Beranda / Romansa / Malam Pertamaku yang Kedua / Kedatangan seorang wanita

Share

Kedatangan seorang wanita

Penulis: Uni Tari
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-21 19:43:34

"Katanya Bu Linda sudah kembali."

"Iyakah? Wah, berarti sekarang Pak Aldi gak bakalan kesepian lagi. Hihi."

"Iya bener banget. Pasti mereka bakalan selalu pergi berduaan diam-diam. Padahal kita semua tau kalau mereka ada hubungan khusus."

Rania mendengar itu jadi tak fokus pada pekerjaannya. Ia menggeser kursi mendekat pada Anisa yang sibuk berkutik dengan laptopnya.

"Siapa Bu Linda itu?"

"Hah?" Anisa yang tak mendengar gosip mereka, ia membenarkan kacamatanya mencerna lagi apa yang Rania katakan.

"Bu Linda siapa?"

"Bu Linda? Oh... dia. Itu, asisten Pak Aldi. Dia sempat cuti seminggu kayaknya gak tau kenapa. Dengar-dengar sih sekarang bakalan datang ke kantor."

"Owh... emang ada hubungan apa dia sama Pak Aldi?"

Anisa yang mendengar itu tersenyum penuh curiga pada Rania. Ia mendekatkan wajahnya sambil berbisik, "Kamu cemburu yaaa."

"Ishhh, apaan sih. Aku kan cuma nanya, itu dengar-dengar katanya mereka ada hubungan spesial."

"Hmm... Gak tau juga sih. Tapi biasanya mereka emang suka
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Rania Panik

    Rania langsung lari keluar dan kembali duduk di tempat kerjanya dengan perasaan yang berkecamuk. Anisa yang melihat itu hanya bengong, bertanya-tanya ada apa dengan temannya itu. Sementara napas Rania masih belum stabil, ia mengusap dadanya berusaha untuk tenang. Namun, hal itu justru membuat orang-orang di sana memperhatikan dia. Karena dengan secara tiba-tiba berlari dari ruangan bos seperti melarikan diri dari kejaran anji*ng.Anisa yang melihat karyawan lain saling berbisik, ia mendekat pada wanita itu. "Are you oke?""Hmm." Rania mengangguk dan berusaha bersikap biasa saja."Kamu yakin? Wajah kamu pucat, gak abis dimarahin kan?""Hah? Eng—enggak. Aku cuma... Ahh, takut tadi ada kecoa. Iya, makanya aku kabur," elak Rania. Mana mungkin ia mengatakan bawah habis mendapatkan kecupan dari sang bos secara brutal. "Owalah... Kirain kenapa. Ya udah, lanjut kerja. Kalau Bu Linda tau kita suka ngerumpi, bisa habis dimarahi.""Iya." Rania tersenyum pada temannya itu, padahal jantungnya ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Azka anak yang kuat

    "Es teehhh!" jawab Rania sebal. Bisa-bisanya dia memanggil seperti itu, bahkan di tempat umum begini. Kan dia jadi malu. Aldi kembali setelah memesan, ia duduk sambil menatap danau yang di ujungnya dipenuhi lampu-lampu dari penduduk sana. Semilir angin menabrak wajahnya, entah kenapa ia sangat menyukai tempat itu. Baginya, tempat itu tenang dan damai, bisa membuat mood jadi baik. Walaupun ramai orang yang berkunjung juga di sana. Pria itu yang tak sengaja melirik sang istri, Rania nampak mengusap-usap tangannya karena merasa dingin. Baju dengan lengan pendek yang ia kenakan, membuat angin dengan lembut menyentuhnya. Tanpa basa-basi Aldi berdiri dan membuka jaz-nya, ia menyelimuti sang istri, membuat Rania menatapnya dengan terheran-heran. Kenapa dia biasa sangat peka, padahal Rania tidak berkata apa-apa. "Makasih," ujarnya serius. "Sama-sama." Aldi tersenyum menanggapi. Tak lama makanan datang, disambut oleh Rania dengan mata yang berbinar. Ini makanan yang dia rindukan. Sudah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Tangis pilu Rania

