Apa yang tadi Lucas katakan benar-benar membuat orang marah. Tendangan yang Olivia terima kemungkin besar disebabkan oleh kata-kata Lucas, benar-benar adil. Olivia juga pantas mendapatkannya!Sudut bibir Lucas berkedut. Dia melihat ke arah Dylan dan berkata, “Dia bilang aku nggak punya otak? Kapan aku salah ngomong?”Dylan menatap Lucas dengan mata gelapnya, lalu menjawab dengan dingin, “Menurutmu?”Baiklah, Lucas mengakui kalau tadi dia sudah bersikap keterlaluan. Namun, dia juga terlalu khawatir dengan keselamatan Olivia. Olivia adalah orang yang paling Richard pedulikan. Siapa sangka luka Olivia yang hanya sedikit lecet terlihat begitu serius?“Tapi dia juga nggak boleh main tendang begitu, dong. Perempuan itu ....”Betapa marahnya Lydia!Sungguh menjengkelkan, Lucas telah menyinggung perasaan perempuan itu. Lydia tidak akan menyebar foto telanjangnya karena marah, bukan?Dylan mengerutkan kening dan berkata, “Bawa dia ke rumah sakit untuk diperiksa. Aku pergi dulu, masih ada urusan
“Ada apa?”“Ada orang posting tulisan pakai nama aslimu. Dia buat karangan tentang hal kotor yang kamu lakukan dengan sangat bagus. Masalahnya, postingan-postingan itu sudah nggak bisa diredam!”Gabrielle berkata dengan panik, “Kamu cepat lihat.”Lydia menutup telepon dan langsung membuka halaman pencarian. Benar saja, namanya kembali menjadi trending pencarian teratas. Setelah menghela napas, Lydia membuka salah satu artikel.“Lydia nggak punya status dan latar belakang keluarga yang bagus. Bagaimana dia bisa menjadi wakil direktur di sebuah perusahaan tercatat?”“Lydia nggak minta sepeser pun dengan suaminya saat bercerai. Mana mungkin dia bisa beli Cayenne?”“Siapa pria kaya di belakang Lydia?”“Kita tunggu saja rahasianya terungkap.”“....”Foto interaksi Lydia dengan Nixon, Liam, bahkan Thomas serta beberapa klien kerja sama semuanya diposting sebagai bukti. Seolah-olah kehidupan pribadi Lydia sangat kacau. Alasan di balik perceraiannya pun jadi tidak begitu bersih. Semua opini pu
Bahkan Tony sendiri juga merasa sulit untuk percaya ketika dia mengetahui masalah ini. Sugiono memperlakukan mantan cucu menantunya dengan cara yang begitu kejam dan tercela. Sungguh tidak dapat dipercaya. Tony mulai bersimpati pada perempuan itu.Dylan terdiam cukup lama. Suasana di dalam kantor begitu hening mencekam. Tiba-tiba terdengar bunyi ‘gedebuk’. Begitu Tony mendongakkan kepalanya, dia melihat Dylan telah menendang kursinya. Kemudian, Dylan mengambil jasnya dan berjalan keluar dengan raut wajah dingin.Sesaat kemudian, mobil Dylan melaju dengan cepat menuju rumah kakeknya. Sesampainya di sana, Dylan bertanya pada pelayan, “Kakek mana?”Pelayan menjawab dengan suara gemetar, “Pak Sugiono pergi ke Vila Purnama.”Dylan langsung berbalik dan hendak pergi. Namun, pelayan langsung mengejarnya dan berkata, “Pak Dylan, Pak Sugiono bilang beliau nggak akan biarkan Pak Dylan menemukannya sampai masalah terselesaikan.”Dylan menghentikan langkah kakinya, lalu menatap pelayan itu dengan
Sugiono memasang raut wajah dingin, “Sudah tersambung?”Kepala pelayan melihat ponsel yang menampilkan panggilan ditolak. Dia pun menjawab dengan hati-hati, “Ditolak, Pak.”Sugiono spontan berpikir, apakah Lydia sedang menantangnya?Pria itu jelas terlihat marah. Perempuan yang tidak tahu diri. Sugiono sudah memberinya muka dengan meneleponnya lebih dulu, tapi perempuan itu bahkan berani menolak panggilannya?“Telepon lagi!” kata Sugiono dengan kasar. Dia ingin melihat seberapa beraninya Lydia.“Baik.” Kepala pelayan menelepon lagi. Sesaat kemudian, dia berkata, “Ditolak lagi. Mungkin ada urusan lain ....”Sugiono tertawa karena saking marahnya.Kecepatan tangan Lydia tidak secepat Liam. Telepon dari Sugiono kebetulan membuatnya melewatkan siaran langsung parfum Jo Malone di Eroba.Lydia yang kesal langsung mengambil ponsel Liam. Begitu dia melihat Liam berhasil mendapatkan barang, dia merasa semakin kesal. Liam tertawa begitu keras melihat tingkah adiknya. Pada akhirnya, Lydia langsun
