"Aku mengerti mungkin kamu sulit untuk menerima hasil ini, tapi inilah fakta."Saat Arya memberiku laporan pemeriksaan palsu ini, dia memberitahuku kalau dia telah mengurus semua departemen di rumah sakit sehingga aku tidak perlu khawatir.Saat itu aku tidak merasakan apa pun.Saat ini melihat direktur jelas sangat takut pada Zayn, tetapi masih bisa membantu Arya menipu Zayn yang menunjukkan Arya benar-benar hebat.Hal ini membuatku agak penasaran, apakah Arya memiliki identitas tersembunyi lain selain menjadi artis besar?Brak!Saat aku sedang memikirkannya, Zayn tiba-tiba memukul meja dengan keras dan membuatku takut.Direktur juga menggigil ketakutan.Dia berkata dengan canggung, "Ada banyak penyebab kemandulan, misalnya lingkungan hidup memengaruhi kesehatan orang, stres memengaruhi kadar hormon seseorang, terlalu banyak aborsi atau tidak dilakukan dengan benar, juga pil KB. Semua ini bisa menyebabkan kemandulan.""Tidak bisa bilang kesehatannya baik-baik saja karena dibesarkan den
Tidak ada bentakan atau ancaman dingin.Dia hanya tersenyum padaku dengan tenang, "Kamu benar-benar tidak mau memberiku anak?""Aku ...."Aku menundukkan kepalaku, tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.Dia tertawa lagi seolah sedang menertawakanku atau dirinya sendiri.Dia berkata, "Kita tidak akan pernah punya anak sendiri. Apa kamu bahagia?"Nada suaranya dipenuhi kekecewaan dan kesedihan, aku juga merasa sangat tidak nyaman mendengarnya."Sepertinya kamu sangat membenciku sampai lebih memilih untuk tidak pernah menjadi seorang ibu lagi daripada punya ikatan apa pun denganku.""Heh, Audrey, mungkin kamu benar. Seharusnya sejak awal kita tidak menikah dan tidak pernah punya ikatan.""Salahkan aku, haha, salahkan aku karena terlalu sombong dan serakah. Mengira aku bisa mendapatkan apa yang kuinginkan.""Tapi ternyata itu cuma angan-anganku saja.""Andai saja waktu bisa berputar, aku lebih suka tidak pernah mengenalmu dalam hidupku."Setelah mengatakan itu, dia menatapku dengan sangat
Dia bertanya padaku, "Bagaimana? Zayn percaya dengan laporan pemeriksaan pagi ini?""Iya." Aku mengangguk dan berkata, "Terima kasih."Arya duduk di kursi malas, seorang asisten segera datang untuk merias wajahnya dan memberinya air.Arya melirik tidak jauh dari sana dan bertanya sambil tersenyum, "Bagaimana reaksinya?"Aku terdiam beberapa saat dan berkata, "Lumayan, tidak begitu ada reaksi."Arya melirik ke arahku dan tersenyum lagi. Aku merasa senyumannya agak aneh.Setelah beberapa saat, dia berkata, "Kukira dia akan sangat sedih dan marah."Aku tercengang, "Kenapa kamu berpikir seperti itu?""Cuma merasa begitu." Setelah terdiam sebentar, dia melihat perutku lagi, "Tapi meskipun sekarang musim hujan dan pakai pakaian tebal, apa kamu pikir masih bisa menyembunyikannya setelah menunjukkan tanda-tanda kehamilan?"Aku menunduk dan tetap diam.Aku juga tahu aku tidak bisa menyembunyikannya, makanya aku sangat cemas dan ingin pergi secepat mungkin. Akan tetapi, aku takut akan ketahuan o
Aku menoleh dan melihat itu adalah Lusiana.Sebuah mobil sport kelas atas berwarna perak keunguan sangat menarik.Dia berhenti di depanku dan menatapku dengan tatapan kasihan, "Ck, ck, kamu terlihat terpuruk seperti ini. Karena kamu juga begitu kasihan, kamu juga datanglah ke pesta ulang tahunku."Arya bersandar di kursi penumpang sambil dengan malas melihat ke depan dan ada sebatang rokok di antara jari-jarinya.Sikap acuh tak acuh pria itu terhadapku saat ini sangat berbeda dengan kelembutannya terhadapku di pagi hari yang membuatku tiba-tiba merasa kami adalah dua orang yang berbeda."Hei, aku sedang bicara denganmu, apa kamu tuli!?"Aku sadar kembali dan tersenyum padanya, "Nona Lusiana, terima kasih atas kebaikanmu. Sayangnya aku masih ada urusan, jadi aku tidak bisa pergi. Kuucapkan selamat ulang tahun dan selamat bersenang-senang."Lusiana mendecakkan lidah dan berkata dengan sinis, "Sudah tidak berstatus nona terkaya, tapi masih begitu sok. Kenapa? Mau Pak Arya mengundangmu?"S
Karena kalau dilihat baik-baik, ini sama sekali tidak terlihat seperti gaya pesan Dorin dan dia tidak akan menanyakan hal itu.Ini agak mirip dengan Zayn.Memikirkan hal ini, aku langsung menggelengkan kepalaku.Mana mungkin Zayn menggunakan ponsel Dorin untuk mengirimiku pesan?Melihat hari sudah larut, aku tidak terlalu memusingkannya dan mematikan ponsel sebelum tidur dengan selimut menutupi kepalaku.Selama beberapa hari berturut-turut, Zayn tidak datang mencariku lagi.Setiap hari aku berada di lokasi syuting dan kontrakanku.Hari-hari berlalu dengan sangat damai, begitu damai hingga aku merasa pria itu benar-benar telah pergi dari hidupku.Jadi aku memutuskan untuk mencoba pergi stasiun dan bandara untuk melihat apakah akan ada bawahan Zayn yang mengawasiku kalau aku benar-benar ingin meninggalkan kota.Pagi ini aku tidak membawa barang apa pun, hanya berjalan-jalan di sekitar bandara dan stasiun tanpa menemukan orang yang mencurigakan mengawasiku.Aku merasa lega.Sepertinya Zay
Sebagian besar orang melihat ke sana dan aku mengikutinya.Detik berikutnya, jantungku berdegup kencang sampai kesulitan untuk memegang sendok dengan mantap.Itu Zayn.Dia juga datang ke lokasi syuting.Setelah tidak bertemu dengannya selama beberapa hari, wajah pria itu agak lebih suram dari biasanya.Sepasang mata gelap itu masih sangat dingin sehingga orang tidak berani langsung menatapnya.Seharusnya ini pertama kalinya dia datang ke lokasi syuting dan kedatangannya menimbulkan kehebohan di lokasi syuting.Sutradara dan yang lainnya, termasuk Lusiana mendekatinya dengan penuh perhatian.Cindy juga datang dengan beberapa pengawal di belakang.Para pengawal itu terlihat membawa minuman."Halo semuanya, aku menemani Kak Zayn berkunjung dan membawakan minuman untuk semua orang.""Semuanya sudah bekerja keras, silakan ambil minumannya dan bagikan."Wajah Cindy menunjukkan senyuman yang sopan dan wajah yang polos membuat orang-orang menyukainya tidak peduli bagaimana mereka melihatnya.D
Aku mengerutkan bibirku, entah apa yang sedang kurasakan.Rasanya seperti lega, tetapi tiba-tiba kekecewaan dan kesedihan melonjak.Dorin tiba-tiba berkata, "Benar, Audrey dan Pak Arya sangat serasi. Mereka memang berpacaran, kenapa? Kamu iri!?""Dorin!"Aku segera memanggilnya untuk memberi isyarat agar dia jangan berbicara omong kosong.Bagaimanapun, Arya adalah artis besar. Kalau hal ini tersebar, itu akan berdampak buruk bagi reputasinya.Dorin mengatupkan bibirnya dan menatap Cindy dengan tatapan menantang.Cindy menutup mulutnya dan tertawa, "Ngapain iri? Aku punya semua yang dia punya atau tidak, jadi aku benar-benar tidak perlu iri padanya.""Sudah cukup belum?"Aku menatapnya tanpa ekspresi, "Kalau sudah, silakan pergi dan jangan ganggu makan kami."Setelah mendengar ini, Cindy menunduk dan melihat makanan yang kami makan.Dia terlihat seperti orang baik dan berkata, "Aduh, kok kalian cuma makan ini? Meski makan makanan yang dibawa pulang, kalian harus memilih toko yang lebih
