Aku menoleh dan melihat itu adalah Lusiana.Sebuah mobil sport kelas atas berwarna perak keunguan sangat menarik.Dia berhenti di depanku dan menatapku dengan tatapan kasihan, "Ck, ck, kamu terlihat terpuruk seperti ini. Karena kamu juga begitu kasihan, kamu juga datanglah ke pesta ulang tahunku."Arya bersandar di kursi penumpang sambil dengan malas melihat ke depan dan ada sebatang rokok di antara jari-jarinya.Sikap acuh tak acuh pria itu terhadapku saat ini sangat berbeda dengan kelembutannya terhadapku di pagi hari yang membuatku tiba-tiba merasa kami adalah dua orang yang berbeda."Hei, aku sedang bicara denganmu, apa kamu tuli!?"Aku sadar kembali dan tersenyum padanya, "Nona Lusiana, terima kasih atas kebaikanmu. Sayangnya aku masih ada urusan, jadi aku tidak bisa pergi. Kuucapkan selamat ulang tahun dan selamat bersenang-senang."Lusiana mendecakkan lidah dan berkata dengan sinis, "Sudah tidak berstatus nona terkaya, tapi masih begitu sok. Kenapa? Mau Pak Arya mengundangmu?"S
Karena kalau dilihat baik-baik, ini sama sekali tidak terlihat seperti gaya pesan Dorin dan dia tidak akan menanyakan hal itu.Ini agak mirip dengan Zayn.Memikirkan hal ini, aku langsung menggelengkan kepalaku.Mana mungkin Zayn menggunakan ponsel Dorin untuk mengirimiku pesan?Melihat hari sudah larut, aku tidak terlalu memusingkannya dan mematikan ponsel sebelum tidur dengan selimut menutupi kepalaku.Selama beberapa hari berturut-turut, Zayn tidak datang mencariku lagi.Setiap hari aku berada di lokasi syuting dan kontrakanku.Hari-hari berlalu dengan sangat damai, begitu damai hingga aku merasa pria itu benar-benar telah pergi dari hidupku.Jadi aku memutuskan untuk mencoba pergi stasiun dan bandara untuk melihat apakah akan ada bawahan Zayn yang mengawasiku kalau aku benar-benar ingin meninggalkan kota.Pagi ini aku tidak membawa barang apa pun, hanya berjalan-jalan di sekitar bandara dan stasiun tanpa menemukan orang yang mencurigakan mengawasiku.Aku merasa lega.Sepertinya Zay
Sebagian besar orang melihat ke sana dan aku mengikutinya.Detik berikutnya, jantungku berdegup kencang sampai kesulitan untuk memegang sendok dengan mantap.Itu Zayn.Dia juga datang ke lokasi syuting.Setelah tidak bertemu dengannya selama beberapa hari, wajah pria itu agak lebih suram dari biasanya.Sepasang mata gelap itu masih sangat dingin sehingga orang tidak berani langsung menatapnya.Seharusnya ini pertama kalinya dia datang ke lokasi syuting dan kedatangannya menimbulkan kehebohan di lokasi syuting.Sutradara dan yang lainnya, termasuk Lusiana mendekatinya dengan penuh perhatian.Cindy juga datang dengan beberapa pengawal di belakang.Para pengawal itu terlihat membawa minuman."Halo semuanya, aku menemani Kak Zayn berkunjung dan membawakan minuman untuk semua orang.""Semuanya sudah bekerja keras, silakan ambil minumannya dan bagikan."Wajah Cindy menunjukkan senyuman yang sopan dan wajah yang polos membuat orang-orang menyukainya tidak peduli bagaimana mereka melihatnya.D
Aku mengerutkan bibirku, entah apa yang sedang kurasakan.Rasanya seperti lega, tetapi tiba-tiba kekecewaan dan kesedihan melonjak.Dorin tiba-tiba berkata, "Benar, Audrey dan Pak Arya sangat serasi. Mereka memang berpacaran, kenapa? Kamu iri!?""Dorin!"Aku segera memanggilnya untuk memberi isyarat agar dia jangan berbicara omong kosong.Bagaimanapun, Arya adalah artis besar. Kalau hal ini tersebar, itu akan berdampak buruk bagi reputasinya.Dorin mengatupkan bibirnya dan menatap Cindy dengan tatapan menantang.Cindy menutup mulutnya dan tertawa, "Ngapain iri? Aku punya semua yang dia punya atau tidak, jadi aku benar-benar tidak perlu iri padanya.""Sudah cukup belum?"Aku menatapnya tanpa ekspresi, "Kalau sudah, silakan pergi dan jangan ganggu makan kami."Setelah mendengar ini, Cindy menunduk dan melihat makanan yang kami makan.Dia terlihat seperti orang baik dan berkata, "Aduh, kok kalian cuma makan ini? Meski makan makanan yang dibawa pulang, kalian harus memilih toko yang lebih
"Nona Cindy itu tidak akan berumur panjang. Dia menderita penyakit mematikan di usia muda, benar-benar kasihan."Sebelum aku selesai bertanya, Arya berkata dengan tenang.Raut wajahnya seperti orang yang sedang meratapi nasib tragis orang miskin.Jadi, alasan dia menatap Cindy dengan tatapan sedih tadi adalah karena tahu Cindy menderita penyakit mematikan?Dia mengasihani Cindy?Akan tetapi, aku tidak bisa memikirkan alasan lain selain ini.Bagaimanapun, Arya kembali dari luar negeri dan dia adalah seorang artis besar. Kehidupan termasuk pendidikan yang diterimanya sejak kecil sangat bagus.Sementara itu, Cindy adalah orang kampung yang dibawa kembali dari desa oleh Zayn.Selain marga yang sama, kedua orang ini tidak dekat satu sama lain.Oleh karena itu, seharusnya dia dan Cindy tidak memiliki hubungan apa pun.Mungkin dia benar-benar hanya kasihan dengan nyawa muda yang akan segera hilang."Masih ada pertanyaan?"Arya menatapku dan bertanya sambil tersenyum, tetapi sorot matanya tida
Mereka harus bekerja lembur sampai larut malam untuk syuting.Aku sudah pulang dulu begitu waktu sudah menunjukkan pukul lima.Aku makan enak di restoran di luar sebelum kembali ke kontrakan untuk mengemas barang-barangku.Barang yang kubawa tidak banyak, hanya beberapa set pakaian dan beberapa produk perawatan kulit. Satu koper sudah cukup.Dalam waktu kurang dari satu jam, semuanya sudah beres.Aku berbaring telentang di atas kasur dan meregangkan seluruh tubuhku, tetapi pada saat yang sama, aku merasakan kekecewaan dan kesedihan yang tak terlukiskan di dalam hatiku.Aku sudah tinggal di tempat ini selama lebih dari 20 tahun dan tiba-tiba harus pergi. Jujur saja, aku benar-benar enggan untuk pergi.Aku belum pergi berpamitan pada orang tua dan kakakku.Lupakan saja, lihat saja nanti. Kalau Zayn sudah benar-benar melupakanku, aku akan kembali untuk berkumpul kembali dengan keluargaku.Tidak peduli seberapa indahnya pemandangan di kota lain dan nyaman suhunya, tetap saja tidak akan sen
"Aku lapar."Dia mengucapkan dua kata dingin lagi dengan datar, asapnya melayang dan terbungkus aura dingin yang membuat orang tidak berani melawannya.Aku bertanya dengan suara pelan, "Lalu kamu ingin makan apa? Aku akan pesankan makanan bawa pulang ....""Bagimu aku cuma layak untuk makan makanan yang dibawa pulang?"Sebelum aku selesai berbicara, dia tiba-tiba mencibir.Aku menatapnya dengan alis berkerut, tidak tahu apa maksud ucapannya.Dia mendengus dan aura suram di sekelilingnya menjadi lebih pekat.Aku tidak bisa menebak apa yang ingin dia lakukan dan tidak ingin menebaknya.Aku berkata kepadanya dengan agak kesal, "Katakan saja kamu mau makan dan aku akan membelikannya untukmu. Jangan membodohiku, bicara juga tidak jelas.""Aku tidak begitu pintar dan tidak sepengertian Cindy, jadi sebaiknya kamu katakan apa maumu dan aku akan membuatkannya untukmu."Mungkin karena sudah mau pergi, aku sama sekali tidak ingin menemaninya.Cukup melelahkan, sungguh!Zayn menatapku dengan datar
Aku lupa apa yang kumasak untuk Arya dan Dorin di siang hari. Setelah memikirkannya beberapa saat, aku teringat kalau sepertinya aku masak iga asam manis, ayam goreng pedas, daging sapi tumis lada dan dua sawi serta sop merah.Aku bergegas membeli bahan-bahannya dan butuh waktu hampir setengah jam untuk kembali.Setibanya di depan pintu dengan semua bahan makanan, aku sudah kelelahan dan kehabisan napas.Aku menunggu beberapa saat sebelum mengeluarkan kunci dan membuka pintu.Saat pintu terbuka, sekilas aku melihat Zayn keluar dari kamar mandi.Pria itu mengenakan handuk mandi yang dililitkan di pinggangnya dan tubuh bagian atasnya meneteskan air yang terlihat sangat seksi.Dia sedang menyeka rambutnya dengan handuk. Saat melihatku kembali, dia hanya menatapku sekilas sebelum masuk ke dalam kamar tidur.Aku benar-benar tercengang.Melihat penampilannya ini, jangan-jangan malam ini dia akan tidur di sini?Aku segera melempar bahan-bahan ke samping, menyusulnya dan bertanya, "Ma ... mala
Herman tersenyum, "Aku cuma mau memperkenalkanmu, dia adalah Audrey yang merupakan adik Irvin.""Ah! Kamu Audrey?"Perawat itu menatapku, lalu berkata dengan cemas dan penuh semangat, "Irvin sering mengungkitmu di depanku, aku juga sangat ingin bertemu denganmu dan Bibi.""Tapi akhir-akhir ini pekerjaanku sangat sibuk, sibuk bersaing untuk mendapatkan posisi, serta sibuk mencari sumber ginjal untuk Bibi. Jadi aku sama sekali nggak punya waktu untuk menemui kalian.""Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf karena sudah beberapa kali mengingkari janji. Aku juga selalu ingin minta maaf secara pribadi padamu."Perawat di depanku berkata dengan tulus, yang tidak terdengar seperti sedang berpura-pura.Aku tidak bisa menahan diri untuk berpikir apakah pikiranku terlalu berlebihan?Sebenarnya Sella sama sekali tidak bermasalah, dia memang sangat sibuk sampai mengingkari janji denganku?"Audrey, kamu nggak marah padaku, 'kan?"Saat aku sedang berpikir, perawat di depanku tiba-tiba bertanya deng
Setelah tiba di Rumah Sakit Harmoni, aku langsung mendatangi meja resepsionis di bagian rawat inap."Permisi, apakah ada perawat yang bernama Sella di sini?"Perawat itu menatapku, lalu mengangguk, "Benar, ada perawat bernama Sella di sini. Ada apa kamu mencarinya?""Ada masalah pribadi yang mau kukatakan padanya, bolehkah tolong panggil dia untuk bertemu denganku?""Maaf, Nona. Saat ini waktu Sella bekerja, dia sepertinya sedang sibuk.""Kalau begitu aku akan menunggu di sana, tolong kasih tahu aku kalau dia sudah nggak sibuk, terima kasih."Setelah berkata pada perawat, aku duduk di kursi untuk menunggu.Tidak lama kemudian, seseorang memanggil namaku, "Nona Audrey?"Aku tertegun sejenak, aku melihat Herman sedang menghampiriku begitu menoleh.Herman masih mengenakan jas putih, temperamennya terlihat elegan dan lembut. Sepasang kacamata berbingkai emas membuat Herman terlihat seperti orang yang mengetahui sopan santun."Nona Audrey, kenapa kamu datang ke rumah sakit? Apakah kamu data
Aku mengabaikannya.Irvin memapahku sambil mengerutkan bibirnya, "Sudahlah, kamu pasti punya kesempatan untuk bertemu dengannya di masa depan. Apa yang kamu takuti?""Minggir!"Aku menepis tangannya dengan marah, lalu berjalan ke depan.Alasan kenapa aku sangat ingin menemui Sella adalah untuk memastikan bahwa tidak ada masalah pada sumber ginjal ibuku.Hanya saja, kakakku sama sekali tidak mengerti.Meskipun aku mengatakan ini padanya, Irvin akan menyalahkanku karena terlalu curigaan dan berprasangka buruk pada pacarnya.Singkatnya, aku sama sekali tidak ingin berbicara dengan Irvin.Otak seseorang yang sudah dibodohi dengan cinta benar-benar sangat menakutkan.Menyebalkan sekali.Irvin mengikutiku sampai ke lantai bawah, dia berlari untuk menarikku saat melihatku terus berjalan ke depan tanpa menoleh ke belakang, "Apa yang kamu lakukan? Ayo, aku akan mengantarmu pulang."Aku menghempaskan tangannya, "Nggak perlu, kamu pulang sendiri saja!""Huh, apa lagi yang mau kamu lakukan?!"Irvi
Aku kembali menatap rumah ini.Jika dilihat dari lingkungan rumah ini, Sella sepertinya adalah perempuan yang mencintai kebersihan dan menjalani kehidupan yang elegan.Kalau bukan karena Sella selalu mengingkari janji dan bertindak dengan misterius, aku juga tidak ingin mencurigainya.Hanya saja, sebentar lagi aku akan segera bertemu dengannya!Saat berpikir seperti ini, aku menatap ke arah kamar tidur utama.Hanya saja, aku melihat Irvin berjalan keluar dari kamar dengan ekspresi kecewa pada detik berikutnya.Aku mengerutkan keningku, kurang lebih sudah mengetahui apa yang telah terjadi.Aku menghampiri Irvin, lalu mengangkat sudut mulutku, "Dia nggak ada di dalam, 'kan?"Irvin tidak mengatakan apa pun.Aku mendengus, "Terlihat jelas kalau dia melakukan kesalahan dan nggak berani menemui kita.""Jangan bicara seperti itu."Irvin masih membela wanita itu, "Sella punya urusan mendadak, jadi dia nggak bisa menunggu kita di rumah, dia bahkan meninggalkan catatan untukku.""Dia juga kirim
Irvin menyipitkan matanya, lalu menatapku dengan tatapan tidak puas, "Lihatlah, kamu mulai curigaan lagi. Kampung Sella memang di desa pegunungan, tapi itu nggak berarti keluarganya miskin, nggak berarti Sella juga nggak bekerja, 'kan?""Nenek kita juga tinggal di kota yang terpencil, tapi itu nggak berati Ibu miskin, 'kan?"Aku mengerutkan bibirku tanpa mengatakan apa pun.Ucapannya masuk akal juga.Lupakan saja, aku akan mengetahui situasinya setelah naik ke atas.Irvin membeli beberapa makanan ringan dan buah-buahan.Aku mengeluarkan hadiah dari dalam mobil, lalu memasuki apartemen bersamanya.Dekorasi apartemen ini lumayan bagus, seperti dekorasi hotel bintang lima.Kami menaiki lift hingga ke lantai 15.Irvin membawaku ke depan sebuah pintu di ujung koridor.Aku mengira Irvin ingin mengetuk pintu, tapi siapa sangka dia menoleh untuk berkata padaku, "Audrey, ingatlah untuk tersenyum. Jangan pasang ekspresi sedatar ini, kalau nggak Sella akan curiga kalau kamu nggak menyukainya."Ak
Aku menatap Irvin dengan tatapan curiga, "Akhirnya pacarmu mau bertemu dengan kita? Jangan-jangan kamu nggak bilang padanya kalau kamu membawaku?""Ck!"Raut wajah Irvin langsung memasam. "Lihatlah, kamu meragukan kebaikan orang lain dengan pikiran jahatmu. Aku sudah bilang padanya kalau aku akan bawa kamu untuk menemuinya.""Awalnya Sella bilang kondisinya masih buruk, rumahnya juga sangat berantakan, dia takut meninggalkan kesan yang buruk padamu.""Kemudian aku bilang pada Sella kalau kamu nggak keberatan, baru dia memperbolehkan kita pergi ke rumahnya.""Tapi kamu malah memikirkan hal-hal yang negatif tentangnya lagi."Aku melirik Irvin tanpa mengatakan apa pun.Berdasarkan sikap Irvin yang selalu melindungi pacarnya, semua ucapanku salah di matanya.Lupakan saja, aku hanya ingin menemui Sella untuk memastikan dia tidak bermasalah.Aku berharap Sella benar-benar tidak bermasalah dan tulus menyukai Irvin. Dengan ini, sumber ginjal yang ditemukan kemungkinan besar tidak bermasalah.A
