Malam Tanpa Noda
Bab 186Prily sudah diperbolehkan pulang. Drian telah membayar semua biaya administrasi rumah sakit.Tak ada satu kata pun terucap di bibir gadis itu. Prily duduk di kursi roda, Drian mendorong perlahan ke arah lobby rumah sakit.
Drian hendak mengangkat tubuh Prily.
"Kamu mau ngapain?" Manatap tak suka Drian."Mau buang kamu ke sampah atau ke pembakaran," cetus Drian kesal.
Prily membulatkan mata. "Aku bisa jalan sendiri." Mendorong tubuh Drian menjauh.
"Bagus. Aku gak perlu buang-buang tenaga." Memundurkan langkah.
Prily masuk ke mobil yang telah dibukakan pintu oleh supir.
"Kita ke rumah bunda," ungkap Prily kepada sang supir.
"Untuk apa?" tanya Drian duduk di sampingnya.
"Aku mau bertemu Fian."
"Sudah aku bilang dia gak ada. Susah sekali bicara dengan kepala batok," maki Drian.
Prily menoleh de
Malam Tanpa NodaBab 187Prily membuka aplikasi biru dan mencari nama aku Fian. Mata gadis itu membulat.Jantung berdegup kencang seakan tertindih ribuan ton batu bata.Foto mereka begitu bahagia. Prily tahu lokasi foto itu. Ia dan Fian pernah berkunjung ke sana. Melupakan dirinya yang kesepian dan bersenang-senang. "Fian ...."Tanpa berpikir panjang. Prily meraih koper dan memasukkan barang-barang penting. Gadis berwajah boneka akan menyusulnya keesok pagi.Prily telah selesai merapikan semuanya. Menutup koper dan bergegas tidur.*Pukul enam pagi, Prily sudah siap untuk ke Bali. Menarik koper ke luar kamar.Drian sudah bangun sejak subuh mengernyit heran. Lelaki itu sedang membuat sarapan untuk dirinya dan Prily."Hei, kamu mau ke mana?" tanya Drian mendekati Prily."Bukan urusanmu!""Tapi, kamu baru sembuh. Gak mungkin pergi
Malam Tanpa NodaBab 188Prily nekad menyusul Fian ke pulau dewata. Drian tak dapat mencegah gadis keras kepala."Terserah kamu kalau mau nyusul. Tapi, jangan nyesel," pesan Drian."Aku gak akan pernah menyesal. Aku akan menyesal ketika Fian bersama Lily.""Hei girl, masih banyak lelaki jomblo yang mau menerima kamu. Dari pada suami orang."Prily tak peduli dengan ucapan Drian. Menarik kopernya keluar apartemen menuju bandara.Akhirnya, ia sampai ke tempat tujuan. Walaupun, penerbangan di pending karena cuaca yang buruk.The Royal Pita Maha Resort and Spa. Berlokasi di kawasan Kedewatan, Ubud, Kabupaten Gianyar, resort ini seperti berada di tengah hutan. Sangat asri dan menyejukkan mata.Prily bertanya kepada penjaga hotel tentang keberadaan Fian. Namun, mereka tak mau memberitahukannya."Tinggal kasih tahu susah banget, sih!" sunggut Prily kesal.
Malam Tanpa NodaBab 189Prily merasa seseorang telah memukul tekuk lehernya. Gadis itu terjatuh di atas ranjang."Bos beruntung dapat yang legit. Ayo kita kasih tahu Bos," ucap salah satu dari mereka.Suara tawa terbahak-bahak mengema di kamar Prily.Tubuh Prily terasa kaku tak bisa bergerak ke kanan dan kiri. Prily membuka mata ketika wajahnya terasa dingin.Seseorang telah menciprtakan air ke wajah Prily. "Bangun Sayang kita sudah sampai," ucapnya.Prily mendengar suara lelaki yang tak dikenalnya. Ia membuka mata perlahan. Ruangan yang ditempatinya bukan hotel.Terlihat luas dan mewah. "Aku ada di mana?" Tubuh Prily bergetar hebat. Ketakutan melanda gadis itu."Kamu ada di surga bersama kami yang akan menciptakan surga itu," cetus mereka tertawa terbahak-bahak.Wajah mereka sangat asing. Entah mereka siapa. Prily mencoba membuka tali di tubuhnya.
Malam Tanpa NodaBab 190"Mereka semakin mendekati Prily dan menatap penuh gairah serta nafsu sesaat."Jangan, tolong jangan!""Nikmati saja. Jangan malu dan sungkan. Semuanya akan terasa nikmat dan indah. Kami semua berpengalaman dalam hal ini. Beruntung kamu mendapatkan kesempatan.""Jangan! Fian!"Suara ketakutan Prily membuat mereka bertiga semakin semangat melakukan aksi."Ha ... ha ... ha ....""Tidak!""Hentikan! Sudah jangan bermain lagi. Pergi kalian," usir seorang lelaki asing masuk ke kamar."Iseng aja, Bos. Lumayan pemanasan.""Alah, kalian sana pergi!""Permisi Bos."Mereka bertiga keluar kamar dan menutup pintu."Hai Berbie kita ke temu lagi. Apa kabar Sayang?""Ternyata kamu! Apa yang kamu inginkan sampai menculikku?""Ehm, hanya satu keinginan dan aku tak tahu kamu
Malam Tanpa NodaBab 191Hati Lily begitu perih dan tersayat. Bagaikan tertusuk belati. Menyaksikan seorang wanita lain sangat mencintai suaminya di depan mata. Pelukan mereka begitu erat tak ada cela diantara keduanya.Apakah Lily harus melarang Prily agar tak merusak rumah tangganya atau hanya diam melihat mereka melakukan yang tak seharusnya mereka lakukan.Lily duduk di bangku tunggu khusus tamu. Menunduk kepala dan meremas kedua tangan. Kedua mata yang tertutup lensa mengembun."Apa dia tak tahu kalau aku ini istrinya. Seenaknya saja memeluk suami orang. Wanita pengoda.""Tak pantas melakukan itu nyosor aja kayak ratu sosor."Hati Lily semakin panas dan kesal menatap lorong rumah sakit menanti Fian menyusul."Tidak, aku tak boleh berpikiran seperti itu. Gadis itu pasti shock. Aku harus membantunya. Jika, aku berada di posisinya pasti akan sedih." Monolog dalam hati. Menguatkan hati.
Malam Tanpa NodaBab 192Fian menatap Lily yang terbaring di samping ranjang. Tak menyangka kalau cintanya hanya untuk dirinya.Setiap pertemuan yang terjadi antara dua anak manusia sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Tetapi, manusia memiliki kuasa untuk menentukan ke mana pertemuan itu akan bermuara.Sesungguhnya cinta yang hakiki adalah cinta yang memberi kepadamu tanpa kau minta, dan bukan pula cinta yang hakiki itu adalah kamu memberi kepada orang yang kamu cintai. oleh karena itulah orang yang cinta sejati itu tidak pernah menoleh selain kepada yang di cintai.Cinta sejati barangkali memang sulit diutarakan lewat kata-kata. Meski banyak penyair yang menerjemahkannya lewat kata-kata mutiara maupun ungkapan bijak, hakikat tentang cinta sejati tentu tak hanya sebatas indahnya kalimat.Lily merasakan sentuhan lembut di wajahnya. Membuka perlahan mata dan menatap Fian."Kenapa memandangku begitu?""Kamu ti
Malam Tanpa NodaBab 194Sepasang mata merasa mual dengan perbuatan mereka. Tak menyadari kehadirannya mencemoh mereka."Apa yang mereka lakukan?" ucapnya tak percaya yang dilakukan mereka"Ehm!"Lily melepaskan bibirnya dari Fian. "Eh, Drian.""Kamu ganggu aja!" sunggut Fian kesal."Aduh, Bang. Kayak gak ada waktu lain aja. Pantesan lama. Dicariin Prily itu."Sekilas, Fian mengecup kening Lily. Mereka saling bertatapan mesra. Lily percaya kalau cinta Fian untuknya. Hanya saja kondisi Prily butuh seseorang untuk mensuport hidupnya."Tolong kamu pantau istri tercinta abang!""Ck, sekalian aja semuaya aku yang pantau. Terus kapan waktu aku cari istri," sunggutnya kesal."Sabar. Kamu pasti dapat yang terbaik." Menepuk pelan bahu adiknya."Drian, apa bandara masih jauh?""Sekita satu jam lagi. Ayo kita kembali ke meja!"Sejak tad
Malam Tanpa NodaBab 195Fian dan Lily turun secara bersamaan. Mereka menutup pintu dan supir segera mengunci otomatis."Loh, kok malah jalan. Fian masih di dalam rumah," teriak Prily dalam mobil."Nanti, dia menyusul.""Enggak mau! Aku mau Fian yang antar aku!"Sang supir tak mau mendengar perintah Prily. Lelaki setengah tua lebih memilih ucapan Drian daripada mengikuti Prily."Drian, kamu apa-apaan sih?"Di dalam mobil Prily mengoceh tanpa jeda. Memukul Drian dari belakang. Tak segan wanita itu mencubit lengan Drian."Aduh! Sakit! Kamu itu nyiksa orang aja.""Kamu diajak ngomong diem aja kayak patung pancoran. Hiks ... hiks ....""Kok, nangis? Udah jangan pake drama!"Pletak!Prily memukul kepala Fian dengan ponselnya. Drian hanya bisa meringis kesakitan."Kamu gak ngerti perasaan perempuan. Tadi pas di pesawat. Kenapa di
Malam Tanpa Noda Perut Lily semakin membesar. Mereka sudah melakukan syukuran tujuh bulan dan kini menunggu kehadiran sang buah hati. Fian selalu Siaga. Begitu juga Airi dan Putra. Tak ingin cucu pertamanya mengalami hal buruk. Lily dan Fian kembali ke rumah Mahendra. "Aduh!" teriak Lily melepaskan ponsel hingga membentur lantai keramik putih. Fian menghampiri istrinya dan menutup panggilan begitu saja. "Drian, kita harus pulang!" pinta Prily. "Tidak bisa. Kita baru sehari di sini?" "Kamu tak dengar kalau Lily teriak kesakitan." "Belum waktunya ia lahiran masih satu bulan lagi." "Tapi, aku khawatir sekali!" "Kita hubungi adik kembar. Mereka pasti tahu." Jemari kekar Drian menekan kontak Afisah dan menunggu panggilan terangkat. Dua kali berdering baru diangkat oleh gadis manis yang beranjak dewasa.
Malam Tanpa NodaDua orang sejoli berada di sebuah hotel bintang lima. Sang lelaki berada di atas tubuh wanita. Meliuk-liuk bagaikan ular.Suara mereka bagaikan nyanyian kerinduan. Rindu setelah semua terjadi. Rindu setelah kehampaan menyelimuti. Pikiran negatif selalu menghantui. Kecemburuan membuat Drian tak berpikir jernih.Drian melepaskan diri dan terbaring di samping wanita tanpa sehelai kain. Wanita berwajah boneka bibir manis istri Drian.Prily selamat dari aksi penembakan itu. Walaupun, dirinya koma untuk beberapa hari.Seluruh keluarga Mahendra berdoa kepada sang pencipta agar Prily diselamatkan dari maut.Airi melakukan amal secara besar-besaran meminta doa kepada anak-anak yatim piatu.Prily meletakkan kepala di dada bidang Drian. Memainkan jemari lentik memutar-mutar. Membentuk nama dirinya dan juga lelaki yang dicintainya.“Aku lapar,” rengek Prily.&n
Malam Tanpa NodaTubuh Prily dibawa dengan mobil ambulance. Selama perjalanan tangan Drian tak lepas dari wanita berwajah boneka.Pengorbanan untuk orang tuanya sangat besar. Rela mengorbankan nyawa demi belahan jiwanya."Prily, bertahanlah!"Air mata menetes di pipi lelaki itu. Para medis menawarkan diri untuk mengobati luka Drian."Tidak usah! Selamatkan saja istri saya."Tubuh Prily terkujur kaku bagian perut mengalir noda merah. Tangan petugas menekan bagian itu agar tak kehilangan banyak darah.Semua setok darah sudah dipersiapkan untuk Prily sesuai golongan darahnya. Golongan darah Prily mudah dicari, memudahkan para medis melakukan operasi.--Drian menunggu Prily di ruang tunggu operasi. Gelisah dan takut kehilangan wanita itu. Tak peduli Prily telah mengkhiantinya. Bermain api dengan Johan dan berakhir di tempat tidur.Melihat tubuh
Malam Tanpa NodaSemua serangan Drian tak dapat menyentuh kulit Johan sedikitpun. "Kamu tak akan bisa melawanku." Johan menyeringai. Setiap serangan selalu ditangkis.Kaki kekar Drian menendang ke arah perut Johan hingga lelaki perusak itu terjerembab di lantai, tawa terdengar di bibir Johan.Johan segera bangkit dan memiringkan kepala, Drian hendak menghampiri Johan namun, lawannya mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya.Senyum menyeringai menghampiri Airi. Wajah tampan milik Johan menatap ibu dari anak-anak Mahendra. Menarik wanita itu kasar, Prily hendak menghalanginya namun kalah cepat."Drian!" panggil Airi.Johan menodongkan senjata dengan pelatuk menempel di jarinya. Tersenyum menyeringai, sekali tekan sejata api itu akan meledak dan masuk ke dalam kepala Airi dan napas akan terhenti dalam hitungan detik."Kamu mendekat aku pecahkan kepalanya. Mundur!" Membulatkan
"Kalau begitu. Jauhkan dia dan jangan ganggu wanita itu. Kamu tak ingat berapa umurnya?""Tentu Sayang. Sekarang kita selesaikan semua dan setelah itu kita bersenang-senang."Johan kembali menatap penerus Mahendra."Bawa semuanya ke mari dan habiskan mereka sekarang juga!"Teriakkan Johan menyadarkan Airi. Wanita itu membuka mata perlahan. Makian Drian membuat dirinya sadar sesuatu telah terjadi."Prily ...."Johan menoleh ke arah Airi. "Selamat datang Bunda. Bagaimana tidurmu?"Airi ingin bergerak namun, tubuhnya terikat."Lepaskan aku.""Lepas? Tidak!" Johan menyeringai."Prily, tolong ...."Wajah Prily berubah pucat. Ia tak tega melihat wanita yang telah mencurahkan kasih sayang untuknya.Johan melirik Drian sinis. "Lepaskan wanita ini!"Tali yang mengikat Airi terlepas satu persatu. Airi menyent
Malam Tanpa NodaJohan sangat bergairah melihat hal ini. "Sangat cantik dan memesona," puji Johan. Drian berteriak memaki Lelaki itu dengan segala macam nama binatang. "Jangan sentuh dia!" teriak Drian. Rahangnya mengeras dan wajah memerah. Johan tak peduli tetap berjalan menuju wanita itu. Wanita cantik bagaikan bidadari. "Hentikan Johan! Kamu menyentuhnya akan aku bunuh!" ancam Drian. Wajahnya memerah urat leher terlihat membesar. Napasnya terputus-putus. Satu pukulan menimpa punggung Drian. Lelaki itu tetap bertahan. Johan menghentikan langkahnya, berbalik arah dan menghampiri Drian. Tersenyum menyeringai. Tubuhnya menjongkong menarik rambut belakang hingga rontok."Kamu ancam aku. Padahal, umurmu tak lama lagi. Ha ... ha ...." Menjambak rambut Drian lebih keras."Cuih!"Johan mengusap wajahnya dengan tangan kiri.Anak buah Johan menendang tubuh Drian berkali-k
Malam Tanpa NodaKedua tangan Fian terikat ke belakang, Fian tak sadarkan diri sejak beberapa jam lalu. Johan menatap lelaki gagah dan tampan dihadapannya."Bang ... bangun ...." Drian menatap kakak kandungnya yang belum sadarkan diri sejak beberapa jam. Memastikan keadaan lelaki itu baik-baik saja.Putra juga berada bersama mereka. Tiga lelaki terikat dengan lutut bertekuk di hadapan Johan.Putra juga diculik ketika mengantar kedua anak kembarnya ke sekolah. Fian tak menyadari kalau sang ayah telah diculik oleh mereka."Jangan sakiti anakku, Johan!" ancam Putra menatap tajam lelaki yang telah dianggap keponakan olehnya."Tenang saja Om. Rasa sakitnya hanya sekilas." Tawa mengema di pabrik tua itu."Mengapa kamu lakukan ini, Johan?""Om tak ingat?" Menaikkan satu alis ke atas. "Papaku meninggal karena Om." Kebencian terlihat jelas di mata Johan."Itu buk
Malam Tanpa NodaHari penembusan Lily telah tiba, Fian di temani Faisal menuju pabrik kosong pada malam hari."Om, yakin ini tempatnya?""Tentu saja.""Sepi sekali!""Pabrik ini sudah tak digunakan bertahun-tahun tentu saja tak berpenghuni."Fian mendesah panjang. Kedua tangannya membawa dua tas besar hitam kaluar dari mobil."Om, tunggu di sini," ucap Faisal."Baik, aku akan mencari mereka." Fian berjalan ke arah pintu masuk pabrik.Bulu leher Fian bergidik ngeri. Pasalnya, tempat yang sudah lama tak berpenghuni banyak sekali makhluk halus. Fian membuang pikiran negatif. Tujuannya saat ini adalah menjemput Lily."Tega sekali mereka kalau Lily berada di tempat ini."Fian berjalan hingga berada di pintu masuk pabrik. Pintu itu telah rusak dan tak terbentuk lagi.Suara dering telepon Fian memecahkan pikirannya saat ini. Fia
Malam Tanpa Noda"Sakit!" rintih Lily menyentuh perutnya."Kita ke bidan kemarin. Kamu tahan dulu." Prily menyalakan mesin mobil dan meninggalkan kediaman Johan."Aku gak mau, Prily. Aku ingin Fian." Lily meringis berkali-kali. Mengapa nasibnya seperti ini.Kehamilan pertama adalah hal yang ditunggu-tunggu. Seharusnya, Lily dimanja dan disayang Fian. Namun, ia jadi tahanan."Please! Kamu bersabar dulu. Kita gak mungkin melawan Johan. Keselamatan bayi dan dirimu bisa bahaya.""Aku ingin Fian. Aku ingin pulang," rengeknya bagaikan anak kecil."Sudah, jangan pikirkan hal itu. Lebih baik kita periksa kandunganmu. Bersabarlah!""Aku kangen suamiku. Apa aku salah jika merindukannya. Prily, tolong bebaskan aku!""Tidak bisa. Ini bisa berbahaya. Johan itu nekad."Prily membawa Lily ke bidan. Wajah istri mantan kekasihnya itu pucat dan merintih berkali-kal