Share

Video Call Istri Sah

Penulis: Bintang Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Persendian Asty terasa lemas, bahkan foto itu sempat jatuh, syok, terkejut, dan juga kecewa telah menjadi satu. Bagaimana tidak kecewa, suami yang ia kira setia, rupanya telah mendua. Bisa-bisanya Evan menikah lagi dengan perempuan lain, dan perempuan itu adalah sahabat Asty, bahkan sahabat dekat.

"Jadi ini balasan kamu, Luna. Kebaikanku kau balas dengan kecurangan. Teganya kamu menikah dengan suami sahabat sendiri, di mana hati nurani kamu sebagai seorang wanita," desisnya. Asty mengambil foto itu lalu dengan cepat ia memotretnya. Satu bukti kebusukan Evan kembali ia dapat, setelah ini ia akan mencari kebusukan suaminya itu lagi.

"Apa mungkin testpack yang kemarin itu testpack Luna." Asty teringat akan testpack yang ia temukan di saku jas suaminya.

"Apa gara-gara aku belum bisa memberi mas Evan keturunan. Tapi kita baru saja menikah satu tahun, bahkan untuk orang lain ada yang sampai lima tahun baru diberi momongan," gumam Asty. Setelah itu ia kembali merapikan buku tersebut, tak lupa Asty juga menaruh kembali foto itu.

Asty menenangkan hatinya terlebih dahulu, ia akan bersikap seperti biasa seolah-olah tidak mengetahui perselingkuhan suaminya itu. Asty akan mencari tahu, sejauh mana permainan suaminya, dan tentunya Asty harus menyiapkan hatinya. Karena mungkin kenyataan buruk yang akan ia terima dan lihat untuk ke depannya.

Dua puluh lima menit kemudian, Asty sudah berada di mobil menuju ke kantor. Dalam perjalanan Asty tak henti-hentinya memikirkan tentang rahasia yang suaminya itu sembunyikan. Pernikahannya dengan sahabat sendiri, dan mungkin kejadian itu sudah lama. Asty menyunggingkan senyumnya, Evan memang pandai bersandiwara.

Tidak butuh waktu lama, kini Asty sudah tiba di kantor, tanpa memberitahu suaminya terlebih dahulu. Asty bergegas masuk ke dalam ruangan suaminya, setibanya di sana terlihat Evan sedang duduk sementara tangannya berkutat pada papan keyboard. Menyadari akan kedatangan istrinya, Evan menghentikan aktivitasnya.

"Assalamu'alaikum." Asty berjalan menghampiri suaminya, lalu meletakkan map tersebut di atas meja.

"W*'alaikumsalam, makasih ya, Sayang." Evan tersenyum, lantaran berkas yang ia butuhkan kini sudah ada di tangan, dan semua itu berkat istrinya.

"Sama-sama, Mas. Ya udah, aku mau langsung .... "

"Nggak duduk dulu." Evan memotong ucapan istrinya.

"Nggak deh, Mas. Soalnya aku mau ke rumah Luna, udah lama nggak ke sana." raut wajah Evan seketika berubah saat mendengar nama Luna.

"Oh, ya udah. Tapi jangan lama-lama ya." Evan berucap dengan gugup, wajahnya pun terlihat pucat pasi.

"Iya, aku nggak nginep kok, pasti pulang," sahut Asty dengan tersenyum. Setelah berpamitan, wanita dengan dress berwarna biru itu beranjak pergi dari ruang kerja suaminya.

"Semoga saja Asty tidak menemukan rumah Luna, ada benarnya juga Luna minta pindah rumah," batin Evan. Ia berharap semoga istrinya tidak menemukan rumah Luna yang sekarang.

Kini Asty sudah ada dalam perjalanan menuju rumah Luna, entah kenapa jantung Asty terasa bergejolak. Tidak pernah terbayangkan jika sahabatnya kini telah menjadi madunya, madu yang tak pernah ia ketahuai. Asty menarik napas, dan membuangnya secara perlahan. Dalam hati ia terus berdoa agar diberi ketabahan dan kesabaran.

Tidak butuh waktu lama, kini mobil Asty sudah berhenti di pelataran rumah Luna. Setelah itu ia beranjak keluar, lalu melangkahkan kakinya menuju teras. Rumah nampak sepi, bahkan seperti tidak ada penghuninya. Asty mencoba mengetuk pintu, tapi tidak ada sahutan.

"Kok sepi banget sih," gumamnya. Setelah itu Asty memutuskan mencari orang, untuk menanyakan di mana penghuni rumah tersebut.

"Maaf, Bu. Pemilik rumah yang ini di mana ya?" tanya Asty, pada seorang ibu yang berada di jalan.

"Rumah itu sudah kosong, Mbak. Yang saya dengar pemiliknya pindah ikut suaminya," jelas ibu itu.

"Oh, ya sudah. Terima kasih ya, Bu. Maaf mengganggu," ucap Asty. Ia tidak tahu harus kemana mencari keberadaan Luna.

"Iya, Mbak permisi." Ibu tersebut beranjak pergi. Begitu juga dengan Asty, ia juga memutuskan untuk pergi.

***

Malam telah beranjak, pukul sembilan malam Evan tiba di rumah Luna, malam ini ia sengaja pulang ke rumah istri mudanya terlebih dahulu setelah itu baru pulang ke rumahnya. Luna tersenyum bahagia saat melihat pria pujaannya sudah ada di depan mata, memang sudah dari tiga hari Luna merengek agar Evan mampir ke rumah.

"Sayang kamu pasti capek banget iya, kan. Mau mandi, atau makan dulu." Luna melingkarkan kedua tangannya di leher suaminya.

"Makan dulu aja deh, kebetulan udah lapar banget." Evan mencium kening Luna.

"Ya sudah aku siapin dulu ya." Luna melepaskan tangannya dan hendak pergi menuju meja makan, tetapi dengan cepat Evan mencegahnya.

"Mau kemana, hem?" tanya Evan. Tangan kanannya memeluk pinggang Luna.

"Mau nyiapin makan untuk kamu lah, katanya tadi lapar," jawab Luna.

"Aku maunya makan kamu." Evan mengangkat tubuh Luna, dan membawanya ke kamar. Luna hanya bisa pasrah, karena ia tahu apa yang Evan inginkan.

Setibanya di kamar, Evan merebahkan tubuh Luna di atas ranjang dengan sangat hati-hati. Setelah itu, Evan melepas dasi yang melilit lehernya, Luna tersenyum, karena itu yang sudah sangat ia tunggu-tunggu sedari kemarin.

"Hati-hati ya, Mas. Ingat di sini ada buah cinta kita." Luna memberi peringatan kepada suaminya, seraya mengusap perutnya yang mulai membuncit.

"Iya, Sayang. Pasti hati-hati kok." Evan mengangguk, setelah itu mereka melakukan rutinitas seperti biasa saat keduanya bertemu.

Satu jam telah berlalu, keduanya terkapar seraya mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan, keringat membasahi tubuh mereka. Evan menoleh ke samping kiri dan tersenyum, begitu juga dengan Luna. Perempuan berambut pirang itu merasa sangat bahagia, Evan memang selalu bisa membuatnya tersenyum.

"Terima kasih ya, Sayang." Evan mencium kening Luna, dan menarik dalam dekapannya. Keduanya masih bersembunyi di bawah selimut yang tebal.

Tiba-tiba saja ponsel Evan berdering, takut ada yang penting ia langsung meraih benda pipih miliknya itu. Detik itu juga mata Evan membuatnya sempurna saat melihat layar ponselnya. Satu panggilan vidio call masuk dari Asty---istrinya.

Bab terkait

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   Hampir Ketahuan

    "Asty." Evan memandang Luna sesaat, setelah itu ia bangkit seraya memakai pakaiannya. "Ada apa, Mas?" tanya Luna dengan raut wajah bingung. "Asty video call." Evan menjawab seraya mengancingi kemejanya. "Terus kenapa, Mas buru-buru begitu. Udah biarin aja lah, nanti juga capek sendiri." Luna menarik tangan Evan agar pria itu kembali berbaring di sampingnya. "Asty bisa curiga, aku angkat dulu ya," ujar Evan. Berharap wanitanya itu mau mengerti akan posisinya saat ini. "Kenapa nggak kamu ceraikan aja sih, Mas. Jadi kita kan bebas," saran Luna. "Nggak bisa, soalnya uang yang buat hidupin kamu itu milik Asty. Tolong kamu ngertiin aku ya," terangnya. Sementara Luna hanya mengangguk setelah sejenak berpikir. "Kamu tunggu aku di sini ya, aku angkat telepon dulu." Evan keluar dari kamar dan memilih untuk duduk di ruang tamu. Setelah itu ia menggeser tombol berwarna hijau, untuk menerima panggilan dari Asty. [Assalamu'alaikum, Mas sekarang ada di mana? Kenapa lama banget sih angkatnya]

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   Evan Mati Kutu

    Evan melotot ke arah Rena, iya suara itu adalah suara Rena, sekretaris pribadinya. Sementara itu, Asty semakin tajam menatap suaminya, tanpa ia mencari dan meminta, kebusukan suaminya perlahan terbongkar. Asty yakin, jika Evan memiliki hubungan khusus dengan Rena, sekretaris pribadinya. "Kamu sekretaris suami saya kan?" tanya Asty. Ia berjalan menghampiri Rena. Tangannya terlihat gemetar saat Asty berjalan mengelilinginya. "Kamu tidak perlu gemetar seperti itu, saya nggak bakal gigit kok," ujar Asty, seketika Rena mendongak. "Sayang, kita .... ""Aku ada urusan sama dia, Mas. Udah, Mas duduk aja sama Erik." Asty memotong ucapan suaminya. Evan hanya menghela napas, dan akhirnya ia pasrah. "Nama kamu Rena." Asty kembali melempar pertanyaan untuk Rena. "Iy-iya, Bu." Rena mengangguk. Asty kembali berputar memperhatikan penampilan sekretaris suaminya itu. "Dia bukan sekretaris biasa, dan profesinya juga bukan hanya sebagai sekretaris, tetapi juga ada yang lain," batin Asty."Sudah be

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   Kedatangan Madu

    Detik itu juga suasana mendadak hening, Asty menatap dua manusia yang ada di hadapannya secara bergantian. Ternyata tidak sia-sia mengikuti mobil suaminya yang keluar dari kantor. Asty sudah menduga jika suaminya pasti akan pergi ke rumah istri mudanya, dan ternyata dugaannya benar. "Asty kamu .... ""Kenapa? Kaget lihat aku sudah ada di sini." Asty memotong ucapan suaminya. Sejujurnya Evan tidak layak disebut sebagai suami lagi. Evan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, raut wajahnya terlihat panik dan juga gugup. Begitu juga dengan Luna. Mereka pasti tidak pernah menyangka jika Asty akan datang, dan Asty bukan wanita bod*h yang bisa dibohongi oleh suaminya. "Asty aku .... ""Stop, aku sudah tahu semua kebusukan kalian. Aku tidak nyangka, ternyata kalian itu sama saja ya. Dan kamu, Luna aku bahkan sudah menganggap kamu sebagai saudara, tapi ini balasannya. Hah, sahabat macam apa, yang tega menikam sahabatnya sendiri dari belakang." Asty memotong ucapan Luna. "Aku melakukan ini

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   Bukan Obat Kuat

    Asty terdiam cukup lama, ia memandangi dua wanita yang kini berdiri di hadapannya itu. Baru semalam ia mendatangi Luna, dan sekarang dia datang dengan membawa ibu mertuanya. Asty yakin, perempuan itu pasti sudah mengadu kepada ibu mertuanya. "Mungkin tidak ada salahnya jika aku menerima mereka, dengan begitu aku akan lebih mudah untuk membalas perbuatan mereka. Aku akan buat mereka menyesal seumur hidup, terutama kamu, Mas. Kamu yang memulainya, dan kamu yang paling pertama akan merasakan bagaimana tersakiti," batin Asty, ia tersenyum saat membayangkan bagaimana reaksi mereka nanti. "Oh, jadi kalian akan tinggal di sini. Boleh sih, tapi nggak gratis ya, apa lagi di sini tidak ada pembantu. Awalnya aku memang ingin mencari pembantu, tapi karena kalian sudah datang. Nggak ada salahnya kalau .... " Asty sengaja menggantung ucapannya. Ia dapat melihat raut wajah kedua wanita itu yang sudah memerah, karena merasa geram. "Heh, kamu mau menjadikan pembantu iya!" bentak Lidya. Perempuan se

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   Obat Pelemah Syaraf

    Keesokan harinya, pukul setengah tujuh Evan mulai bisa menggerakkan anggota tubuhnya, semalam Rena tidak bisa tidur lantaran bingung harus berbuat apa. Tidak mungkin Rena mengubungi istri Evan, karena hal itu akan menimbulkan rasa curiga. Alhasil Rena memilih diam, dan mencoba mencari akal agar Evan bisa pulih kembali seperti sedia kala. "Semalam istri kamu nelpon-nelpon terus, sengaja nggak aku angkat. Soalnya aku bingung harus jawab apa, tidak mungkin kan aku bilang kalau kita ada di hotel." Rena menceritakan jika semalam Asty menghubungi nomor Evan. "Sekarang handphone aku mana." Evan meminta ponselnya. "Ini." Rena menyodorkan benda pipih itu, setelahnya ia beranjak masuk ke dalam kamar mandi. Evan membuka ponselnya, ada puluhan panggilan tak terjawab, serta beberapa pesan. Satu persatu Evan membukanya, pesan lebih banyak Luna yang mengirim. Hanya ada tiga pesan yang Asty kirim. Dengan segera Evan membalas pesan-pesan tersebut. Setelah itu ia kembali meletakkan ponselnya, tenag

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   Kedatangan Rena

    Malu, itu yang kini mereka rasakan, bukan hanya Evan dan Rena yang merasa malu, tetapi juga Asty. Beruntung Asty masih memiliki hati, jika tidak mungkin ia akan mengarak pasangan pezina itu. Namun, jika Asty melakukan itu, perusahaan akan ikut terkena imbasnya. Demi menjaga nama baik perusahaan, ia menutupi masalah itu dari orang lain. Asty sengaja memanggil dokter pribadinya untuk memisahkan mereka berdua. Butuh waktu lama, akibatnya Evan yang harus menanggung semua itu. Ada syaraf yang rusak, yang membuat junior milik Evan tidak bisa berfungsi seperti biasanya. Menyesal sudah tidak ada gunanya lagi, dan mungkin ini karma untuknya. Setelah kejadian itu, Asty terpaksa memecat Rena, perbuatannya sudah tidak bisa dimaafkan lagi. Evan juga akan berhenti dari jabatannya, Asty akan mengambil alih perusahaan itu. Dan tentunya perceraian mereka tetap akan berlangsung. Tak peduli Evan yang terus memohon untuk tetap hidup bersama. "Asty." Evan memegang tangan Asty saat wanita itu hendak ban

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   Awal Kehancuran Sevan

    "Aku Rena, calon istri mas Evan. Sekarang aku sedang mengandung anaknya." Rena memberikan hasil pemeriksaannya dari rumah sakit. Luna merebutnya dan langsung membacanya, detik itu juga ia terkejut setelah membaca hasilnya. Luna tidak menyangka jika Evan bisa berbuat hal buruk itu, rasanya sakit jika dihianati. Luna menatap tajam wanita yang sedang berdiri di hadapannya itu, yang tak lain adalah Rena. "Ok, kalian selesaikan saja ya urusan kalian ini." Asty memilih untuk masuk ke dalam. Ia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi pada mereka. Asty berdiri tak jauh dari mereka, ia ingin melihat apa yang akan terjadi. Sementara itu, Evan terlihat masih bingung, bagaimana tidak bingung, Rena datang dengan cara tiba-tiba, lalu meminta pertanggung jawaban. Sedangkan Luna belum tahu tentang hubungan mereka. Asty ingin tersenyum saat melihat ekpresi Evan yang kebingungan. Tiba-tiba Asty mendadak mual, mengingat suaminya itu yang sudah seperti piala bergilir. Bukan hanya satu wanita yang b

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   ATM diblokir

    Panggilan telepon terputus, Evan menjatuhkan bobotnya di sofa. Lidya dan Luna yang melihat itu seketika ikut duduk di sebelah Evan. Evan memijit pelipisnya, ia tidak pernah menyangka kalau akan terjadi seperti ini. "Van ada apa?" tanya Lidya. "Butik kebakaran, Ma." Evan menjawab seraya mengusap wajahnya. Seketika dua wanita yang ada di sebelahnya terkejut. "Apa?! Kok bisa sih, Mas. Sudah ketemu apa belum pelakunya?" tanya Luna. Sementara Evan hanya menggeleng. "Ini pasti ulah Asty," tuduh Lidya. Sontak Evan dan Luna menoleh. "Nggak mungkin, Ma. Asty tidak akan berbuat jahat seperti itu." Evan mengelak, ia tidak yakin jika Asty berbuat jahat seperti itu. "Apanya yang nggak mungkin, jelas-jelas dia bersedia pergi dari rumah ini dan mau menyerahkan butik yang dikelolanya. Kalau tidak ada rencana tidak mungkin Asty mau pergi," kekehnya. Lidya tetap menuduh Asty sebagai pelakunya. "Luna, ayo ikut mama." Lidya bangkit dari duduknya, dan tentunya diikuti oleh menantunya itu. Evan men

Bab terbaru

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   Hadirnya Malaikat Baru ( Ending)

    Setengah jam kembali, kini mereka sudah dalam perjalanan mencari tahu gejrot permintaan Asty. Vanno terus melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, sedangkan matanya mencari tukang tahu gejrot yang biasanya berasa di pinggir jalan. "Mas berhenti di depan," titah Asty. "Baik, Tuan Putri," sahut Vanno. Setelah itu ia menepikan mobilnya. "Mas tunggu di sini aja, biar aku yang beli," ujar Asty, seraya melepas sabuk pengaman. "Ya udah, jangan lama-lama. Jalannya hati-hati," nasehatnya. Sementara Asty hanya mengangguk. Asty berjalan menuju penjual tahu gejrot, sesampainya di sana, wanita hamil itu segera memesan satu porsi tahu gejrot dengan level pedas yang cukup bikin geleng-geleng. Sembari menunggu pesanan, Asty memilih untuk duduk. "Ini, Neng pesanannya," ucapnya seraya menyodorkan kresek berukuran sedang. "Ok, ini bayarannya." Asty menyodorkan uang seratus ribu rupiah. "Wah, nggak ada kembaliannya," ujarnya. "Udah ambil aja," sahut Asty. Ia pun beranjak pergi meninggalkan te

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   Ngidam Lagi

    "Asty kamu kenapa?! Bangun, Sayang." Windi menepuk pelan pipi menantunya itu. Seketika Asty membuka matanya, napasnya sedikit terengah-engah seperti orang yang baru saja lari maraton. Windi segera menyodorkan segelas air putih, perlahan Asty meneguknya. Setelahnya wanita hamil itu berusaha menenangkan hatinya. "Kamu mimpi apa sampai teriak-teriak seperti tadi?" tanya Windi dengan lembut. "Aku mimpi kalau, mas Vanno .... ""Sayang aku pulang!" teriak Vanno seraya berjalan masuk ke dalam.Mendengar suara orang yang sangat Asty rindukan, seketika wanita hamil itu bangkit dari duduknya dan beranjak menghampiri suaminya. Bahkan Asty langsung memeluk tubuh Vanno dengan begitu erat. Karena sedikit terkejut, hampir saja tubuh Vanno terhuyung ke belakang. "Sayang aku nggak bisa napas, kamu meluknya kenceng banget," ujar Vanno dengan napas yang sedikit tercekat. "Aku takut." Asty hanya mampu berkata demikian. "Takut apa, hem?" tanya Vanno dengan nada lembut. "Aku takut kamu selingkuh, ba

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   Hanya Mimpi

    "Oh jadi kamu sepupunya Asty?" tanya Windi. "Iya, Tante." Pria itu mengangguk yang tak lain adalah Dany, sepupu Asty. "Kamu ke Jakarta mau ngapain?" tanya Asty. Pasalnya yang ia tahu sepupunya itu akan menikah. "Mau nyari kerjaan, niatnya mau minta bantuan sama kamu, kali aja ada lowongan," jelasnya. Dany berharap semoga di kantor Asty masih ada lowongan. "Bukannya kamu akan menikah?" tanya Asty. "Dany, kami tinggal masuk ke dalam dulu ya. Asty mama sama papa ke dalam dulu ya." Windi bangkit dari duduknya. "Iya, Ma." Asty mengangguk, begitu juga dengan Dany. Saat ini mereka tengah duduk di teras rumah. "Aku sudah menikah, itu sebabnya aku nyari kerja yang tetap. Bukan kerja serabutan nggak jelas," terangnya. Memang sebelum menikah Dany bekerja serabutan yang penting halal. Asty terdiam sejenak. "Sekarang istri kamu di mana.""Ada di rumah, aku ajak ke sini nggak mau," sahut Dany. "Nanti nunggu mas Vanno pulang dari Singapura ya. Dia yang akan ngurus," ujar Asty. "Ok tidak ma

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   Tamu Tak diundang

    Bukan telah berganti, hari ini Vanno harus pergi ke kantor lebih awal lantaran akan ada meeting dan juga bertemu dengan klien. Usai mandi, Vanno bergegas memakai pakaian yang sudah Asty siapkan. Usai memakai pakaian, pria berkemeja navy itu berjalan menghampiri istrinya, seperti biasa meminta sang istri untuk memakaikan dasi. "Sayang, kapan periksa ke dokternya?" tanya Vanno. "Rabu besok, Mas." Tangan Asty masih berkutat memasang dasi pada leher suaminya. "Oya, mama sama papa katanya besok mau ke sini. Soalnya besok sore aku harus ke Singapura, cabang yang ada di sana sedikit ada masalah," jelasnya. Seketika Asty memperlambat kerja tangannya. "Jadi besok, Mas pergi?" tanya Asty. "Iya, nggak lama kok. Setelah masalah di sana selesai, aku langsung pulang. Makanya aku minta mama sama papa ke sini, biar bisa nemenin kamu," terangnya. Vanno tahu jika istrinya sedih setelah mendengar jika dirinya akan pergi. "Kamu minta oleh-oleh apa, nanti aku beliin," ujar Vanno. Kedua tangannya ber

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   Ngidam

    "Da-dari mana kamu tahu soal .... ""Aku sudah tahu semuanya, sekarang aku akan melaporkan masalah ini ke polisi. Agar kamu merasakan balasan yang setimpal." Vanno memotong ucapan Dewi. "Apa?! Van aku mohon, jangan laporkan masalah ini ke polisi. Aku minta maaf, aku melakukan ini karena aku sangat mencintai kamu. Aku ingin kita kembali seperti dulu, aku .... ""Itu tidak akan pernah terjadi, apa kamu lupa dengan kesalahan yang pernah kamu lakukan dulu. Dan sekarang kamu juga tahu, aku sudah menikah, istriku jauh lebih baik dari pada kamu." Vanno memotong ucapan Dewi. Mendengar hal itu raut wajah Dewi berubah semakin kesal. Dewi menggelengkan kepalanya, wanita itu kembali memohon agar Vanno mau memberinya kesempatan. Namun, sampai kapanpun Vanno tidak akan pernah melakukan itu, terlebih setelah kejadian ini. Justru ia semakin membenci Dewi, gara-gara ulahnya, Vanno harus kehilangan sesuatu yang sudah sangat diharapkannya. "Van, aku mohon." Dewi terus memohon. "Tidak akan pernah." V

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   Kejahatan Dewi

    "Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Vanno dengan raut wajah khawatir. "Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan janin yang ada di rahim istri, Bapak. Dan untuk saat ini kondisi istri, Bapak masih lemah," jawab Dokter Rina. "Jadi istri saya keguguran, Dok?" tanya Vanno. Ia benar-benar tidak tahu jika Asty sedang hamil. "Iya, Pak. Kalau begitu saya permisi." Dokter Rina beranjak meninggalkan Vanno yang masih berdiri mematung dengan seribu pikiran. Setelah itu, Vanno berjalan masuk ke dalam, terlihat Asty tengah berbaring di atas brangkar dengan posisi miring ke arah dinding. Dengan hati-hati Vanno berjalan menghampiri istrinya dan duduk di sebelahnya. Merasakan tempat tidurnya bergerak, reflek Asty membalikkan badannya. "Mas." Asty bangkit lalu menghambur ke pelukan suaminya. Vanno memeluknya dengan erat, sudah dapat dipastikan jika istrinya itu telah tahu jika ditinya mengalami keguguran. "Sabar ya, Sayang." Vanno mengusap punggung istrinya dengan lembut. "Maafin aku, gara-gar

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   Ulah Dewi

    "Alhamdulillah, ini mukjizat. Saraf yang sudah mati kini kembali berfungsi, tapi untuk kaki masih belum sepenuhnya," ujar Dokter Rio yang memeriksa Evan. "Alhamdulillah. Terima kasih, Dok." Luna mengucap syukur, bahagia itu yang ia rasakan saat ini. Setelah itu, Luna membawa Evan pulang, rasanya ia tidak sabar ingin cepat sampai di rumah. Agar bisa memberitahu Lidya dengan kondisi Evan. Luna berharap semoga Evan tidak berubah pikiran. Ia ingin hidup bahagia dengan keluarga kecilnya itu. "Luna, terima kasih ya." Evan menggenggam tangan istrinya. Luna tersenyum. "Sama-sama, Mas. Alhamdulillah sekarang kamu sudah sembuh, aku harap kamu .... ""Aku janji, aku akan menyayangi kamu dan Zara sepenuhnya." Evan memotong ucapan Istrinya. Lalu merengkuh tubuh Luna dengan erat, ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Tidak butuh waktu lama taksi yang membawa mereka tiba di rumah, Luna langsung membantu Evan untuk duduk di kursi roda. Meski belum bisa berjalan seperti semula, tapi set

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   Kejutan Tak Terduga

    "Ada apa, Mas?" tanya Asty khawatir. Vanno menatap istrinya dengan menautkan kedua alisnya. "Bukannya tadi kamu tidur, kok tiba-tiba bangun."Asty gelapan mendengar ucapan suaminya. "Ah, anu. Itu, Mas tadi katanya .... "Vanno tertawa saat melihat ekpresi wajah istrinya itu. Ternyata ia berhasil mengerjai istrinya itu, sekarang Vanno tahu kalau Asty hanya pura-pura tidur. Sementara Asty langsung masuk ke dalam selimut untuk menghindari Vanno yang biasanya suka menyerang mendadak. "Sekarang kamu ketahuan pura-pura tidur, kamu harus mendapatkan hukuman dariku." Vanno ikut masuk ke dalam selimut, lalu memeluknya dari belakang. "Mas mau ngapain, udah malam tidur aja," ujar Asty yang sudah merasakan kode dari suaminya itu. "Kita olahraga dulu nanti baru tidur," sahut Vanno, ia semakin memperebutkan pelukannya. "Tapi .... ""Tidak ada tapi-tapian." Vanno memotong ucapan Asty. Seketika Asty tidak bisa melawan, keduanya pun melakukan hubungan halal itu. Pukul tiga dini hari mereka baru

  • Mandi Keramas Setiap Pagi   Rena Kabur

    "Udah." Asty merapikan kemeja suaminya yang sedikit berantakan. "Yang ini belum." Vanno menyodorkan jam tangan kepada istrinya. Dengan sigap Asty memasang jam tersebut di pergelangan tangan suaminya. "Udah selesai," ujar Asty. "Ya udah, oya gimana keadaan Vina?" tanya Vanno seraya memakai jasnya. "Alhamdulilah udah mendingan, kandungannya juga baik," jawab Asty. "Oh ya sudah, aku ke kantor dulu ya," pamitnya. "Iya, Mas hati-hati." Asty mencium punggung tangan suaminya. "Iya, assalamu'alaikum." Vanno mencium kening istrinya dengan lembut. "Wa'alaikumsalam." "Erik, duluan ya." Vanno berjalan keluar dari ruangan tersebut. "Iya, Kak." Erik mengangguk. "Kak, aku mau ke kantin dulu ya. Kakak mau makan apa, biar aku belikan sekalian," ujar Erik. "Apa aja deh, yang penting bisa buat perut kenyang," sahut Asty. "Oh, ok." Erik bergegas keluar dari ruang rawat istrinya. Sementara Asty masih duduk menemani adiknya itu. "Kak." Vina membuka matanya. "Iya, ada apa?" tanya Asty. "Hau

DMCA.com Protection Status