Arya berpikir sejenak, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku nggak kenal, kenapa?""Herman bilang Sella adalah adik seperguruannya, jadi aku berpikir kamu kemungkinan mengenal Sella karena kamu berteman dengan Herman.""Aku nggak kenal," ujar Arya. Kemudian dia berkata sambil tersenyum, "Herman adalah pria yang tampan, jadi ada banyak adik seperguruan yang mengejarnya, aku nggak terlalu memerhatikan hal ini. Mungkin aku pernah bertemu dengan Sella yang kamu maksud, tapi aku nggak punya kesan apa pun pada namanya."Arya tertegun sejenak, lalu bertanya, "Ada masalah apa, Audrey?"Aku menceritakan semuanya pada Arya.Arya terdiam selama beberapa saat, lalu bertanya dengan suara yang berat, "Bagaimana situasi Bibi sekarang?""Kondisi ibuku sudah stabil sekarang, tapi sebelum ini dokter bilang kalau ibuku cuma punya waktu enam bulan lagi. Kalau kami masih nggak menemukan ginjal yang cocok untuk melakukan transplantasi ginjal, ibuku mungkin akan mengalami gagal ginjal.""Jadi aku mau tanya ten
Saat aku pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan sebelum ini, aku tidak sengaja melihat Arya sedang berbicara dengan seorang dokter.Setelah dipikir-pikir, dokter yang berbicara dengan Arya sepertinya adalah Dokter Herman.Pantas saja aku merasa Herman sangat familier.Saat itu aku hanya menatap mereka dari kejauhan, jadi kesanku pada Herman tidak terlalu kuat. Tapi tampang dan temperamen Herman sangat menonjol, jadi kurang lebih aku memiliki sedikit kesan tentangnya.Ternyata Herman adalah teman Arya?Apakah Arya meminta bantuan Herman untuk membuat hasil pemeriksaanku yang menunjukkan bahwa aku tidak bisa mengandung?Saat sedang berpikir, Irvin tiba-tiba menarik lenganku, "Kenapa kamu malah bengong? Aku sedang bicara denganmu."Aku menarik diri dari pikiranku, lalu meliriknya, "Kenapa?""Sella jatuh sakit karena ibu kita, jadi aku mau menjenguknya. Apakah kamu mau pergi bersamaku?""Baiklah."Tentu saja aku akan pergi dengan Irvin, karena aku sangat ingin melihat wajah pacar
"Ya, kami lulus dari sekolah kedokteran yang sama, saat ini Sella bekerja sebagai perawat magang di rumah sakit kami."Aku ingin bertanya lebih banyak, tapi kakakku menarik lenganku dan berbisik kepadaku, "Apa yang kamu lakukan? Bertanya hal-hal yang lain. Tidak sopan sama sekali.""Dokter Herman sudah membantu Ibu menemukan ginjal yang cocok.""Kamu hanya perlu mengucapkan terima kasih banyak pada Dokter Herman. Kenapa tanya yang lainnya?"Aku melirik kakakku.Apa kakakku pikir mudah untuk menemukan ginjal?Herman tampaknya melihat kecurigaanku.Herman mengeluarkan kartu identitas kerjanya sambil tersenyum padaku. "Nona Audrey, ini kartu identitas kerjaku."Aku melihatnya sekilas.Herman, Dokter Penyakit Dalam, Rumah Sakit Harmoni.Aku menuliskan nama rumah sakit itu dan memuji Herman, "Profesor Herman benar-benar hebat.""Nona Audrey, terima kasih atas pujianmu." Herman menyingkirkan lencana kerjanya dan berkata padaku, "Aku baru saja memeriksakan ibumu secara menyeluruh. Kondisi fis