Share

Bab 31. Sang Antagonis

Penulis: buchaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Suara dentuman meja dihentak terdengar bergema, mengagetkan hampir semua yang ada di sana. Tapi, tidak berlaku buat Fathan dan Davina. Mereka sudah menduga Om Haris akan melakukan hal itu.

Lelaki yang hampir seluruh rambutnya memutih itu sontak berdiri dari tempat duduknya. “Apa maksudmu, Zaky?!”

“Papamu ini masih hidup, kenapa harus digantikan?!” Terdengar seruan tak terima dari keluarga yang lain.

Zaky mendekat ke arah orang tuanya sambil menyeringai. “Umur Papa itu sudah enam puluh lebih, sudah saatnya pensiun.”

“Tapi, bukan begitu caranya mengganti wakil CEO. Semua harus dirapatkan terlebih dahulu,” ujar Haris bergetar. Dia tidak tahu kalau harus melawan darah dagingnya sendiri.

“Aku pasti bisa menggantikan Papa karena Mama orang kedua yang memiliki saham paling besar di sana.” Zaky malah mendekat ke ara

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 32. Musuh Bebuyutan

    “Fathan, kenalin. Ini berarti sepupu jauhmu, anaknya Om, Naisya,” ujar Om Syaf. Pria yang rambutnya sudah memutih semua itu menunjuk sopan seorang wanita yang baru sampai di meja ini.Sama seperti kesimpulan Fathan, Om Syaf juga memilih untuk tidak pergi dari ruangan itu. Dia mau melihat keadaan terlebih dahulu.Fathan pun menoleh, lalu berdiri. Sama seperti ayahnya, wanita itu tidak terlalu tinggi. Wajahnya juga mungil seperti Om Syaf. Fathan pun menjulurkan tangannya. “Fathan.”“Naisya,” ucap wanita itu seraya tersenyum. Tak lupa membalas jabatan tangan Fathan. Satu tangannya meraih pundak Fathan kemudian mendekatkan wajahnya.“Kami belum pernah ketemu?” tanya Fathan heran seraya membalas cipika-cipiki yang dilakukan Naisya.“Dia tinggal di Turki, ikut Mama-nya.” Syaf mengangguk pela

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 33. Weekend

    Aurelia sengaja bangun lebih pagi hari ini. Langit baru saja berubah dari keabuan, lantas menjadi terang-benderang karena matahari yang kian meninggi. Masih jam setengah tujuh pagi, tapi dia sudah siap hendak keluar kamar.Jemari baru menyentuh gagang pintu, lantas berhenti karena teringat sesuatu. Dia belum berpamitan dengan suaminya. Aurel melihat pakaian sang suami yang sudah diletakkan di atas tempat tidur.“Fathan, aku keluar dulu, ya. Mau bantuin Davina masak,” pamit Aurel setengah berteriak.“Iya.” Terdengar balasan dari Fathan, yang masih berada di dalam kamar mandi.Setelah mendengar jawaban suaminya, Aurel pun membuka pintu. Baru saja keluar kamar, suara lengkingan bercampur tawa terdengar. Dari koridor berdinding kaca itu, Aurel bisa melihat dua keponakan Fathan tengah berlari-larian di taman belakang. Baju tidur masih melekat di tubuh

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 34. Anak Kita, Bersama

    Fathan keluar dari kamar. Pakaian yang tadi berada di atas kasur sudah berpindah membalut raganya. Seperti hatinya, bibir Fathan juga tersenyum melihat pantulan sosoknya di cermin.‘Aurel bener-bener tahu selera berpakaianku. Dia memang istri yang terbaik,’ puji Fathan.Nuansa hatinya sangat bahagia pagi ini. Terbukti dari senyuman yang terus tersemat di wajahnya, bahkan setelah membuka pintu kamar.Baru berjalan dua langkah, mata Fathan menangkap sosok sang istri di taman samping rumah.Taman beralaskan Zoysia Japonica kualitas terbaik itu terdapat perosotan yang hanya setinggi dada orang dewasa. Setiap kali turun dari perosotan, Fania dan Tania mengusap bagian bawah tubuh mereka yang perih sebentar karena tajamnya ujung rumput jepang.Aurel tampak tengah berbincang dengan Surtiwi kemudian duduk di kursi taman.

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 35. Papa

    “Ghani Pratama.” Terdengar suara dari seorang wanita, yang mengenakan seragam perawat abu-abu les putih serta hijab hitam membalut bagian kepalanya. Kehadirannya adalah secercah harapan dari para orang tua yang menanti kapan nama anak mereka disebut ataupun dipanggil. Jadi, ketika wanita itu membuka pintu praktek, hampir semua orang tua ini melihat ke arah sana.“Ghani, Ghani.” Suwarni menepuk pundak Feny begitu mendengar nama cucunya yang dipanggil. Dia juga bergegas berdiri seraya berjalan ke arah perawat. “Iya, iya, Mbak!”Feny teralihkan perhatiannya sedari tadi. Dia asyik melihat Fathan, yang menggendong Ghani berkeliling ruangan itu. Antara senang menyaksikan kedekatan keduanya juga takut kalau-kalau Fathan nekat membawa lari bayi satu tahun itu. Ya, siapa yang tahu isi hati lelaki yang jauh lebih memiliki kuasa darinya itu.Sadar kalau sekarang ini a

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 36. Kebohongan Demi Kebohongan

    “Bu, aku di dalam mobil aja, males turun, sih,” cetus Feny. Dengan kaki bersilang, dia terlihat acuh tak acuh. Tatapannya hanya tertuju pada ponsel di tangan. Sementara jemarinya sibuk meng-scroll layar smartphone-nya itu.Suwarni sudah hapal dengan sifat cuek anaknya itu. Mau dipaksa juga tidak akan berhasil membuatnya ikut ke dalam toko roti itu. Suwarni pun turun sambil menggendong cucu satu-satunya itu.Toko kue yang terdiri dari dua ruko itu terlihat cukup ramai. Yah, sama seperti hari-hari sebelumnya, sih. Dari siang sampai sore pasti selalu banyak customer yang berdatangan.Langkah Suwarni langsung mendekat ke tempat donat berada. Sangking hapalnya, mau tutup mata juga dia bisa langsung tiba di sana.Seorang staff wanita muda membawakan baki untuknya.“Tolong, Dek. Empat ya. Yang ini, yang ini,” ucapnya sambil

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 37. Tiba-Tiba Saja

    Fathan berdiri di depan rumah subsidi type 36, yang hanya berpagarkan kayu sebatas pinggang itu. Walaupun panas terik, dia tetap berdiri di depan pagar itu. Tujuannya tentu saja, menunggu sampai pintu dibukakan. Sementara itu, jemarinya menggenggam erat beberapa kantong belanjaan.Matanya mengernyit karena matahari sore yang langsung menyerang tepat ke arahnya.Fathan tidak terlalu menghiraukan pandangan ibu-ibu yang berkumpul di warung, dua rumah dari rumah ini. Dia hanya mengangguk pelan sebagai sapaan sopan.Dilihat dari gelagat empat orang wanita itu yang hanya mengenakan daster, ada yang sambil menggendong anak, ada yang mendorong troller, sepertinya kegiatan kumpul itu memang rutin dilakukan setiap sore hari di komplek ini.Mereka terus saja melirik ke arah Fathan, lalu berbisik-bisik. Bukan hanya Fathan yang menarik perhatian mereka, tapi juga mobil yang berhe

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 38. Rasa Yang Tersisa

    “Ssst!” Rafa hendak menutup mulut Aurel dengan tangannya. Tapi, tertahan di udara. Hanya berhenti di depannya saja.Aurel memukul pelan tangan Rafa itu.“Rafa?! Apa-apaan kamu?! Gimana kalau Davina atau Fathan, atau siapapun itu lihat?!” sergah Aurel dengan suara tertahan. Dia menoleh ke arah ujung lorong dengan tatapan cemas. Takut, jelas. Karena apa yang dilakukan Rafa sekarang sangat bisa mengancam keutuhan rumah tangga mereka.“Makanya, aku bilang diem!” balas Rafa hampir berbisik. Jemari telunjuknya menempel di bibirnya sendiri. Sejujurnya, dia juga takut ketahuan bertemu Aurel diam-diam seperti ini.Aurel menggigit bibir bawahnya. Rasanya ingin teriak, tapi tidak mungkin. “Kenapa kamu manggil aku ke sini?! Kamu ngga mikirin resikonya?!”“Lah, kamu sendiri ngga mikirin resiko kalau kita liburan bareng?&

