Pikiranku pada dasarnya sudah melayang, aku sama sekali tidak bereaksi saat tiba-tiba ditanya seperti ini olehnya.Saat melihatku terdiam untuk waktu yang lama.Zayn tiba-tiba mencubit pinggangku dan mengulang pertanyaannya, "Apakah kamu tahu kenapa aku marah?"Pinggangku terasa sakit karena cubitannya.Aku menatapnya dengan kedua pandanganku yang kabur.Aku tidak tahu apakah kabut di depanku adalah air mata yang tertahan karena rasa sakit rasa sakit di pinggangku atau karena air panas dari pancuran.Aku membuka mulutku dan baru menemukan suara setelah beberapa saat berlalu, "Ka ... kamu adalah orang yang curigaan. Kamu pasti curiga kalau aku ... menyukai Arya, 'kan?"Aku berkata sambil terengah-engah dan merasa kesulitan saat mengatakan ini.Zayn mengangkat sudut mulutnya, "Curiga? Apakah menurutmu aku perlu mencurigai hal ini?"Aku menatapnya lekat-lekat.Pipiku terlihat sangat merah di dalam cermin, seolah-olah aku sehabis berendam di dalam air panas.Zayn tiba-tiba menekanku ke din
Zayn benar-benar sangat patuh pada saat ini, dia benar-benar berdiri di sana tanpa bergerak setelah mendengar ucapanku.Aku berjalan keluar dari kamar mandi dengan kedua kakiku yang masih bergetar karena ciumannya sebelum ini.Aku segera berjalan ke sisi tempat tidur dan mengeluarkan pakaian seksi berwarna hitam yang tersembunyi di bawah selimut.Aku mengangkat pakaian itu dan melihatnya selama beberapa saat yang membuat wajahku semakin memerah.Aku tidak menyangka jika pria yang biasanya terlihat dingin akan membeli pakaian seperti ini.Huh ....Aku benar-benar telah meremehkannya dalam urusan cinta.Aku menyukainya, jadi tentu saja aku bersedia mengenakan pakaian ini untuknya.Hanya saja, bagaimana caranya aku mengenakan pakaian ini?Aku menatapnya selama beberapa menit sebelum mengenakannya.Aku bahkan tidak berani menatap diriku di cermin rias, aku langsung pergi ke kamar mandi sambil setengah menutupi tubuhku.Setelah aku masuk, aku langsung merasakan tatapan panas yang tertuju pa
"Hm?"Zayn sepertinya tidak mendengar ucapanku dengan jelas. Dia sengaja mendekatkan telinganya ke bibirku dan bertanya dengan suara rendah, "Apa yang kamu katakan?""Aku sedang mengandung ...."Pikiranku mulai mengabur saat aku sedang berbicara.Saat aku hendak memasuki alam mimpi, aku samar-samar mendengarnya berkata, "Kamu pasti sedang membohongiku lagi. Hasil pemeriksaanmu sebelumnya menunjukkan kalau kamu tidak bisa mengandung."Saat aku bangun pada keesokan harinya, kamar ini sudah terang benderang.Aku melihat sekeliling, tapi aku tidak melihat Zayn.Tempat tidur di sisiku juga sudah mendingin saat aku menyentuhnya.Apakah dia bangun sepagi itu?Sebenarnya aku sama sekali tidak memahami hal ini. Jelas-jelas Zayn yang mengerahkan tenaganya saat kami sedang berhubungan badan, tapi kenapa selalu aku yang merasa kelelahan, sedangkan Zayn terlihat sangat energik?Aku menggelengkan kepalaku untuk menyingkirkan pikiran ini, lalu mengenakan jubah mandi dan menuruni tempat tidur.Tirai j
"Zayn!"Zayn langsung melepaskanku setelah mengatakan ini dan berjalan keluar sambil tertawa dengan keras.Baiklah, Zayn sama sekali tidak diajari menjadi anak nakal oleh Henry.Aku bahkan merasa jika Zayn lebih nakal daripada Henry!Setelah selesai makan, Zayn membawaku keluar untuk membuat manusia salju.Sebelum keluar, Zayn takut aku masuk angin dan menyuruhku mengenakan banyak pakaian.Sarung tangan yang Zayn kenakan untukku juga merupakan sarung tangan wol yang sangat tebal yang sengaja dibawa oleh asisten Zayn atas perintahnya.Salju turun dengan lebat kemarin malam, jadi salju di tanah ini sudah setinggi mata kaki yang bisa dibuat menjadi manusia salju.Aku dan Zayn bersama-sama membuat manusia salju yang besar.Saat Zayn menggunakan wortel dan kancing untuk membuat hidung dan mata manusia salju, aku membuat dua manusia kecil di sisinya.Dia terkekeh padaku, "Untuk apa kamu buat sebanyak itu? Kamu bahkan buat dua manusia salju kecil.""Kita adalah keluarga, jadi tentu saja aku h
Aku berkacak pinggang, lalu menatapnya dengan tatapan tidak berdaya, "Katakanlah, apa yang harus kulakukan agar kamu bisa percaya kalau aku mengandung anakmu?"Zayn memasang hidung dan mata dua manusia salju besar.Kemudian mematahkan beberapa ranting dan memasukkannya ke dalam tubuh manusia salju untuk dijadikan sebagai tangan.Zayn menatap manusia salju besar di depannya dan berkata dengan tenang, "Saat kamu didiagnosis tidak bisa melahirkan anak, aku merasa sangat sedih sampai ingin mati.""Saat itu aku mengira kamu benar-benar membenciku dan memilih untuk meminum pil kontrasepsi sampai menyakiti tubuhmu sendiri demi meninggalkanku dan tidak memiliki hubungan apapun denganku.""Aku sangat membencimu saat itu, bukan karena tidak bisa memiliki anak denganmu, tapi karena sikapmu.""Selain itu, aku juga merasa panik dan tidak berdaya pada saat itu.""Karena kamu tidak bisa melahirkan anak, itu berarti aku tidak bisa menggunakan anak untuk mengikatmu di sisiku.""Hanya saja sekarang suda
Meskipun Agatha masih tidak memperlakukanku dengan baik, setidaknya dia sudah tidak memarahiku begitu melihatku seperti sebelumnya.Meskipun Agatha selalu tidak menyukai makanan yang kubawakan, dia akan tetap memakannya sedikit untuk menghargaiku.Pada awalnya Cindy akan mengomentari makanan yang kubawa, tapi sekarang dia sama sekali tidak mengatakan apa pun. Cindy hanya berdiri di samping sambil menatapku dan Agatha dalam diam.Semakin Cindy bersikap setenang ini, semakin mengerikan dia terlihat.Agatha meminum setengah sup itu, lalu mendorongnya menjauh. Agatha menyeka sudut mulutnya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Sup yang kamu buat tidak seenak buatan Cindy, tapi masih bisa diminum."Aku berkata sambil tersenyum, "Mohon maaf, aku akan memperbaikinya lain kali."Agatha melirikku, tatapannya terkadang melirik perutku.Beberapa saat kemudian, Agatha berkata pada Cindy, "Tadi dokter meresepkan beberapa obat untukku, tolong ambilkan obatku. Terima kasih sudah merawatku selama beberap
Aku tidak bisa menahan diriku lagi untuk mencibir."Aku menghormati dan berusaha menyenangi Anda karena Anda adalah ibu Zayn, tapi tidak disangka Anda ingin aku memberikan anakku pada Cindy.""Anda adalah seorang ibu, aku sama sekali tidak mengerti kenapa Anda bisa berpikir seperti ini.""Anda memintaku untuk memberikan anakku pada Cindy, apakah Anda pernah memikirkan perasaan Zayn?""Demi membuat diri Anda tenang dan membalas hutang budi pada Paman Thomas, tidak disangka Anda melukai putra dan cucu Anda sendiri.""Anda benar-benar sangat egois ....""Tu ... tutup mulutmu!"Agatha menatapku dengan tatapan marah, lalu tiba-tiba menutup mulutnya dan terbatuk.Aku memelototinya dengan mataku yang memerah.Sia-sia aku berusaha menyenanginya selama beberapa hari ini.Tidak masalah jika dia bersikeras untuk menyatukan Zayn dan Cindy, tapi tidak disangka dia ingin menyuruhku memberikan anakku pada Cindy.Dia benar-benar sangat kejam.Agatha terbatuk dan tiba-tiba menangis.Aku menatapnya deng
Tidak disangka lantai di depan pintu menjadi licin pada saat ini.Aku langsung terpeleset, tubuhku langsung terhuyung-huyung dan akan terjatuh ke tanah."Hati-hati!"Terdengar suara teriakan cemas Agatha di dalam kamar pasien.Pada saat yang sama aku memegang kusen pintu untuk menyeimbangkan tubuhku agar tidak terjatuh.Hanya saja aku tetap duduk di atas lantai, kondisiku baik-baik saja karena aku tidak terjatuh."Apakah kamu baik-baik saja?"Agatha segera menghampiriku dengan cemas.Sebenarnya tidak terdapat masalah apa pun pada kaki Agatha, dia duduk di kursi roda karena sakit untuk waktu yang lama yang membuat tubuhnya menjadi sangat lemas.Dia membantuku untuk berdiri dan berkata dengan cemas, "Nak, apakah kamu baik-baik saja? Jangan menakutiku."Aku menyentuh lantai saat hendak berdiri.Lantai ini licin bukan karena air, melainkan karena minyak!Terdapat seseorang yang sengaja menumpahkan minyak di depan pintu.Aku langsung teringat dengan Cindy dan menatapnya dengan dingin.Cindy
"Ingat kirim pesan padaku setiap hari. Kalau ada waktu, telepon aku.""Betapa pun sibuknya aku, aku akan mengangkat teleponmu.""Ya."Keengganan Zayn membuat hatiku luluh.Pada saat ini, aku sepenuhnya merasakan cintanya yang begitu kuat.Namun cintanya tampak bercampur dengan sedikit kekhawatiran.Hatiku juga mulai merasa agak sedih serta gelisah.Aku bertanya padanya, "Apa yang kamu khawatirkan? Apa karena operasi ibumu?"Zayn menggelengkan kepalanya. "Dokter bilang untuk jenis operasi ini, selama ginjalnya cocok, tingkat keberhasilannya sangat tinggi.""Lalu apa yang kamu khawatirkan?" Aku bisa dengan jelas merasakan ketakutannya.Jadi aku tidak mengerti, selain penyakit ibunya, apa lagi yang ditakutkan oleh orang seperti dia?Zayn menatapku dengan serius, membelai pipiku dan berbicara dengan suara yang keras."Tidak apa-apa. Aku hanya merasa sedikit tidak nyaman. Aku khawatir tidak akan bisa melihatmu lagi.""Dasar bodoh!"Aku melemparkan diriku ke dalam pelukannya, memeluk pinggan
Malam harinya, Zayn datang untuk makan malam bersamaku.Zayn pertama-tama pergi ke bangsal untuk menjenguk ibuku lalu membawa aku ke restoran yang sudah direservasi terlebih dahulu.Tahun ini bisa dikatakan sebagai tahun terdingin di Kota Jenara.Angin dingin yang menggigit terasa bagai pisau yang menyayat wajah orang.Zayn menutupiku dengan syal sambil menuntunku ke dalam mobil.Akhir-akhir ini aku tidak sering mengunjungi ibunya karena urusan ibuku.Aku mengencangkan sabuk pengaman dan bertanya padanya, "Apa akhir-akhir ini ibumu baik-baik saja?"Zayn mengangguk. "Setiap hari menerima suntikan serta perawatan tepat waktu, sekarang hanya menunggu operasi pada tanggal 20 saja."Aku berkata, "Pada tanggal 20, aku mungkin tidak bisa mengunjungi ibumu, aku juga tidak bisa menemanimu sampai operasi ibumu selesai.""Aku mengerti." Zayn memegang tanganku erat sambil tersenyum lembut padaku. "Pada hari itu, ibumu juga harus menjalani operasi. Meskipun kamu adalah istriku dan menantu ibuku, ka
"Kamu salah. Aku tidak punya prasangka buruk atau benci padanya. Aku hanya ingin tahu seperti apa rupa pacarmu.""Lalu, bagaimana kalau kamu sudah tahu seperti apa penampilannya?"Kakakku menatapku dengan serius dan ekspresi aneh, seakan-akan sedang marah padaku.Aku memalingkan wajahku lalu berkata dengan tenang, "Aku tidak berencana melakukan apa pun. Katakan saja padaku apakah wanita di foto itu adalah pacarmu.""Ya! Dia pacarku. Meskipun tidak cantik, aku tetap mencintainya.""Di hatiku, dia adalah gadis yang paling polos dan baik hati di dunia."Aku menundukkan mataku untuk melirik ponselku dan berkata padanya, "Lihat lagi, lihat baik-baik, aku akan bertanya sekali lagi, apa dia ....""Audrey, cukup!"Kakakku berdiri dan berkata dengan marah, "Dia pacarku, benar-benar pacarku. Apa kamu puas dengan ini?"Setelah berkata demikian, kakakku berjalan dengan marah ke kamarnya.Aku berbalik untuk berkata, "Kakak sudah mengakui kalau dia adalah pacarmu, maka aku yakin kalau dia benar-bena
Wanita yang berada di depanku terlihat sangat biasa.Hidungnya pesek, bibir agak tebal, matanya pun tidak terlalu besar. Secara keseluruhan, memang tidak terlihat cantik sama sekali.Satu-satunya keunggulannya adalah kulitnya sangat cerah.Dia hanya mengenakan sedikit riasan, hanya lipstik warna merah muda.Jadi meskipun fitur wajah serta bentuk wajahnya tidak menonjol, dia sekilas terlihat polos.Namun, penampilan ini sama sekali tidak sesuai dengan selera kakakku.Jadi, kenapa kakakku begitu setia kepada wanita ini, seakan-akan sudah terbius olehnya?"Audrey, apa aku benar-benar jelek? Pasti Bibi tidak akan menyukaiku, 'kan?"Tepat saat aku tengah memikirkan hal itu, wanita di depanku tiba-tiba bertanya dengan cemas.Aku kembali tersadar lalu tersenyum padanya. "Tidak akan, buku tidak menetapkan standar apa pun untuk pemilihan pasangan. Selama kakakku benar-benar menyukai orang itu, pasti akan menyetujuinya.""Kita juga sudah menyiapkan hadiah untukmu. Kita akan memberikannya padamu
Herman tersenyum, "Aku cuma mau memperkenalkanmu, dia adalah Audrey yang merupakan adik Irvin.""Ah! Kamu Audrey?"Perawat itu menatapku, lalu berkata dengan cemas dan penuh semangat, "Irvin sering mengungkitmu di depanku, aku juga sangat ingin bertemu denganmu dan Bibi.""Tapi akhir-akhir ini pekerjaanku sangat sibuk, sibuk bersaing untuk mendapatkan posisi, serta sibuk mencari sumber ginjal untuk Bibi. Jadi aku sama sekali nggak punya waktu untuk menemui kalian.""Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf karena sudah beberapa kali mengingkari janji. Aku juga selalu ingin minta maaf secara pribadi padamu."Perawat di depanku berkata dengan tulus, yang tidak terdengar seperti sedang berpura-pura.Aku tidak bisa menahan diri untuk berpikir apakah pikiranku terlalu berlebihan?Sebenarnya Sella sama sekali tidak bermasalah, dia memang sangat sibuk sampai mengingkari janji denganku?"Audrey, kamu nggak marah padaku, 'kan?"Saat aku sedang berpikir, perawat di depanku tiba-tiba bertanya deng
Setelah tiba di Rumah Sakit Harmoni, aku langsung mendatangi meja resepsionis di bagian rawat inap."Permisi, apakah ada perawat yang bernama Sella di sini?"Perawat itu menatapku, lalu mengangguk, "Benar, ada perawat bernama Sella di sini. Ada apa kamu mencarinya?""Ada masalah pribadi yang mau kukatakan padanya, bolehkah tolong panggil dia untuk bertemu denganku?""Maaf, Nona. Saat ini waktu Sella bekerja, dia sepertinya sedang sibuk.""Kalau begitu aku akan menunggu di sana, tolong kasih tahu aku kalau dia sudah nggak sibuk, terima kasih."Setelah berkata pada perawat, aku duduk di kursi untuk menunggu.Tidak lama kemudian, seseorang memanggil namaku, "Nona Audrey?"Aku tertegun sejenak, aku melihat Herman sedang menghampiriku begitu menoleh.Herman masih mengenakan jas putih, temperamennya terlihat elegan dan lembut. Sepasang kacamata berbingkai emas membuat Herman terlihat seperti orang yang mengetahui sopan santun."Nona Audrey, kenapa kamu datang ke rumah sakit? Apakah kamu data
Aku mengabaikannya.Irvin memapahku sambil mengerutkan bibirnya, "Sudahlah, kamu pasti punya kesempatan untuk bertemu dengannya di masa depan. Apa yang kamu takuti?""Minggir!"Aku menepis tangannya dengan marah, lalu berjalan ke depan.Alasan kenapa aku sangat ingin menemui Sella adalah untuk memastikan bahwa tidak ada masalah pada sumber ginjal ibuku.Hanya saja, kakakku sama sekali tidak mengerti.Meskipun aku mengatakan ini padanya, Irvin akan menyalahkanku karena terlalu curigaan dan berprasangka buruk pada pacarnya.Singkatnya, aku sama sekali tidak ingin berbicara dengan Irvin.Otak seseorang yang sudah dibodohi dengan cinta benar-benar sangat menakutkan.Menyebalkan sekali.Irvin mengikutiku sampai ke lantai bawah, dia berlari untuk menarikku saat melihatku terus berjalan ke depan tanpa menoleh ke belakang, "Apa yang kamu lakukan? Ayo, aku akan mengantarmu pulang."Aku menghempaskan tangannya, "Nggak perlu, kamu pulang sendiri saja!""Huh, apa lagi yang mau kamu lakukan?!"Irvi
Aku kembali menatap rumah ini.Jika dilihat dari lingkungan rumah ini, Sella sepertinya adalah perempuan yang mencintai kebersihan dan menjalani kehidupan yang elegan.Kalau bukan karena Sella selalu mengingkari janji dan bertindak dengan misterius, aku juga tidak ingin mencurigainya.Hanya saja, sebentar lagi aku akan segera bertemu dengannya!Saat berpikir seperti ini, aku menatap ke arah kamar tidur utama.Hanya saja, aku melihat Irvin berjalan keluar dari kamar dengan ekspresi kecewa pada detik berikutnya.Aku mengerutkan keningku, kurang lebih sudah mengetahui apa yang telah terjadi.Aku menghampiri Irvin, lalu mengangkat sudut mulutku, "Dia nggak ada di dalam, 'kan?"Irvin tidak mengatakan apa pun.Aku mendengus, "Terlihat jelas kalau dia melakukan kesalahan dan nggak berani menemui kita.""Jangan bicara seperti itu."Irvin masih membela wanita itu, "Sella punya urusan mendadak, jadi dia nggak bisa menunggu kita di rumah, dia bahkan meninggalkan catatan untukku.""Dia juga kirim
Irvin menyipitkan matanya, lalu menatapku dengan tatapan tidak puas, "Lihatlah, kamu mulai curigaan lagi. Kampung Sella memang di desa pegunungan, tapi itu nggak berarti keluarganya miskin, nggak berarti Sella juga nggak bekerja, 'kan?""Nenek kita juga tinggal di kota yang terpencil, tapi itu nggak berati Ibu miskin, 'kan?"Aku mengerutkan bibirku tanpa mengatakan apa pun.Ucapannya masuk akal juga.Lupakan saja, aku akan mengetahui situasinya setelah naik ke atas.Irvin membeli beberapa makanan ringan dan buah-buahan.Aku mengeluarkan hadiah dari dalam mobil, lalu memasuki apartemen bersamanya.Dekorasi apartemen ini lumayan bagus, seperti dekorasi hotel bintang lima.Kami menaiki lift hingga ke lantai 15.Irvin membawaku ke depan sebuah pintu di ujung koridor.Aku mengira Irvin ingin mengetuk pintu, tapi siapa sangka dia menoleh untuk berkata padaku, "Audrey, ingatlah untuk tersenyum. Jangan pasang ekspresi sedatar ini, kalau nggak Sella akan curiga kalau kamu nggak menyukainya."Ak