Dini hari. Lydia membuka matanya pada cahaya pagi yang hangat, wanita itu tersenyum bahagia sambil meregangkan badannya. Kemudian, suara ketukan pintu terdengar dan pelayannya bertanya dengan suara kecil, "Nona, apakah kamu sudah bangun?"Lydia menjawab, "Hnng ... masuk ...."Dua pelayan mendorong pintu besar Lydia dan berbicara dengan hormat, "Nona, ini pakaianmu. Tuan besar Rizal dan tuan muda Nixon menunggumu di ruang makan."Lydia tersentak melihat pakaian yang dibawa kedua pelayan itu, apakah ayahnya harus begitu berlebihan? Semua pakaian yang dibawakan adalah merek favorit Lydia.Meski tidak ada logo di baju-baju itu, tetapi pengerjaan dan kain yang familiar itu bisa pasti dari merek terkenal, dan semuanya adalah model terbaru edisi terbatas musim ini. Tentu saja, seseorang seperti Lydia harus beradaptasi dengan kembalinya ke kehidupan mewah itu, "Aku mengerti, kalian keluar dulu."Lydia berdiri dan segera menyegarkan diri sendiri. Lalu, dia dengan santai memilih gaun hitam ke
Lydia terlihat bingung, “Gab, sebenarnya siapa yang begitu nggak ada kerjaannya?”“Siapa lagi kalau bukan Thomas, dia memintaku untuk memberikan ini langsung ke tanganmu.”Thomas? Thomas Rosenthal?Tuan muda itu benar-benar pintar membuat masalah!Gabrielle tertawa, “Kabarnya Dwight tengah malam dikirim langsung oleh keluarganya untuk sekolah ke luar negeri. Kalau sampai dia kali ini gagal lagi, Kakek Dwight akan mematahkan kaki cucunya dengan kedua tangannya sendiri.”“Sayang sekali nggak bisa pergi mengantarnya. Kalau begitu tunggu dia kembali saja, baru kita sambut dengan meriah ….”Lydia pun dengan terpaksa meminta pelayan masuk dan mengeluarkan benda itu. Begitu wangi bunga yang sangat kuat hilang, udara terasa sangat bersahabat. Mereka berdua pun bisa bernapas dengan lebih tenang.Gabrielle menganggukkan kepalanya, “Aku juga berpikir demikian. Ngomong-ngomong, kemarin kamu memintaku untuk menyelidiki FH Group, aku sudah memeriksanya.”Lydia mengangkat kepala menatap sahabatnya, G
Mereka berdua terkejut mendengar perkataan Lydia barusan. Tiba-tiba saja Justin tersenyum licik, pria itu mengambil anggur merah yang ada di samping dan menuangkannya ke dalam gelas Lydia.“Ibu Lydia, berhubung kita hari ini sedang berdiskusi, maka tolong terima ketulusan hatiku ini,” ucap Justin sambil menuangkan anggur. “Coba Ibu tolong lihat dokumen ini, selama Ibu bersedia tanda tangan, aku nggak akan merugikanmu.”Justin mengeluarkan seberkas dokumen dari dalam tasnya, isi dokumen itu hampir sama dengan dokumen yang berada di tangan Lydia, hanya saja hitungan komisinya lebih kecil 10 persen dari perjanjian yang sudah mereka tetapkan sebelumnya.Lauren memutar kedua bola matanya dan buru-buru menasehati perempuan itu, “Lydia, apa gunanya kamu menggantungkan diri sama Nixon? Bukannya lebih baik mencari beberapa sandaran yang menguntungkan. Apalagi Nixon jelas-jelas ingin menghancurkan kamu dengan menaruh kamu di posisi ini dan nggak peduli sama nasib kamu setelah itu!”“Lagipula apa
Seorang pria dengan perawakan yang ramping dan tinggi telah berdiri di hadapannya, wajah pria itu sangat tampan. Pria tersebut tidak lain tidak bukan adalah pria yang telah menjadi obsesi Lydia selama 3 tahun ini, yaitu Dylan Tansen.Lydia langsung tertegun melihat kehadiran pria itu, tapi detik berikutnya perempuan itu kembali bersikap tenang.Kenapa dia bisa berada di sini?Apakah kebetulan saja?Perempuan itu tidak berani berpikir bahwa selama ini Dylan telah memperhatikan dirinya dan sedang menunggu waktu yang tepat untuk menjadi pahlawan dan menyelamatkan Lydia.“Pak Dylan?” Justin buru-buru berdiri, seluruh tubuhnya terlihat gemetar, kesombongan yang ditunjukkan sebelumnya langsung menghilang seketika.Raut wajah Dylan terlihat sangat mengerikan, pria itu menatap Justin dengan tatapan yang sangat tajam. “Apa kamu mau mati? Aku akan mengabulkannya!”Saat itu, luapan emosi yang sangat dingin keluar dari dadanya, tatapan mata pria itu terlihat sangat dingin dan menakutkan.Baru saja
