Malam Tanpa Noda
Bab 35Gugatan CeraiPagi-pagi sekali Airi besiap untuk mendaftrarkan penceraian di pengadilan agama. Airi juga ingin bahagia. Wanita itu pergi diantar supirnya.Hatinya sudah mantap untuk menceraikannya. Tak ingin menjadi janda hanya dalam agama. Tapi, juga dalam hukum. Mungkin Faisal bukan jodohnya.Airi masuk ke dalam gedung pengadilan agama. Ia mengunakan gamis polos coklat susu. Airi sudah menyiapkan dokumen seperti surat nikah asli, foto copy KTP dari pengugat, Kartu Keluarga, dan materai.Airi menuju pusat bantuan hukum di pengadilan guna membuat surat gugatan cerai. Alasan bercerai akan dipertanyakan mereka. Ia menyiapkan biaya yang harus dikeluarkan.Saat proses persidangan berjalan, kedua belah pihak harus menghadiri persidangan untuk mengikuti mediasi. Dengan adanya mediasi, diharapkan kedua belah pihak bisa berdamai dan menarik gugatannya. Akan tetapiMalam Tanpa Noda Bab 36Putra pergiFajar datang ke kantor Airi. Ia ingin mengetahui kabar teman kecilnya. Sudah beberapa hari tak tahu kabarnya. "Maaf, Pak. Anda tak boleh masuk!" Petugas keamanan melarangnya untuk masuk. "Saya ingin bertemu bu Airi," izinnya dengan sopan."Maaf, Pak. Anda tak dapat izin masuk." "Mengapa tak boleh?" Mengernyit heran."Kami tidak tahu. Kami hanya menjalankan tugas saja. Tolong tinggalkan gedung ini!" "Tolong beritahu bu Airi kalau Fajar datang!" "Mohon Anda mengerti, kami hanya menjalankan tugas. Anda tak diizinkan untuk masuk ke gedung!" "Siapa yang melarang saya?" "Pemilik perusahaaan," ucapnya lantang. "Apa mungkin Airi melarangnya? Apa salahku dia seperti itu?" batinnya. Fajar melangkahkan kaki ke motor merahnya. Ia melihat ponselnya dan
Malam Tanpa NodaBab 37Setelah Kepergian Putra Putra dan teman-temannya berkumpul di Bar yang berada di Malaysia. Semua teman-temannya membawa pasangan masing-masing.Hanya Putra yang tak memilikinya. Mereka terdiri dari lima laki-laki. Tiga orang sudah menikah dan dua masih status bujang. Mereka terlihat mesra, seakan-akan meledek Putra. Lelaki itu hanya mengaduk minumannya saja. Ia sudah berjanji tak akan minum alkohol. Putra memesan coca-cola tanpa es. Teman-temannya mengernyit heran dengan perubahan siakap Putra. "Bro, pesan minuman yang menantang. Masa cuma air bersoda," ledek temannya. Mereka meminum bi* tiga pitcher besar. "Bosan, lagi pengen minum ini." Tunjuk gelasnya berwarna hitam dengan soda yang mengumpul di atas. Putra meneguknya langsung. "Kalau begini mendingan di k
Malam Tanpa NodaBab 38Kisah Cinta Mama dan Papa Airi menatap foto ibunya ia tersenyum dan mengusap figuran itu. Bi Nina mendekatinya. Hanya dia yang mau menemani selama di rumah. Pelayan lain engan untuk mendekati Airi. "Bi, ceritain tentang mama dan papa Airi," bujuk Airi. Wanita itu menundukkan kepala."Bi, tolong ceritakan tentang mereka." Bi Nina menarik napas dalam. Ia tak tega menceritakan semuanya. "Non, siap mendengarkannya," tanya bi Nina. Ia menganggukkan kepala pelan. Bi Nina menyodorkan teh hijau dan cemilan kepada Airi. Pisang goreng dengan taburan keju. Airi meminum teh dalam cangkir dan mengambil pisang dengan mengunakan tisu. Rasa pisang yang manis dan renyah bersatu di dalam mulutnya. "Non Sarasyana adalah wanita berhati lembut. Ia dermawan dan tidak sombong. Kekayaannya berlimpah dan tak habis-habis. Rambutnya sebahu, kulitnya putih bersih, badannya ramp
Malam Tanpa NodaBab 39Kisah Orang Tua AiriPerasaan Saras menjadi gelisah. Ia menatap jalan yang biasa Bima lalui."Ndo, kenapa gelisah sekali," tanya nenek. Ia menyentuh lembut punggung Saras."Perasaan aku gak enak. Entah ada apa?""Sebentar lagi suamimu juga pulang."Saras duduk di bale. Seorang anak laki-laki berlari tergopoh-gopoh."Mbak Saras, mas Bima di bawa orang," ucap anak berumur dua belas tahun."Dibawa orang. Sama siapa Juna?""Gak tahu Mba. Mereka naik mobil mewah."Saras langsung menghampiri pasar tempat lokasi. Nenek juga mengikutinya.Dagangan Bima berantakan. Bima menjual singkong dan pisang. Tubuh Saras luruh seketika. Apakah mereka telah menemukannya dan membawa pulang.Saras terduduk di tanah dan mengelus perutnya yang sudah membuncit. Nenek merayuny
