“T-tunggu!” pekik Gauri mencoba melepas tangannya.Namun, usahanya sia-sia. Sosok itu berhasil membawanya ke ruang utama kamar.Napas Gauri menjadi berat, dadanya naik turun. Kini detak jantungnya sudah tidak bisa dikontrol lagi, terus berpacu liar.“Kenapa kamu sudah pulang jam segini?” tanya Gauri spontan saat pria di hadapannya menghempaskan tautan tangan mereka.Pria itu tidak lain dan tidak bukan adalah Adam. Sosok yang Gauri hindari, tapi mereka justru bertemu di tempat dan situasi yang tidak tepat.Adam tidak pernah pulang lebih cepat dari jam tujuh malam. Gauri tidak menyangka kalau ternyata hari ini keberuntungan tidak berpihak padanya.Pipi Gauri terasa panas saat Adam terus menatapnya tajam. Adam baru saja memergokinya!“Ada apa? Kamu pikir para pekerja di rumah ini akan menutup mulut sesuai permintaanmu?” tanya Adam menaikkan salah satu alisnya. “Mereka orang-orangku, Gauri!”Gauri menelan ludah. Bagaimana bisa Gauri melupakan hal itu? Andri atau ART yang sempat bicara den
“Itu penawaran terakhirku. Tidak ada negosiasi!” tegas Adam sambil melepas dan melempar jasnya sembarangan ke lantai.Pendingin ruangan yang tidak sempat Gauri nyalakan membuat peluh mulai membasahi tubuhnya juga. Belum lagi perdebatan mereka yang membuat suasana semakin panas.Gauri menimbang-nimbang.“Aku tidak ingin menerima tawaran apa pun dari kamu, Mas,” sahut Gauri mulai mengukir senyumnya. Dia baru saja teringat sesuatu dan hal itu dapat membantu posisinya yang terjepit sekarang.Dahi Adam mengernyit dan tubuhnya menegak. Terlihat jelas bahwa pria itu tidak menyukai ucapan Gauri.Gauri belum mendengar syarat yang akan Adam ajukan, tapi sudah menolaknya.“Apa kamu tidak mendengar dengan baik kalimat terakhirku?” tanya Adam memastikan. “Tidak ada negosiasi!”Gauri terkekeh dan hal itu semakin membuat darah dalam tubuh Adam panas.“Kamu melupakan sesuatu,” jawab Gauri percaya diri. Gauri mengangkat wajahnya dan berusaha mengabaikan rasa sakit pada lehernya.Adam termasuk orang ya
“Nona, ini asparagusnya,” ucap seorang ART sambil menaruh satu ikat asparagus di dekat Gauri.“Iya, terima kasih!” sahut Gauri yang sedang memanggang ikan halibut di atas wajan. Dia menggulung rambut panjangnya ke atas, memperlihatkan lehernya yang indah.ART tersebut kembali undur diri. Beberapa menit sebelumnya dia sudah menawarkan bantuan, tapi Gauri bersikeras untuk memasak makan malam sendirian.Gauri sangat hafal seluk beluk dapur Keluarga Harraz. Wanita itu yang menata semua bahan dan keperluan dapur selama ini.Bahkan, saat Gauri kembali, dapur ini tidak berubah sama sekali. Hanya saja para ART tidak memiliki stok asparagus dan Gauri butuh itu untuk membuat hidangan makan malam favorit Adam.Ikan halibut panggang dengan asparagus dan saus beurre blanc. Adam memakan masakan ini dengan lahap kala pertama kali Gauri memasaknya beberapa bulan lalu.“Haruskah aku tambahkan racun tikus?” gumam Gauri saat sedang membersihkan asparagus.Setelah Adam menghinanya, yang Gauri inginkan ha
“Apa kamu sedang dalam posisi bisa menolak permintaanku untuk bercerai, Mas?” tanya Gauri tidak kalah tenang setelah menarik napas panjang beberapa kali.Kali ini Adam yang mengernyit.“Aku pikir Amora adalah wanita yang kontra dengan konsep poligami. Sementara Mama akan mendesakmu menikahi wanita itu, mengingat ada benihmu di rahimnya. Pernikahan kita sejak awal palsu, tidak ada yang harus dipertahankan.” tambah Gauri sambil menahan nyeri di dadanya.Bayangan saat Amora menghinanya sebagai istri mandul kembali datang. Begitu pula dengan rasa sakit hatinya.Amora tidak tahu apa-apa. Namun, tetap saja perkataan yang tidak terbukti kebenarannya itu menyakitkan.Bagaimana bisa wanita berpendidikan sepertinya menjelekkan seorang istri di depan suaminya sendiri?“Amora biar menjadi urusanku,” sahut Adam memancing api cemburu dalam benak Gauri.Gauri tersenyum masam dan menunduk. ‘Urusanku.’ Gauri membatin, mengulang kata yang merujuk pada kepemilikan itu.“Daripada memikirkan Amora, pikirk