Lydia tersenyum dingin dan tidak memandang pria itu lagi. Dia mengambil ponsel dan tasnya, lalu pergi dengan santai. Tubuhnya tampak langsing dari belakang.Thomas mengangkat alisnya dan segera mengikuti wanita itu.Dylan berdiri disana dengan ekspresi sedingin es. Kata-kata Lydia barusan sangat tajam, seperti duri. Membuatnya merasa tidak nyaman.Bekerja sebagai pembantu di keluarga Tansen?Sejak kapan menantu keluarga Tansen menjadi pembantu?Sepertinya ada terlalu banyak hal yang tidak dia ketahui.Ketika berjalan keluar, dia melihat Justin yang sedang menyeret Lauren di depan pintu. Wajahnya memerah.Ternyata, wanita itu sudah mengetahuinya sejak lama dan sudah melakukan persiapan.Jadi, apa yang dia lakukan tadi sebenarnya tidak perlu?Ha ha.Lydia masuk ke dalam mobil dan pergi. Hatinya sakit ketika mendengar Dylan salah paham padanya tadi. Setelah tiga tahun menikah, pria itu memangnya tidak tahu dia seperti apa?Namun, rasa sakit itu hanya berlangsung sebentar saja. Dia kemudia
Wajah Lauren menjadi pucat dan tubuhnya sedikit gemetaran.Lydia tersenyum dan berkata, “Lauren, kalau aku menyebarkan rekaman percakapan ini, perusahaan akan menyelidiki secara menyeluruh semua proyek yang kamu tangani. Kamu nggak akan bisa berkarir di lingkaran ini lagi, bahkan mungkin dipenjara. Apa kamu benar-benar bersedia mengorbankan karirmu demi FH Group?”Lauren tidak akan bersedia.Wajah Lauren pucat. Sedikit kepanikan muncul di wajahnya, dan dia segera berkata dengan nada sungkan.“Bu Lydia, aku yang ceroboh. Proyek FH Group nggak begitu bagus, kok. Perusahaan itu sebenarnya cangkang kosong.”Lydia mengangguk puas dan berkata, “Kalau begitu jangan ungkit kerja sama dengan FH Group lagi mulai sekarang. Aku mengakui kemampuanmu dalam bekerja, tapi kamu harus menggunakannya dalam pekerjaan kamu sendiri. Jangan selalu mengkhawatirkan perusahaan lain.”“Yang kamu katakan benar,” ujar Lauren dengan agak tegang.***Setelah berurusan dengan Lauren, Lydia masih perlu mempelajari pro
Restoran untuk pasangan ini dibuka di atas restoran Lucas. Restoran ini sangat populer, sehingga Lucas bersikeras ingin datang untuk mencobanya, jadi dia menyeret Dylan datang untuk makan malam di sini.Sampai pelayan di sini berulang kali menekankan bahwa ini adalah restoran pasangan!Lucas menaikkan alisnya, mengangkat jarinya dengan lentik, dan meraih lengan Dylan. “Memangnya kami nggak terlihat seperti pasangan?”“Pak Dylan, Lucas, kebetulan sekali.”Seorang pria dan seorang wanita berjalan ke arah mereka. Samuel Garnadi, putra dari keluarga Garnadi. Wanita yang bersamanya seperti selebgram yang baru populer, dengan wajah bulat dan mata besar, yang merupakan ciri dari semua selebgram sekarang. Wanita itu menggandeng lengan Samuel dengan tenang.Lucas mendengus pelan dan berkata, “Kenapa kamu ada di sini?”“Lily bilang tempat ini bagus, jadi aku datang untuk mencobanya. Tapi, bukannya ini restoran pasangan?” Samuel sepertinya menyadari sesuatu, menutup mulutnya untuk menahan tawa.S
Setelah mengatakan itu, Dylan berdiri dan pergi, meninggalkan Samuel yang wajahnya pucat.Lucas buru-buru mengejarnya. Pasti ada hubungannya dengan Lydia. Wanita itu benar-benar merepotkan. Dia mendecakkan lidahnya dan berkata, “Kenapa raut mukamu masam sekali? Samuel kan teman kita. Kamu tahu dia itu orangnya blak-blakan. Jangan ambil diambil ke hati.”Dylan juga tahu kalau reaksinya berlebihan. Dia tidak menyangka kalau dia tidak bisa mengendalikan emosinya. Namun, ini pertama kalinya dia mengetahui hal barusan itu. Apa Lydia membencinya juga karena alasan itu?Dadanya terasa tidak nyaman dan sesak.Dia berdiri di depan pintu. Angin dingin bertiup, sehingga pikirannya menjadi lebih jernih. Dia mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. “Aku tahu, katakan saja padanya. Emosiku barusan bukan karena dia.”Namun, untuk dirinya sendiri!Lucas menghela napas lega dan berkata, “Itu gampang, tapi jangan bilang kamu masih mengingat wanita itu?”Dylan melirik ke samping dan mendengus dingi
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa