Setelah itu Lydia memutuskan sambungan telepon. Dia bahkan tidak memberikan kesempatan bagi Dylan berbicara. Apa urusannya jika lelaki itu ulang tahun?Hati Dylan jatuh ke jurang terdalam. Akan tetapi memikirkan ucapan Lucas yang mengatakan bahwa Lydia sudah membeli hadiah untuknya, maka perempuan itu tidak mungkin tidak datang. Perasaannya sedikit membaik memikirkan kemungkinan itu.Lydia sudah bangun pagi-pagi sekali. Telepon kemarin malam tidak mempengaruhi kualitas tidurnya sama sekali. Dia membuka pintu balkon dan angin segar berhembus menerpa wajahnya. Bunyi dering telepon dari Thomas membuat Lydia menerima panggilan tersebut.“Selamat ulang tahun, Thomas! Selalu panjang umur!”Orang di seberang telepon terkekeh dan berkata, “Kamu lagi ucapin selamat pada kakek-kakek?”Lydia berdecih dan berkata, “Kalau bukan karena hari ini kamu ulang tahun, aku nggak akan bilang begitu!”Perempuan itu berjalan ke meja rias dan mulai memoleskan bedak tipis dan memilih terusan panjang berwarna bi
mendengar itu Dylan dan Lucas langsung berdiri dan berjalan mendekat. Di pintu masuk tidak ada orang lain.“Sembarangan teriak apa?” seru Lucas dengan kesal.Orang itu terdiam dan memasang cengiran lebar ketika melihat ekspresi Dylan yang keruh. Dia mengeluarkan ponsel dan berkata, “Temanku baru kirim video dan bilang Lydia sedang main mahjong dengan mereka. Bahkan dia menang banyak.”Sebelum selesai berbicara, ponselnya sudah direbut. Dia membuka video dan melihat beberapa lelaki dan perempuan tengah duduk bersama bermain mahjong. Di atas meja terdapat kunci mobil dan juga berlian yang dijadikan barang taruhan.Bahkan ada yang mengeluarkan batangan emas! Sepertinya permainan mereka sangat memacu adrenalin sekali dan jauh lebih seru dibandingkan acara ulang tahun.”Semua orang mengenakan pakaian rapi. Terusan biru muda milik Lydia yang dipadukan dengan mutiara membuat perempuan itu terlihat sangat mempesona. Di sekitarnya ada Thomas dan Bella yang sedang ikut menyaksikan. Lydia duduk d
“Bu Zahra?” Zahra mendongak angkuh sambil berkata, “Nggak disangka Bu Lydia masih ingat aku. Katanya perjodohan bisnis antar keluarga akan terjadi jika keduanya serasi. Tadi itu pasanganmu? Meski raut wajahnya biasa saja, usianya juga sedikit tua. Sepertinya dia berasal dari keluarga kaya raya. Jika tidak mana mungkin bisa disandingkan dengan Bu Lydia yang begitu elegan dan mahal?”Zahra tidak begitu sering mengikuti berita sehingga tidak tahu hubungan Lidya dengan Liam. Santi berkata padanya bahwa jika terkena pembalasan dendam Lidya maka dia akan sulit terbebas. Saat Bella ingin mengatakan sesuatu, Lydia bergegas menahannya.“Jangan pikir aku nggak bisa melakukan sesuatu pada warga Koria. Jauh-jauh dari sini! Aku mual mendengarmu berbicara!” kata Lydia yang membuat Zahra malu.Dia mengeluarkan ponsel dan mengangkatnya sambil berkata, “Asalkan aku minta orang untuk cari tahu pemilik mobil tersebut maka akan tahu siapa sosok lelaki itu. Aku tahu mobil itu karena papaku juga ada. Hargan
Orang di sekeliling terkejut. Ternyata yang berbahaya tidak hanya Lydia, mereka juga akan kebagian jatah. Ini adalah acaranya keluarga Rosenthal, jika terjadi sesuatu maka keluarga Rosenthal juga akan turun tangan.Mendengar itu sang pelayan keluarga Rosenthal tampak tegang dan memberikan lirikan mata pada dua orang anak buahnya sambil berkata, “Bawa orangnya, orang yang di belakang harusnya nggak boleh sembarangan kabur.”Lydia dan Bella saling berpandangan sejenak dan mengikuti pelayan lelaki itu masuk. Mereka menyapa Ryadi terlebih dahulu sebelum mencari Thomas. Lelaki itu sedang dikelilingi para tamu yang mengajaknya bersulang. Melihat Lydia yang datang membuat Thomas seperti melihat malaikat penolong.“Pasanganku sudah datang, kalian yang nggak ada pasangan nggak boleh minum denganku!”Semua orang semakin kesal. Akan tetapi tidak ada yang berani bersuara ketika melihat Lydia. Mereka hanya memamerkan cengiran lebar sambil berseru.Perempuan dengan terusan panjang tersebut terlihat
