Bagaimana mungkin Lydia tidak tahu kalau Olivia hanya berpura-pura? Mungkin saja Olivia memang sengaja. Hanya karena pengaruh malam hari, sedikit darah itu membuat orang merasa lebih takut dan khawatir.Sejak awal Lydia sudah mengusir mereka. Namun, mereka bersikeras tidak mau pergi, hanya karena ingin membuat sandiwara seperti ini? Demi membuktikan kalau Olivia lebih penting di hati Dylan?Begitu Olivia terluka, semua orang langsung mengelilinginya. Apalah arti Lydia di mata orang lain?Sayang sekali, Lydia tidak mengikuti skenario yang dibuat Olivia. Dia tidak terlalu sedih, juga tidak berpura-pura kuat. Lydia justru membuat Olivia benar-benar terluka. Sungguh menyenangkan!Lydia tertawa pelan, lalu dia pun berbalik dan pergi. Sedangkan Liam tersenyum puas. Dia sama sekali tidak menyalahkan perbuatan Lydia. Sebaliknya, dia malah mengacungkan jempol pada adiknya, “Bagus sekali, ini baru Lydia yang aku kenal.”Bukan perempuan bodoh yang hidup dalam ketakutan.Usai berkata, wajah Liam y
Apa yang tadi Lucas katakan benar-benar membuat orang marah. Tendangan yang Olivia terima kemungkin besar disebabkan oleh kata-kata Lucas, benar-benar adil. Olivia juga pantas mendapatkannya!Sudut bibir Lucas berkedut. Dia melihat ke arah Dylan dan berkata, “Dia bilang aku nggak punya otak? Kapan aku salah ngomong?”Dylan menatap Lucas dengan mata gelapnya, lalu menjawab dengan dingin, “Menurutmu?”Baiklah, Lucas mengakui kalau tadi dia sudah bersikap keterlaluan. Namun, dia juga terlalu khawatir dengan keselamatan Olivia. Olivia adalah orang yang paling Richard pedulikan. Siapa sangka luka Olivia yang hanya sedikit lecet terlihat begitu serius?“Tapi dia juga nggak boleh main tendang begitu, dong. Perempuan itu ....”Betapa marahnya Lydia!Sungguh menjengkelkan, Lucas telah menyinggung perasaan perempuan itu. Lydia tidak akan menyebar foto telanjangnya karena marah, bukan?Dylan mengerutkan kening dan berkata, “Bawa dia ke rumah sakit untuk diperiksa. Aku pergi dulu, masih ada urusan
“Ada apa?”“Ada orang posting tulisan pakai nama aslimu. Dia buat karangan tentang hal kotor yang kamu lakukan dengan sangat bagus. Masalahnya, postingan-postingan itu sudah nggak bisa diredam!”Gabrielle berkata dengan panik, “Kamu cepat lihat.”Lydia menutup telepon dan langsung membuka halaman pencarian. Benar saja, namanya kembali menjadi trending pencarian teratas. Setelah menghela napas, Lydia membuka salah satu artikel.“Lydia nggak punya status dan latar belakang keluarga yang bagus. Bagaimana dia bisa menjadi wakil direktur di sebuah perusahaan tercatat?”“Lydia nggak minta sepeser pun dengan suaminya saat bercerai. Mana mungkin dia bisa beli Cayenne?”“Siapa pria kaya di belakang Lydia?”“Kita tunggu saja rahasianya terungkap.”“....”Foto interaksi Lydia dengan Nixon, Liam, bahkan Thomas serta beberapa klien kerja sama semuanya diposting sebagai bukti. Seolah-olah kehidupan pribadi Lydia sangat kacau. Alasan di balik perceraiannya pun jadi tidak begitu bersih. Semua opini pu
Bahkan Tony sendiri juga merasa sulit untuk percaya ketika dia mengetahui masalah ini. Sugiono memperlakukan mantan cucu menantunya dengan cara yang begitu kejam dan tercela. Sungguh tidak dapat dipercaya. Tony mulai bersimpati pada perempuan itu.Dylan terdiam cukup lama. Suasana di dalam kantor begitu hening mencekam. Tiba-tiba terdengar bunyi ‘gedebuk’. Begitu Tony mendongakkan kepalanya, dia melihat Dylan telah menendang kursinya. Kemudian, Dylan mengambil jasnya dan berjalan keluar dengan raut wajah dingin.Sesaat kemudian, mobil Dylan melaju dengan cepat menuju rumah kakeknya. Sesampainya di sana, Dylan bertanya pada pelayan, “Kakek mana?”Pelayan menjawab dengan suara gemetar, “Pak Sugiono pergi ke Vila Purnama.”Dylan langsung berbalik dan hendak pergi. Namun, pelayan langsung mengejarnya dan berkata, “Pak Dylan, Pak Sugiono bilang beliau nggak akan biarkan Pak Dylan menemukannya sampai masalah terselesaikan.”Dylan menghentikan langkah kakinya, lalu menatap pelayan itu dengan
