"Huhh ... lagi-lagi barang belanjaan yang kucari kosong stok!" gerutu seorang ibu rumah tangga ketika melihat rak display bumbu dapur dan makanan kemasan kaleng tak ada isinya. Dengan segera ibu tadi mengembalikan dua barang yang tadi telah dimasukan ke keranjang belanjanya lalu keluar tanpa membeli apa pun. Suaminya yang tadi menunggu di bangku selasar mall keheranan melihat dia kembali tanpa tas berisi barang belanja apa pun. "Yin Hua, kenapa kau kembali tanpa berbelanja? Apa barang yang kau cari tak ada?" tanya Benny Fu seraya menatap istrinya berjalan mendekat."Antarkan aku ke mall seberang jalan saja, Suamiku. Jangan belanja ke mari lagi, semakin lama membuatku kesal saja. Rak-rak barang kosong, mereka ini niat berjualan apa tidak sih?!" gerutu ibu tadi menunjuk-nunjuk ke hypermart yang nampak sepi pengunjung siang itu.Dengan bijak Benny Fu menghentikan istrinya yang mengomel, dia merangkul bahu Yin Hua sembari melangkah menuju lift untuk turun ke parkiran di lantai GF. "Sstt
"Josh, kenapa wajahmu kerap kali murung belakangan ini sepulang kantor?" tegur Julia Ang ketika menyambut suaminya di rumah keluarga Cheng.Pria itu tersenyum tipis, pikirannya memang sedang semrawut dan letih dengan persoalan mall yang dipimpin olehnya. Kemudian pasangan suami istri itu masuk ke kamar tidur untuk duduk santai di sofa. Julia Ang membantu mencopot sepatu fantofel Joshua untuk disimpan di rak sepatu dan kaos kakinya ditaruh di keranjang laundry.Setelah itu Joshua duduk sembari merangkul bahu Julia. Angin sore yang berhembus dari jendela kamar yang terbuka mengarah ke sofa kamar mereka. "Ceritakanlah, ada masalah apa? Mungkin aku bisa meringankan beban pikiranmu, Hubby!" bujuk Julia Ang lembut. "Jadi, laporan keuangan perusahaan bidang departemen store alias mall Grup Cheng Yi mengalami defisit pendapatan yang besar. Penyebabnya adalah suplier berhenti mengirimkan barang mereka selama kurun waktu dua bulan. Ini menyebabkan persediaan barang yang dijual di hypermart ko
Di Bandara Internasional Pulau K, Eva Xin menempel erat seperti anak koala pada induknya ketika dia akan melepas kepergian suaminya ke New York."Ohh ... Darling, kamu ini kenapa jadi terbawa perasaan begini? Aku hanya pergi sebentar kok, nanti juga pulang kepadamu!" rayu Jason agar Eva melepaskan pelukan eratnya. Mereka berdua menjadi pusat perhatian para calon penumpang dan pegawai airport yang melintas di sana.Akhirnya Eva pun menjauhkan tubuhnya seraya berjinjit mengecup bibir Jason penuh gairah. "Cepat pulang kalau urusan mall sudah beres ya, Hubby. Aku merana tanpamu!" "Okay ... okay, panggilan boarding sudah terdengar. Aku harus naik ke pesawat American Airlines sekarang. Jaga diri dan kedua anak kita baik-baik, Eva Darling. Aku mencintaimu!" pamit Jason seraya membelai wajah oval yang rupawan itu dengan jemari tangan.Mereka saling melambaikan tangan hingga Jason menghilang di lorong menuju ke kabin pesawat. Eva menunggu hingga pesawat suaminya take off dari landasan. Dia be
"Bagaimana suplai dari New Jersey, Arthur?" tanya Jason sesampainya dia di kantor pagi itu.Arthur yang berdiri di hadapan meja presdir menyampaikan laporannya dengan lugas sesuai kondisi di lapangan. "Semuanya beres, Sir. Rak di hypermart mall ini terisi penuh dan menggunung sama seperti mall yang ada di seberang jalan!" jawabnya."Bagus, aku akan mengerjakan beberapa hal. Kau kembalilah ke mejamu dan mengerjakan tugas dariku mengenai promosi dan baliho depan mall kita, Arthur!" titah Jason. Dia ingin meminta tolong kepada Dean sekali lagi untuk memberi pelajaran kepada Welson Liu.Mereka hanya berhubungan via email saja, untungnya Dean segera menjawab pesan dari Jason. Kali ini dia ingin membuat Mall Golden Lotus mengalami pemadaman listrik seperti mall Joshua dulu. Tak boleh ada jejak sama sekali dalam sabotase itu. 'Okay, Master Jason. Aku akan mencari saluran listrik mall itu, mungkin butuh dua atau tiga hari hingga sirkuitnya bisa kukendalikan sepuruhnya. Setelah itu akan kuhen
"Halo, Hubby. Apa kamu masih lama berada di New York?" tanya Eva Xin spontan ketika dia menjawab panggilan video call dari Jason."Ohh ... ada apa, Eva? Apa kamu dan anak-anak baik-baik saja di sana?" balas Jason cemas dan mendadak tegang.Wanita itu menghela napas sambil terkikik geli menatap wajah tampan suaminya yang serius. "Kami semua baik, tetapi istrimu ini malarindu. Demam cinta yang parah dan butuh obat penawar secepatnya!" jawab Eva yang membuat suaminya sontak tertawa terbahak-bahak."Kamu ini ya suka bikin suami panik. Untuk sementara aku belum bisa kembali ke Pulau K. Mungkin kamu bisa ajak anak-anak ke New York saja, Eva. Ini bukan sebuah basa basi semata, aku serius. Untuk mengobati penyakit rindumu yang tak tertahankan itu!" ujar Jason dengan seringai lebar di wajahnya.Dengan antusias Eva Xin menanggapinya, "Wow, aku tak akan melewatkan undangan ini pastinya. Okay, besok pagi aku akan berangkat ke New York bersama Ares dan Ryan dengan satu baby sitter. Bagaimana?" "A
Sejak pagi cuaca di kota New York dan sekitarnya buruk, hujan disertai angin melanda tiada henti hingga siang hari. Jason yang tengah menunggu kedatangan keluarga kecilnya merasa kuatir juga. Sayangnya rombongan dari Pulau K tak bisa dihubungi karena masih dalam penerbangan, dia berangkat dengan sopir keluarga Cheng ke Bandara JFK untuk menjemput mereka."Maaf, Tuan Muda Cheng. Mobil tidak bisa melaju kencang karena jalan raya tergenang air. Untungnya kita naik mobil Land Rover yang bodinya tinggi, kalau sedan sudah tenggelam dan macet mesin!" ujar Pak Ching sembari mengendarai mobil yang mengantar Jason dan Charlie Huang ke bandara."Tidak usah ngebut, Pak Ching. Mungkin baru satu atau dua jam lagi istriku sampai di New York!" jawab Jason sabar. Dia tahu kalau jalanan licin berisiko ban selip dan tergelincir, itu lebih berbahaya.Sementara itu di angkasa, pesawat agak mengalami turbulensi saat terbang. Angin kencang akibat cuaca buruk di kawasan sepanjang pantai timur Amerika Serikat
"Jason, apa kau tahu? Mall milik Welson Liu gelap gulita sepanjang sore hingga malam tadi mall kita tutup," tanya Joshua dengan antusias. Dia bergembira di atas penderitaan rivalnya.Adik kembarnya menanggapi biasa saja padahal dia yang menyuruh Dean mengerjai listrik mall milik Grup Liu Dao itu. "Ohh ya? Apa mirip dengan kejadian di mall kita beberapa bulan lalu ya? Kasihan sekali kalau sampai terjadi seperti itu. Stok barang mereka yang menggunung lantas dijual ke mana ya?" balas Jason pura-pura bingung.Joshua pun menyahut, "Entahlah, tak perlu kau pikirkan Jason. Berharap saja listrik di mall Grup Cheng Yi tetap aman. Aku masih trauma dengan kejadian listrik padam sebulan itu!"Mendengar perkataan kakak kembarnya, Jason hanya terkekeh singkat. 'Mana mungkin terjadi, Josh. Aku masih kasihan kepadamu kalau kuisengi lagi!' batinnya geli.Eva Xin menyuapkan sepotong ikan Dori goreng tepung ke mulut suaminya. Dia sangat rindu kepada Jason dan ingin memanjakan bayi besarnya itu kembali.
"Permisi, aku ingin bertemu presdir mall!" ujar Welson Liu di depan meja Arthur Devlinski yang ada di dinding luar ruangan CEO.Arthur bangkit dari kursinya dan menjawab, "Mister Jason izin tidak masuk kantor hari ini, tetapi Mister Joshua Cheng ada. Siapa yang ingin Anda temui, Sir?""Hmm ... Joshua juga tidak apa-apa. Katakan saja bahwa Welson Liu ingin bertemu dengannya!" ujar tuan muda Grup Liu Dao itu dengan rahang menegang. Dia kesal karena menduga bahwa mallnya disabotase hingga tak bisa beroperasi sementara.Setelah Arthur masuk ke ruangan CEO dan melapor kepada Joshua, dia lalu mempersilakan Welson Liu untuk masuk ke sana. Dia tetap mendampingi Joshua di dalam."Hai, Welson. Apa kabar?" sapa Joshua dengan gaya kasual menjabat tangan dan bertukar pelukan ala laki-laki. "Hai, Joshua. Kabarku tidak terlalu baik karena mallku mengalami gangguan aliran listrik. Apa kau tahu penyebabnya? Dulu mallmu juga pernah begini, bukan?" jawab Welson Liu langsung ke inti masalah. Mereka dud