Lydia mendongak dan tertawa ketika mendengar ucapan lelaki itu. Pemandangan tersebut membuat tatapan Dylan semakin menggelap. Dia meletakkan gelas alkohol dan berjalan mendekat tanpa ragu.“Dylan, jangan buat onar,” kata Lucas dengan panik.Musik di pentas kebetulan sudah berhenti. Artis yang ada di pentas membungkuk memberi hormat dan mengundang riuh tepuk tangan dari penonton. Tampak Zahra tersenyum penuh arti pada Lydia yang tidak jauh dari sana.Bella merasa ada yang salah dan mendekati Lydia sambil berbisik, “Zahra buat sesuatu lagi?”Lydia tersenyum acuh dan berkata, “Ada yang cari mati, jangan tahan dia.”Bella mengangkat alisnya karena tahu kalau Lydia ada caranya sendiri dan merasa lebih tenang.“Halo, semuanya. Aku Zahra dan hari ini bisa hadir di tempat ini merupakan sebuah keberuntungan. Pertama-tama aku ucapkan selamat ulang tahun untuk Thomas.” Riuh tepung tangan kembali terdengar. Setelah itu Zahra kembali berkata, “Aku ingin mengundang Bu Lydia untuk naik ke pentas berm
“Pak Dylan, apa yang mau kamu lakukan?” tanya Thomas dengan tidak senang. Bisa-bisanya ada orang yang merusak momen romantis tersebut. Dia tidak akan mengalah pada Dylan!Dylan sendiri mengabaikan ucapan Thomas dan mata hitam legamnya menatap Lydia dengan lekat. Jam Philta yang ada di tangan perempuan itu begitu berkilau. Namun saat ini Dylan terlihat benci sekali dengan jam tersebut. Detik ini juga dia ingin sekali membuang semua jam miliknya yang memiliki merek serupa.Lydia memutar pergelangan tangannya agar terlepas dari cengkeraman lelaki itu. Tatapannya terlihat dingin ketika menatap Dylan dan bertanya, “Ada apa, Pak?”Bibir lelaki itu menipis dan hendak berkata sesuatu, tetapi Lydia tidak memberikan dia kesempatan.“Nanti baru bicara, sekarang adalah acara ulang tahunnya Thomas, Pak Dylan jangan mencuri perhatian orang-orang.” Lydia tersenyum dan melanjutkan kegiatannya memasangkan jam tersebut di pergelangan tangan Thomas.“Thomas, selamat ulang tahun,” ujar Lydia sambil tersen
Lucas menyimpan senyumannya tadi dan dengan gugup berkata, “Eum … aku juga nggak menyangka.”Semua salah Monica karena perempuan itu yang membuatnya salah paham. Namun siapa yang bisa menebak kalau ternyata Lydia begitu kejam? Pemandangan hari ini sungguh sangat menjatuhkan harga diri Dylan.Bella dan Lydia mencari toilet dan menemukan sosok Zahra yang baru saja selesai mengganti pakaian. Perempuan itu terlihat sedikit menegang dan sedetik kemudian maju dan hendak berbicara. Namun mendadak pelayan keluarga Rosenthal masuk bersama dengan beberapa anak buah.Dia menunduk pada Lydia dan berkata, “Bu, maaf mengganggu. Saya urus sedikit urusan dan hanya akan menghabiskan beberapa menit saja.”Lydia dan Bella saling berpandangan kemudian mengangguk.“Silakan.”Lelaki itu memberikan tatapan mata pada dua orang anak buahnya yang tiba-tiba maju untuk menarik lengan Zahra. Kemudian mereka menarik perempuan itu ke arah luar.“Apa yang kalian lakukan?! Pak, ada yang salah paham?”Zahra tentu saja
Lydia dan Bella kembali ke ruangan acara. Semua orang terlihat tertawa dan saling berbincang seakan masalah tadi tidak ada. Setelah tahu identitas Lydia, tidak ada yang berani memaksanya minum dan menyinggung perempuan itu.Lydia merasa sedikit lelah dan berjalan ke arah balkon. Tempat itu sangat tenang dan indah, dari jendela bisa melihat danau dan aroma alam yang tenang. Ketika dia baru bisa merasakan ketenangan, terdengar suara langkah kaki yang mendekat.“Lydia, kenapa kamu ada di sini?” tanya Lucas.Raut wajah perempuan itu terlihat santai dan tampak sedikit kesal. Lydia mendelik pada lelaki itu dan berkata, “Memangnya aku perlu izinmu untuk berada di sini?”Lucas memberanikan diri untuk membantu sahabatnya itu dan berkata, “Bukan bermaksud seperti itu. Lydia, jam itu bukannya untuk Dylan? Dia menunggumu semalaman waktu hari ulang tahunnya, tapi kamu nggak datang.”Lelaki itu merasa Dylan sungguh sangat kasihan. Mendengar itu Lydia hanya terkekeh dan menatap lelaki itu dalam diam.
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa