Terima kasih telah membaca, maaf karena terlambat update
Bergegas Helena pergi ke cafe walau tadi ia berharap orang terakhir yang ia temui pagi ini adalah mantan suaminya tapi sekarang harapan itu berbalik. Helena benar-benar ingin bertemu Shane Digory. Namun, cafe itu masih sepi tak ada jejak kedatangan Shane Digory seperti biasanya. ‘Apa ia membawa Pim dan meninggalkan kota begitu saja.’ Pikiran Helena mulai berkecamuk tak menentu. Ia mulai menuduh Shane membabi buta dengan kesedihan yang sarat di matanya. Helena mencoba menghubungi Jeremy sesaat setelah di cafe. “Jeremy, maaf aku menghubungimu sepagi ini, tapi apa kau tahu nomor telepon Shane?” Terdengar suara mengantuk di ujung sambungan dan wajah Helena berubah dengan raut kecewa saat Jeremy menjawab, “aku tak punya. Kau kira aku siapa Helena. Tapi bukankah kau-.” Helena langsung memotong pembicaraan Jeremy. “Apa kau tak bisa memintakan nomor Shane pada Jasper?” Alih-alih menjawab Jeremy malah bertanya balik.“Kau tak punya nomor Tuan Shane? Bukankah kalian-.” Helena terdengar s
Helena menghembuskan napas kesal. “Apa yang harus aku lakukan?” Athena tersenyum licik. “Aku senang kau cepat tanggap.” Wanita berambut merah itu kemudian memerintahkan ke arah anak buahnya. “Panggil wartawan kesini segera.” Alis Helena langsung bertaut tapi ia belum sempat bertanya apa pun saat Athena berbalik melihatnya sembari berkacak pinggang. “Kau harus mengatakan persis sesuai apa yang aku inginkan. Tak peduli dengan nama baik, yang terpenting adalah anak itu kan bagimu?” Helena tak menjawab pertanyaan basa-basi Athena. “Cepat katakan apa maumu, aku ingin segera bertemu anakku!” “Baiklah- baiklah tenang dulu, brengsek,” umpat Athena sambil menyeringai. Ia kemudian melihat Helena yang berdiri di hadapannya dari ujung kaki hingga ujung rambutnya dengan pandangan meremehkan. “Setelah itu kau harus pergi dari kota ini, menghilang jauh! Kabar baiknya aku akan membiayai kepergianmu sekaligus kebutuhanmu selama ya-.” Athena tampak menimbang-nimbang sebentar. “Satu minggu.” Wanita
Namun, belum sempat Athena melangkah keluar, pergelangan tangan wanita cantik berambut merah itu ditahan oleh Helena. “Tunjukkan padaku kalau anakku masih aman.” Wajah Athena berkernyit kesal. “Tenang saja ia aman! Kalau kau tak melakukannya maka akan ku perintahkan anak buahku memberi anak kecil itu sedikit pelajaran.” Muka Helena langsung sepucat kapas. “Ja- jangan lakukan itu. Aku yang salah. Jadi jangan menyakiti anakku.” Athena langsung menghentikan tangannya untuk menepis tangan Helena yang memegang pergelangannya. “Lakukan sesuai mau ku, hanya setengah jam dan aku akan membiarkan kalian berdua pergi ke luar negeri. Jauh dari Shane Digory.” Helena mengangguk patuh. ‘Setidaknya begitulah yang aku inginkan walau harus mengorbankan Shane. Maafkan aku Shane.’ Athena melenggang keluar, siap memerintahkan anak buahnya untuk menyuruh para wartawan masuk. ‘Shane akan memaafkanku sekarang, semua kesalahan sekali lagi ku timpakan pada Helena.’ Athena tersenyum lebar sambil memikirkan