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 39. Liburan Dadakan

    Butuh waktu hampir dua jam bagi Fathan sekeluarga untuk mendarat di Changi Airport.Aurel tidak berhenti memandangi sekeliling semenjak mereka menginjakkan kaki ke bandara itu. Ah, sebenarnya sejak dia menapakkan kaki di pesawat dan duduk di seat bussines class dengan flat bed yang sangat nyaman.‘O, seperti ini rasanya duduk di kursi kelas bisnis. Serasa jadi crazy rich.’ Itulah yang terpikirkan oleh Aurel. Selama ini dia hanya melihat di postingan para selebriti di media sosial mereka.Sebenarnya Fathan dan Davina bisa dikatakan crazy rich juga, mengingat mereka penerus perusahaan fashion retail, yang brand-brandnya berhamburan di mall-mall seluruh Indonesia ini. Tapi, mungkin karena kedua kakak-beradik itu jarang menampilkan kemewahan selain rumah dan mobil mereka, Aurel merasa hanya menikahi keluarga kaya biasa, bukan konglomerat.“Kamu pernah ke Singapur?” tanya Davina, yang berdiri di belakang Aurel ketika mereka menuruni lantai dengan eskalator. Hanya mengenakan kaos hitam deng

Bab terbaru

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 83 • Terlanjur Bad Mood

    Dengan mata yang membengkak, Aurel sudah bersiap dengan peralatan membersihkan pekarangan rumah. Selepas Subuh tadi, diperhatikannya halaman depan yang rumputnya sudah memanjang. Begitu juga dengan bunga-bunga dan tanaman yang dulu peliharan almarhum ibunya sudah tumbuh tidak karuan, dia hendak merapikannya. Hitung-hitung bisa menghilangkan sejenak kesedihannya.Namun, langkah Aurel terhenti. Dia terkejut mendapati Ridho berada di depan pagar rumah ini.“Ngapain kamu di sini, Dho?” tanyanya seraya menghampiri pagar dan membuka kuncinya. Seharusnya jam tujuh begini, Ridho sudah berada di kantor. Kok malah ada di depan rumah ini? Kalau bukan urusan yang penting, tidak mungkin mau ke sini.“Itu ....” Ridho terlihat meragu. Bukannya lekas menjawab, dia malah menoleh ke arah jalan gang ini.Aurel juga ikut melihat ke sana. Menerka sekiranya ada jawaban di ujung jalan i

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 82 • Bukan Anak Haram

    Selesai sarapan, Shanum memegangi perutnya. “Padahal, hanya semangkuk kecil begitu. Tapi, udah bikin kenyang banget,” ujarnya dengan bibir yang tersenyum puas.Saat mengangkat pandangannya, dia menemukan Ghani yang berjalan cepat di lorong hendak ke arah luar. “Ghani,” gumamnya senang. Lalu, berlari kecil ke arah cowok itu.Ghani sudah berpakaian seragam putih abu-abu lengkap dengan tas punggungnya, yang hanya tercantol di bahu kanannya. Dari langkahnya yang cepat, cowok itu masih terlihat penuh emosi.“Ghani, Ghani,” panggil Shanum.Yang dipanggil sempat menoleh, tapi begitu tahu suara itu milik siapa dia langsung malah kian mempercepat langkahnya. Namun selebar-lebarnya langkah Ghani, tetap terkejar oleh Shanum, yang pantang menyerah.Gadis itu menangkap pergelangan tangan Ghani. “Tunggu," pintanya agak memaksa. Kemudian, mengatur napasnya yang tersengal-sengal. “Aku harus jelasin kalau tujuanku ke sini bukan untuk menjadi penerus perusahaan Fadel Group. Aku cuma mau ....”“Bullshit

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 81 • Perang Kecil di Pagi Hari

    Ketukan di pintu tidak juga membangunkan Shanum. Makanya, salah satu pelayan rumah tangga berambut pendek itu memilih untuk membuka pintu. Dia tidak kaget melihat sosok Shanum masih terlelap di atas tempat tidur, dia sudah dapat menduganya.Sejak kepala asisten rumah tangga menunjuknya menjadi pelayan Nona Muda baru, pelayan bermata kecil ini sudah tahu kalau perjalanannya akan sangat panjang dan berat. Maka dari itu, dia sudah memenuhi hatinya dengan kuota kesabaran yang ekstra.“Non,” panggil pelayan dengan name tag Minah itu. Digoyangkannya perlahan namun intens kaki Shanum. Tugasnya adalah membangunkan majikan baru ini. Dan, ternyata itu menjadi tantangan sendiri untuknya karena Shanum tidak jua kunjung membuka matanya.Pantang menyerah sekaligus menambah stok sabarnya lagi dan lagi, Minah menggoyangkan lengan atas Shanum kali ini. “Non, bangun. Sebentar lagi harus sarapan. Bapak yang nyuruh Non ikut.”Sontak, Shanum membuka matanya. Dia langsung melotot. Tatapannya langsung tertu

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 80 • Hati Yang Tersakiti

    Karena lantai yang berkarpet tebal, kedatangan Ridho tidak diketahui oleh Fathan. Tiba-tiba saja dia sudah berada di dekat Shanum. Dia mengangguk pada Fathan, yang menyadari kedatangannya.“Aku sudah menelepon Ridho untuk mengantarkan kamu pulang,” ujar Fathan menjelaskan kenapa sekretarisnya itu ada di sini.Tapi, sepertinya, Aurel sedang tidak fokus ke sana. Dia meraih pergelangan tangan Shanum. “Kamu yakin dengan keputusan ini? Hampir tiga tahun kamu akan tinggal di sini. Itu lama, Num.”Tatapan Shanum tertuju pada ibunya. “Itu artinya Shanum juga akan berpisah sama Ibu dan Dewi, kan?”“Iya,” jawab Aurel seraya mengangguk mantap. “Coba kamu pikirkan sekali lagi.”“Tiga tahun tidak lama. Dengan keseruan di sekolah, waktu akan berlalu dengan cepat. Saya juga tidak akan mengekang kamu untuk bertemu ibumu atau teman-temanmu. Kamu bisa mengunjungi mereka di akhir pekan atau pas liburan. Saya tidak sejahat Ibumu, yang melarang kita bertemu.” Di akhir kalimatnya, Fathan menatap tajam Aure

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 79 • Tidak Pernah Dipedulikan

    Manik mata Feny bergetar seraya membulat sempurna. ‘Dia datang?’“Aurel, kan?” tanya Feny, meskipun sudah tahu jawabannya. Ini percakapan mereka yang pertama.Aurel tidak langsung menjawab. Dia merasa tidak memiliki kewajiban untuk menanggapi pertanyaan itu. Manik matanya bergerak ke arah sosok yang muncul di belakang Feny. “Shanum!” sergahnya kesal.Feny bergegas menoleh. Dia menemukan sosok gadis itu bergegas bersembunyi di balik badannya.Aurel pun melangkah masuk. Dibiarkannya koper berada di luar. “Kenapa kamu ke sini?! Ibu sudah melarang kamu ke sini! Kenapa malah bandel begini?! Ayo, pulang!” Dia berusaha meraih pergelangan tangan Shanum, tapi anaknya itu terus menghindar.“Kenapa dia tidak boleh ke sini? Dia tidak boleh bertemu dengan ayah kandungnya sendiri?”Aurel, Feny, dan Shanum menoleh ke arah sumber suara. Fathan muncul dengan tatapan tajam, namun ekspresinya datar saja.Bagi Aurel, lelaki itu banyak berubah. Dulu, senyuman begitu murah terpampang di wajahnya. Tapi, tid

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 78 • Bertemu Lagi

    Praaang! Piring putih berles gold terlepas dari genggaman Aurel. Wanita itu tidak langsung menangkapnya, malah hanya menatapinya saja. Matanya sempat menutup saat piring itu beradu dengan lantai keramik.Napas Aurel tersengal. Dadanya sempat terasa sesak. Dia diam sebentar.Setelah berhasil mengatasi rasa kagetnya, barulah Aurel bergerak untuk membereskan kekacauan ini.Ini masih pagi. Belum satu jam berlalu semenjak Shanum berpamitan pergi sekolah tadi. Sudah jadi jadwal harian kalau Aurel membereskan rumah sebelum pergi ke pasar. Dan, entah kenapa, pagi ini piring itu luput dari genggamannya. Aurel tidak pernah seperti ini. Ceroboh bukanlah salah satu sifat khasnya.Aurel membereskan pecahan piring dengan telaten. Dia tidak mau tersisa satu pecahan sekecil apapun, yang nanti bisa saja melukai kakinya atau Shanum. Kemudian, dia melanjutkan mencuci piring yang tertunda.“Kenapa perasaanku jadi ngga enak gini?” gumam Aurel sambil memegangi dadanya. “Semoga Shanum ngga kenapa-kenapa.”N

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 77 • Rival

    Fathan baru saja usai mengganti kemejanya dengan kaos putih dan celana abu-abu gelap ketika Feny masuk, lantas bergegas menghampirinya.“Apa maksudnya? Kamu punya anak dengan Aurel? Kamu ngga pernah cerita sama aku,” cecar Feny, yang sudah tidak sabar menanti jawaban Fathan.Tapi, yang ditanya malah memasang wajah datar.“Pa,” panggil Feny setengah merajuk. “Aku butuh penjelasan kamu.”Setelah hanya memunggungi Feny, akhirnya Fathan menoleh. “Aku sendiri ngga tahu kalau Aurel menyimpan anak itu dariku. Seharusnya, kamu yang paling paham kenapa dia melakukan hal itu.”“Ini artinya kamu percaya pengakuan anak itu, yang bilang kalau kamu adalah papanya? Gimana kalau dia bohong? Gimana kalau dia cuma mengincar hartamu aja?”Fathan mengambil ponsel genggam, yang ada di nakas. “Aku percaya dia, seperti aku percaya sama omongan kamu dulu kalau Ghani adalah anakku. Aku mau ke ruang kerja dulu. Ada beberapa laporan yang mau aku bicarakan dengan Ridho.”Masih belum puas, Feny meraih pergelangan

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 76 • Warisan

    Sepatu Shanum beberapa kali menginjit. Kepalanya menoleh ke kiri, ke arah yang dikiranya sebagai kedatangan mobil milik Fathan.Shanum berdiri di depan pintu hotel bersama Fathan juga Ridho.Ridho bergegas maju ketika melihat mobil sedan hitam datang. Dia membukakan pintu untuk Fathan, yang langsung masuk. Kemudian, bergerak ke pintu lain, lantas membukanya. Dia menatap ke arah Shanum.Shanum yang tercengang sekaligus mengagumi mobil hitam yang mengkilap itu sadar kalau sudah ditunggu Ridho. Tanpa melenyapkan senyuman manisnya, Shanum masuk ke mobil melalui pintu yang dibukakan oleh Ridho.“Terima kasih, Pak,” ucapnya sebelum masuk.Ridho sendiri duduk di kursi depan, di samping sopir.Jemari Shanum mengetuk lututnya ketika mobil mulai melaju. Sekali lagi, dia menikmati pesona gedung-gedung tinggi ini.Tapi, tidak lama. Perlaham, diam-diam, dia menoleh ke sisi kanannya. Diperhatikannya secara seksama pria di sisi kanannya itu, yang tengah asyik membuka tap dan membaca beberapa laporan

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 75 • Ikut Denganku

    “Ini ketiga kandidat brand ambassador koleksi kita yang baru, Pak.” Siska menyodorkan beberapa map ke depan Fathan.Sebagai atasan, di mana semua keputusan berujung padanya, Fathan pun menimang ketiga profil selebriti yang ada di hadapannya.“Sebagai manajer pemasaran, pasti kamu sudah memiliki kandidat, 'kan?” tebak Fathan.“Benar, Pak. Kandidat Saya pada Cathrine. Secara visual dia sempurna dan elegan sesuai koleksi kita. Masalah kontrak pun sudah kami jelaskan ke mereka, dan ketiganya setuju. Tinggal menunggu pilihan final hari ini saja.”“Tapi, bukannya dia sering terlibat scandal percintaan, ya?” tanya Syaf berusaha mengingat. Cathrine memang beberapa kali viral karena ketahuan pacaran dengan beberapa aktor dan penyanyi ternama.“Meskipun begitu, namanya tidak pernah redup. Apapun yang dia kenakan selalu sold out. Karena itu, karismanya masih cukup menjanjikan,” jawab Siska penuh keyakinan. Dia tahu kalau pertanyaan ini akan terlontar dari salah satu petinggi perusahaan yang ada

DMCA.com Protection Status