Home / Pernikahan / Mandiri Setelah Bercerai / BAB 8: Mulai Bergerak

Share

BAB 8: Mulai Bergerak

Author: Endah Tanty
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Rania semakin meradang, tapi ia memilih tetap diam, biarlah adik iparnya itu semakin banyak membuat kesalahan hingga tiba waktunya nanti semua kesalahan–kesalahannya terbongkar di saat yang tepat. Rania diam-diam mengambil gambar kebersamaan Dinda dengan pacar gelapnya.

Acara pertunangan telah usai, Rania masih bungkam akan kebusukan keluarga sang suami dan adik iparnya.

Hari menjelang malam, Rania masih sibuk mencari tempat yang akan digunakan untuk tempat tinggalnya dan sekaligus usahanya dengan uang dari hasil menjual rumah peninggalan orang tuanya, wanita berparas cantik alami itu berdiri di depan ruko, letak ruko dua lantai itu sangat strategis, berada di kawasan padat penduduk, di sekitaran ruko juga terdapat perkantoran dan gedung apartemen, ini sangat cocok untuk usaha kuliner yang akan dijalankan oleh Rania.

“Bu Rania,” suara bariton seorang pria membuyarkan lamunan Rania. Seketika wanita  itu menoleh ke arah suara.

“Dokter Fathan.”

“Bu Rania sedang apa disini?”

“Saya sedang melihat ruko ini, untuk tempat usaha saya.”

Fathan melangkah mendekati Rania.

”Kebetulan sekali, apartemen saya  ada di sekitar sini,” balas Fathan.

“Kebetulan sekali ya, Pak,” Rania tersenyum

“Karena kita bertemu disini, bagaimana kalau kita ngobrol dan sambil ngopi di kafe apartemen,” ajak Fathan.

“Boleh.” Tanpa ragu Rania memenuhi tawaran dokter tampan di depannya.

Keduanya berjalan, dan menuju sebuah gedung apartemen, setelah memasuki loby, Rania dan Fathan menuju sebuah kafe yang menyatu dengan loby, keduanya duduk di sudut kafe, setelah memesan cake dan kopi, tampak berbincang ringan, Rania pun heran dengan dirinya sendiri belasan tahun, hanya berdiam di rumah dan ketika memutuskan untuk mulai mandiri, ia mudah sekali berkomunikasi dengan orang, ia tak menyangka bahwa kehidupan di luar rumah ternyata tidak seseram yang ia bayangkan. Tiba-tiba Dokter Fathan menghentikan pembicaraan, ketika matanya menangkap seseorang.

“Bukankah itu Pak Faiz, suami Bu Rania?”

Rania menoleh ke arah yang tunjukan Fathan, ia melihat suaminya sedang bercengkrama dengan Kinan, sangat mesra, terlihat jelas bahwa mereka sepasang kekasih.

“Bagaimana kalau kita panggil mereka, Pak Faiz dan temannya itu,” usul Fathan pada Rania.

“Tidak perlu Pak Fathan, biarkan mereka,” timpal Rania, lalu fokus pada cake di depanya sambil menyuap dengan begitu tenangnya.

Fathan pun tahu apa yang sedang terjadi. ”Maaf,” sahut Fathan.

“Bukan salah Dokter, kenapa harus meminta maaf, biarkan saja mereka, barangkali sedang membicarakan bisnis, atau sekedar mengobrol seperti kita saat ini.”

“Anda  benar Bu Rania.” Fathan menghargai keputusan Rania, untuk membiarkan Faiz bersama Kinan.

Setelah beberapa menit berlalu, Rania berpamitan, ia menaiki taksi duduk di jok belakang, sambil menahan tangis, mengingat lelaki yang berstatus suami itu berduan di kafe dengan kekasihnya.

Jangan salahkan aku, jika aku berubah menjadi kejam, dan tidak punya hati, batin Rania mengusap kasar air mata yang hampir jatuh ke pipinya.

