Deff masih berada di ruangannya. Tadi sudah diberitahu kalau Yogi akan mengadakan rapat. Mengenai pergantian model untuk produk terbaru sudah tersiar. Hanya saja belum ada yang mengetahui siapakah yang akan menjadi ambassador yang dipilih oleh Yogi. Mereka hanya menduga-duga, kalau mungkin saja pilihan Yogi jatuh kepada seorang selebgram yang tengah terkenal.Sementara saat ini pria itu tengah duduk di kursinya seraya menelepon Clarissa. Gadis itu tentu saja sudah mendengar mengenai desas-desus ambassador produk kiss Miss mis terbaru yang sebelumnya menjadi kesempatan untuknya. "Jadi sampai sekarang belum ada yang tahu siapa ambassadornya?" Clarissa bertanta. "Kita semua nggak ada yang tahu siapa ambassadornya. Dan katanya rapat nanti kita baru akan dikasih tahu dan dikenalin.""Sebenarnya nggak apa-apa sih kalau gue nggak jadi. Yang jadi masalah Gue cuman penasaran aja sebenarnya siapa orang yang dipilih sama Yogi."Deff gelengkan kepalanya. "Gue sendiri juga nggak tahu sih. Tapi,
"Kenapa kamu enggak setuju Deff?" Yogi bertanya karena heran dengan kelakuan bawahannya itu."Iya bapak lihat aja. Seharusnya model dari sebuah produk itu, mereka yang memiliki tubuh proporsional, enak dipandang. Itu adalah nilai jual," kata Deff. Ia merasa kalau mantan istrinya kurang pas untuk dijadikan brand ambassador dari produk terbaru mereka.Yogi baru saja akan bicara, sebelum Rei menahan tangan pria itu. Rei kemudian berdiri, menatap Deff dengan tegas. Keduanya saling tatap, sejujurnya Deff cukup terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Rei yanh saat ini semakin berani. "Jadi, Anda pikir karena tubuh saya tidak proporsional menurut anda— Saya tidak layak, dan juga tidak berhak untuk menjadi model dari brand ambassador perusahaan?" Rei bertanya. "Seharusnya kamu sendiri juga sudah mengerti. Bahwa masyarakat sekarang itu menilai produk dari modelnya. Okelah, katakan saja kalau anda itu seperti ini. Nilai plusnya apa? Anda influencer? Seleb
Yogi kini berada bersama Jimmy. Seperti yang dia katakan tadi kalau mereka harus membicarakan mengenai urusan perusahaan. Hanya saja, saat bersama dengan himikoma Yogi masih penasaran dengan sebenarnya ada hubungan apa di antara Jimmy dan juga Rei dulu."Sebenarnya gue penasaran, gimana hubungan lo sama Rei dulu?" Yogi bertanya pada Jimmy. Pertanyaan dari Yogi membuat Jimmy menoleh, menatap sepupunya itu. "Emangnya kenapa? Kenapa tiba-tiba lo tanya kayak gitu?""Gue itu cuma penasaran aja, gimana hubungan lo dulu sama dia." Jimmy terdiam sejenak, sebenarnya ragu juga untuk menjawab pertanyaan itu. Apalagi dengan sifat Yogi yang cemburuan. "Ya kami biasa aja. Dia adik kelas, dan gue kakak kelas sudah gitu aja."Jawaban yang diberikan justru membuat Yogi semakin penasaran. apalagi dia melihat ketidak seriusan dari jawaban Jimmy barusan. "Yang bener? Cuman kayak gitu aja?"Jimmy kesal dan bingung juga kenapa Yogi begitu penasaran
Deff bersama dengan Clarissa saat ini tengah makan siang bersama. Sejak tadi, pria itu tak mengatakan sepatah kata pun. Sejujurnya itu membuat Clarissa menjadi sedikit bingung, karena tadi Deff mengatakan kalau ia ingin menceritakan sesuatu."Sebenarnya, ngapain sih lo ngajakin gue ke sini siang-siang gini?" Pertanyaan dari Clarissa membuat Deff menoleh, sedikit terkejut karena sejak tadi pikirannya berkelana entah ke mana."Jujur aja gue nggak tahu, kenapa hari ini bisa ngalamin hal kayak gini." Deff mengatakan itu, sambil mengaduk-aduk kopi, yang sejak tadi sama sekali belum disentuhnya.Clarissa mengerenyitkan kening, dia menatap pada sahabatnya. Dan apa yang dikatakan oleh Deff membuat dirinya semakin penasaran. "Ada apa sih? Lo jangan bikin gue penasaran deh.""Lo pasti udah tahu, kalau Yogi nggak milih lo, buat jadi brand ambassador produk terbarunya."Clarissa anggukan kepala, menyeruput Red Velvet frappucino yang tadi
