjungnya saya diundang oleh Tuan Handi Pranama." Satria berkata dengan penuh hormat.Satria memang pengusaha muda yang sedang naik daun dan dikenal sukses dalam semua usaha yang dia kembangkan di Nusantara ini. Tetapi semua orang juga sangat mengenal dengan seorang Handi Pranama, adalah pengusaha senior yang memiliki begitu banyak jaringan bisnis. Yang tersebar di seluruh penjuru nusantara bahkan sampai ke luar negeri. Tak ayal jika saat ini Satria merasa sangat tersanjung mendapatkan undangan dari seorang Handi. Dia b
"Sebenarnya Daffa bukan anak Arjuna."Handi berucap dengan wajah yang begitu serius setelah beberapa saat tadi tampak menghela nafas panjang. Satria tentu saja langsung kaget saat itu, pernyataan Handi itu seperti tak bisa diterima oleh akal sehatnya. "Maksud Anda bagaimana Tuan Handi?" tanya Satria yang saat itu memang butuh banyak penjelasan.Handi langsung menceritakan sebuah rahasia besar, yang selama ini belum pernah dia ungkapkan pada orang lain."Daffa itu sebenarnya adalah anak mantan istri Arjuna dan selingkuhannya. Ternyata, hubungan sang mantan istri dengan selingkuhannya itu sudah berjalan jauh sebelum dia menikahi Arjuna. Akan tetapi, baru ketahuan setelah Daffa berusia dua tahun dan sang istri terpergok selingkuh."Handi menjeda sebentar ceritanya, demi mengingat saat-saat Arjuna merasa dikhianati saat itu. Pria tua itu tak ayal merasa bersalah juga karena dia lah yang menjadikan Arjuna dan mantan istrinya itu."Akan tetapi, walau demikian
"Kamu mengundang Raja juga?" tanya Rara yang memang merasa kaget. Karena memang awalnya makan malam itu katanya hanya untuk mereka berdua saja. Tetapi ini malah mengundang Arjuna dan Raja juga.Stella pun sambil tersenyum pun berkata, "memang sih rencananya ingin membuat doule date gitu."Rara hanya bisa menepuk dahinya melihat kelakuan Stella. Raja memang diundang oleh Stella juga, ternyata memang stella ingin mengadakan double date malam ini. Akan tetapi, Raja tidak tahu. Raja tahunya dia akan berbicara dengan Stella mengenai undangannya untuk menjadikan Stella brand ambassador perusahaannya, tapi mendapati Arjuna dan Rara juga di sana, Raja sedikit kaget. Kejadian di pesta penggalangan dana itu, masih meninggalkan rasa tak enak dari Raja. Karena juga Raja masih menyimpan rasa cinta pada Rara. Raja yang baru datang, nampak kaget melihat ada Arjuna disana. "Selamat malam Tuan Arjuna," ucap Raja dengan sopan.Kejadian di pesta penggalangan dana itu, masih meninggalkan rasa tak enak d
" Aku tidak ingin kencanku bersamamu diganggu orang lain." Sembari menatap intens manik mata Rara. Yang tentu saja hal itu sukses membuat pipi Rara merona. Nyatanya sedikit saja godaan atau pun perhatian yang diberikan oleh Arjuna, selalu masih sukses membuat jantung Rara berdetak makin kencang.Hal yang lumrah sebenarnya, karena ketika Rara bersama Nizam dahulu, tak pernah sekali pun mantan suaminya itu memberikan perhatian kecil. Yang ada malah hubungan rumah tangga itu terasa begitu hambar.Nizam malah selalu membiarkan Rara dulu menjadi seorang istri yang mandiri, yang rasanya tak perlu lagi mendapatkan kasih sayang dari seorang suami.Menghindari rasa canggung, Rara bertanya, "apa yang akan Kak Juna lakukan untuk menyelesaikan masalah dengan Kak Satria?"Hal yang juga sangat penting dirasa untuk saat ini."Aku punya cara sendiri. Kamu tidak perlu khawatir." Arjuna menjawab dengan cepat sambil tetap fokus pada memenangkannya.Rara sesaat mengangguk pelan. Bukannya tak percaya deng
"Lalu apa kamu pikir dengan menyembunyikan semua ini, aku tak semakin marah?"Mendengar perkataan sang kakak seperti itu, tentu saja membuat Rara semakin kebingungan. 'Aduh ... Aku harus bagaimana ini?' Rara sadar juga jika memang dia bersalah, patut juga rasanya jika sang kakak nantinya akan begitu marah."Satria, kedatanganku kesini untuk melamar Rara." Arjuna pun langsung menyela, sepertinya pria itu memang ingin menyelamatkan Rara.Satria nampak mengerutkan keningnya dan menoleh ke samping. "Bisa kamu ulangi lagi?" tanyanya dengan wajah dingin.Rara makin nampak khawatir saat ini, dia merasa jika dua sahabat di hadapannya ini akan bertengkar. Posisi Rara rasanya semakin serba salah saja.Arjuna pun wajahnya saat ini tak kalah serius. " Aku ingin menjalin hubungan yang serius dengan Rara, aku ingin melamar dia."Sedikit berbeda dengan Rara yang nampak gugup dan khawatir, Arjuna malah nampak begitu tenang.Selesai Arjuna bicara, wajah Satria menggelap.Satria bertanya, "Apa kamu bi
"Jika kamu memang berniat ingin serius dengan Rara, aku memberikan restu. Tetapi dengan sebuah catatan, jika sampai kamu menelantarkan dia, maka aku akan mengakhiri hidup kamu Juna."Rara langsung membelalakkan mata mendengar apa yang dikatakan oleh sang kakak itu. Dia begitu kaget dan terkejut. " Apa ini berarti ... kakak merestui hubungan kami?" Wanita cantik itu nampak masih belum percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.Satria menghembuskan nafasnya kasar, kemudian pria tampan ini pun mengubah posisi duduknya. Kini dia bersandar pada sofa."Apa ada yang kurang jelas Juna?"Bukannya menjawab pertanyaan Rara, tetapi Satria malah bertanya pada Arjuna."Cukup jelas." Arjuna menjawab dengan cepat dan singkat.Arjuna sebenarnya pun merasa kaget dengan Satria yang begitu gampang memberikan restu pada hubungannya dengan Rara. Padahal sebelumnya sang sahabat seperti begitu menentang hubungan itu. Tetapi dia tahu pasti, Satria bukan orang yang suka bercanda dan berbelit-belit, dia suk
"Akhirnya." Arjuna saat ini sudah kembali sampai di rumah, dia masih terus tersenyum sepanjang perjalanan tadi bahkan sampai sekarang. Euforia kebahagiaan itu masih seperti melekat dalam dirinya.Tak ada perasaan lain selain bahagia saat ini, seperti sebuah impian dan cita-cita yang baru saja digapai, Arjuna tentu tak ingin semua ini cepat usai.Padahal tadinya dia merasa masih harus berjuang melakukan beberapa hal untuk bisa mendapatkan restu dari Satria. Tetapi nyatanya, seperti sebuah keajaiban yang datangnya tak bisa diduga, hanya sedikit saja Arjuna mengatakan sebuah kejujuran, Satria langsung memberikan restu itu."Kenapa kamu terus tersenyum?" Suara dari seorang wanita yang tak lain adalah sang ibu, sukses membuat lamunan Arjuna menghilang."Eh ... Mama." Arjuna berucap spontan dengan wajah yang sedikit kaget.Ternyata sejak beberapa detik tadi, Yasmin memang sudah berdiri di teras saat mendengarkan mobil Arjuna masuk pekarangan rumah."Bagaimana perkembangan selanjutnya hubung
"Selamat menempuh hidup baru ya, Raja, Stella. Doa kami semua yang terbaik untuk kamu. Semoga segera memiliki momongan."Rara kembali memberikan selamat pada sahabatnya ini, kali ini saat Raja dan Stella baru saja tadi mengungkapkan janji suci pernikahan. Setelah dua bulan yang lalu mereka juga menggelar acara pertunangan yang mewah."Terima kasih banyak ya. Tanpa kalian,mungkin kali ini kami pun belum bisa bersatu." Stella terus mengenggam tangan Rara. Sahabat yang memang menjadi support utama hubungannya dengan Raja. "Sepetinya para baby gemoy ini nunggu Tante dan Om nya resmi dulu, baru mau launching nih."Stella mengelus perut Rara yang begitu buncit. Rara dan Arjuna yang berada di sampingnya pun terkekeh. "Bisa jadi seperti itu. Karena harusnya HPL kemarin."Ya, memang meski telah terlewat HPL sehari, tetapi Rara belum merasakan tanda tanda kehamilan yang datang. Itu Lah kenapa hari ini dia kekeh untuk datang ke pesta pernikahan itu. "Ah iya, kak Satria juga akan segera melamar
"Bu, Mas Ardi tumben banget sih jam segini belum keluar kamar ya?" Dita yang baru duduk di meja makan, bertanya pada sang ibu sambil menoleh pada kamar sang kakak, yang sejak kemarin sore tak terbuka sama sekali."Iya, dari pulang kerja sudah nggak keluar. Nggak makan malam juga kan?"Ketika Bu Mira masih terdiam, Dewi malah menimpali ucapan adiknya itu. "Halah ... Paling dia itu masih meratapi si Sarah itu," ucap Bu Mira ketus. "Dasar Cemen!"Bu Mira sebenarnya juga sedikit merasa khawatir dengan Ardi. Karena memang setelah Sarah pergi dari rumah ini, putranya itu bahkan tak pernah mau makan. Ardi yang biasanya begitu hangat dengan keluarga, berubah menjadi Ardi yang tertutup dan begitu muram.Padahal ini bukanlah untuk pertama kalinya Ardi menalak istrinya, Sarah adalah yang ketiga, tetapi sungguh saat ini berbeda.Biasanya Ardi biasa saja dan seperti tak lagi memikirkan tentang mantan mantan istrinya itu."Aku kok khawatir ya Bu sama Ardi. Dia itu kayaknya patah hati banget deh keh
"Selamat ya Stella, aku benar benar ikut bahagia. Kalian memang pasangan yang sangat serasi loh." Rara mencium pipi kanan kiri sahabatnya yang malam ini terlihat begitu cantik dalam balutan dres warna putih itu. "Ini semua nggak akan pernah terjadi tanpa bantuan kamu Ra. Pokoknya terima kasih banget loh." Stella memeluk Rara. "Kamu memang sahabat terbaikku."Air mata telah menumpuk di pelupuk mata, tetapi tangis bahagia itu memang sengaja ditekan oleh Stella, karena takut merusak riasan. Malam ini adalah malam pertunangan Stella dengan Raja Sanjaya. Hanya satu hari berselang dari acara jumpa pers yang berakhir menyenangkan itu, keluarga Sanjaya menggelar pesta pertunangan keduanya dengan begitu mewah."Nggak juga. Lebih tepatnya aku hanya perantara sih, yang berperan penting tentu masih tetap Tuhan. Gimana, enak rasanya lebih wow kan, jika cinta di dapat setelah begitu banyak rintangan?" Rara kembali berucap.Kali ini tidak hanya Stella yang tertawa, tetapi Raja juga. Raja pun ter
"Raja?!" Stella langsung memekik, saat melihat sosok yang saat ini paling ingin dia hindari berjalan masuk dari pintu keluar. Raja tidak sendiri, tetapi saat ini pria tampan itu bersama dengan Sinta dan juga Jeni."Hei mau apa dia ke sini? Apa kamu bilang juga sama si Raja jika saat ini kamu mengadakan konversi press?" Romi pun langsung bertanya sembari berbisik. Pria kemayu itu benar-benar tak menyangka sama sekali, jika Raja datang. Bukan apa-apa, tetapi setelah tadi Stella mengambil keputusan bahwa akan menjauhi Raja, dan sekarang Raja datang kembali, itu berarti Romi harus kembali menghadapi Stella yang banyak masalah dan banyak pikiran. Dan, itu berarti juga Stella pun akan menunda beberapa jadwal shooting, karena tak bisa fokus untuk melakonkan perannya. Semua itu tentu saja berimbas pada Romi yang merupakan manajernya."Entahlah, Rom. Aku tak tahu." Stella menjawab sembari menggelengkan kepalanya.Stella yang memang menghindari Raja, ingin segera pergi dari ruangan itu. Teta
"Duh kenapa aku jadi grogi banget gini sih ROM?" tanya Stella, yang sebentar lagi akan melakukan jumpa pers, pada manajernya yang kemayu itu. Romi menepuk-nepuk pundak sang artis. "Ih kamu ini kayak apa aja sih Stella? Kamu ini kan artis besar, masa sih gini aja Kamu demam panggung? Nggak level banget sih."Apa yang dikatakan oleh Romi itu tadi, sebenarnya bukanlah sebuah ejekan. Tetapi Romi melakukan hal itu untuk memantik semangat Stella yang sepertinya memang telah mulai mengendur."Romi, ini kan bukan sandiwara atau film-film yang sering aku bintangi. Ini nyata Romi, ini hal yang benar-benar terjadi dalam hidupku. Jadi rasanya wajar dong jika aku grogi banget seperti ini." Stella mengelak. Romi memutar bola matanya dengan malas. Dia tahu jika memang konferensi pers yang akan diadakan oleh Stella ini, seperti suatu hal yang tidak diinginkan oleh hatinya Stella. Tetapi artis cantik itu memaksakan kehendak."Makanya dong Stella, Aku kan udah bilang sama kamu, jangan bohongin hati
Brak brak brak"Dewi bangun!" Pagi buta itu, Bu Mira sudah menggedor pintu kamar Dewi. Setelahnya, wanita itu ganti menggedor kamar Dita, yang terletak tepat di samping kamar Dewi.Brak BrakBrak"Dita bangun kamu. Ini sudah siang! Kamu itu anak gadis, jadi jangan bangun siang-siang!" eriak bu Mira dengan penuh emosi.Merasa tak mendapatkan respon sama sekali dari kedua putrinya, bu Mira pun kembali menggedor dengan keras pintu kamar itu, dengan teriakan yang sangat melengking di pagi hari."Duh ternyata repot banget kalau nggak ada Sarah. Ngapain sih Ardi kemarin itu sampai menalak Sarah? Coba saja ada Sarah, pasti aku sekarang masih tidur dan mainan hp di kamar." Bu Mira begitu emosi dengan dirinya sendiri saat ini.Sejak kemarin malam setelah kepergian Sarah, wanita paruh baya itu tak dapat memejamkan matanya sama sekali. sSepertinya dia merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Ardi saat ini. Rasa penyesalan karena telah mengusir Sarah dari rumah ini."Seharusnya Ardi juga menge
"Dasar perempuan jalang! Cepat pergi kamu dari rumah ini!" Bu Mira kembali berteriak, saat itu Ardi pun sedikit kaget. "Cepat pergi atau kuse-ret kamu!!"Bu Mira sudah akan maju untuk menyeret Stella, sedangkan Dewi dan Dita mengikuti di belakangnya."Hentikan Bu!" Yang berteriak ternyata bukan Sarah, tetapi Ardi. "Jangan lagi menghina Sarah."Raut wajah para anggota keluarga itu nampak terkejut dengan ucapan pria itu. Kemudian Ardi menoleh pada Sarah. "Pergilah Sarah. Semoga kamu bisa mendapatkan ganti yang lebih baik dariku. Maafkan aku ya."Sarah sedikit kaget juga dengan perubahan sikap Ardi yang begitu drastis setelah mengucapkan kata talak tadi. Dia sempat berpikir jika mungkin mantan suaminya itu menyesal karena telah mengakhiri hubungan itu. Tetapi sejurus kemudian seperti ada yang kembali mengingatkan pada Sarah. Seperti apa sikap Ardi, yang selama mereka menikah malah sama sekali tak pernah memperlakukan dia seperti layaknya seorang istri."Tentu Mas. Tuhan tak pernah tidur.
"Terima kasih telah terus bersama dengan Sarah, Bu. Jika tak ada ibu, mungkin Sarah sudah semakin hilang arah." Sarah kemudian memeluk ibunya .Tak terkira rasa terima kasih Sarah pada sang ibu. Karena memang tak ada lagi tempat kita kembali selain pada ibu. Wanita yang benar benar menyayangi kita apa adanya tanpa balas jasa.Terhitung sudah dua hari Sarah kembali pulang ke rumah kontrakan Bu Endang. Setelah kemarin ditalak Ardi dan diusir dari rumah mantan suaminya itu. Untung saja pernikahan mereka hanya pernikahan siri alias secara agama, jadi tak perlu repot repot menuju ke pengadilan agama. Tak butuh proses lama untuk menjadikan Sarah berstatus menjadi janda.Kadang memang banyak hal rasanya seperti membuat kita kecewa, seakan Tuhan tak menuruti segala keinginan kita. Padahal sebenarnya semua itu adalah berkah, karena Tuhan nyatanya tidak memberikan apa yang kita inginkan, tetapi apa yang kita butuhkan."Maaf ya, dulu ibu sempat melarang karena kamu hanya akan dinikahi di balik t
"Kamu nggak kerja, Sarah?" Bu Endang bertanya pada Sarah setelah mereka berdua baru saja selesai melaksanakan salat subuh.Sarah mencium punggung tangan ibunya dengan takdzim. "Belum untuk sekarang Bu. Mungkin besok." Sarah berkata sambil tersenyum manis."Jika memang kamu sudah tak nyaman kerja disana, lebih baik kamu cari kerja di tempat lain saja, Sarah." Raut wajah wanita paruh baya itu nampak khawatir.Tak salah jika akhirnya Bu Endang jadi mengkhawatirkan tentang tempat kerja Sarah. Setelah kini Sarah tak lagi menjadi istri Ardi, Bu Endang merasa takut jika Sarah tak akan nyaman bekerja satu kantor dengan sang mantan suami. Apa lagi mengingat jika hubungan yang pernah terjalin dulu begitu tidak baik.Sarah tersenyum penuh artis, ditepuknya telapak tangan Bu Endang yang sejak tadi masih digenggamnya. "Sarah belum memikirkan hal itu Bu. Nanti malam saja." Ada hal yang tentu saja disembunyikan oleh Sarah. Apa lagi jika bukan rasa sakit hati. Hanya saja tentu wanita itu tak ingin me