"Nona Cindy itu tidak akan berumur panjang. Dia menderita penyakit mematikan di usia muda, benar-benar kasihan."Sebelum aku selesai bertanya, Arya berkata dengan tenang.Raut wajahnya seperti orang yang sedang meratapi nasib tragis orang miskin.Jadi, alasan dia menatap Cindy dengan tatapan sedih tadi adalah karena tahu Cindy menderita penyakit mematikan?Dia mengasihani Cindy?Akan tetapi, aku tidak bisa memikirkan alasan lain selain ini.Bagaimanapun, Arya kembali dari luar negeri dan dia adalah seorang artis besar. Kehidupan termasuk pendidikan yang diterimanya sejak kecil sangat bagus.Sementara itu, Cindy adalah orang kampung yang dibawa kembali dari desa oleh Zayn.Selain marga yang sama, kedua orang ini tidak dekat satu sama lain.Oleh karena itu, seharusnya dia dan Cindy tidak memiliki hubungan apa pun.Mungkin dia benar-benar hanya kasihan dengan nyawa muda yang akan segera hilang."Masih ada pertanyaan?"Arya menatapku dan bertanya sambil tersenyum, tetapi sorot matanya tida
Kakakku menggeram padaku lagi dan matanya yang marah tampak seperti ingin menghajarku.Namun, dari kecil hingga dewasa, pernahkah dia begitu jahat padaku?Kakakku mencintai pacarnya dan melindungi pacarnya, aku bisa mengerti itu.Namun kali ini, jelas-jelas kesalahan pacarnya. Tidak bisakah aku mengungkapkan sedikit rasa sedih?Ibu menyeka air matanya dan menarikku ke samping. "Lupakan saja, Audrey, mungkin gadis itu benar-benar ada urusan mendesak. Lain kali saja, kita bisa bertemu lain kali, tidak apa-apa."Kakakku melotot ke arahku, dadanya sedikit naik turun, tetapi saat melihat meja besar berisi makanan serta hadiah-hadiah yang ditaruh di sampingnya, secercah rasa bersalah terpancar di wajahnya.Kakakku berkata, "Ini salahku. Dia tidak bisa datang. Aku tidak memberitahu kalian tepat waktu.""Lain kali, entah dia bisa datang atau tidak, aku akan beritahu kalian lebih dulu.""Tidak akan lain kali lagi.""Audrey!" Kakakku menggeram padaku lagi, alisnya yang tampan berkerut, wajahnya
"Kamu tidak mengerti. Ibu takut kalau Ibu mengabaikannya, akan memengaruhi hubungan antara kakakmu dan gadis itu.""Tidak, Bu. Ibu sudah melakukan pekerjaan yang hebat."Saat aku berbicara, ibuku tiba-tiba mendesah lagi, tampak sedikit sedih.Tiba-tiba Ibu menatapku dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Audrey, kamu dan kakakmu adalah yang paling dekat di dunia ini. Apa pun yang terjadi, kalian harus saling mencintai dan menjaga satu sama lain."Aku mengangguk. "Ya, Bu.""Setelah Ibu tiada ...."Jantungku tiba-tiba berdebar kencang dan aku mengerutkan kening. "Bu, jangan bicara seperti ini. Apa maksudmu Ibu tidak ada di sini lagi ...."Tampak ada sedikit kerumitan di mata ibuku. Ibuku tersenyum padaku lalu berkata, "Tidak apa-apa. Hanya saja Ibu sudah tua. Lagi pula, Ibu tidak bisa bersama kalian selamanya.""Aku tidak peduli. Pokoknya, Ibu akan selalu sehat dan panjang umur.""Panjang umur ...."Ibuku tiba-tiba tersedak, menyeka air matanya dan tersenyum padaku. "Audrey memang anak yan
