Selesai meeting, Adrian bergegas pulang karena waktu juga sudah menunjukkan pukul 3 sore. Tidak ada kerjaan lagi, kalau pun ada pasti akan ditangani oleh Tristan selaku asisten pribadinya. Lagipula ia CEO-nya, terserah dia dong mau pulang jam berapa pun.
"Naomi, aku datang." Adrian berseru girang seperti sudah tidak bertemu sebulan saja.
Di dalam mobil di perjalanan pulang, Adrian tiba-tiba terpikir untuk membelikan sesuatu sebagai hadiah pada Naomi. Selama pernikahan ini kan dia tidak pernah memberikan istrinya itu hadiah. Sekalian sebagai permintaan maaf, karena ia belum berhasil menanyakan pada Tristan soal sudah punya pacar atau belum.
Lalu, dengan sekali hentakan, ia membelokkan arah jalannya mobil menuju satu pusat pertokoan yang menjual berbagai jenis pakaian dalam bermerk.
"Mbak, pilihkan lingerie terbaik yang ada di toko ini, yang lembut, warnanya menarik dan yang terpenting merk ternama. Untuk istri saya." Titah Adrian selayak
"Bodoh... Bodoh kamu Adrian. Apa yang kamu pikirkan? Apa yang kamu lakukan pada Naomi?"Adrian mondar mandir di dalam kamar, tangannya berulangkali meremas kasar rambutnya. Sekarang apa yang harus dia lakukan? Naomi bahkan belum tersadar dari pingsannya. Haruskah ia panggilkan Bi Inah? Ta—tapi, apa yang akan dia jawab jika wanita tua itu bertanya alasan Naomi bisa tiba-tiba pingsan?"Naomi, sadar sayang. Aku minta maaf, aku bermain kasar sama kamu." Kini, giliran Adrian yang berucap lirih pada Naomi yang terbaring kaku di ranjang mereka.Adrian juga tidak tahu kenapa dia tiba-tiba emosional sekali saat mengingat ejekan Regina pada Naomi. Ia seolah ingin membuktikan kalau yang dibilang Regina itu tidak benar. Tapi, Adrian salah, ia malah menyakiti Naomi.Sementara itu, Naomi yang merasakan seluruh tubuhnya remuk sayup-sayup mendengar suara samar Adrian yang meminta maaf padanya
"Aku dengar Naomi tidak enak badan, sekarang udah enakan ya?" Leo membuka suara sementara penghuni meja makan lainnya sedang menikmati sarapan.Adrian pun menghentikan makannya karena mendadak tidak berselera. Apa urusannya Naomi sakit sama Leo? Kenapa dia ingin tahu? Kepo.Di sampingnya, Naomi dapat rasakan yang Adrian sedang terpancing emosi. Dia juga sebal karena Leo bersikap sok akrab padanya, di depan Adrian pula, seperti sengaja mau manas-manasin. Cepat Naomi mengelus paha Adrian dengan maksud menenangkan. Ia tidak ingin Adrian marah apalagi sampai terjadi baku pukul.Di seberangnya, ada Elang yang memandang tak senang seolah protes pada Leo atas apa yang om-nya itu bicarakan."Aku cuma khawatir kondisi dia, apa salahnya bertanya? Tidak salah, bukan?" Leo menampilkan wajah kecewa karena kebaikannya dinilai jelek oleh Adrian."Naomi baik-baik saja. Ka
"Tris, jangan keluar dulu. Ada yang ingin aku tanyakan padamu."Rapat baru selesai, beberapa karyawan sudah berangsur pergi begitupun dengan Tristan yang bersiap membawa langkahnya keluar dari ruangan itu. Akan tetapi belum sampai tangannya membuka kenop pintu, suara Adrian menahan langkahnya.Alis Tristan mengerut samar."Ada apa ya, Bos?""Duduk dulu." Tristan pun menarik kembali kursi yang tadi dia tempati, sembari menatap penuh tanda tanya ke arah Adrian. Tidak biasanya Adrian tampak ragu saat ingin bertanya padanya."Urusan apa ya, Bos?""Ini sebenarnya perintah istriku. Dia menyuruhku mencari tau soal kehidupan pribadimu."Tristan tersenyum tipis. Begitu rupanya. Mungkin ada kaitannya dengan pertanyaan Naomi beberapa w
"Mas, kamu yang nyiapin semua ini?" Naomi bertanya dengan tangan menutup mulutnya. Ia terkejut sekaligus senang bukan main.Bagaimana tidak? Kamar yang dipesan Adrian adalah suite room dengan budget paling mahal yang tersedia di hotel, ranjang king size berseprai putih itu dihias layaknya ranjang pengantin baru, ada boneka kain berbentuk angsa yang diposisikan saling mematuk, taburan bunga mawar merah yang harumnya semerbak menusuk hidung, ada juga lilin aroma terapi di lantai kamar yang dibentuk menyerupai love.Lampu kamar yang sengaja dimatikan saat pertama masuk membuat pemandangan terasa syahdu dan romantis. Perlahan Naomi melangkahkan kakinya memasuki kamar, memutar kepalanya berkeliling menikmati pemandangan.Menuju gorden besar di dekat ranjang, Naomi menyibak gorden berwarna emas tersebut, dan pandangan di bawah sana sungguh membuatnya terpukau. Ada kol
Kegiatan panas mereka terus berlanjut.Kali ini Naomi didudukkan di atas westafel. Mereka berciuman dengan rakus sementara di bawah sana milik Adrian yang masih tajam dan berotot menusuk-nusuk milik Naomi yang kencang menawan. Suara desahan erotis benar-benar memenuhi ruangan, seperti yang dikatakan Adrian tadi.Belum puas hanya memasuki lewat jalur depan, Adrian menurunkan tubuh Naomi, membalikkan tubuh itu menghadap ke kaca westafel dan ia menusuknya dari belakang. Tubuh keduanya bergoyang maju mundur sesuai sentakan yang diberikan Adrian.Naomi merasakan sakit, rasanya seperti ada daging yang terkoyak, beruntung Adrian melakukannya dengan ritme yang indah, hingga Naomi bisa merasakan nikmat itu. Lagipula, demi memuaskan suami, Naomi rasa masuk lewat mana saja tidak masalah, selagi nikmat.Waktu terus berlalu, percintaa
Naomi kaget bukan main karena Adrian mengiyakan soal mereka akan menginap semalam lagi di hotel. Astaga. Semalam saja badannya terasa remuk redam, bagaimana kalau dua malam? Apa mungkin tulangnya akan patah?Tapi, entah kenapa pula, Naomi tak pernah bisa menolak sentuhan yang Adrian berikan untuknya. Ia merasa gila setiap kali Adrian memasukinya."Mas, aku mau tanya sesuatu boleh?" tanya Naomi disela-sela kegiatan panas mereka.Kening Adrian yang berada di atasnya mengerut. "Soal apa, sayang?"Menggigit bibir, Naomi sebenarnya ragu hendak bertanya, tapi pertanyaan itu sudah terlanjur sampai ke tenggorokannya. Jadi, sekalian bertanya saja. Semoga Mas Adrian nggak marah deh."Kamu kok belum pernah ngenalin aku sama keluarga kamu, Mas?"Adrian tak menyangk
Keduanya kembali ke rumah. Naomi pun bisa menghirup udara segar. Bagaimanapun besar rumah ini, ada banyak spot bercinta yang menarik, tidak mungkin Adrian akan menyerangnya 11 ronde sehari, sementara ada Bi Inah dan Elang di sini."Bi Inah, aku kangen." Naomi berlari menghampiri wanita tua itu dan memeluk erat. Seolah mereka sudah lama tidak bertemu."Nyonya, kenapa terlihat kurus sekali? Apa Nyonya tidak berselera makan? Makanan di hotel, kan, lezat?" tanya Bi Inah dengan suara pelan seperti berbisik, tidak ingin kedengaran oleh Tuan Adrian."Iya, kan, Bik? Padahal 2 hari saja aku menginap di hotel, tapi rasanya seperti 2 bulan. Walaupun di sana makanannya enak, aku lebih suka masakan buatan Bibik."Melepas pelukannya, Naomi menyoroti tubuh kurusnya yang dibaluti dress berwarna cerah. Gara-gara Adrian, ia jadi tambah kurus. Bi Inah
Seminggu kemudian. Kehidupan kembali seperti biasanya, Adrian berangkat ke kantor, Elang mulai bersekolah, menyisakan Naomi yang berjibaku di rumah membantu Bi Inah membersihkan rumah yang gedongan, menyiram tanaman dan terpenting belajar memasak.Ia harus bisa memasak masakan enak, biar saat nanti bertandang ke rumah mertua, ia akan dicap sebagai menantu yang pintar masak. Yuhuuu. Hanya dengan memikirkannya membuat Naomi kegirangan nggak ketulungan.Saat sedang asyik memasak, terdengar bunyi bel berdenting. Naomi menghentikan gerakan tangannya yang mengaduk kuah sop di panci.Siapa yang datang? Apa mungkin Mas Adrian? Tapi, ini kan belum jam makan siang?"Bik, coba tolong lihat siapa yang datang!" Perintah Naomi pada Bi Inah melalui jendela, karena posisi wanita tua itu sedang berada di halaman belakang rumah mereka, yabg bers