Pagi hari Rania sudah tidak berada di rumah, akhir-akhir ini ia sering keluar untuk mempersiapkan kemandiriannya ketika akan berpisah dengan  Faiz. Sementara Faiz masih tertidur, padahal jam  delapan kurang lima belas menit lagi

Ketika pintu kamar terdengar Tok! tok!  “Pah, bangun pah sudah hampir jam delapan, kenapa tidak bangun, Safa juga terlambat ke sekolah,” teriakan Safa membangunkan Faiz.

Dengan mata yang masih berat, ia mengusap kasar matanya dan menatap jam dinding di kamarnya.

“Sial, kenapa Rania tidak membangunkan aku,” gerutu Faiz, langsung bangkit berdiri.

Safa, kau ke sekoah naik ojek online ya,” sahut Faiz, sambil berjalan ke kamar mandi.

“Baik Pah, Safa pergi dulu,” sahut gadis belia dengan seragam putih abu itu langsung menuruni tangga.

Dengan tergesa-gesa, lelaki berusia 40 tahun itu bergegas keluar kamar sembari merapikan kemejanya. Lalu membuat roti bakar untuk sekedar mengisi perutnya.

Faiz berjalan menuju pintu depan, tapi langkahnya berhenti tepat di kamar depan, kamar yang beberapa bulan ini di tempati Rania, kerena penasaran, ia pun membuka pintu itu, dan masuk.

Setelah membuka pintu, Faiz menatap seluruh isi kamar lalu menutupnya kembali.

“Kemana Rania sepagi ini, kenapa sekarang berubah, apa sih yang sedang ia rencanakan,” gumam Faiz sembari menutup pintu depan dan berjalan memasuki mobilnya.

Hari ini Faiz berada di gedung kantor pemerintahan tempat Faiz bekerja, Pria berseragam khas abdi negara itu, di sambut oleh beberapa temanya, desas-desus bahwa ia akan di promosikan kenaikan jabatan menjadi kepala departemen sudah terdengar.

“Pak Faiz, jika nanti benar Anda di angkat menjadi kepala  Departemen, jangan lupakan temanmu ini,” ujar seseorang setengah berbisik.

Faiz hanya tersenyum, wajah tersirat kebahagian. ”Beres, tetap dukung saya,” balas Faiz.

Sementara itu Rania mendatangi sebuah ruko yang semalam ia pantau, kali ini sedang bernegosiasi dengan penjualnya dan akhirnya kesepakatan pun di dapat. Rania berjanji akan segera menyelesaikan pembayaran ruko begitu uang hasi penjualan rumah  milik orang tuanya terbayar. Setelah itu Rania ke kantor notaris untuk menyelesaikan jual beli rumah dengan Dokter Fathan.

Setelah beberapa kali bertemu, Rania dan Fathan sudah tampak akrab.

“Bu Rania, administrasi sudah selesai, aku akan mentransfer uangnya di rekening Bu Rania.”

“Terima kasih Pak Fathan.”

“Kebetulan sudah waktunya jam makan siang, bagaimana jika kita makan siang,” ajak Fathan.

Rania pun tidak menolak ajakan dokter tampan di depannya, kebetulan kantor notaris ada di dekat sebuah mall, jadi Fathan mengajak Rania untuk makan di salah satu mall. Pilihan Fathan jatuh pada restoran Jepang.

“Kuliner Jepang baru trend saat ini, terutama anak-anak muda,” ucap Fathan seraya mengeser kursi dan duduk.

“Anda sepertinya hobby berwisata kuliner.”

“Saya suka sekali mencoba berbagai  kuliner, dan terus terang saja, masakan Bu Rania adalah yang terenak,” puji Fathan, membuat Rania tersipu malu.

Selama tujuh belas tahun, ia memasak untuk suaminya tak pernah sekalipun Faiz memuji masakan Rania, dan kali ini merasa tersanjung, seorang dokter, yang hobby kuliner memuji masakannya lezat.

“Anda sedang memuji aku harap tidak ada maksud tertentu di baliknya,” Rania berucap sambil tersenyum.

“Tentu saja ada maunya Bu Rania, aku memuji bukan sembarang memuji, itu kenyataan, dan Bu Rania masih ingat ‘kan, dengan tawaran saya, untuk menjadi staf dapur rumah sakit yang akan saya dirikan?”

“Tentu saja itu kehormatan bagi saya bisa bergabung di rumah sakit, Pak Fathan,” balas Rania, tak pernah menyanggka dirinya akan dihargai oleh seorang pria setelah suaminya menyia-nyiakannya.

Pembicaraan terhenti sejenak, ketika pramusaji membawakan menu, Sashimie dan sushi sudah terhidang di atas meja, ini adalah pertama kali Rania memakan menu itu, selama ini jarang makan di restoran, Faiz tak pernah mengajakanya makan di luar seperti pasangan pada umumnya, padahal untuk masalah materi, tentu saja suaminya tidak kekurangan uang dengan jabatan yang embannya.

“Silahkan makan Bu Rania, ini juga bisa Anda jadiakan referensi untuk usaha kuliner Bu Rania kedepannya.”

“Terima kasih Pak Fathan, saya sangat senang atas perhatian Pak Fathan,” balas Rania, seraya tersenyum.

Rania mulai menyuap dan merasakan menu yang sudah ada di dalam mulutnya. Hampir satu jam Rania dan Dokter Fathan makan siang sembari berbincang ringan.  Setelah selesai makan siang, mereka berpisah di halaman parkir mall.

Rania memilih memanggil ojek online, dan saat akan meraih ponselnya, ia melihat Safa bersama beberapa temannya sedang memasuki mall, Safa terlihat masih mengenakan sergam putih abu, tapi dilengkapi jaket untuk menutupi seragam putihnya.

“Ini masih jam sekolah ‘kan, kenapa Safa berjalan–jalan di mall,” gumam Rania  dengan langkah lebar menyusul putrinya yang telah memasuki mall, terlihat Safa menaiki lift menuju lantai 4, dengan gegas Rania pun menyusul kesana. Dan ternyata Safa dan beberapa temannya akan menonton bioskop.

“Safa,” panggil  Rania pada putri semata wayangnya yang tampak terkejut, ketika sang ibu sudah ada di belakangnya dengan wajah yang marah.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Drongkong Togie
cerita yg bagus..tidak sabar mau lanjutkan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 9: Mengkhawatirkan Safa

    “Mamah.”“Ini masih jam sekolah ‘kan kenapa kamu keluyuran di mall,” sarkas Rania“Safa tadi terlambat sekolah Mah, daripada Safa kena sanksi lebih baik Safa bolos.”“Itu bukan jawaban yang benar Safa, lebih baik kamu diberi sanksi atas keterlambatanmu, daripada kamu menutupi kesalahanmu dengan kesalahan lainnya,” gertak Ranai, begitu marah dengan Safa.“Itu salah Mamah, kenapa sekarang tidak perduli lagi pada Safa dan Papah. Mamah sering kali tidak berada di rumah,” balas Safa tersulut emosi.“Ranai menarik napas pelan, tanganya mengepal, seakan ingin rasanya menampar Safa yang semakin hari semakin brutal.“Pintar sekali kamu ngomong, kalau kamu ada di posisi Mamah, kamu baru menyadari. Dan kamu tahu persis apa yang sedang terjadi antara Mamah dan Papah. Seharusnya kamu mulai berfikr dewasa, sekarang pulang ke rumah.” Rania menarik tangan Safa, gadis itu sempat berontak.“Safa lebih baik kamu turuti perkataan Mamahmu,“ ucap Nayla, yang merupakan keponakan Kinan.“Tidak Mah, bicaraka

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 10: Mulai Mengancam

    “Darimana Pak Fathan tahu, jika suamiku berselingkuh?”“Aku pria dewasa, sejak melihat Pak Faiz dan Kinan makan di kafe kemarin, aku sudah bisa menangkap, maaf jika berasumsi terlalu jauh.”“Dokter juga tahu nama wanita itu juga.”“Ya...aku tahu Kinanti, ia istri mendiang sahabatku Dokter Bima,” balas Fathan datar.Rania menoleh ke arah Fathan, dahinya mengerut. ”Tapi kenapa Dokter tidak menyapanya?”“Aku tidak mengenal Kinan, aku hanya tahu wanita itu mendiang istri sahabatku, Bima belum sempat memperkenalkan Kinan padaku, Tuhan berkehendak lain, ia meninggal.” Fathan menjeda ucapannya, lalu menoleh ke arah Rania. “Dan aku tidak menyangka, belum ada satu tahun, Kinan sudah mendapatkan pengganti Bima,” suara Fathan terdengar sinis.Jadi Kinan menjanda karena suaminya meninggal, setahuku ia bercerai dari suaminya, Rania membantin, tampa

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 11: Mulai Membuat Kejutan

    Kembali di restoran mewah, tempat keluarga Larasati berkumpul, mereka masih menikmati menu restoran dengan sangat bahagia. Tiba-tiba ada sosok yang mendekat ke arah meja. Senyum mengembang di wajah kharismatiknya dengan rambut yang ditata rapi.“Selamat malam Bu Larasati,” sapa pria itu.“Selamat malam Pak Fathan.”Wanita baya serta yang lainnya terkejut, tiba-tiba saja Dokter Fathan ada dihadapan mereka.“Kebetulan sekali Dokter Fathan kita bertemu disini, silahkan bergabung dengan kami,” ajak Faiz dengan ragu.“Oh terima kasih.” Fathan pun duduk bergabung di salah satu kursi yang kosong, matanya mengedar seakan mencari seseorang.“Aku tidak melihat Bu Rania disini?” tanya dokter itu dan membuat semua orang gelagapan, terutama Larasati.“Isrti saya sedang tidak enak badan, jadi tidak ikut makan malam,” sahut Faiz.“Oh sayang sekali.“ Fathan ter

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 12: Pemerasan Berhasil

    Sementara itu di sebuah apartemen Kinan, sedang merenung, mengingat perkataan Dokter Fathan, yang ternyata calon kakak ipar Dinda. Kinan menyalahkan dirinya kenapa ia terlambat mengetahuinya, terlalu terlena dengan Faiz, hingga waktu datang di acara pertunangan Dinda, ia melewatkan hal penting yaitu berkenalan dengan keluarga tunangan Dinda.“Sialan, apa tadi Mas Faiz mencerna perkataan Dokter Fathan, jika aku menjanda bukanlah bercerai, tapi suamiku meninggal dunia,” gumam Kinan sambil jarinya mengetuk-ngetuk meja, berpikir alasan apa jika nanti Faiz mempertanyakan kebohongan tentang mendiang suaminya.Kinan mengingat kejadian dimana mendiang suaminya meninggal saat kecelakaan saat itu dibawa ke rumah sakirt terdekat, ada beberapa dokter yang menanganinya, tapi wajah Dokter Fathan tak diingat Kinan, mereka memakai masker, dan hanya satu dokter yang mengajaknya berbicara.Dokter Fathan, bilang ia sahabat dari Mas Bima, tapi

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 13: Sebuah Video Menjadi Tamparan Keras

    Rania berjalan menyusuri pasar tradisional, dua hari lagi adalah pernikahan Dinda dan Bastian, dan ia harus menyiapkan semuanya, uang untuk catering telah diberikan Faiz. Ini merupakan tantangan baru bagi Rania, sebenarnya dunia percateringan tidak asing baginya, sebelum menikah dengan Faiz, Rania pernah berkerja di sebuah catering, selama dua tahun, setidaknya ada sedikit ilmu yang ia dapatkan dari sana, selain hobbynya memang masak memasak.Tangan Rania cekatan dalam memilih sayur mayur segar, serta bahan mentah lainnya. Sesekali ia menyeka keringat yang turun dari keningnya. Melangkah dari kios satu ke kios lainya, di tangannya sudah penuh bungkusan plastik, sebagian memakai jasa tukang panggul untuk dibawa ke taksi online yang sudah dipesannya.Taksi melaju sedang menyusuri jalanan, hingga berhenti di depan rumah, Rania memutuskan untuk menyiapkan catering di rumah suaminya selain jaraknya memang dekat dengan rumah mertuanya, dan ia juga meminta bantuan dari beberapa orang dikena

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 14: Gagalnya Pernikahan

    Rania menutup laptop, menyimpan kembali flash disk, diusapnya perlahan air mata yang menetes, kemudian menghela napas pelan, berusaha menenangkan hatinya yang telah hancur. Tujuh belas tahun pernikahan bukanlah waktu yang singkat, ia pikir rumah tangganya baik-baik saja, tapi nyatanya sangat hancur, siapa yang disalahkan dirinya, suaminya ataukan seorang wanita yang menarik perhatian sang suami.Sebagai seorang istri, Rania berusaha menjadi istri yang baik, ibu yang baik, semua dikorbankan demi menjaga keluarga kecilnya, tapi sedikitpun Faiz dan Safa menghargai apa yang ia lakukan, sedih, hancur meratapi betapa malangnya nasibnya.“Ran, kemana saja sih, apa semua catering sudah siap!” suara Larasati membuat Rania tersadar dari lamunannya.“Ibu tidak usah cemas, besok pagi Rania pastikan semua beres,” jawab Rania.“Ya sudah, ibu mampir kesini hanya untuk memastikan, sekarang aku dan Dinda mau ke salon. Kamu tahu ‘kan bes

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 15: Kembali Terbakar

    Rania bangkit perlahan, semua mata menatap ke arahnya, hanya Safa yang membantunya berdiri.“Mah, lebih baik Mamah tinggalkan rumah nenek dulu,” ajak Safa.“Mamah memang akan pergi, acaranya sudah selesai, dan pertunjukannya sangat memuaskan,” balas Rania, mengusap darah yang mengalir di sudut bibirnya.“Benar ‘kan ini ulahmu!” bentak Dinda lagi.“Siapapun penyebar foto dan video itu tidak penting, perbaiki akhlakmu itu,” sarkas RaniaRania berlalu pergi meninggalkan rumah ibu mertuanya yang sedang kacau. Ia menaiki taksi dan menuju ruko yang baru dibelinya beberapa hari ini, kini Rania sudah berdiri di depan ruko berlantai dua, ia merasa lega, walaupun tidak besar, tapi ia berharap dari ruko sederhananya impiannya akan terwujud menjadi wanita mandiri, dan tidak tergantung pada siapapun.Sedangkan di tempat lain, di sebuah rumah mewah, Bastian meninju meja dengan genggaman tangannya, ia t

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 16: Gederang Perang Di Mulai

    Di sebuah rumah sederhana, Dinda menangis sambil meluapkan amarahnya dengan membanting semua barang yang dipegangnya.Brak!Sebuah piring dilempar hingga membentur dinding.“Hai, hentikan sikap konyolmu itu!” bentak pemuda dengan asap rokok yang mengepul membentuk bulatan-bulatan kecil.“Kalau bukan kamu pelakunya siapa?” Dinda kembali histeris, menuduh Rafa yang menyebarkan video asusilanya.“Din, kamu tahu ‘kan, aku mencintaimu, aku rela jika kamu menikah dengan dokter itu, asalkan kita masih bersama, itu sudah cukup bagiku sesekali kita menghabiskan waktu bersama, aku terima itu kok,” jelas Rafa kekasih Dinda, berusaha membuat tenang wanita di depannya sambil mengusap punggung dan air mata Dinda.Dinda menghentikan tangisannya, ia duduk di sofa tangannya sibuk memeluk sang kekasih hati.“Akan aku hancurkan orang yang telah menghancurkan nama baiku!” ujar Dinda

Latest chapter

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 106 Dua Bayi Kembar Pelengkap Kebahagian

    Empat bulan berlalu, usia kandungan Nayla memasuki bulan kedelapan, saat ini ia sedang menatap Bastian yang sedang sibuk dengan ponselnya sambil menyerutup secangkir kopi, pria yang mengenakan kaos dan celana pendek itu sedang duduk santai di kursi balkon.Perlahan Nayla mendekati Bastian, tubuh kurusnya semakin terlihat lemah, selama empat bulan ini, ia berhasil menyembunyikan sakitnya.“Kak Bastian, bisa kita bicara?”Bastian sesaat menoleh ke arah Nayla, yang dengan pelan menghempasakan tubuhnya di kursi samping Bastian.“Bicara saja,”celetuk Bastian tanpa menatap Nayla“Aku ingin, menjual saham dua puluh persen Harafa Hospital padamu,”ucap Nayla, pelan.Bastian menghentikan tatapannya ke ponsel, dan beralih menatap Nayla“Kamu serius mengatakan itu?”“Aku sangat serius,”jawab Nayla.“Tanya syarat apapun?”Nayla menggeleng.”Tanpa syarat, milikilah saham itu, aku sudah tidak berminat lagi dengan Harafa Hospital, yang terpenting bagiku, kamu akan menjadi ayah yang baik untuk anaku.

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 105 Sakitnya Nayla

    Akhirnya Bastian, menikahi Nayla, sebagai rasa tanggung jawabannya pernikahan yang hanya dilakukan di kantor Urusan Agama, dan hanya disaksikan Fathan dan Rania, tidak ada senyum, bahagia, semua tampak tegang, apalagi Bastian, ia masih kesal, dengan pernikahan yang terkesan mendadak.“Kalian akan tinggal dimana?” tanya Fathan.“Aku tetap tinggal di aparteman, jika Nayla mau, dia bisa tinggal bersamaku,” jawab Bastian bernada ketus.“Aku sekarang istrimu, jadi aku akan tinggal bersamamu, perutku ini akan semakin besar, jika tidak tinggal bersama, nanti di kira aku tidak punya suami,“ ucap Nayla, mengamit lengan Bastian, tapi dengan kasar Bastian, melepaskan tangan Nayla, dari lengannya.“Nayla, jangan bertindak ceroboh, jika kamu mempunyai niat jahat percayalah itu akan sia-sia, karena kami tidak akan memberikan celah itu,”tegas Rania.“Tante Rania, aku sudah cukup dewasa, untuk menentukan nasibku,”sahut Nayla.Lalu Rania dan Fathan meninggalkan Bastian, dan Nayla. Selanjutnya Bastian

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 104 Kehamilan Rania dan Nayla

    Pernyataan Fathan didukung oleh para pemegang saham yang lainnya, Bastian menatap sinis Nayla, tapi sebaliknya, Nayla menatap penuh kehangatan.Rapat pun selesai, Nayla mengejar Bastian yang berjalan cepat menuju ruangannya.“Kak Bastian!” panggil Nayla, mempercepat langkahnya.“Aku tak ingin bicara denganmu, gara-gara tingkahmu, Dinda marah padaku,”ucap Bastian, sambil terus berjalan.“Kak Bastian tidak bisa mengabaikan aku begitu saja,”sarkas Nayla, bergerak cepat menghadang langkah Bastian.Terlihat Fathan mengeryitkan dahi, melihat tingkah Nayla, yang menurutnya aneh, lalu Fathan mendekati Bastian dan Nayla yang tampak bersitegang.“Ada masalah apa kalian?”tanya Fathan membuat Bastian salah tingkah.“Hemm... tidak ada masalah Kak Fathan,”sahut Bastian.“Iya Pak Fathan tidak ada masalah, aku hanya ingin mengajak Bastian, makan siang,”dalih Nayla.“Iya Kak, kami akan makan siang dulu,”pamit Bastian, lalu menarik Nayla, menjauh dari Fathan.Setelah jauh dari Fathan, pria yang berk

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 103 Pengakuan Bastian Pada Dinda

    “Apa maksud perkataanmu Nay, sepertinya kamu menyembunyikan sesuatu dariku?”tanya Dinda.“Lebih baik, Tante tanya sendiri, pada Kak Bastian, aku pamit dulu,”jawab Nayla, meraih tas kecilnya, dan beranjak pergi meninggalkan rasa penasaran di hati Dinda.Dinda menjadi tidak tenang, wanita berusia 26 tahun, itu berjalan meninggalkan kafe dengan rasa penasaran yang semakin membuncah, haruskah ia menanyakan pada Bastian, tentang perkataan Nayla, atau lebih baik diam, menunggu Bastian untuk menjelaskannya.Dengan langkah lebar, Dinda menuju ruang kerjanya, satu ruangan di tempati beberapa staf administrasi.“Dinda, aku tadi lihat , Pak Bastian, berbicara di kafe dekat rumah sakit, bersama seorang gadis belia, tampaknya mereka bicara serius, dan tegang, dan aku lihat, Pak Bastian, pergi meninggalkan gadis itu tanpa makan terlebih dahulu,”ujar teman Dinda satu ruangan.“Tadi aku juga bertemu, dengan Pak Bas, disana, katanya baru saja bertemu temannya, membicarakan masalah pekerjaan,”jawab Din

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 102 Nayla Mulai Mengancam

    Bastian, ada dibelakang setir, pikirannya kembali pada kejadian semalam, ia tak habis pikir, kenapa malam kemarin hawa panas tiba-tiba menyergap tubuhnya.“Apa aku salah minum ya, aku hanya minum, wine merah sedikit, tapi seperti minum obat perangsang,”gumam Bastian, menjalankan mobilnya menuju apartemen pribadinya.Sesampainya di apartemen, Bastian mencharge ponselnya, Bastian duduk disofa, desahan kesal, keluar dari bibirnya, pikirannya tertuju pada gadis belia yang direnggut kesuciannya, dan ia kini merasa berdosa sekali. Lalu pikiranya beralih pada Dinda, wanita yang dicintainya, sekaligus kekasihnya, semalam ia belum sempat menyapa Dinda, hingga akhirnya terjebak satu malam dengan Nayla.Sementara itu, Nayla masih dikamar hotel, wajahnya ditatapnya di cermin, dan tersenyum kecil, menginggat kejadian yang begitu indah bersama pria yang bernama Bastian, walau tidak ada rasa cinta, tapi semalam adalah pengalaman pertama, dan ia menyerahkan kesuciannya pada pria yang baru ditemui s

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 101 Bastian Masuk Perangkap

    Bastian menatap lekat gadis didepannya itu. ”Jadi Fahri, melepaskan saham dua puluh persen itu padamu, kamu masih sangat muda.”“Anda pasti terkejut, dan penasaran, bagaimana bisa saham itu jatuh ketangan saya, jika Pak Bastian, tidak keberatan, aku akan bercerita, sambil berdansa, apa Anda bersedia?” pinta Nayla.“Tentu saja,” jawab Bastian, lalu mengulurkan tangan dan disambut oleh Nayla, keduanya sudah menari di lantai dansa, Nayla, tampak bahagia, dengan mesra telapak tanganya bertumpu pada dada Bastian.Rania seketika, menghentikan gerakkan kakinya, matanya menajam ke arah Bastian dan Nayla.“Ada apa Ran?” tanya Fathan.“Lihatlah Mas, Bastian bersama Nayla,” balas RaniaTatapan Fathan beralih pada jari yang menujuk kearah Bastian.“Nayla, kapan dia bebas, kenapa bisa ada dipernikahan kita, bukannya tamu yang datang harus menunjukkan undangan?”“Beberapa hari yang lalu, aku menemui Kinan, dan memberikan dia undangan pernikahan kita, tapi aku tak menyangka, undangan itu dipakai N

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 100 Pesta Pernikahan Rania dan Fathan

    Satu bulan kemudian, Rania sudah sehat dan aktif lagi di Harafa Hospital.Persiapan pernikahan Fathan dan Rania sudah dilakukan, undangan pernikahan Fathan dan Rania sudah tersebar, sebuah ballroom hotel berbintang sudah dipesannya untuk acara resepsi pernikahan yang sangat mewah dan megah. Fathan juga sudah mendaftarkan pernikahan secara hukum.Binar bahagia selalu berbinar di wajah Rania.Ranai memegang sebuah undangan, ia berniat memberikannya pada Kinan, walau ia tahu, Kinan tidak bisa datang, tapi setidaknya memberitahukan dia, bahwa dirinya telah berbahagia bersama Fathan. Kini Rania melajukan mobilnya berjalan ke arah rumah tahanan. Beberapa menit kemudian sampailah ia ditempat yang dituju. Rania menunggu disebuah ruangan untuk pengunjung.Setelah menunggu beberapa saat, munculah wanita yang satu tahun ini tidak pernah ditemui, wajah cantik Kinan, memudar, kulitnya berubah kusam, dan pipinya terlihat tirus, sebaliknya dengan Rania, telihat segar dan cantik dengan balutan baju

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 99 Belum Berakhir

    Fathan semakin geram, melihat tingkah Faiz, sementara mobil semakin terbakar. Dengan cepat Fathan berlari ke arah pintu mobil sebelah, dan menendang kaca jendala, hingga pecah, kemudian dipukulnya Faiz , hingga lelaki itu terkapar entah mati entah pingsan, tapi pegangan tangannya terlepas dari kaki Rania, dengan cepat Fathan kembali ke posisi Rania, dan menarik tubuh Rania, untuk keluar. Akhirnya Fathan berhasil, membawa tubuh Rania keluar dari mobil, baru saja beberapa langkah, terjadi ledakan besar pada bangkai mobil Faiz.Dhuar!...dan bersamaan dengan itu, dua mobil ambunlance dan mobil polisi datang ke lokasi kecelakaan.Beberapa menit kemudian, Fathan dan Rania sudah terbaring di brankar rumah sakit Harafa Hospital, dokter sudah memeriksa keadaan Rania dan Fathan, keduanya masih tak sadarkan diri.Sesaat kemudian, Fathan tersadar dari pingsanya.dan tatapannya menangkap seorang perawat yang tengah membetulkan letak infusnya.“Suster, bagaimana keadaan Rania?”tanya Fathan.“Bu Ran

  • Mandiri Setelah Bercerai    BAB 98 Pembebasan Abela

    Di rumah Larasati, wanita itu sibuk mempersiapkan pesta kecil untuk pernikahan Faiz dan Rania, hanya tetangga terdekat yang diundang, wanita yang berusia 60 tahun, itu terlihat semringah, ia berharap rujuknya Faiz dengan Rania, akan membawa kebahagian bagi putranya, yang beberapa bulan ini tampak murung, dan tak bergairah untuk hidup. Berbanding terbalik dengan Safa, sejak kepergian Faiz dari rumah, ia justru terlihat gelisah, ia tahu saat ini hanya ada dua kemungkinan, Faiz menikahi Rania, dan membebaskan Abela, atau Faiz, tidak jadi menikahi Rania, dan papahnya itu ditangkap polisi.Bagi Safa, keduanya sangat menyakitkan, ia berdiam diri di kamar, hingga ketukan pintu terdengar.“Safa, keluarlah, bantulah Oma,”suruh Larasati“Iya Oma.”Safa membuka pintu dan mendapati Larasati di depan pintu.”kamu kenapa sih, malah murung, sebentar lagi Papah dan mamahmu datang, kita harus sambut mereka.”“Iya Oma,”Jawab Safa datar, lalu keluar kamar.***Sementara itu, Fathan sudah stay dijalan,

DMCA.com Protection Status