"Zayn!"Aku melotot marah padanya.Zayn menatapku, matanya yang dingin tidak menunjukkan tanda-tanda melunak.Aku mencibir dalam hati, memalingkan mukaku, tidak ingin menatapnya atau berbicara padanya.Setelah beberapa saat, Zayn tiba-tiba berbicara, tapi masih saja membela Cindy."Kalau kamu masih marah, datanglah padaku, jangan menyerangnya lagi."Setelah mendengar perkataannya, luapan amarah menyerbu dadaku.Sungguh konyol. Jelas-jelas wanita itulah yang melakukan hal-hal buruk setiap saat, tapi ketika Zayn mengatakannya, justru akulah yang sengaja menyerang wanita itu!Aku begitu marah sampai-sampai tubuhku hampir gemetar, hatiku penuh dengan segala caci maki.Aku mendorongnya lalu mencibir, "Kamu terlalu banyak berpikir. Aku tidak punya dendam, aku juga tidak menyerangnya. Kalaupun kalian berdua saling mencintai, itu bukan urusanku ....""Audrey!"Tiba-tiba Zayn teriak padaku, alisnya berkerut tajam. "Aku sudah bilang, dia cuma adikku."Persetan dengan adikmu!Aku berpikir sinis d
Air mata Cindy jatuh, nada bicaranya lembut serta lemah."Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi ketika kamu pergi membelikanku teh susu tadi, aku kebetulan bertemu dengan seorang teman yang aku temui belum lama ini ...."Ketika mendengar kata-kata Cindy, tanpa sadar aku melirik tangan Zayn.Zayn memang sedang memegang secangkir teh susu di tangannya.Aku cemberut dengan sinis dan mengalihkan pandangan, tapi tak lama kemudian aku merasakan tatapan dingin tertuju padaku.Tanpa mendongak, aku tahu Zayn yang tengah menatapku.Cindy meneruskan bicaranya, nadanya terdengar kesal, seakan-akan aku telah menindasnya."Aku hanya mengobrol dengan temanku selama beberapa menit, lalu dia ada urusan mendesak, jadi aku memintanya pergi lebih dulu.""Tanpa diduga, Nona Audrey tiba-tiba datang menemuiku dan bertengkar denganku, bahkan bilang temanku disewa olehku untuk menyakiti keluarganya."Aku benar-benar merasa bingung, bahkan tidak mengenal keluarganya ....""Cukup!"Tak tahan melihat wanita itu b
Saat aku mengejarnya ke koridor lift, wanita itu sudah keluar dengan lift.Aku masih belum melihatnya dengan jelas, tapi aku punya kecurigaan kuat bahwa dialah wanita yang merayu ayahku.Namun, kenapa wanita itu bersama Cindy?Mungkinkah dia disewa oleh Cindy khusus untuk menipu serta merayu ayahku?Saat aku memikirkan kemungkinan ini, luapan amarah muncul dalam hatiku.Apa sebenarnya yang ingin dilakukan wanita gila itu?Cindy mengikutiku.Dia tersenyum padaku. "Nona Audrey, siapa yang kamu kejar?"Aku bertanya padanya dengan sikap yang dingin, "Siapa wanita yang baru saja bersamamu?"Cindy menyilangkan tangannya sambil tersenyum padaku. "Dia temanku. Kenapa? Kamu juga kenal?""Temanmu?" Aku mendengus, "Kalau dia benar-benar temanmu, lalu kenapa kamu biarkan dia lari begitu melihatku datang?"Cindy tiba-tiba tertawa seolah mendengar lelucon.Dia berkata, "Nona Audrey, kamu terlalu banyak berpikir. Temanku kebetulan ada keperluan mendesak, jadi aku membiarkannya pergi lebih dulu.""Tap
Aku segera mengganti topik pembicaraan lalu menarik Ibu ke meja untuk makan.Setelah makan malam, aku mengajaknya ke taman terdekat untuk bersantai.Ibu memintaku agar tidak menceritakan pada kakakku tentang hal-hal buruk yang terjadi di rumah.Ibu bilang, akhirnya Kakak bertemu dengan gadis yang dicintainya, mereka juga punya hubungan yang baik, takutnya hal-hal buruk ini akan memengaruhi suasana hatinya.Aku pikir memang benar, lagi pula, tidak ada gunanya memberitahukan hal itu pada kakakku.Paling-paling akan melakukan hal yang sama sepertiku dan menemui ayahku untuk menyelesaikan masalah ini.Tapi apa gunanya? Hanya akan membuat hubungan keluarga ini semakin canggung dan semakin menyakitkan.Aku bertanya pada ibuku apakah pernah bertemu pacar kakakku.Ibu bilang belum pernah.Ibu bilang juga meminta kakakku untuk membawa pacarnya kembali agar bisa bertemu dengannya.Kakakku awalnya setuju dengan antusias, tapi karena beberapa hal jadi menunda, sampai-sampai ibuku masih belum tahu
Perkataan ayahku membuatku merasa malu sekali.Aku terus menundukkan kepala, tidak berani menatap mata Zayn yang dingin dan mengejek.Pintu lift terbuka, ayahku mendengus, lalu pergi sambil memeluk Dea.Pintu lift tertutup lagi, koridor begitu sunyi sehingga bahkan bisa mendengar detak jantung sendiri.Zayn masih berdiri di hadapanku, dingin tapi terlihat berkarisma, persis seperti saat keluargaku bangkrut, sikapnya yang dingin membuatku tampak seperti bukan siapa-siapa.Aku merasa sangat kesal.Awalnya aku sempat berselisih dengan dia pada masa itu, tapi setiap kali aku sedang terpuruk, aku pun bertemu dengannya.Namun, di masa lalu dia akan sedikit mengejekku.Sekarang, tanpa berkata sepatah kata pun kepadaku, Zayn melompat melewatiku dan berjalan menuju lift.Suara pintu lift terbuka terdengar di belakangku.Aku berbalik untuk melihatnya masuk.Dari awal sampai akhir, Zayn tidak mengatakan sepatah kata pun kepadaku, bahkan tidak melihat ke arahku.Hehe!Mulai sekarang, dia benar-ben
Mungkin kata-kataku menyentuh titik yang menyakitkan di hati ayahku. Ayahku tiba-tiba berdiri, mengangkat tangannya dan menamparku.Gendang telingaku berdengung karena tamparannya.Aku melotot tajam ke arahnya, kebencian semakin menjadi-jadi di dalam hatiku.Ibuku benar, ayahku suah berubah sepenuhnya.Ibuku benar. Mustahil untuk mengembalikan seseorang yang telah berubah pikiran sepenuhnya.Itulah pertama kalinya ayahku memukulku. Ayahku pun menatap tangannya dengan heran.Namun, tak lama kemudian, wanita bernama Dea itu memeluk lengannya dengan genit dan berkata, "Pak Allen, jangan marah. Kami tidak perlu putri yang kurang ajar ini. Kalau kamu suka anak-anak, aku bisa melahirkan anak untukmu, entah anak laki-laki atau perempuan."Alis ayahku langsung mengendur, menggaruk hidungnya dengan penuh kasih sayang. "Dea memang sangat perhatian, jauh lebih baik daripada wanita yang hanya tahu cara menangis."Aku melotot ke arah ayahku dengan sedih, gemetar karena marah.Wanita bernama Dea itu
Ayahku bilang sedang berada di ruangan pribadi lantai tiga.Aku langsung naik ke atas.Saat membuka pintu kamar pribadi itu, bau rokok yang menyengat langsung masuk ke dalam hidungku.Aku segera menutup hidungku dan menoleh sambil mengerutkan kening.Aku melihat ayahku duduk di sofa dengan ekspresi tidak sabar di wajahnya, juga ada seorang wanita menawan di sebelahnya.Wanita itu tampak sangat muda, mungkin berusia dua puluhan.Dia memakai riasan tebal dan berpakaian dengan sangat seksi. Meskipun cantik, auranya begitu kurang baik.Menurut cerita ibuku, wanita yang menjadi selingkuhan ayahku itu sangat kaya dan pintar.Namun jika dilihat sekilas, wanita itu sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan semua itu.Lagi pula, bagaimana mungkin seorang gadis muda, cantik, kaya jatuh cinta pada ayahku dan bersedia menjadi selingkuhan?Aku menatap wanita itu, merasa ada yang mencurigakan dalam masalah ini.Setelah menyadari tatapanku, wanita itu mengangkat bibirnya ke arahku dengan penuh pro