Deff berjalan menuju apartemennya setelah dia bertemu dengan Clarissa tadi. Di dalam pikirannya ia masih terbayang bagaimana pertemuannya tadi dengan sang mantan istri. Tentu saja, pertemuan itu sangat berkesan. Dan berhasil membuat perasaannya berantakan. Sesekali helaan napas berat terdengar dari bibirnya. Mencoba mengatur emosi, meskipun rasanya cukup sulit. Karena sejak tadi ia masih terus aja memikirkan perkara Rei dan juga Bebe."Pacar? Pak Yogi?" gumam Deff. Pria itu memikirkan tentang desas-desus yang terdengar di kalangan karyawan. Mereka mengatakan kalau Rei adalah kekasih Yogi.Seharusnya itu bukan masalah untuknya. Apalagi mereka berdua sudah bercerai kan? Namun mengapa pikiran Deff terus saja mempermasalahkan hubungan itu?Dia membuka pintu, tercium aroma masakan dari dalam. Pria itu mendengkus, hal yang biasanya dia sukai, kini rasanya malah menjadi beban untuknya. "Welcome Baby!" seru seorang wanita dari dapur. "Hai!" seru Deff sambil melangkahkan kaki masuk ke dala
Deff berjalan menuju apartemennya setelah dia bertemu dengan Clarissa tadi. Di dalam pikirannya ia masih terbayang bagaimana pertemuannya tadi dengan sang mantan istri. Tentu saja, pertemuan itu sangat berkesan. Dan berhasil membuat perasaannya berantakan. Sesekali helaan napas berat terdengar dari bibirnya. Mencoba mengatur emosi, meskipun rasanya cukup sulit. Karena sejak tadi ia masih terus aja memikirkan perkara Rei dan juga Bebe."Pacar? Pak Yogi?" gumam Deff. Pria itu memikirkan tentang desas-desus yang terdengar di kalangan karyawan. Mereka mengatakan kalau Rei adalah kekasih Yogi.Seharusnya itu bukan masalah untuknya. Apalagi mereka berdua sudah bercerai kan? Namun mengapa pikiran Deff terus saja mempermasalahkan hubungan itu?Dia membuka pintu, tercium aroma masakan dari dalam. Pria itu mendengkus, hal yang biasanya dia sukai, kini rasanya malah menjadi beban untuknya. "Welcome Baby!" seru seorang wanita dari dapur. "Hai!" seru Deff sambil melangkahkan kaki masuk ke dala
Yogi malam ini belum bisa terlelap. Alasannya, karena tiba-tiba begitu rindu pada Rei. Biasanya dia bisa datang ke club, berpura-pura memesan room. Setidaknya ada sedikit pembicaraan diantara mereka berdua. Pria itu kemudian berjalan ke nakas, memgambil ponsel miliknya. Ia duduk, menepuk-nepuk ponsel di tangannya. Ragu, takut menggangu istirahat malam wanita pujaannya. "Ganggu enggak ya? Udah jam dua belas," kata Yogi bernarasi. "Chat dulu? Tapi mau denger suara dia. Argh!" Yogi mengacak rambutnya, jadi bingung sendiri. "Langsung telepon aja kan?" Jadi gila sendiri, Yogi terus saja mengomentari apa yang akan dia lakukan. Akhirnya setelah pergumulan dalam hati dan pikirannya, ia menghubungi Rei. Karena merasa tak sanggup lagi untuk menahan keinginannya mendengar suara wanita itu. Yogi menunggu cukup lama."Telepon siapa sih?" Dia bergumam pada diri sendiri setelah mendapat pemberitahuan Kalau panggilan sedang berada di sambungan lain. Pria itu terpaksa menghubungi beberapa kali Sa