Wajah Shane dan wajah Primrose bergantian muncul di benak Helena sekarang. Ia seakan memakan buah simalakama, mengorbankan cintanya atau anaknya. Sebuah pikiran terlintas di pikiran Helena. ‘Bagaimana jika aku yang pergi? Shane dan Pim bisa tinggal bersama, dan aku tak perlu mengorbankan salah satu diantara mereka… ‘ Tapi ia yakin dirinya tak akan bisa hidup jika harus berpisah dengan Primrose, karena itu Helena mencoba egois dan memutuskan untuk membiarkan Shane kembali dengan kekasihnya, Athena. ‘Walau berbohong pada Shane, Athena tak akan menyakiti pria itu. Ia sangat mencintai Shane.’ Tanpa Helena ketahui penilaiannya tentang Athena salah besar. Athena sudah berselingkuh berkali-kali di belakang Shane. Serangan kecemasan menyelimuti Helena. Keringat dingin menjalar pelan menuruni pundaknya. Ia yang tak biasa menjadi pusat perhatian publik sekarang harus bersiap menghadapi ratusan kamera yang menyoroti wajahnya. Helena harus terlihat sewajar mungkin di depan wartawan agar anakn
Beberapa jam sebelumnya, Shane sedang berjalan di selasar kantor pusat Digory group yang merupakan tempat inti dari segala bisnis milik keluarga Digory. Kantor itu berada di gedung besar nan mewah, berdiri angkuh di tengah-tengah dinginnya pusat kota Digory Valley. Perasaan Shane sedang tak menentu semenjak terakhir ia menginjakkan kakinya di apartemen Helena. Mendapati kalau mantan istrinya juga berbohong padanya selama ini dan menyembunyikan anak mereka. ‘Bukankah apa yang ia lakukan padaku itu sangat keterlaluan? Tapi apakah yang pernah aku lakukan pada Helena juga keterlaluan?’Shane akhirnya merenungi apa yang telah ia lakukan pada Helena selama ini sepanjang pernikahan mereka. Shane mengembuskan napas pelan. ‘Pada akhirnya kita akan seperti ini ya, Helena.’ Tiba-tiba suara teriakan mantan istrinya itu terdengar jelas di telinga Shane, menghentikan langkahnya yang sedang berjalan di selasar kantornya yang mewah. Shane setengah berlari ke arah cafetaria karena mendengar sumber
Helena tak berharap apa pun pada kedatangan Shane. Tapi ia merasa sedikit tertolong saat semua mata dan arah kamera berputar terpusat ke arah lelaki tampan itu.Shane berjalan dengan ekspresi dingin, membelah kerumunan wartawan yang mengerubungi Helena. Membuat semua orang hanya mengikuti langkah kakinya yang mendekat ke arah Helena. “Apa yang kau lakukan?” tanya Shane pada wanita berambut hitam panjang itu. Helena hanya bisa diam. Ia akhirnya sadar maksud kedatangan mantan suaminya ke sini. ‘Shane juga bermaksud menghukumku sekarang.’Seorang wartawan nekat memecah suasana tegang itu dengan menyodorkan alat rekannya pada Shane. “Tuan Shane apakah maksud kedatangan Anda ke sini ingin memberi pelajaran pada wanita yang mengganggu kekasih Anda?”Shane tersenyum tipis sebelum menanggapi pertanyaan wartawan itu. “Tentu.”Jawaban singkat Shane dengan wajah terlihat lebih ramah membuat wartawan lain ramai-ramai melontarkan pertanyaan. Mereka seolah-olah lupa kalau wawancara itu ditujukan
“Kalian pernah menikah? Anda dan Nona Helena?”“Siapa wanita ini? Kenapa kami tak pernah mendengar dia sebelumnya?”Alih-alih menjawab, Shane malah menatap lembut ke arah Helena yang sekarang berada di sampingnya. Tangan Shane melingkar di atas pundak kecil milik Helena. “Ya ia adalah mantan istriku dan kami akan rujuk kembali,” ulang Shane seakan tak mempedulikan efek ucapannya. “Kau gila?” bisik Helena agar tak terdengar oleh siapa pun disekitar mereka. Helena menatap Shane tak percaya, bola matanya seperti akan melompat keluar. “Kau mabuk, Shane? Atau kau hanya ingin membuatku semakin menderita? Kumohon aku benar-benar tak tahu harus bagaimana menghadapimu dan tunanganmu, aku akan menyingkir segera dari kehidupan kalian tapi jangan sampai menyakiti Pim,” pinta Helena dengan suara serak menahan tangisnya yang nyaris pecah. Helena mencengkram kemeja hitam milik Shane, adegan itu terlihat mesra bagi yang tak mengetahui hubungan mereka. Tapi tubuh Helena terasa limbung dan satu-sat