Malam Tanpa NodaBab 40Cinta Bikin Gila Bi Nina melanjutkan ceritanya dan wajahnya berubah sedih. Air mata membasahi pipinya. Ia tak kuat melanjutkan ceritanya. "Bi, lalu apa yang terjadi dengan ibuku?" "Non Saras menjadi depresi dan ia meninggal dunia karena penyakitnya. Hidupnya terasa hampa kehilangan dua orang yang ia cintai." "Bagaimana dengan ayahku? Apa ia datang mencari keberadaan istri dan anaknya?" "Den Bima menghilang tanpa kabar dan pesan. Ia bagai ditelan bumi. Undangan pernikahan itu hanya pura-pura saja. Itu hanya permainan tuan Abdul." "Mengapa kakek seperti itu, Bi?" "Tuan Abdul tak ingin memiliki hubungan dengan keluarga Bima. Tuan juga hampir menikahi non Saras dengan tuan Rio." "Pak Rio, jadi Putra itu tak punya hubungan darah denganku?" "Ia, tadi Bibi cerita kalau tuan Rio di adopsi dari panti as
Malam Tanpa NodaBab 41Disamping kasir ada seorang laki-laki yang memperhatikan Airi sejak tadi. Pandangan lelaki itu tak berkedip. Seolah-olah ingin menerkam.Airi berjalan lebih cepat. Lelaki itu mengikuti langkah Airi. Jantung Airi berdegup dengan kencang. Memasukkan kunci mobil dengan gugup. Ia tak berani menoleh.Bahu Airi ditepuk pelan. Airi terpaksa menoleh ke arahnya."Fajar, aku kira siapa?""Kamu bikin aku takut saja." Airi bernapas lega ternyata lelaki itu adalah Fajar."Kamu aku perhatiin kayak orang ketakutan emangnya ada yang jahat sama kamu?" tanya Fajar heran. Lelaki itu menoleh kanan kiri."Aku hanya merasa ada yang mengikutiku.""Itu hanya perasaanmu saja. Kalau kamu takut. Ayo aku antar!""Aku bawa mobil sendiri. Mobil kamu bagaimana?" tanya Airi. Mobil hitam Fajar terparkir tak jauh darinya."Biarkan saj
Malam Tanpa NodaBab 42Airi duduk termangu di teras rumah ditemani secangkir teh hijau dan cemilan di dalam toples yang disajikan seorang pelayan untuknya. Bu Nina—kepala pelayan rumahnya menghampiri majikannya.“Non, Airi. Jangan melamun nanti kesambet setan!” guraunya mencairkan suasana. Sejak tadi Airi melamun memandang halaman rumahnya.“Eh, Bi Nina. Bisa aja ngomongnya.” Ia tersenyum dan kembali memandang ke depan.“Non Airi, kenapa dari tadi melamun terus? Kangen sama tuan Putra?” ledek wanita yang mengabdi di rumah itu. Sejak kepergian Putra Airi terlihat murung dan tak seceria dulu lagi.Airi menundukkan kepala ia menoleh ke arah bu Nina dan berkata,”Pasti aku kangen dengan kak Putra karena dia yang selalu membuatku kesal,tapi ada satu yang ada dalam pikiranku. Bolehkah aku bertanya sesuatu, Bi?” Ia membalikkan t
Malam Tanpa NodaBab 43Airi dan Bi Nina mengikuti arah jari pak Toni. Rumah sederhana dekat bantaran kali. Airi mengernyit heran. Mengapa ayah tinggal di sini.Pak Joko melangkah menuju rumah itu. Rumah berdinding putih dan dikelilingi kebun singkong.Pak Toni menghampiri rumah Bima. Ia mengetuk pelan pintu berwarna coklat.Muncullah wanita paruh baya berdaster berambut yang diikat asal. Wajahnya terlihat lelah."Bang Toni, ada apa tumben kemari?" tanyanya. Ia melihat Airi dan Bi Nina. Tersenyum ramah sebagai bentuk sopan dan santun."Suamimu ada?" Pak Toni menoleh ke arah belakang. Lelaki berbaju koko putih dengan kopiah hitam terlihat gusar."Ada apaan, kok panik banget," cetus wanita berdaster itu. Melipat dahinya.Pak Toni memanggil Airi untuk lebih mendekat. Ia mempersilahkan Airi untuk berbicara."Assal
Malam Tanpa Noda Perut Lily semakin membesar. Mereka sudah melakukan syukuran tujuh bulan dan kini menunggu kehadiran sang buah hati. Fian selalu Siaga. Begitu juga Airi dan Putra. Tak ingin cucu pertamanya mengalami hal buruk. Lily dan Fian kembali ke rumah Mahendra. "Aduh!" teriak Lily melepaskan ponsel hingga membentur lantai keramik putih. Fian menghampiri istrinya dan menutup panggilan begitu saja. "Drian, kita harus pulang!" pinta Prily. "Tidak bisa. Kita baru sehari di sini?" "Kamu tak dengar kalau Lily teriak kesakitan." "Belum waktunya ia lahiran masih satu bulan lagi." "Tapi, aku khawatir sekali!" "Kita hubungi adik kembar. Mereka pasti tahu." Jemari kekar Drian menekan kontak Afisah dan menunggu panggilan terangkat. Dua kali berdering baru diangkat oleh gadis manis yang beranjak dewasa.
Malam Tanpa NodaDua orang sejoli berada di sebuah hotel bintang lima. Sang lelaki berada di atas tubuh wanita. Meliuk-liuk bagaikan ular.Suara mereka bagaikan nyanyian kerinduan. Rindu setelah semua terjadi. Rindu setelah kehampaan menyelimuti. Pikiran negatif selalu menghantui. Kecemburuan membuat Drian tak berpikir jernih.Drian melepaskan diri dan terbaring di samping wanita tanpa sehelai kain. Wanita berwajah boneka bibir manis istri Drian.Prily selamat dari aksi penembakan itu. Walaupun, dirinya koma untuk beberapa hari.Seluruh keluarga Mahendra berdoa kepada sang pencipta agar Prily diselamatkan dari maut.Airi melakukan amal secara besar-besaran meminta doa kepada anak-anak yatim piatu.Prily meletakkan kepala di dada bidang Drian. Memainkan jemari lentik memutar-mutar. Membentuk nama dirinya dan juga lelaki yang dicintainya.“Aku lapar,” rengek Prily.&n
Malam Tanpa NodaTubuh Prily dibawa dengan mobil ambulance. Selama perjalanan tangan Drian tak lepas dari wanita berwajah boneka.Pengorbanan untuk orang tuanya sangat besar. Rela mengorbankan nyawa demi belahan jiwanya."Prily, bertahanlah!"Air mata menetes di pipi lelaki itu. Para medis menawarkan diri untuk mengobati luka Drian."Tidak usah! Selamatkan saja istri saya."Tubuh Prily terkujur kaku bagian perut mengalir noda merah. Tangan petugas menekan bagian itu agar tak kehilangan banyak darah.Semua setok darah sudah dipersiapkan untuk Prily sesuai golongan darahnya. Golongan darah Prily mudah dicari, memudahkan para medis melakukan operasi.--Drian menunggu Prily di ruang tunggu operasi. Gelisah dan takut kehilangan wanita itu. Tak peduli Prily telah mengkhiantinya. Bermain api dengan Johan dan berakhir di tempat tidur.Melihat tubuh
Malam Tanpa NodaSemua serangan Drian tak dapat menyentuh kulit Johan sedikitpun. "Kamu tak akan bisa melawanku." Johan menyeringai. Setiap serangan selalu ditangkis.Kaki kekar Drian menendang ke arah perut Johan hingga lelaki perusak itu terjerembab di lantai, tawa terdengar di bibir Johan.Johan segera bangkit dan memiringkan kepala, Drian hendak menghampiri Johan namun, lawannya mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya.Senyum menyeringai menghampiri Airi. Wajah tampan milik Johan menatap ibu dari anak-anak Mahendra. Menarik wanita itu kasar, Prily hendak menghalanginya namun kalah cepat."Drian!" panggil Airi.Johan menodongkan senjata dengan pelatuk menempel di jarinya. Tersenyum menyeringai, sekali tekan sejata api itu akan meledak dan masuk ke dalam kepala Airi dan napas akan terhenti dalam hitungan detik."Kamu mendekat aku pecahkan kepalanya. Mundur!" Membulatkan
"Kalau begitu. Jauhkan dia dan jangan ganggu wanita itu. Kamu tak ingat berapa umurnya?""Tentu Sayang. Sekarang kita selesaikan semua dan setelah itu kita bersenang-senang."Johan kembali menatap penerus Mahendra."Bawa semuanya ke mari dan habiskan mereka sekarang juga!"Teriakkan Johan menyadarkan Airi. Wanita itu membuka mata perlahan. Makian Drian membuat dirinya sadar sesuatu telah terjadi."Prily ...."Johan menoleh ke arah Airi. "Selamat datang Bunda. Bagaimana tidurmu?"Airi ingin bergerak namun, tubuhnya terikat."Lepaskan aku.""Lepas? Tidak!" Johan menyeringai."Prily, tolong ...."Wajah Prily berubah pucat. Ia tak tega melihat wanita yang telah mencurahkan kasih sayang untuknya.Johan melirik Drian sinis. "Lepaskan wanita ini!"Tali yang mengikat Airi terlepas satu persatu. Airi menyent
Malam Tanpa NodaJohan sangat bergairah melihat hal ini. "Sangat cantik dan memesona," puji Johan. Drian berteriak memaki Lelaki itu dengan segala macam nama binatang. "Jangan sentuh dia!" teriak Drian. Rahangnya mengeras dan wajah memerah. Johan tak peduli tetap berjalan menuju wanita itu. Wanita cantik bagaikan bidadari. "Hentikan Johan! Kamu menyentuhnya akan aku bunuh!" ancam Drian. Wajahnya memerah urat leher terlihat membesar. Napasnya terputus-putus. Satu pukulan menimpa punggung Drian. Lelaki itu tetap bertahan. Johan menghentikan langkahnya, berbalik arah dan menghampiri Drian. Tersenyum menyeringai. Tubuhnya menjongkong menarik rambut belakang hingga rontok."Kamu ancam aku. Padahal, umurmu tak lama lagi. Ha ... ha ...." Menjambak rambut Drian lebih keras."Cuih!"Johan mengusap wajahnya dengan tangan kiri.Anak buah Johan menendang tubuh Drian berkali-k
Malam Tanpa NodaKedua tangan Fian terikat ke belakang, Fian tak sadarkan diri sejak beberapa jam lalu. Johan menatap lelaki gagah dan tampan dihadapannya."Bang ... bangun ...." Drian menatap kakak kandungnya yang belum sadarkan diri sejak beberapa jam. Memastikan keadaan lelaki itu baik-baik saja.Putra juga berada bersama mereka. Tiga lelaki terikat dengan lutut bertekuk di hadapan Johan.Putra juga diculik ketika mengantar kedua anak kembarnya ke sekolah. Fian tak menyadari kalau sang ayah telah diculik oleh mereka."Jangan sakiti anakku, Johan!" ancam Putra menatap tajam lelaki yang telah dianggap keponakan olehnya."Tenang saja Om. Rasa sakitnya hanya sekilas." Tawa mengema di pabrik tua itu."Mengapa kamu lakukan ini, Johan?""Om tak ingat?" Menaikkan satu alis ke atas. "Papaku meninggal karena Om." Kebencian terlihat jelas di mata Johan."Itu buk
Malam Tanpa NodaHari penembusan Lily telah tiba, Fian di temani Faisal menuju pabrik kosong pada malam hari."Om, yakin ini tempatnya?""Tentu saja.""Sepi sekali!""Pabrik ini sudah tak digunakan bertahun-tahun tentu saja tak berpenghuni."Fian mendesah panjang. Kedua tangannya membawa dua tas besar hitam kaluar dari mobil."Om, tunggu di sini," ucap Faisal."Baik, aku akan mencari mereka." Fian berjalan ke arah pintu masuk pabrik.Bulu leher Fian bergidik ngeri. Pasalnya, tempat yang sudah lama tak berpenghuni banyak sekali makhluk halus. Fian membuang pikiran negatif. Tujuannya saat ini adalah menjemput Lily."Tega sekali mereka kalau Lily berada di tempat ini."Fian berjalan hingga berada di pintu masuk pabrik. Pintu itu telah rusak dan tak terbentuk lagi.Suara dering telepon Fian memecahkan pikirannya saat ini. Fia
Malam Tanpa Noda"Sakit!" rintih Lily menyentuh perutnya."Kita ke bidan kemarin. Kamu tahan dulu." Prily menyalakan mesin mobil dan meninggalkan kediaman Johan."Aku gak mau, Prily. Aku ingin Fian." Lily meringis berkali-kali. Mengapa nasibnya seperti ini.Kehamilan pertama adalah hal yang ditunggu-tunggu. Seharusnya, Lily dimanja dan disayang Fian. Namun, ia jadi tahanan."Please! Kamu bersabar dulu. Kita gak mungkin melawan Johan. Keselamatan bayi dan dirimu bisa bahaya.""Aku ingin Fian. Aku ingin pulang," rengeknya bagaikan anak kecil."Sudah, jangan pikirkan hal itu. Lebih baik kita periksa kandunganmu. Bersabarlah!""Aku kangen suamiku. Apa aku salah jika merindukannya. Prily, tolong bebaskan aku!""Tidak bisa. Ini bisa berbahaya. Johan itu nekad."Prily membawa Lily ke bidan. Wajah istri mantan kekasihnya itu pucat dan merintih berkali-kal