Liam melihat ponsel di tangan Lydia dengan lebih cermat. Benar saja, itu memang ponsel miliknya.Untuk memudahkan Lydia mengingat kata sandi, keluarga Agustine menggunakan hari ulang tahun Lydia sebagai kata sandi. Oleh karena itu, Lydia membayar tanpa pertimbangan lagi.Sudut bibir Liam berkedut. Tiba-tiba dia merindukan adiknya yang membeli kapal pesiar untuk menghemat uang.Meski jumlah 1,6 triliun tidak besar bagi Liam, tetap saja hatinya terasa hampa ketika uang itu tiba-tiba hilang.Liam mengelus dadanya dan berusaha menghibur dirinya sendiri. Lupakan saja, itu adiknya sendiri, tidak masalah berapapun uang yang Lydia belanjakan. Terlebih lagi, hanya 1,6 triliun saja. Yang penting Lydia bahagia.Tiger sudah akrab dengan Liam. Dia pun berbaring di atas kaki Liam sambil menggosok badannya. Jarang-jarang Tiger bisa bersikap manis padanya. Perhatian Liam jadi teralihkan. Dia menggendong Tiger pergi bermain di tempat lain.Sepanjang sore, selain sejarah kelam Lydia, “Bayi Kaya” dengan
Sugiono sengaja merusak reputasi Lydia dan membuatnya tidak mungkin bekerja lagi di Agustine Group, pada akhirnya Lydia bersedia bekerja di perusahaan kecil di bawah naungan Tansen Group?Lydia tidak tahu dari mana Sugiono mendapatkan muka setebal itu untuk mengatakan hal seperti itu.Lydia tertawa sinis, “Pak Sugiono, aku nggak sanggup makan makanan dari keluarga Tansen. Mending kasih ke anjing saja.”“Lydia, jangan dikasih enak malah nggak mau!” ancam Sugiono. Dia sungguh heran, mengapa perempuan ini begitu tidak tahu diri?Senyum di wajah Lydia memudar, “Yang penting Pak Sugiono jangan menyesal.”Lydia sangat tertarik melihat Sugiono memukul dada karena menyesal. Karena Sugiono melakukan semuanya dengan begitu tanpa perasaan, maka Lydia pun tidak perlu menunjukkan belas kasihan.Setelah menutup telepon, Lydia menelepon Nixon.“Kak, Papa pulang dengan pesawat hari apa?”Nixon tersenyum, “Kangen Papa? Besok. Tenang saja, besok aku suruh orang jemput kamu pulang.”“Nggak usah, besok ak
Rizal sudah mengumpat di sepanjang jalan, tapi dia merasa masih belum cukup. Begitu mereka berdua keluar dari bandara, mereka melihat Nixon berjalan mendekat dengan kepala terangkat tinggi.“Kenapa kamu juga ke sini?” tanya Rizal sambil berdecak.“Aku khawatir, makanya aku datang untuk jemput kalian.”Nixon mengulurkan tangan dan mengambil koper di tangan Rizal, lalu dia menatap Lydia dan berkata, “Siap-siap, para reporter sudah tahu keberadaanmu. Ada banyak orang berkumpul di depan bandara.”Lydia mendengus sinis, “Siapa takut!”Rizal mengelus rambut Lydia dan tersenyum puas. Kemudian, dia juga berkata dengan nada sangat protektif, “Betul, kalian ikuti saja aku.”Rizal ingin melihat siapa yang berani mencari masalah dengannya. Namun, Nixon masih khawatir akan terjadi hal di luar dugaan. Dia berjaga-jaga di samping Lydia. Dia memegang tangan Lydia saat berjalan keluar. Begitu mereka keluar, pemandangan yang mereka lihat adalah lampu flash kamera yang tak terhitung jumlahnya. Lydia spon
Nixon dan Lydia serempak melihat ke arah Rizal. Sugiono sungguh terburu-buru. Baru saja Rizal turun dari pesawat, teleponnya langsung masuk.Rizal tertawa sinis, “Nggak perlu, sekarang keluargaku sudah jadi berantakan begini. Aku nggak ingin keluar untuk minum.”“Sebenarnya hanya karena seorang perempuan. Untuk apa pusing dengan masalah ini? Kebetulan, aku juga perlu bantuanmu,” kata Sugiono.“Pak Sugiono, begini saja. Beberapa hari lagi ulang tahun Agustine Group. Nanti aku akan undang seluruh keluargamu untuk hadir, jadi semua orang bisa bicara secara langsung. Bukankah lebih baik seperti itu?”Sugiono terdiam sejenak, “Baiklah, kalau begitu sampai jumpa nanti.”Setelah menutup telepon, mata Rizal masih penuh dengan aura dingin.“Satu keluarga b*jingan semua. Lihat saja bagaimana aku kasih mereka pelajaran.”Nixon tersenyum, “Kalau begitu, aku akan manfaatkan beberapa hari ini untuk pilah-pilah saham perusahaan. Yang harus pergi, pergi. Yang harus tinggal tetap tinggal. Kita siapkan