Brian Scoot datang dengan wajah lesu menunduk ke bawah, sangat jauh dari dirinya yang penuh rasa percaya diri selama ini. Shane langsung merangkulnya seakan mereka tak pernah berselisih sebelumnya.“Dan aku sudah merestui hubungan mereka dengan move on ke mantan istriku. Kisah cinta yang lumayan menarik kan?” ucap Shane dengan nada bercanda sambil melepas rangkulannya pada Brian Scoot. Kali ini wajah Athena memucat, ia menggelengkan kepala melihat Brian Scoot berada di hadapannya, berharap laki-laki itu menyangkal apa yang Shane katakan. Hanya saja bagi Brian Scoot sekarang nyawanya lebih terancam daripada cinta seumur hidupnya. “Ya, aku berselingkuh dengan Athena sudah lama.” Brian Scoot memalingkan muka dari Athena yang sedang menatapnya tajam. “Dan aku punya banyak bukti dari hubungan kami yang telah lama berlangsung.”“Itu tidak benar!” Athena membantah dengan jeritan keras. Tapi tampaknya itu sia-sia belaka. Simpati publik sudah berbalik menyerang Athena. Semua mewajarkan apa
“Tes… Tes… satu, dua, tiga, tes, tes. Pim di sini.” Pim ketuk-ketuk dulu microphone ini ya. Kedengaran tidak? Pim mau cerita, ini ada kaitannya sama mainan baru, Pim. Kemarin Shane kasih ini diam-diam ke Pim ini. “Kamera buat ngerekam. Jadi sekarang Pim akan buat Vlog tentang keseharian Pim!” Pim semangat banget bicara di depan kamera. Sebentar, coba Pim ketok-ketok dulu kamera ini. Sudah jalan belum ya? Oh oke sudah baik. Mari kita rekaman lagi. “Hai selamat datang di Pim Vlog.” Sebentar Pim mikir dulu mau bilang apa lagi. “Okeh, terus apa lagi ya? Oh ya! Di Pim Vlog akan menceritakan-.” Cerita apa ya? Pim mau cerita apa ya? Mama nikah sama Shane? Rumah baru? Kamar baru? Boneka baru yang banyak? Tinggal di kota besar terus kemarin lewat toko kue yang warnanya merah muda. Duh mana duluan ya yang Pim ceritakan? Coba minta usulan Mama ah! “Mama, Mama!” Pim berlari-lari kecil ke dapur. Pasti Mama lagi di dapur. Kata Mama mau buat makan malam sih tadi. “Kenapa, Sayang?” Mama nany
Helena menautkan keningnya. “Tapi masih banyak masakan yang harus aku buat lagi pula bukankah banyak waiters di depan?” Jam makan siang baru saja dimulai, pesanan silih berganti tak henti-henti masuk ke dalam dapur. Helena juga turut sibuk menyiapkan hidangan untuk para pelanggan. Jeremy menggeleng kencang. “Tolong, hanya kau yang bisa melakukannya.” Helena menoleh ke arah pegawai lain yang berada di dalam dapur. Wajah semua orang tampak tidak keberatan, bahkan salah satu chef senior berkata, “tolong bantu Tuan Jeremy saja Nyonya Helena. Disini biar aku yang mengatasi.” Helena menangguk dan mengikuti Jeremy keluar dapur. “Memangnya ada apa, Jeremy?” tanya wanita berambut panjang itu masih bingung. “Itu, Tuan Besar Shane Digory. Ia -seperti biasa- ingin dilayani olehmu,” jelas Jeremy dengan senyuman lebar. Helena langsung terlihat kesal. Ia mengira terjadi sesuatu yang begitu darurat. Tapi bagi Jeremy dan semua pegawai lain, kehadiran Shane Digory adalah sesuatu yang darurat d
“Nyonya Helena!” sambut Jeremy dengan nada riang sambil membuka pintu cafe. Ia memakai kemeja merah muda dan celana bahan berwarna coklat kopi yang senada dengan keseluruhan warna bangunan di belakangnya. “Aku sudah menunggumu dari tadi.” Helena masih terpaku di tempatnya dan tak memperdulikan kedatangan Jeremy. Lelaki itu akhirnya mengikuti arah pandang wanita itu. “Nama yang norak ya?” Jeremy kemudian menyemburkan tawanya setelah mengatakan hal itu, tak lama sampai ia sadar Helena menatapnya tajam. “Ah, maafkan aku Nyonya Hel, tolong jangan laporkan pada suamimu. Aku masih harus mengumpulkan uang untuk membiayai pernikahanku dengan Barbara.” Helena langsung tertawa pelan. “Kalau begitu cepatlah kalian menikah agar kau lebih sadar.” “Tapi kulihat Tuan Shane semakin tak waras karena menikah Lihat aku tak menyangka ia akan memilih nama senorak itu. Dan kurasa hanya itu kekurangan cafe ini, semua sangat sempurna, dari bangunan, suasana, rasa masakan, promosi, dan para pengunjung sa
Lelaki tampan itu akhirnya mengekori kembaran dengan ukuran mininya itu menunggu di meja makan. Helena kemudian menggulung rambutnya ke atas dan mulai memasak sekaligus merapikan keadaan dapur yang berantakan. Shane tak bisa melepaskan tatapannya pada sosok wanita itu. Helena terlihat sangat luar biasa saat ini. ‘Cara ia menjepitkan rambutnya begitu seksi.’. “Ckck. Kau harus ingat ini, Shane.” Primrose merapatkan tubuhnya pada pria tinggi besar itu. “Jangan pernah membuang-buang makanan. Terakhir kali aku melakukannya, Mama membuatku menulis tulisan ‘aku menyesal’ sebanyak tiga lembar halaman folio dan Mama tak banyak bicara selama tiga hari.” Shane langsung menghela napasnya dengan berat. “Jadi aku melakukan kesalah lagi?” Ketimbang hukuman menulis tiga lembar halam folio, Shane lebih sedih ucapan Primrose yang mengatakan kalau Helena makin irit bicara selama tiga hari. ‘Aku ingin mendengar wanita itu bercerita padaku.’ Helena menghentikan obrolan ayah dan anak itu saat menghi
“Shane,” panggil Helena. Seketika laki-laki itu menoleh dengan wajah sangat terkejut, bahkan sutil di tangannya ikut terjatuh. “Kau sudah bangun, Helena?” Shane terlihat gugup sambil berusaha menyembunyikan ponselnya yang ia taruh di atas meja counter dapur. “Apa aku terlalu ribut hingga kau terbangun?” Helena memiringkan kepalanya, tapi tubuh besar Shane sudah menutupi layar ponselnya. ‘Seorang wanita ya? Kenapa aku berpikir setelah Athena ia tak memiliki wanita lain? Tunggu, kenapa aku harus peduli? Apa karena ia mengungkapkan rasa sukanya denganku kemarin jadi aku berharap lebih?’ “Helena…,” panggil Shane mengembalikan kesadaran wanita itu dari lamunannya. “Tunggu saja di ruang baca. Apa kau butuh sesuatu di dapur? Aku akan mengantarkanmu.” Helena langsung tersadar penyebab dia buru-buru ke dapur karena ada bau gosong yang sekarang mulai perlahan menghilang karena alat penghisap asap yang berada di atas kompor. “Tidak, aku hanya mencium bau masakan tadi-.” “Kau sudah lapar?” Sh
“Hah!” Helena bergumam terkejut. “Apa maksudmu?” “Apa kau tidak tahu, aku sudah dipindah-tugaskan ke cabang Digory Valley cafe itu. Begitu juga Barbara.” Helena menelan salivanya. ‘Ini pasti semua ulah Shane. Selain memindahkan sekolah Pim ke sini, ia bahkan memindahkan penempatan kerja orang tua sahabat-sahabat Pim, hingga mereka juga ikut pindah sekolah ke Digory Valley bersama dengan Pim. Astaga, pria itu benar-benar berniat kami berada di sini. “Baiklah aku akan ke cafe Shiny yang berada di Digory Valley untuk bekerja besok.” Jeremy tertawa. “Maksudmu bekerja sebagai owner dan mengawasi kami kan?” “Hentikan candaanmu. Aku masih anak buahmu, Jeremy,” bantah Helena serius. Selang beberapa lama panggilan ponsel itu Helena akhiri. Jeremy masih tak serius menganggapnya akan kembali bekerja -benar-benar bekerja sebagai waiters. ‘Aku dan Shane Digory tak ada kaitannya. Sama seperti dahulu, pernikahan ini sama seperti dahulu, kan?’ Ketika malam hari, Helena mendapat panggilan dari
Helena masih tak bereaksi apa pun, ekspresinya terlihat dingin di mata Shane. “Kau tak percaya ya?” Shane tak menunggu jawaban Helena, ia langsung melanjutkan perkataannya. “Aku pun tak percaya, aku tak percaya telah jatuh cinta padamu sejak hari itu. Hari terakhir kita bertemu. Dan sejak hari itu aku selalu menunggumu, Helena.” Helena tertawa sinis dengan pelan. Aku mengambil apa yang kau berikan padaku, Shane. “Jangan buat kesalahan yg sama dua kali, Shane. Kita pernah berumah tangga dan itu gagal, atau lebih tepatnya hancur berantakan dengan sangat parah. Apa bedanya dengan sekarang?” “Saat itu aku bahkan tak berusaha sama sekali.” Shane membalas perkataan Helena dengan penuh tekad. “Sekarang berbeda Helena. Aku akan berusaha, aku akan merubah apa yang terjadi dulu.” Helena mengangkat alisnya. Luka yang ia dapat dari laki-laki di hadapannya sudah terlalu dalam. “Percuma jika hanya salah satu saja yang berusaha. Karena kurasa aku tak sanggup berusaha lagi bersamamu.” Shane sad
Helena awalnya berpikir kalau Shane sudah lama tak menempati bangunan ini, tapi tak ada setitik debu pun di setiap furniture yang ada. ‘Kukira ia tak tinggal disini, karena setahuku Athena tak suka bangunan tua bergaya klasik seperti rumah ini. Apa ia bisa membujuk Athena dan akhirnya tinggal berdua di sini?’ Helena melangkah menuju rak buku yang memenuhi dinding ruang tengah rumah itu. ‘Bahkan urutan buku yang ku susun tak berubah.’ Seulas senyum muncul di wajah wanita cantik itu. “Beberapa pembantu menyusun kembali urutan bukunya, tapi tak ada yang seperti kau lakukan hingga membuatku nyaman membacanya kembali,” celetuk Shane yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Helena. “Kau tinggal di rumah ini?” Helena tak dapat menutupi rasa penasarannya. Shane tersenyum. “Ya, terutama setelah tahun-tahun awal kita bercerai,” jawab Shane sambil perlahan berjalan mendekat ke arah Helena. “Aku berpikir kau akan kembali setelah pergi begitu saja tanpa berkata apa pun hari itu, hari dimana ki
Jasper tersenyum. “Betul, Tuan.” Shane tak pernah menceritakan apa pun isi hatinya pada orang lain. Tapi kali ini berbeda, lelaki itu tak tahu harus berbuat apa pada Helena. “Apa yang harus kulakukan, Jasper?” Jasper terkejut, majikannya itu tak pernah bingung dalam menentukan sikap tapi kali ini ia benar-benar terlihat putus asa. “Apa ini berkaitan dengan Nyonya Helena?” “Ya,” jawab Shane terdengar pelan. “Ketika tadi pagi saya menemuinya, Nyonya juga terlihat tak kalah terlukanya dengan Anda, Tuan Shane.” Shane langsung menegakkan punggungnya, karena terkejut sekaligus tertarik dengan informasi yang Jasper sampaikan. “Kenapa? Bukankah ia membenciku- ah ya tentu saja aku pantas dibenci olehnya. Ia tak mungkin memaafkanku atas apa yang telah aku lakukan padanya kan?” Jasper menoleh ke arah Tuannya. “Anda akan membiarkan hal ini berjalan seperti ini, Tuan?” Shane tersenyum menangkap maksud Jasper. “Tidak. Tentu saja tidak!” Tapi pundak Shane langsung turun kembali. “Tapi aku t