Pagi ini Yogi sudah bersiap untuk ke kantor. Rencanakan ia akan menjemput Rei untuk membicarakan mengenai konsep pemotretan. Selesai menyiapkan diri, dia segera berjalan turun menuju ruang makan. Di sana sudah tersaji sarapan pagi sesuai dengan menu yang sudah di siapka. Menu sarapan pagi, makan siang ataupun makan malam, memang sudah disusun oleh ahli gizi yang ditunjuk oleh Yesi. Dia ingin putra semata wayangnya tetap sehat meskipun dirinya tak mendampingi. Jadi menunjuk seorang ahli gizi untuk menjamin kebutuhan nutrisi bagi Yogi.Saat berada di ruang makan, tiba-tiba saja ponselnya berdering dan itu adalah panggilan dari sang mama. "Ya Ma?" Yogi menyapa sambil meletakkan sendok dan garpunya."Morning sayang. Gimana? Kerjaan kamu lancar di sana?""Lancar, aku juga nunjuk Rei untuk jadi model produk terbaru. Jadi, aku akan ada banyak waktu untuk sama-sama dia. Aku mau nikah Ma.""Ya nikah lah, kamu kan udah ada pasangannya. Kamu nunjuk Rei jadi model? Dia mau?""Iya, aku yakin Mam
Yogi kini duduk di meja makan bersama Rei dan juga Bebe. Masakan Rei sudah siap sejak tadi, dan kini waktunya mereka menikmati makan siang. Ketiganya benar-benar terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia."Tadi Bebe makan batagor ya?" Yogi bertanya kepada calon putri kecilnya.Bebe menganggukan kepalanya dengan sumringah. dia tersenyum ke arah Yogi. "Iya Papi, tadi Om Tedi beliin aku batagor. Enak banget sama ayam goreng loh."Yogi melirik cemburu ke arah Rei. Melihat itu sang kekasih hanya tertawa terkekeh melihat Yogi yang cemburu."Harusnya tadi pagi Papi ke sini biar kebagian batagor juga."Bebe menganggukan kepalanya setuju. "Gimana kalau besok Papi ke sini? Kita ke taman seperti mami pagi tadi? Ya?* Anak itu begitu bersemangat mengajak Yogi.Baru saja hal itu membuat Yogi senang, dengan segera menganggukkan kepalanya setuju. tentu saja ia akan memastikan kalau besok pagi akan datang ke sini. "Oke, kalau gitu Papi besok pagi ke sini ya? Jadi besok sebelum berangkat sekolah ki
Deff dan Clarissa kini berada di kafe tempat di mana mereka biasa bertemu. Clarissa terlihat antusias, ia bahkan datang tanpa merias wajahnya dan tentu saja Clarissa tetap cantik paripurna. "Ayo buruan cerita. Jangan sia- siakan waktu gue pagi ini karena udah datang ke sini." Clarissa mendesak pada Deff yang masih sibuk meneguk secangkir kopi yang ia pesan. Deff meletakkan kembali cangkirnya, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Clarissa. "Lo tau kan kalau gue itu kerjasama mantan istri gue?" tanya Deff dijawab anggukan kepala oleh Clarissa. "Iya gue tau. Terus terus?" "Kemarin di pemotretan hari terakhir, dia datang bawa Bebe.""HAH?!!" Deff anggukan kepala. "Gue cemburu banget liat Bebe sibuk sama Yogi. Mereka bertiga keliatan banget kayak keluarga. ada rasa enggak terima ngeliat mereka keliatan bahagia sama-sama.""Iya, lo sayang sama Bebe?" tanya Clarissa."Dia itu gue banget, semua tentang Bebe sebagian besar itu duplikasi gue. Sampai gue pulang, itu gue ngerasa kangen bange
Yogi pagi ini masih berada di rumah. Bangun kesiangan karena kelelahan beberapa hari ini. Tubuhnya juga sedikit demam dan flu, jadi ia memilih beristirahat. Setelah bangun dan membersihkan badan, Dia kembali menuju tempat tidur. Mendudukkan bokongnya di sana dan memutuskan untuk segera menghubungi Rei karena kangen. Tak lama sampai akhirnya panggilan diterima."Ya mas?" sapa Rei dari balik telepon. "Kamu lagi ngapain? Udah sarapan atau belum? Bebe udah bangun belum?" Yogi bertanya bertubi-tubi dan itu membuat Rei tertawa dari balik telepon."Kamu tuh, kalau tanya satu-satu gitu loh. ""Iya, aku kan sekalian nanyanya sayang.""Aku tadi udah sarapan. Mas, ternyata di dekat sini itu ada taman, dari taman itu banyak banget tukang jualan. Tadi juga Bebe udah bangun mas. Dibeliin sama Pak Tedi batagor, sama ayam goreng, dia seneng banget." Penjelasan dari Rei membuat Yogi terkejut. "Ada Pak Twledi ke sana? Ngapain dia ke situ? Memang kamu udah kasih tahu dia kalau kamu pindah ke rumah i