“Kenapa kamu murung?” tanya Ezra saat pria itu tidak sengaja bertemu dengan Gauri di koridor fakultas.Gauri mengangkat wajah dan menghentikan langkahnya ketika melihat Ezra berdiri di hadapannya. Dia melihat sekitarnya, memastikan tidak banyak mata yang memperhatikan mereka.Ezra mengikuti arah pandangan Gauri. Dahinya mengernyit.“Saya mencoba menghubungi teman saya, tapi sudah beberapa minggu dia tidak membalas pesan saya,” jawab Gauri mengubah cara bicaranya menjadi lebih formal sambil menunjukkan ponselnya pada Ezra.“Siapa?” tanya Ezra tetap menjaga jarak aman dengan Gauri.Ezra harus tahu segala hal tentang Gauri, begitu pula dengan orang-orang di sekitar Gauri. Apakah orang itu merugikan atau menguntungkan misi Ezra mendekati Gauri?“Revi, rekan kerja saya di XLaundry,” jawab Gauri tersenyum tipis.Setelah pertemuan Gauri dengan Revi terakhir kali, Gauri belum mendapat kabar lagi dari gadis muda itu. Media sosial Revi juga tidak aktif.Ezra mengangguk dan mencoba mengingat nam
“Aku terlalu banyak minum,” gumam Gauri pelan. Dia memberikan gelas kosong pada pelayan yang lewat di depannya.Gauri Bentlee menelan ludah saat detak jantungnya semakin tak karuan. Dalam satu tahun pernikahan, malam ini adalah pertama kalinya Adam Harraz mengajak Gauri menghadiri sebuah pesta donasi bergengsi. Pesta donasi ini diselenggarakan oleh komunitas penggiat kesehatan mental, yaitu Heal the Hearts Club bertajuk Asa Bibit Bangsa Korban Bencana Gempa Bumi. Acara ini hanya dihadiri oleh kalangan kelas atas di kota Jakarta.Gauri dan Adam terlibat pernikahan kontrak yang konyol. Gauri perlu melunasi utang keluarganya dan Adam harus menikah demi memperoleh jabatan CEO di perusahaan keluarga.Gauri menatap Adam yang berdiri di sebelahnya."Ikut aku!" Adam menggandeng tangan Gauri. Adam menghampiri salah satu meja yang diisi oleh beberapa kenalannya. Dia hendak memperkenalkan Gauri pada mereka.“Selamat malam, Pak Adam. Wah, ini dia langganan donatur terbesar setiap ada pesta dona
“Biar saya bantu,” ucap seorang pria berambut tebal dengan kedua mata coklat menawan mengulurkan tangan. Dia tersenyum hangat. Gauri menyambut uluran tangan pria asing itu dan segera mengucapkan terima kasih.Gauri kehilangan wajah di pesta pertamanya bersama Adam. Dia berjalan keluar gedung menuju tempat parkir dengan kaki terkilir dan menahan tangis.Dada Gauri terasa sangat sesak. Adam sudah keterlaluan. Bagaimana bisa Adam melakukan hal seperti itu dengan wanita lain saat berada di satu tempat yang sama dengan Gauri.Gauri masuk ke dalam mobil Adam setelah Denny–sopir Adam membukakan pintu. Dia meluapkan tangisannya tanpa takut mempermalukan Adam. Tangisnya sangat menyayat hati, penuh luka dan amarah.“Sudah berapa lama ini berlangsung?” Gauri memukul dadanya berkali-kali, berharap sesak hilang dari sana.Sejak awal pernikahan ini memang tidak dimulai dengan cinta. Namun, bukan berarti hati Gauri mati rasa hingga tidak merasa apa-apa setelah lama tinggal bersama.Pintu mobil terb
“Aku tidak bisa terus berharap pada Mas Adam.”Itu adalah hal yang Gauri sadari setelah melihat Adam bermain api dengan wanita lain. Perpisahan sudah di depan mata. Apalagi Adam masih saja bungkam sampai tiga hari kemudian.Tak mau terus berdiam diri, Gauri pergi ke Universitas Pelita Bangsa. Wanita itu bersyukur kakinya yang terkilir cepat sembuh sehingga dia tidak perlu meminta Denny mengantarnya ke sini.Sopir Keluarga Harraz itu pasti akan melapor pada Adam ke mana dirinya pergi. Sementara Gauri masih ingin merahasiakan hal ini dari Adam.Jika ingin terus hidup dan tidak mengulang kesalahan orang tuanya yang terlilit utang, Gauri harus mendapatkan pekerjaan yang layak. Dia butuh keahlian untuk mendapatkan hal itu.Saat Gauri sedang menyerahkan berkas administrasi ke petugas kampus, seorang wanita memanggil dan memintanya untuk ikut ke Kantor Kepala Jurusan.“Maaf, memanggilmu seperti ini. Saya Ezra, Gauri,” ucap pria yang duduk di balik meja dengan tanda nama Ezra Damon, S.M, M.M.