    Tapi apa boleh buat, ia bekerja juga untuk menghidupi sang anak. Dalam situasi ini Rania dilema. Jika berhenti, ia tak mau kalau sampai Aldi menanggung kebutuhan mereka semuanya. Apalagi sekarang Mbok Nem juga ikut kerja di rumah Aldi setelah mereka pindah rumah. "Makasih, Bu. Akan saya usahakan untuk dekat dengan Azka."Sang guru tersenyum sambil mengusap punggung Rania. Ia kemudian izin pergi. Wanita itu duduk termenung. Melihat anak-anak yang lain nampak senang sekali bermain dan bercanda dengan ayah-ayah mereka. Hanya Azka yang bermain mengikuti teman-temannya yang sedang bercanda. Ia meneteskan air mata, andai saja sang suami masih ada. Mungkin sekarang mereka sedang bersenang-senang."Azka, ayah kamu gak datang?""Iya, kok kamu sering gak sama ayah kamu sih.""Ayah aku dong, kalau ke mana-mana selalu ajak aku."Teman-temannya yang sering mengolok-olok itu mendekat, membuat Azka tak nyaman dan berlari. Namun, ia bertabrakan dengan seseorang, sampai anak itu mendongak dan kemud

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Wasiat Andika

    "Buka ba junya.""Pelan-pelan, ya, nanti sakit.""Iya... Ini juga pelan-pelan, Sayang. Kalau gak mau ngerasain sakit, kamu merem, ya, jangan diliat.""Gak papa, aku kan udah gede.""Lain kali jangan main di sana lagi, ya. Itu perosotannya udah jelek, ke gores kan pundak kamu."Anak kecil berusia empat tahun itu mengangguk. Ia sedikit meringis saat sang Bunda mengoleskan obat luka."Udah Bunda perban, sekarang Azka masuk kamar, ya.""Aku gak tidur sama Bunda lagi?" Raut wajah anak itu berubah sedih, ia berpikir malam ini akan tidur di dalam pelukan sang ibu.Rania tersenyum, ia mengelus pipi sang anak lembut. "Maaf, ya, Bunda harus ke rumah sakit lagi malam ini. Azka sama Mbok Nem ya di rumah.""Memangnya Ayah belum bisa pulang?""Belum, Sayang, doain ayah segera sembuh, ya. Biar kita bisa tidur bersama lagi."Azka mengangguk, ia kemudian pergi ke kamarnya setelah mengecup pipi sang Bunda, ia meminta Mbok Nem untuk menemani tidurnya.Dan Rania, ia bergegas ke rumah sakit untuk menemani

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Pernikahan Kedua

    "Ini malam pertama kita, aku harap kamu senang padaku."Rania yang sedang duduk di depan cermin menatap pria itu lewat pantulan cermin di hadapannya. "Ingat, Mas. Kita menikah karena wasiat suamiku.""Iya, aku tau. Aku gak akan macam-macam padamu."Rania memilih bangkit dan tidur di sofa. Sebelumnya ia sudah menyiapkan bantal dan selimut untuk dirinya tidur.Empat bulan sudah berlalu, wasiat sang suami ia lakukan karena cintanya ia pada Andika, Azka juga sangat menyukai Aldi yang sekarang telah menjadi ayah sambungnya.Tapi tangis itu masih ada, rasa rindu itu semakin terasa kuat jika mengingat bayang demi bayang saat-saat bersama dulu. Malam ini, wanita itu kembali menangis mengingat sang suami. Malam yang hening hanya terdengar suara isakannya.Aldi yang sedari tadi ternyata belum tidur, ia hanya diam mendengar isakan sang istri. Ingin sekali rasanya menghampiri dan menenangkan, tapi urung ia lakukan.***Malam berlalu, pagi sekali wanita itu sudah bangun untuk menyiapkan sarapan A

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Kesabaran Rania

    Rania berdecak kesal, ia kemudian menelpon kembali Aldi tapi tidak di angkat. Namun, saat wanita itu ingin berbalik, ia melihat Aldi baru turun dari mobil bersama dengan seorang perempuan. Melihat itu Rania diam-diam memperhatikan perempuan yang bersama dengan Aldi. Mungkinkah itu adalah kekasihnya?"Aku gak bisa nungguin sampai kamu pulang," kata Rania, saat Aldi sudah berada di hadapannya."Ayo!" Pria itu menarik lembut tangan sang istri menuju ruangannya. Sedangkan para pekerja di sana saling berbisik, mereka tidak tau jika Rania adalah istri dari Sang CEO, karena Aldi dan Rania menikah sama sekali tidak dirayakan.Begitu juga dengan Siska, sang sekretaris Aldi pun tak tau jika bosnya itu telah menikah. Tapi yang ia tau, dia sangat mencintai Aldi, yang sudah tiga tahun menemaninya bekerja."Apa yang sebenarnya terjadi?" Tak ingin lama-lama, wanita itu langsung menodong Aldi dengan pertanyaan saat mereka sudah masuk ruangan.Sedangkan Aldi bersikap santai, ia meminta sang istri un

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Terkejut!

    "Tapi... kamu gak papa kalau aku kerja dengan seorang pria? Maksudnya, sebagai sekretaris otomatis akan terus ketemu kan?"Senyuman Aldi sangat manis mendengar hal itu. "Tentu saja tidak.""Makasih, Mas. Aku mau siapin berkas-berkasnya dulu biar besok lolos wawancara. Kalau begitu aku pulang."Aldi mengangguk, ia tidak mengantarkan Rania ke depan, pria itu malah memanggil Siska untuk masuk setelah sang istri pergi. "Manggil saya, Pak?""Siska, kamu saya pindahkan jadi staf kantor. Besok akan ada sekretaris baru, dan saya harap kamu dengan lapang dada menerima keputusan saya.""Tapi, Pak. Apa salah saya kok di pindahkan?""Daripada kamu saya pecat?"Siska menunduk, ia tak mampu lagi menjawab perkataan Aldi. Namun hatinya bergemuruh, ia berjanji akan menyingkirkan kembali orang yang telah merenggut jabatannya itu."Mulai besok, kamu gabung dengan yang lain.""Baik, Pak," jawab Siska pelan, dia melenggang pergi dengan tangan yang terkepal. Sebenarnya bukan soal jabatan, tapi dengan tida

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Tidur Seranjang

    Meeting selesai pukul sembilan malam. Mereka kini masih berada di dalam mobil untuk pulang ke rumah. Akan tetapi, Aldi berinisiatif ingin membelikan ayam untuk sang anak karena tadi saat ia di telfon belum tidur karena besok hari libur.Pria itu pun belok dulu ke resto yang ia tuju. Sedangkan Rania yang merasa sangat lelah dia terpejam sepanjang perjalanan.Menunggu tanpa harus turun dari mobil, pria itu mendapatkan apa yang ia beli. Kemudian mobil kembali melaju dan setengah jam kemudian sampai di rumah."Om!" teriak Azka, ia menyambut dengan gembira saat Aldi dan Rania pulang bersama."Kok belum tidur?" tanya Rania, sembari memeluk sang anak."Gak papa, kan besok libur, ya?" Aldi mengusap kepala Akza lembut."Iya, Bun. Besok aku libur, jadi malam ini mau main sama makan ayam goreng!""Ayam goreng?" Rania bergumam. "Yuk kita makan! Mbo, tolong sapin nasi buat kami, ya.""Eh, aku aja!" seru Rania, membuat Aldi mencekal tangannya agar ia diam menikmati makana karena sudah lelah sehari

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30

Bab terbaru

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Tangis pilu Rania

    Tapi apa boleh buat, ia bekerja juga untuk menghidupi sang anak. Dalam situasi ini Rania dilema. Jika berhenti, ia tak mau kalau sampai Aldi menanggung kebutuhan mereka semuanya. Apalagi sekarang Mbok Nem juga ikut kerja di rumah Aldi setelah mereka pindah rumah. "Makasih, Bu. Akan saya usahakan untuk dekat dengan Azka."Sang guru tersenyum sambil mengusap punggung Rania. Ia kemudian izin pergi. Wanita itu duduk termenung. Melihat anak-anak yang lain nampak senang sekali bermain dan bercanda dengan ayah-ayah mereka. Hanya Azka yang bermain mengikuti teman-temannya yang sedang bercanda. Ia meneteskan air mata, andai saja sang suami masih ada. Mungkin sekarang mereka sedang bersenang-senang."Azka, ayah kamu gak datang?""Iya, kok kamu sering gak sama ayah kamu sih.""Ayah aku dong, kalau ke mana-mana selalu ajak aku."Teman-temannya yang sering mengolok-olok itu mendekat, membuat Azka tak nyaman dan berlari. Namun, ia bertabrakan dengan seseorang, sampai anak itu mendongak dan kemud

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Azka anak yang kuat

    "Es teehhh!" jawab Rania sebal. Bisa-bisanya dia memanggil seperti itu, bahkan di tempat umum begini. Kan dia jadi malu. Aldi kembali setelah memesan, ia duduk sambil menatap danau yang di ujungnya dipenuhi lampu-lampu dari penduduk sana. Semilir angin menabrak wajahnya, entah kenapa ia sangat menyukai tempat itu. Baginya, tempat itu tenang dan damai, bisa membuat mood jadi baik. Walaupun ramai orang yang berkunjung juga di sana. Pria itu yang tak sengaja melirik sang istri, Rania nampak mengusap-usap tangannya karena merasa dingin. Baju dengan lengan pendek yang ia kenakan, membuat angin dengan lembut menyentuhnya. Tanpa basa-basi Aldi berdiri dan membuka jaz-nya, ia menyelimuti sang istri, membuat Rania menatapnya dengan terheran-heran. Kenapa dia biasa sangat peka, padahal Rania tidak berkata apa-apa. "Makasih," ujarnya serius. "Sama-sama." Aldi tersenyum menanggapi. Tak lama makanan datang, disambut oleh Rania dengan mata yang berbinar. Ini makanan yang dia rindukan. Sudah

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Rania Panik

    Rania langsung lari keluar dan kembali duduk di tempat kerjanya dengan perasaan yang berkecamuk. Anisa yang melihat itu hanya bengong, bertanya-tanya ada apa dengan temannya itu. Sementara napas Rania masih belum stabil, ia mengusap dadanya berusaha untuk tenang. Namun, hal itu justru membuat orang-orang di sana memperhatikan dia. Karena dengan secara tiba-tiba berlari dari ruangan bos seperti melarikan diri dari kejaran anji*ng.Anisa yang melihat karyawan lain saling berbisik, ia mendekat pada wanita itu. "Are you oke?""Hmm." Rania mengangguk dan berusaha bersikap biasa saja."Kamu yakin? Wajah kamu pucat, gak abis dimarahin kan?""Hah? Eng—enggak. Aku cuma... Ahh, takut tadi ada kecoa. Iya, makanya aku kabur," elak Rania. Mana mungkin ia mengatakan bawah habis mendapatkan kecupan dari sang bos secara brutal. "Owalah... Kirain kenapa. Ya udah, lanjut kerja. Kalau Bu Linda tau kita suka ngerumpi, bisa habis dimarahi.""Iya." Rania tersenyum pada temannya itu, padahal jantungnya ma

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Kedatangan seorang wanita

    "Katanya Bu Linda sudah kembali.""Iyakah? Wah, berarti sekarang Pak Aldi gak bakalan kesepian lagi. Hihi.""Iya bener banget. Pasti mereka bakalan selalu pergi berduaan diam-diam. Padahal kita semua tau kalau mereka ada hubungan khusus."Rania mendengar itu jadi tak fokus pada pekerjaannya. Ia menggeser kursi mendekat pada Anisa yang sibuk berkutik dengan laptopnya."Siapa Bu Linda itu?" "Hah?" Anisa yang tak mendengar gosip mereka, ia membenarkan kacamatanya mencerna lagi apa yang Rania katakan. "Bu Linda siapa?""Bu Linda? Oh... dia. Itu, asisten Pak Aldi. Dia sempat cuti seminggu kayaknya gak tau kenapa. Dengar-dengar sih sekarang bakalan datang ke kantor.""Owh... emang ada hubungan apa dia sama Pak Aldi?" Anisa yang mendengar itu tersenyum penuh curiga pada Rania. Ia mendekatkan wajahnya sambil berbisik, "Kamu cemburu yaaa.""Ishhh, apaan sih. Aku kan cuma nanya, itu dengar-dengar katanya mereka ada hubungan spesial.""Hmm... Gak tau juga sih. Tapi biasanya mereka emang suka

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Perhatian Rania

    Ia meminta semuanya untuk kumpul dan melihat kejadian yang sebenarnya. Kapan waktu orang itu mengambil barang, dan saat itu sedang di mana Rania berada. Semua orang di sana mengangguk dan merasa bersalah karena telah terlanjur menuduh Rania. Sebagian dari mereka ada yang meminta maaf, tapi juga yang hanya diam dan menganggap semua ini hanya keisengan semata. Aldi meminta mereka untuk kembali bekerja. Sedangkan Siska dan Nita diam-diam mengacungkan jempol satu sama lain. Mereka berpikir mereka itu pintar karena terpikir lebih dulu untuk tidak menampakan wajah. "Kamu ikuti saya." Rania dengan malas membuntuti suaminya itu. Di dalam, Aldi tersenyum penuh arti, sedangkan Rania menatap dengan bingung karena suaminya itu senyum-senyum sendiri sedari tadi. "Ada apa?" tanya Rania, ia tidak ingin lama-lama ada di ruangan berdua dengan suaminya itu. "Kamu lupa perjanjian kita?""Enggak," kata Rania. "Bagus kalau begitu. Ya udah, langsung aja. Aku mau....""Mau apa? Kan perjanjiannya juga

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Aldi meminta imbalan

    Rania mendongak dengan mata yang melotot. Dia bahkan lebih percaya orang-orang di sana daripada memastikan lebih dulu bahwa bukan Rania lah yang mencuri."Bapak juga memfitnah saya?" tekan Rania, satu bulir air mata menetes di pipi wanita itu. Melihat itu membuat Aldi tidak tega, ia berdehem agar sedikit lebih kalem lagi. "Bukan... Bukan begitu maksud saya. Tapi—""Alahh mana ada sih, Pak, maling ngaku!""Iya, Pak. Udah jelas-jelas semua barang teman-teman kita ada di tas dia semua.""Diam! Ini kenapa kalian berdua yang ribut dari tadi. Memangnya barang kalian juga ada di tas dia?" sentak Aldi. Siska dan Nita hanya bisa menunduk dan menggeleng mendengar Aldi yang sudah mulai marah. "Sudah, kalian kembali bekerja. Urusan Rania, biar saya yang urus. Dan kita lihat, siapa pelaku sebenarnya. Jika memang bukan Rania yang mencuri, maka orang itu akan saya pecat tanpa pesangon!"Nita dan Siska mendongak dengan mata yang melotot. Mereka saling pandang dengan isyarat mata. Habis sudah jik

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Fitnah

    "Pa—Pak Aldi, foto ini saya dapat dari grup. Nita... dia yang ngirim, Pak.""Dia lagi," ujar Aldi jengkel. Ia meminta Anisa untuk kembali bekerja dan jangan terus menyebarkan rumor. "Udah dibilang jangan deket-deket, ngeyel!" Tekan Rania, dengan wajah yang kesal tapi tatapan fokus ke laptop. "Tapi memangnya kenapa kalau mereka tau? Toh kamu memang istriku aku, kan?"Entah ke berapa kali Aldi mendapatkan tatapan tajam dari istrinya itu. Ia hanya bisa tersenyum meledek sambil berlalu pergi memasuki ruangan.Siska yang menatap foto itu di ponselnya, ia mengepalkan tangan kemudian menggebrak meja. Ia berpikir Rania terlalu berani, dia saja belum pernah di ajak pulang bareng selama tiga tahun menjadi sekretaris Aldi, tapi dengan mudah Rania bisa mendapatkan itu semua padahal baru saja bekerja di kantor ini. "Sepertinya dia memang gak bisa aku diamkan!" Siska tersenyum miring merencanakan sesuatu yang akan membuat Rania menyesal karena telah berurusan dengannya. Jam istirahat datang, se

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Ancaman untuk Rania

    "Mulai sekarang, gak ada lagi yang boleh menyuruh-nyuruh di kantor ini. Ketahuan ada yang melakukan itu, saya denda lima ratus ribu!" Nita yang merasa bahwa ucapan itu diarahkan padanya, ia hanya bisa tertunduk dan merasa kesal, ia yakin bahwa Rania telah mengadu pada bosnya itu."Dan yang di suruhnya, jangan mau lakuin hal itu," kata Aldi tegas, kemudian ia menatap Rania yang diam di pojokan dengan tangan yang saling bertautan.Mata Aldi tak lepas dari menatap sang istri saat berlalu ingin masuk lagi ke ruangannya. Begitu juga dengan Rania yang matanya mengikuti arah sang suami pergi.Nita yang memperhatikan Rania, tangannya terkepal. Ia akan mengadu pada sang paman agar Rania di pecat dari perusahaan. ***"Aww!" Sebuah tangan yang mencengkram leher Rania membuat wanita itu meringis karena kesakitan.Ia sedang berada di kamar mandi, dan ternyata Nita mengikutinya untuk memberikan Rania pelajaran."Lo kan yang udah ngadu sama Pak Aldi soal yang tadi. Sudah gue bilang, jangan berani

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Masa Lalu

    Aldi yang semula diam karena terkejut, ia menggeleng sambil tersenyum, berusaha gembira di hadapan sahabatnya. "Gue... gue bekerja sama dengan salah satu perusahaan, yang di mana keuntungan itu mencapai miliaran.""Hah, beneran? Wahh, selamat, Bro. Gue salut banget sama Lo!" Andika semakin merasa bahagia, ia memeluk Aldi dengan tawa, sedangkan Aldi memejamkan mata untuk mengikhlaskan semuanya."Saat aku sudah mengikhlaskan kamu, kenapa Tuhan malah mempersatukan kita berdua, Ran," gumam Aldi, ia ingin menyeruput kembali kopinya, tapi ternyata sudah kosong, hanya tersisa hampasnya saja. Pria itu tersenyum miring, ia bingung dengan permainan Tuhan yang diberikan padanya. Takdir apa ini? Dulu Ia ambil kekasih hatinya, sekarang Ia mengambil sahabatnya. "Andai waktu bisa berputar kembali, bisa kan kita mencintai wanita yang berbeda? Mungkin dengan itu kita akan bahagia sekarang, An."Aldi kini hanya bisa menghela napas pelan. Semuanya telah terjadi, ia kini memiliki kekasih yang dulu tel

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status