Zora memghela napasnya seraya memejamkan matanya untuk menormalkan detak jantungnya yang bertalu-talu. Ia tidak pernah menyangka mimpinya akan menjadi kenyataan. Pergi berbulan madu dengan pria yang ia cintai.
Namun, wanita itu kini merasa galau sendiri. Di satu sisi ia sangat menginginkan bulan madu ini, tetapi di sisi lain ia takut membebani suaminya yang ia yakini bahwa pria itu terpaksa melakukan bulan madu bersamanya jika bukan karena desakan dari orangtuanya dan orangtua Zora.
“Sayang, kenapa melamun?” tanya Eros yang sudah duduk santai di bangku penumpang kelas bisnis tersebut seraya menatap lembut padanya.
Zora mengerjapkan matanya saat bola mata coklat miliknya bertemu dengan bola mata hitam milik sang suami kemudian detik berikutnya ia menarik bibirnya yang jelas terlihat ia sedang memaksakan seyumnya.
“Ada yang mengganjal pikiranmu?” Tanya Eros lagi dan kini tangan besar milik pria itu menggenggam tangan Zora yang lebih
Hoam.. Eros menguap seraya merenggangkan tubuhnya yang sedikit pegal. Lalu ia melihat ke samping dan menemukan wajah cantik nan damai milik istrinya yang sedang terlelap dengan memeluk selimut yang disediakan oleh maskapai penerbangan. “Ah sungguh indahnya ciptaanmu Tuhan,” kata Eros menatap pemandangan indah di depan matanya. “Kau pasti sangat bekerja keras saat menciptakannya,” gurau Eros yang selalu terpesona dengan istrinya tersebut. Nama Zora telah benar-benar masuk ke dalam hati Eros. Jika kata lebaynya pria itu sudah cinta mati kepada wanita yang telah menjadi miliknya tersebut. Eros benar-benar tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa Zora di sisinya. Ia lebih memilih tidak memiliki keturunan asalkan istrinya itu tetap berada dalam jangkauannya. Istrinya tidak pergi meninggalkannya. Ya, satu rahasia besar yang Eros sembunyikan dari istrinya itu adalah alasan kuat kenapa ia menolak melakukan hubungan suami istri dengannya.
Saat kaki mereka baru menginjak halaman hotel, sepasang suami istri itu langsung disambut dengan cukup istimewa oleh manajer hotel tersebut. Zora melirik Eros, pupil matanya membesar seperti meminta penjelasan sedangkan pelaku yang ditatapnya hanya tersenyum dengan mimik wajah yang bisa dikatakan songong. Zora memutar bola matanya malas ketika melihat senyuman songong suaminya seraya berucap dalam hatinya, “Aku tahu kau sangat kaya Mas, tapi tidak harus sampai seperti ini juga.” Tapi, meski begitu ia sangatlah bahagia karena suaminya itu memperlakukannya seperti seorang ratu yang sering ia tonton sewaktu kecil. “Mari barangnya saya bawakan nyonya,” kata pelayan di sana memakai bahasa inggris seraya mengambil alih kopernya. “Terima kasih,” ucap Zora dengan ramah juga menggunakan bahasa inggris. Dan setelahnya satu pelayan lainnya juga mengambil alih koper milik Eros sehingga kini kedua tangan pasangan suami istri itu sudah kosong. Eros menarik tangan Z
Setelah kejadian seribu bunga mawar yang gagal membuat suasana romantis Eros tidak pantang menyerah untuk membuat istrinya terkesan padanya. Kali ini pria itu sudah menyiapkan makan malam romantis bahkan ia juga sudah menyiapkan stylist terbaik untuk mendadani istri cantiknya tersebut. Pokoknya Eros akan membuat mala mini menjadi malam yang tidak akan pernah terlupakan olehnya dan juga oleh istrinya. “Sayang,” panggil Eros dengan nada yang terdengar manja membuat wanita itu menggidik geli dengan tingkah laku suaminya yang tidak bisa. “Hmm.” Jawab Zora tampa menghentikan kegiatannya membereskan pakaian-pakaiannya yang di dalam koper untuk dimasukan ke dalam lemari hotel. “Sayang.” Panggil pria itu lagi lebih manja lagi. Bahkan kali ini ia tak segan untuk menghentikan tangan istrinya dari kegiatan beres-beresnya. “Biar petugas saja yang membereskan itu semua. Aku ingin bermanja-manjaan denganmu, Sayang. Kenapa kau seperti menghindariku,” keluh Eros memb
Wanita itu menghela napas lelahnya ketika melihat stylistnya menggelengkan kepalanya disertai senyuman tipis. “Nyonya, Tuan Eros mengatakan bahwa ia ingin nyonya memakai gaun yang berwarna cerah,” kata stylist tersebut merasa kasihan kepadanya yang sudah kebingungan memilih gaun yang cocok dengan selera suaminya tersebut. “Astaga ada apa dengan suamiku hari ini?” eluh Zora yang sudah lelah memilih pakaian yang akan dikenakannya malam ini. “Nyonya Anda mau ke mana?” tanya sang stylist ketika client-nya itu berjalan menuju pintu. Namun, Zora tidak menjawabnya. Wanita it uterus berjalan menuju pintu dan langsung membukanya. “Ada apa?” tanya Eros yang baru saja mengakhiri teleponnya. Bukannya menjawab wanita itu justru menarik lengan kekar milik sang suami. Zora pikir dari pada ia memilih pakaian yang bukan selera suaminya lebih baik suaminya sendiri saja yang memilihkannya. Sang stylist juga cukup terkejut ketika pintu kokoh itu terbuka muncul cl
“Tuan,” panggil sang stylist yang sudah selesai mendandani istrinya menjadi seorang ratu, “nyonya sudah siap.” “Ah benarkah? Cepat bawa istri cantikku kemari.” Perintah Eros yang sudah tidak sabar melihat penampilan istrinya tersebut. Sang stylist tersebut mengganggukkan kepalanya lalu setelah itu ia pamit untuk membawa Zora kehadapannya. Eros sekuat mungkin menahan debaran jantungnya yang bertalu-talu ketika membayangkan istrinya tersebut memakai gaun yang dipilihkannya tadi tak lupa ia juga membayangkan reaksi istrinya tersebut saat ina mengajaknya ke tempat yang sudah direncanakannya sedemikian rupa. “Ah aku tidak sabar melihat reaksinya,” gumam Eros. *** “Kenapa Mas terus menatapku seperti itu? Terpesona dengan kecantikanku?” tanya Zora menggoda suaminya tersebut. Dan respon suaminya tersebut berhasil membuat rona merah di pipinya muncul. “Cantik,” gumam Eros tanpa sadar. Mata elangnya tidak pernah lepas memandang istrinya tersebut
“Ugh..” Zora menggeliat ketika sinar matahari masuk menembus kamar hotelnya. Kelopak mata gadis itu perlahan terbuka dan pemandangan pertama yang dilihatnya adalah wajah damai suaminya yang masih terlelap dengan tubuh masih di dalam selimut. Wanita itu tidak berniat membangunkannya. Ia malah menikmati wajah tampan sang suami. Senyumnya tidak pernah luntur, telunjuknya terus menelusuri setiap bagian wajah san suami mulai dari kening, kedua alisnya, kedua matanya yang masih terpejam, turun ke hidung mancungnya, kedua pipinya yang menyembunyikan dua lubang kesukaannya, dan terakhir jari telunjuknya berhenti di bibir sang suami. Untuk yang satu itu ia berlama-lama di sana. Mengamati bentuk bibir seksi milik suaminya tersebut. Zora lagi-lagi tersenyum ketika mengingat kejadian tadi malam di saat mereka pergi untuk makan malam romantis di atas kapal sembari menikmati keindahan kota Tokyo pada malam hari. Di tempat itu Eros mengutarakan semua perasaannya. Jika dipik
Setelah kegiatan mandi paginya kini mereka sedang duduk berhadapan untuk menikamati sarapan.Sarapan kali ini mereka memilih nasi putih, sup miso, tamagoyaki alias omelet gulung ala Jepang, ikan salmon panggang, dan terakhir tsukemono untuk acarnya.“Itadakimasu,” ucap Zora sebelum menyantap sarapannya.“Itadakimasu.” Jawab Eros lalu mulai menyantap menu sarapannya.***Setelah puas dengan sarapannya, seperti yang dikatakan pria itu tadi bahwa sekarang ia akan mengajak istrinya itu ke suatu tempat dan untuk perjalanannya kali ini pria itu memilih untuk berjalan kaki. Padahal bisa saja ia menyewa sopir untuk mengantar jemput mereka ke manapun, akan tetapi Eros ingin perjalanan ini hanya untuk mereka berdua, tidak ada orang lain yang boleh ikut dan karena jaraknya juga yang tidak terlalu jauh juga yang menjadi alasannya untuk berjalan kaki. Ya, anggap saja pria itu sedang ingin bermesra-mesraan dan bermanja-manjaan pada istrin
Pagi-pagi sekali Naura sudah sibuk di dapur untuk membuat sarapan untuk suami serta putri tercintanya. Namun, disaat ia sedang memotong sosis tiba-tiba perutnya seperti ada yang menggelitikinya sehingga membuatnya mual, akan tetapi wanita itu tidak terlalu mempedulikannya dan tetap melanjutkan acara memasaknya.Pagi ini Naura membuat nasi goreng sosis untuk sang suami dan semangkuk bubur untuk putrinya yang masih terbaring sakit di dalam kamar.Setelah menatap makanannya di meja makan Naura beranjak ke lantai atas untuk membangunkan suaminya, akan tetapi sebelum ia sampai Arya sudah berjalan ke arahnya dengan pakaian kerja yang sudah rapih itu.“Pagi, Sayang.” Sapa Arya seraya mencium kening istrinya tersebut. Wanita itu hanya membalasnya dengan senyuman lalu menyuruh agar suaminya itu segera menikmati sarapannya.Mereka berdua menyantap sarannya hanya berdua dikarenakan Kesya masih sakit dan butuh istirahat yang banyak. Kening Arya berkerut s
Hari ini langit Tokyo bergitu cerah, hangatnya matahari pagi menyambut dengan riang orang-orang yang sedang berjuang meraih mimpi atau tujuan hidupnya. Namun, berbeda untuk Eros, suasana hati pria itu begitu mendung dikarenakan sudah hampir dua minggu pria itu berada di Jepang akan tetapi sampai saat ini dia belum mendapatkan satu informasipun dimana keberadaan mantan istrinya tersebut, padahal Eros sudah mengerahkan semua detektif suruhannya untuk mencari Zora di setiap kota di negeri sakura ini, akan tetapi sampai saat ini dia belum mendapatkan kabar baik. Karena mustahil dia bisa mencari wanita itu dengan cepat jika hanya mengandalkan keberuntungan. Walaupun Eros mengerahkan banyak orang untuk mencari, tetapi pria itu juga tetap bergerak tidak hanya berdiam diri dan menunggu kabar. Seperti hari ini Eros sedang berjalan-jalan di salah satu taman di kota tersebut, berharap jika Zora ada di sana mengingat wanita itu sangat menyukai taman. Saat sampai di sana, pikiran
Pria itu – Eros langsung disambut oleh langit Jepang yang masih cukup terang padahal arlojinya sudah menunjukkan jam lima sore yang artinya sekarang sudah jam 7 malam di jepang mengingat Indonesia tempatnya tinggal dengan Tokyo memiliki selisih dua jam.Setelah delapan belas jam perjalanan memakai pesawat dan tanpa memejamkan mata sedetikpun akhirnya pria itu sampai juga di bandara internasional Tokyo – Jepang.Eros menarik napasnya untuk mendapatkan oksigen yang cukup untuk paru-parunya. Setelah merasa penuh pria itu membuangnya secara perlahan dan ia melakukannya berulang kali. Dengan hanya bermodalkan tekad dan sedikit keberuntungan pria itu berharap bisa menemukan wanitanya di Negara yang terkenal dengan bunga sakuranya tersebut. Karena hanya itulah petunjuk yang ia miliki.Namun, bagaimanapun Eros sudah sangat bersyukur, setidaknya dia tahu bahwa Zora ada di negara ini, itu masih jauh lebih baik dari pada ia harus berkeliling ke seluruh dunia un
Hari ini, detik ini, masih di langit dan bangunan yang sama Eros akan memperjuangkan kebahagiaannya. Dengan masih memakai setelan kerjanya pria itu berdiri di depan pintu kediaman mantan mertuanya, menunggu seseorang di dalam berbaik hati membukakan pintu untuknya. Selama mereka tidak memberitahu di mana keberadaan Zora, Eros tidak akan pernah lelah memaksa dan meyakinkan kepada kedua orang tua wanita itu bahwa ia bersungguh-sungguh mencintai putri mereka, bahwa ia tidak pernah sekalipun ada niatan untuk menyakiti hatinya. Sementara di dalam rumah itu sepasang suami istri tersebut sedang duduk – berpura-pura – santai di ruangan tamu, berpura-pura membutakan mata mereka jika di luar sana ada seseorang yang sedang berdiri menunggu mendapatkan kesempatan kedua. Namun, yang namanya hati seorang wanita terlebih seorang ibu tetap saja sekecewa-kecewanya, semarah-marahnya dia, hatinya tetaplah lembut. “Jangan sekalipun kau membukakan pintu untuknya!”
Setelah menahan rasa sakit diperutnya berjam-jam kemudian syukurlah sakit itu berangsur-angsur menghilang. Dengan gerakan pelan Kirana mengelap keringatnya dan berulang kali menarik napasnya. Kirana bertanya-tanya pada dirinya sendiri, “Ada apa dengan perutku? Kenapa rasanya sesakit ini?” Setelah itu ia beranjak untuk mengambil tas dan kunci mobilnya yang tergantung tidak jauh dari tempatnya sekarang untuk bergegas ke rumah sakit. Selain untuk memeriksakan kandungannya, Kirana juga kesana untuk menjenguk ibu mertuanya. Walaupun hubungan mereka tidak baik setelah masalah perselingkuhan palsu yang diciptakannya, tetapi tetap saja ia masihlah seorang menantu dan bagian dari keluarga itu. Dengan masih memegang perut besarnya Kirana mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia tidak ingin mengambil risiko datang ke rumah sakit dengan dibawa mobil ambulance karena mengalami kecelakaan. *** Muak dengan semua pembicaraannya akhirnya Eros memi
Dua pria yang sama-sama memiliki wajah tampan dan berkharisma jika sedang bekerja itu kini sedang duduk di sebuah taman rumah sakit. Saling berdiam diri, tetapi tidak dengan pikirannya. Entah apa yang sedang dipikirkan kedua pria yang hanya memiliki selisih usia satu tahun itu, tentu saja yang mengetahuinya hanya dirinya sendiri dan Tuhannya yang tahu. Sampai satu orang pria yang tidak terlalu nyaman dengan keterdiaman ini akhirnya membuka suaranya setelah satu jam lebih mereka berdiam di sana. “Kak Naura sudah melahirkan,” ucap pria tersebut yang tidak lain adalah – Endru - dengan tatapan datarnya dan tanpa menoleh ke arah orang yang sedang diajaknya bicara. Pria satunya yang tentu saja sudah dapat kita tebak siapa menolehkan kepalanya, pria itu tidak lantas menjawab karena ia yakin sang kakak belum menyelesaikan perkataannya, karena tidak mungkin dia hanya akan memberitahukan bahwa kakak pertamanya telah melahirkan, dia sudah mengetahuinya. Maka yang dilaku
“Dia begitu mirip denganmu, Sayang,” ucap Arya ketika bayi kembar mereka sudah diperbolehkan tidur di ruangan yang sama dengan ibunya. “Matanya, hidungnya, bahkan bentuk bibirnya juga benar-benar fotocopy dari ibunya. Hmm, sedikitpun tidak ada yang meniru dariku.” Naura hanya tersenyum mendengar suaminya terus memuji wajah tampan bayi laki-lakinya yang memang lebih mirip dengannya. Namun, pria itu tidak boleh cemburu karena wajah bayi perempuannya lebih mirip dengannya. “Dan bayi perempuan kita mirip denganmu, Sayang,” balas Naura ikut memperhatikan wajah-wajah si kembar. Pria itu menoleh di mana istrinya berada, lalu pria itu tersenyum seraya mengusap puncak kepala istrinya dan kembali mengucapkan terima kasih karena sudah melahirkan si kembar yang kini sedang tertidur pulas di dalam box bayinya, tidak terganggu sama sekali dengan obrolan orangtuanya yang sedang membicarakan mereka. “Terima kasih atas perjuangmu yang luar biasa ini dalam melahirkan s
“Kalian makanlah dulu, biar Naura Ibu dan Ayah yang jaga,” ucap ibu dari Arya tidak tega melihat ketiga pria itu tetap setia menunggu di depan ruangan ICU – tempat di mana wanita itu ditangani setelah operasi. Memang saat di ruang operasi wanita itu sempat kehilangan detak jantungnya beberapa detik. Namun ketika Arya menangis tergugu memohon kepada Tuhan untuk tidak mengambil istrinya dan disaat itu juga keajaiban datang, grafik yang awalnya lurus horizontal itu berangsur-angsur menunjukan perubahan. “Dokter detak jantungnya kembali!” seru salah satu perawat melihat layar tersebut menunjukkan grafik naik turun meskipun lemah. Disaat itu juga tangis Arya semakin kencang, tetapi ia belum berani untuk mendekatinya. Arya tidak ingin mengganggu kerja dokter yang sedang berusaha menyelamatkannya. Barulah saat dokter itu memperbolehkannya ia langsung menggenggam tangan sang istri seraya mengatakan terima kasihnya berulang kali. “Aku tidak lapar, kalian makan
“Arya!” Panggil kedua orangtuanya yang langsung datang ke rumah sakit ketika dikabari menantunya akan segera melahirkan.“Bagaimana keadaan menantu dan cucu Ibu?” tanya ibunya tanpa bisa menutupi rasa khawatirnya.Besannya saja sampai sekarang belum membuka matanya, ditambah sekarang menantunya yang sedang berjuang di dalam sana demi menjadi seorang ibu. Semoga Tuhan selalu melindunginya dan menyelamatkan keduanya. Amin.Arya hanya menggelengkan kepalanya dengan lemah. Tenaganya sudah terkuras habis oleh segala ketakutannya sendiri terlebih lampu di ruang operasi itu belum juga mati.Berapa lama lagi ia harus menunggu? Apakah operasi cessar harus selama ini?Paham bagaimana perasaan putranya saat ini, sang ibu langsung memeluknya dan megusap-usap punggunya, berharap dengan ini putranya bisa sedikit lebih tenang.Wanita itu dapat merasakan tubuh putranya bergetar dan demi tuhan itu benar-benar membuat hatinya mencelos
Ceklek! “Masih ingat rumah juga.” Sarkas Kirana dengan tatapan serta nada sinisnya pada Endru yang baru saja pulang bekerja. Sebaliknya pria itu tidak menanggapinya justru langsung masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri dan tentu saja sikapnya itu memancing kemarahan sang istri. “Tidak sekalian ajak selingkuhanmu pulang.” Ini bukan pertanyaan melainkan sebuah pernyataan sarkasme pada Endru dan kali ini berhasil menghentikan langkah Endru yang sudah sampai di dekat tangga menuju kamar mereka. “Apa maksudmu dengan selingkuhan? Tolong jika bertanya berkaca terlebih dulu,” sarkasnya dengan nada dinginnya yang sempat membuat Kirana tertegun beberapa detik karena baru kali ini pria itu bersikap dingin padanya. Tidak ingin terlihat kalah, wanita itu terus menyudutkannya dengan membawa kehamilannya. Tanpa pria itu ucapkan secara gamblangpun wanita itu tahu maksud ucapannya. Dialah yang berselingkuh di sini. Ya, setidaknya itu yang diketahui pria itu sek