Sugiono memasang raut wajah dingin, “Sudah tersambung?”Kepala pelayan melihat ponsel yang menampilkan panggilan ditolak. Dia pun menjawab dengan hati-hati, “Ditolak, Pak.”Sugiono spontan berpikir, apakah Lydia sedang menantangnya?Pria itu jelas terlihat marah. Perempuan yang tidak tahu diri. Sugiono sudah memberinya muka dengan meneleponnya lebih dulu, tapi perempuan itu bahkan berani menolak panggilannya?“Telepon lagi!” kata Sugiono dengan kasar. Dia ingin melihat seberapa beraninya Lydia.“Baik.” Kepala pelayan menelepon lagi. Sesaat kemudian, dia berkata, “Ditolak lagi. Mungkin ada urusan lain ....”Sugiono tertawa karena saking marahnya.Kecepatan tangan Lydia tidak secepat Liam. Telepon dari Sugiono kebetulan membuatnya melewatkan siaran langsung parfum Jo Malone di Eroba.Lydia yang kesal langsung mengambil ponsel Liam. Begitu dia melihat Liam berhasil mendapatkan barang, dia merasa semakin kesal. Liam tertawa begitu keras melihat tingkah adiknya. Pada akhirnya, Lydia langsun
Liam melihat ponsel di tangan Lydia dengan lebih cermat. Benar saja, itu memang ponsel miliknya.Untuk memudahkan Lydia mengingat kata sandi, keluarga Agustine menggunakan hari ulang tahun Lydia sebagai kata sandi. Oleh karena itu, Lydia membayar tanpa pertimbangan lagi.Sudut bibir Liam berkedut. Tiba-tiba dia merindukan adiknya yang membeli kapal pesiar untuk menghemat uang.Meski jumlah 1,6 triliun tidak besar bagi Liam, tetap saja hatinya terasa hampa ketika uang itu tiba-tiba hilang.Liam mengelus dadanya dan berusaha menghibur dirinya sendiri. Lupakan saja, itu adiknya sendiri, tidak masalah berapapun uang yang Lydia belanjakan. Terlebih lagi, hanya 1,6 triliun saja. Yang penting Lydia bahagia.Tiger sudah akrab dengan Liam. Dia pun berbaring di atas kaki Liam sambil menggosok badannya. Jarang-jarang Tiger bisa bersikap manis padanya. Perhatian Liam jadi teralihkan. Dia menggendong Tiger pergi bermain di tempat lain.Sepanjang sore, selain sejarah kelam Lydia, “Bayi Kaya” dengan
Sugiono sengaja merusak reputasi Lydia dan membuatnya tidak mungkin bekerja lagi di Agustine Group, pada akhirnya Lydia bersedia bekerja di perusahaan kecil di bawah naungan Tansen Group?Lydia tidak tahu dari mana Sugiono mendapatkan muka setebal itu untuk mengatakan hal seperti itu.Lydia tertawa sinis, “Pak Sugiono, aku nggak sanggup makan makanan dari keluarga Tansen. Mending kasih ke anjing saja.”“Lydia, jangan dikasih enak malah nggak mau!” ancam Sugiono. Dia sungguh heran, mengapa perempuan ini begitu tidak tahu diri?Senyum di wajah Lydia memudar, “Yang penting Pak Sugiono jangan menyesal.”Lydia sangat tertarik melihat Sugiono memukul dada karena menyesal. Karena Sugiono melakukan semuanya dengan begitu tanpa perasaan, maka Lydia pun tidak perlu menunjukkan belas kasihan.Setelah menutup telepon, Lydia menelepon Nixon.“Kak, Papa pulang dengan pesawat hari apa?”Nixon tersenyum, “Kangen Papa? Besok. Tenang saja, besok aku suruh orang jemput kamu pulang.”“Nggak usah, besok ak
Rizal sudah mengumpat di sepanjang jalan, tapi dia merasa masih belum cukup. Begitu mereka berdua keluar dari bandara, mereka melihat Nixon berjalan mendekat dengan kepala terangkat tinggi.“Kenapa kamu juga ke sini?” tanya Rizal sambil berdecak.“Aku khawatir, makanya aku datang untuk jemput kalian.”Nixon mengulurkan tangan dan mengambil koper di tangan Rizal, lalu dia menatap Lydia dan berkata, “Siap-siap, para reporter sudah tahu keberadaanmu. Ada banyak orang berkumpul di depan bandara.”Lydia mendengus sinis, “Siapa takut!”Rizal mengelus rambut Lydia dan tersenyum puas. Kemudian, dia juga berkata dengan nada sangat protektif, “Betul, kalian ikuti saja aku.”Rizal ingin melihat siapa yang berani mencari masalah dengannya. Namun, Nixon masih khawatir akan terjadi hal di luar dugaan. Dia berjaga-jaga di samping Lydia. Dia memegang tangan Lydia saat berjalan keluar. Begitu mereka keluar, pemandangan yang mereka lihat adalah lampu flash kamera yang tak terhitung jumlahnya. Lydia spon
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa