Eros tersenyum bangga kepada seseorang yang sedang berdiri di atas panggung yang sedang melakukan penyambutan untuk para tamu undangan dan para orang tua yang hadir ke acara yang diadakan sekolah tersebut. Bahkan tak segan pria itu bertepuk tangan ketika orang tersebut membungkukkan badan dan menyelesaikan sambutannya.
Tangan besar Eros terangkat untuk mememanggil orang tersebut yang kini sedang tersenyum ke arahnya.
“Oh apakah aku sedang bermimpi Pak Eros benar-benar datang,” ucap orang tersebut yang tidak lain sang ketua osis di sekolah tersebut. Sedangkan Eros sedikit memberengut ketika pemuda itu memanggilnya dengan sebutan pak.
“Hey sudah berapa kali aku bilang jangan memanggilku seperti itu. apakah aku setua itu?” tanya Eros melayangkan protesnya yang hanya mendapat kekehan dari pemuda tersebut.
“Kau tidak merindukanku? Tidak ingin memeluk kakak tampanmu ini?” Tanya Eros lagi seraya merentangkan kedua tangan panja
Setelah acara sekolah itu berakhir, Eros mengajak Deni untuk ikut bersamanya merayakan keberhasilan acara tersebut. Awalnya pemuda itu menolak karena tak enak hati, tetapi karena Eros tidak suka dibantah ia pun akhirnya mau. Dan di sinilah mereka sekarang.. “Selamat, siang ayah,” sapa Deni kepada makam ayahnya, seakan ia sedang bertatap muka dengan mendiangan ayahnya tersebut. “Ayah, Deni datang lagi dengan Kak Eros.” Lanjutnya seraya mengusap lembut batu nisan tersebut. Tersirat dari sorat mata teduhnya, ia merindukan sosok ayahnya tersebut. Sementara Eros terlihat sedang menundukkan kepalanya tanda sedang berdoa untuk pria yang telah menyelamatkan hidupnya tersebut. “Pak Bagas, tak henti-hentinya saya mengucapkan terima kasih atas kebesaran dan kebaikan hati Anda. Terima kasih karena lewat perantara Anda, saya bisa kembali melihat matahari bersinar. Saya berjanji akan selalu menjaga keluarga Anda dengan segenap hati dan jiwa raga saya, saya
Lagi-lagi Eros hanya berdecak kesal ketika adiknya sulit sekali untuk dihubungi. Tidak ada dalam kamusnya kata menyerah, iapun terus mencoba menghubungi Chiko meski tetap saja adiknya itu tidak pernah mengangkat teleponnya. ‘Aish.. sesibuk apa kau di sana sampai tak sempat mengangkat telepon kakakmu ini, Archi?’ Setelah berpuluh-puluh kali mencoba akhirnya iapun memutuskan untuk meninggalkan pesan saja dan sadar bahwa ia telah meninggalkan Deni di dalam restoran cukup lama, ia pun segera bergegas kembali ke dalam. “Lama menunggu?” tanya Eros kepada Deni yang sedang duduk tanpa menyentuh makanannya lagi. “Kenapa tidak dimakan? Apa makanannya tidak enak?” Lanjut pria itu setelah duduk dan sedikit membenarkan dasinya yang seakan mencekiknya. Mendengar pertanyaan dari Eros, pemuda itu menggelengkan kepala dengan cepat sembari memberikan alibi yang bisa membuat pria itu percaya. “Tidak. Ini enak sekali. Hanya saja aku … mmm perutku sudah ti
Kring! Kring! Kring! Ponsel milik pria itu terus berdering tanda ada yang menghubunginya dan saat nama istri tercintanya yang tertulis disana, senyuman pria itu merekah seketika. “Hallo, ada apa ratuku?” tanya Eros tidak tahan jika tidak menggodanya. Eros semakin tersenyum lebar ketika membayangkan bagaimana wajah istrinya sekarang. “Mas gak lupa kan?” bukannya menjawab pertanyaan suaminya, Zora malah balik bertanya membuat Eros mengerutkan kening. “Aish.. sudah kuduga kau melupakannya.” Terdengar dengkusan kesal dari istri cantiknya tersebut. Wanita itu mendengkus kesal ketika dugaannya tepat bahwa suami tampannya itu melupakannya. “Oh demi Tuhan Sayang, kau jangan mengumpat di telepon. Kau membuatku ingin cepat-cepat berada di rumah dan memakanmu sampai habis,” ucap Eros entah ia bercanda atau tidak mengatakannya. Dan bersyukurlah wanita itu karena mereka tidak sedang melakukan video call jadi suaminya itu
Wanita itu mempercepat merias wajahnya ketika mendengar deru kendaraan suami tercintanya. Setelah merasa cukup ia segera berlari untuk membukakan pintu rumah besar tersebut. Dan saat pintu kokoh itu terbuka wajah orang yang telah membuatnya repot-repot mempercantik diri yang pertama tertangkap oleh manik rusanya.“Menungguku?” Tanya Eros dengan senyuman manisnya membuat kedua lubang di pipi pria itu terlihat jelas.“Tidak.” Jawab Zora langsung masuk ke dalam untuk menyembunyikan wajah meronanya akibat perkataan suaminya itu yang memang benar adanya.“Aish! dia benar-benar inginku memakannya.” Frustasi pria itu mengacak-acak rambutnya seraya memperhatikan istrinya yang sudah berjalan jauh di depannya.Kemudian ia tersadar bahwa tangan kanannya masih menjinjing bingkisan yang di dalamnya ada satu cup es krim yang tadi dibelinya. Dengan cepat Eros mempercepat langkahnya untuk menyamai langkah kecil istrinya tersebut.
Bola mata gadis itu berbinar menatap takjub video yang sedang diputar oleh gurunya. Sebuah cuplikan video yang menampilkan sebuah keluarga kecil yang terlihat bahagia dan juga harmonis. Dimana dalam video itu ada ayah, ibu, serta dua anaknya. Seraya murid-muridnya menonton, sang guru juga sembari menjelaskan apa maksud dari video tersebut. Tentunya dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak berusia lima tahun. Disaat sang guru menjelaskan tiba-tiba seorang anak laki-laki bertubuh gempal mengacungkang tangan. “Ya, Bimo? Ada yang mau Bimo tanyakan?” tanya guru tersebut dengan ramah. Lelaki bernama Bimo itu menganggukkan kepalanya dengan lucu. Kemudian ia mulai melontarkan pertanyaan polosnya yang langsung dihadiahi gelak tawa oleh teman-temannya. “Bu Gulu kenapa anaknya pelempuan semua?” Tanyanya dengan wajah seriusnya sembari menunjuk video yang sedang berjalan tersebut. Sang guru tersenyum sebelum menjawab pertanyaan anak muridnya tersebut.
Zora memghela napasnya seraya memejamkan matanya untuk menormalkan detak jantungnya yang bertalu-talu. Ia tidak pernah menyangka mimpinya akan menjadi kenyataan. Pergi berbulan madu dengan pria yang ia cintai.Namun, wanita itu kini merasa galau sendiri. Di satu sisi ia sangat menginginkan bulan madu ini, tetapi di sisi lain ia takut membebani suaminya yang ia yakini bahwa pria itu terpaksa melakukan bulan madu bersamanya jika bukan karena desakan dari orangtuanya dan orangtua Zora.“Sayang, kenapa melamun?” tanya Eros yang sudah duduk santai di bangku penumpang kelas bisnis tersebut seraya menatap lembut padanya.Zora mengerjapkan matanya saat bola mata coklat miliknya bertemu dengan bola mata hitam milik sang suami kemudian detik berikutnya ia menarik bibirnya yang jelas terlihat ia sedang memaksakan seyumnya.“Ada yang mengganjal pikiranmu?” Tanya Eros lagi dan kini tangan besar milik pria itu menggenggam tangan Zora yang lebih
Hoam.. Eros menguap seraya merenggangkan tubuhnya yang sedikit pegal. Lalu ia melihat ke samping dan menemukan wajah cantik nan damai milik istrinya yang sedang terlelap dengan memeluk selimut yang disediakan oleh maskapai penerbangan. “Ah sungguh indahnya ciptaanmu Tuhan,” kata Eros menatap pemandangan indah di depan matanya. “Kau pasti sangat bekerja keras saat menciptakannya,” gurau Eros yang selalu terpesona dengan istrinya tersebut. Nama Zora telah benar-benar masuk ke dalam hati Eros. Jika kata lebaynya pria itu sudah cinta mati kepada wanita yang telah menjadi miliknya tersebut. Eros benar-benar tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa Zora di sisinya. Ia lebih memilih tidak memiliki keturunan asalkan istrinya itu tetap berada dalam jangkauannya. Istrinya tidak pergi meninggalkannya. Ya, satu rahasia besar yang Eros sembunyikan dari istrinya itu adalah alasan kuat kenapa ia menolak melakukan hubungan suami istri dengannya.
Saat kaki mereka baru menginjak halaman hotel, sepasang suami istri itu langsung disambut dengan cukup istimewa oleh manajer hotel tersebut. Zora melirik Eros, pupil matanya membesar seperti meminta penjelasan sedangkan pelaku yang ditatapnya hanya tersenyum dengan mimik wajah yang bisa dikatakan songong. Zora memutar bola matanya malas ketika melihat senyuman songong suaminya seraya berucap dalam hatinya, “Aku tahu kau sangat kaya Mas, tapi tidak harus sampai seperti ini juga.” Tapi, meski begitu ia sangatlah bahagia karena suaminya itu memperlakukannya seperti seorang ratu yang sering ia tonton sewaktu kecil. “Mari barangnya saya bawakan nyonya,” kata pelayan di sana memakai bahasa inggris seraya mengambil alih kopernya. “Terima kasih,” ucap Zora dengan ramah juga menggunakan bahasa inggris. Dan setelahnya satu pelayan lainnya juga mengambil alih koper milik Eros sehingga kini kedua tangan pasangan suami istri itu sudah kosong. Eros menarik tangan Z
Hari ini langit Tokyo bergitu cerah, hangatnya matahari pagi menyambut dengan riang orang-orang yang sedang berjuang meraih mimpi atau tujuan hidupnya. Namun, berbeda untuk Eros, suasana hati pria itu begitu mendung dikarenakan sudah hampir dua minggu pria itu berada di Jepang akan tetapi sampai saat ini dia belum mendapatkan satu informasipun dimana keberadaan mantan istrinya tersebut, padahal Eros sudah mengerahkan semua detektif suruhannya untuk mencari Zora di setiap kota di negeri sakura ini, akan tetapi sampai saat ini dia belum mendapatkan kabar baik. Karena mustahil dia bisa mencari wanita itu dengan cepat jika hanya mengandalkan keberuntungan. Walaupun Eros mengerahkan banyak orang untuk mencari, tetapi pria itu juga tetap bergerak tidak hanya berdiam diri dan menunggu kabar. Seperti hari ini Eros sedang berjalan-jalan di salah satu taman di kota tersebut, berharap jika Zora ada di sana mengingat wanita itu sangat menyukai taman. Saat sampai di sana, pikiran
Pria itu – Eros langsung disambut oleh langit Jepang yang masih cukup terang padahal arlojinya sudah menunjukkan jam lima sore yang artinya sekarang sudah jam 7 malam di jepang mengingat Indonesia tempatnya tinggal dengan Tokyo memiliki selisih dua jam.Setelah delapan belas jam perjalanan memakai pesawat dan tanpa memejamkan mata sedetikpun akhirnya pria itu sampai juga di bandara internasional Tokyo – Jepang.Eros menarik napasnya untuk mendapatkan oksigen yang cukup untuk paru-parunya. Setelah merasa penuh pria itu membuangnya secara perlahan dan ia melakukannya berulang kali. Dengan hanya bermodalkan tekad dan sedikit keberuntungan pria itu berharap bisa menemukan wanitanya di Negara yang terkenal dengan bunga sakuranya tersebut. Karena hanya itulah petunjuk yang ia miliki.Namun, bagaimanapun Eros sudah sangat bersyukur, setidaknya dia tahu bahwa Zora ada di negara ini, itu masih jauh lebih baik dari pada ia harus berkeliling ke seluruh dunia un
Hari ini, detik ini, masih di langit dan bangunan yang sama Eros akan memperjuangkan kebahagiaannya. Dengan masih memakai setelan kerjanya pria itu berdiri di depan pintu kediaman mantan mertuanya, menunggu seseorang di dalam berbaik hati membukakan pintu untuknya. Selama mereka tidak memberitahu di mana keberadaan Zora, Eros tidak akan pernah lelah memaksa dan meyakinkan kepada kedua orang tua wanita itu bahwa ia bersungguh-sungguh mencintai putri mereka, bahwa ia tidak pernah sekalipun ada niatan untuk menyakiti hatinya. Sementara di dalam rumah itu sepasang suami istri tersebut sedang duduk – berpura-pura – santai di ruangan tamu, berpura-pura membutakan mata mereka jika di luar sana ada seseorang yang sedang berdiri menunggu mendapatkan kesempatan kedua. Namun, yang namanya hati seorang wanita terlebih seorang ibu tetap saja sekecewa-kecewanya, semarah-marahnya dia, hatinya tetaplah lembut. “Jangan sekalipun kau membukakan pintu untuknya!”
Setelah menahan rasa sakit diperutnya berjam-jam kemudian syukurlah sakit itu berangsur-angsur menghilang. Dengan gerakan pelan Kirana mengelap keringatnya dan berulang kali menarik napasnya. Kirana bertanya-tanya pada dirinya sendiri, “Ada apa dengan perutku? Kenapa rasanya sesakit ini?” Setelah itu ia beranjak untuk mengambil tas dan kunci mobilnya yang tergantung tidak jauh dari tempatnya sekarang untuk bergegas ke rumah sakit. Selain untuk memeriksakan kandungannya, Kirana juga kesana untuk menjenguk ibu mertuanya. Walaupun hubungan mereka tidak baik setelah masalah perselingkuhan palsu yang diciptakannya, tetapi tetap saja ia masihlah seorang menantu dan bagian dari keluarga itu. Dengan masih memegang perut besarnya Kirana mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia tidak ingin mengambil risiko datang ke rumah sakit dengan dibawa mobil ambulance karena mengalami kecelakaan. *** Muak dengan semua pembicaraannya akhirnya Eros memi
Dua pria yang sama-sama memiliki wajah tampan dan berkharisma jika sedang bekerja itu kini sedang duduk di sebuah taman rumah sakit. Saling berdiam diri, tetapi tidak dengan pikirannya. Entah apa yang sedang dipikirkan kedua pria yang hanya memiliki selisih usia satu tahun itu, tentu saja yang mengetahuinya hanya dirinya sendiri dan Tuhannya yang tahu. Sampai satu orang pria yang tidak terlalu nyaman dengan keterdiaman ini akhirnya membuka suaranya setelah satu jam lebih mereka berdiam di sana. “Kak Naura sudah melahirkan,” ucap pria tersebut yang tidak lain adalah – Endru - dengan tatapan datarnya dan tanpa menoleh ke arah orang yang sedang diajaknya bicara. Pria satunya yang tentu saja sudah dapat kita tebak siapa menolehkan kepalanya, pria itu tidak lantas menjawab karena ia yakin sang kakak belum menyelesaikan perkataannya, karena tidak mungkin dia hanya akan memberitahukan bahwa kakak pertamanya telah melahirkan, dia sudah mengetahuinya. Maka yang dilaku
“Dia begitu mirip denganmu, Sayang,” ucap Arya ketika bayi kembar mereka sudah diperbolehkan tidur di ruangan yang sama dengan ibunya. “Matanya, hidungnya, bahkan bentuk bibirnya juga benar-benar fotocopy dari ibunya. Hmm, sedikitpun tidak ada yang meniru dariku.” Naura hanya tersenyum mendengar suaminya terus memuji wajah tampan bayi laki-lakinya yang memang lebih mirip dengannya. Namun, pria itu tidak boleh cemburu karena wajah bayi perempuannya lebih mirip dengannya. “Dan bayi perempuan kita mirip denganmu, Sayang,” balas Naura ikut memperhatikan wajah-wajah si kembar. Pria itu menoleh di mana istrinya berada, lalu pria itu tersenyum seraya mengusap puncak kepala istrinya dan kembali mengucapkan terima kasih karena sudah melahirkan si kembar yang kini sedang tertidur pulas di dalam box bayinya, tidak terganggu sama sekali dengan obrolan orangtuanya yang sedang membicarakan mereka. “Terima kasih atas perjuangmu yang luar biasa ini dalam melahirkan s
“Kalian makanlah dulu, biar Naura Ibu dan Ayah yang jaga,” ucap ibu dari Arya tidak tega melihat ketiga pria itu tetap setia menunggu di depan ruangan ICU – tempat di mana wanita itu ditangani setelah operasi. Memang saat di ruang operasi wanita itu sempat kehilangan detak jantungnya beberapa detik. Namun ketika Arya menangis tergugu memohon kepada Tuhan untuk tidak mengambil istrinya dan disaat itu juga keajaiban datang, grafik yang awalnya lurus horizontal itu berangsur-angsur menunjukan perubahan. “Dokter detak jantungnya kembali!” seru salah satu perawat melihat layar tersebut menunjukkan grafik naik turun meskipun lemah. Disaat itu juga tangis Arya semakin kencang, tetapi ia belum berani untuk mendekatinya. Arya tidak ingin mengganggu kerja dokter yang sedang berusaha menyelamatkannya. Barulah saat dokter itu memperbolehkannya ia langsung menggenggam tangan sang istri seraya mengatakan terima kasihnya berulang kali. “Aku tidak lapar, kalian makan
“Arya!” Panggil kedua orangtuanya yang langsung datang ke rumah sakit ketika dikabari menantunya akan segera melahirkan.“Bagaimana keadaan menantu dan cucu Ibu?” tanya ibunya tanpa bisa menutupi rasa khawatirnya.Besannya saja sampai sekarang belum membuka matanya, ditambah sekarang menantunya yang sedang berjuang di dalam sana demi menjadi seorang ibu. Semoga Tuhan selalu melindunginya dan menyelamatkan keduanya. Amin.Arya hanya menggelengkan kepalanya dengan lemah. Tenaganya sudah terkuras habis oleh segala ketakutannya sendiri terlebih lampu di ruang operasi itu belum juga mati.Berapa lama lagi ia harus menunggu? Apakah operasi cessar harus selama ini?Paham bagaimana perasaan putranya saat ini, sang ibu langsung memeluknya dan megusap-usap punggunya, berharap dengan ini putranya bisa sedikit lebih tenang.Wanita itu dapat merasakan tubuh putranya bergetar dan demi tuhan itu benar-benar membuat hatinya mencelos
Ceklek! “Masih ingat rumah juga.” Sarkas Kirana dengan tatapan serta nada sinisnya pada Endru yang baru saja pulang bekerja. Sebaliknya pria itu tidak menanggapinya justru langsung masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri dan tentu saja sikapnya itu memancing kemarahan sang istri. “Tidak sekalian ajak selingkuhanmu pulang.” Ini bukan pertanyaan melainkan sebuah pernyataan sarkasme pada Endru dan kali ini berhasil menghentikan langkah Endru yang sudah sampai di dekat tangga menuju kamar mereka. “Apa maksudmu dengan selingkuhan? Tolong jika bertanya berkaca terlebih dulu,” sarkasnya dengan nada dinginnya yang sempat membuat Kirana tertegun beberapa detik karena baru kali ini pria itu bersikap dingin padanya. Tidak ingin terlihat kalah, wanita itu terus menyudutkannya dengan membawa kehamilannya. Tanpa pria itu ucapkan secara gamblangpun wanita itu tahu maksud ucapannya. Dialah yang berselingkuh di sini. Ya, setidaknya itu yang diketahui pria itu sek