Pagi-pagi sekali Rei sudah terbangun saat pulang kemarin dia melihat sebuah taman tak jauh dari rumahnya. Ingin menenangkan diri, ia memutuskan berjalan-jalan sendiri pagi ini. Meskipun harus memakai tongkat, tapi rasanya ia harus keluar untuk menyegarkan pikirannya. Ia berjalan ke luar, tadi sempat berpapasan dengan Bram dan ia sudah meminta izin untuk keluar. Rei lalu melangkahkan kakinya menuju taman, dia bisa melihat ada beberapa orang yang sedang berlarian dan duduk di kursi kursi taman. Taman itu cukup asri, banyak berbungaan di sana. Ada juga sebuah lapangan dengan peralatan olahraga. Bukan hanya itu, di pinggir-pinggir taman ada banyak orang yang berjualan. Rei duduk memerhatikan, ia senang melihat kegiatan pagi yang selalu terlewatkan. Setiap pagi sudah dimulai dengan kesibukan kemudian bekerja. Sekarang ini bisa menikmati pagi seperti ini merupakan sebuah hal yang sangat ia syukuri. "Rei?" Sebuah sapaan terdengar, membuat Rei menoleh ke belakang dan dia mendapati Tedi. "
Deff menghentikan mobil, pikirannya tak bisa fokus. Takut hal buruk terjadi, ia memilih untuk berhenti. Pertemuannya tadi dengan Bebe membuat ia jadi merasa jatuh cinta pada putri cantiknya itu. Padahal baru saja berpisah ia sudah merindukan Bebe."Cantik banget kamu Bebe," kata Deff sambil menatap foto Bebe. Tadi saat mereka menghabiskan waktu bersama, Deff banyak mengambil gambar Bebe. Semua hal yang dilakukan Bebe menarik perhatiannya. Ada rasa menyesal yang dalam ia rasakan. Semua tentang Bebe bagai cerminan dirinya. Bebe suka semua makanan yang mengandung strawberry, sama seperti dirinya. Bahkan Bebe juga lebih aktif menggunakan tangan kiri persisi sepertinya. Menulis juga menggunakan tangan kiri. Wajah Bebe pun mirip sekali, hanya bentuk wajah Bebe yang bulat seperti sang ibu.Kini ia menatap foto Rei yang sedang menyuapi Bebe. Deff tersenyum sendiri. Katakan saja ia gila, tapi ini membuat ia merasa tenang dan senang. Pria itu hela napas kemudian menyandarkan tubuhnya, memejamk
Bebe tidur di belakang mobil. Tadi menghabiskan waktu cukup lama bersama sang ayah di apartemen Yogi. Kini dia dalam perjalanan pulang bersama Yogi dan Rei.Rei hanya tadi banyak diam. Jujur saja, memang ia membayangkan suatu saat akan memperkenalkan mantan suaminya kepada putri kecilnya. Jujur, rasanya senang karena bisa menuntaskan niatnya itu. Tapi ia takut dengan reaksi putrinya keesokan hari, atau hari-hari setelahnya.Yogi menangkap kegelisahan itu, kemudian menggenggam tangan Rei. "Kamu kenapa? Kenapa dari tadi bengong aja?""Aku senang melihat anak aku bisa ketemu sama ayah kandungnya. Tapi di sisi lain, aku juga mikir Gimana reaksi dia besok, atau lusa, atau besoknya lagi.""Jangan terlalu mikirin hal yang belum terjadi. kita jalanin aja semuanya. Ya?"Rei menoleh pada Yogi, jujur ia sangat berterima kasih dengan apa yang telah Yogi lakukan. Pria itu banyak sekali memberikan bantuan dalam hidupnya. "Aku makasih banyak sama kamu Mas.""Ssst, Kamu jangan ngomong kayak gitu. Ple
Bebe menatap bingung, kini ia dihadapankan pada Deff. Rei jelas mengerti kebingungan yang dirasakan putrinya ia memeluk Bebe. Tangan mungil Bebe juga sejak tadi genggam tangan Yogi. "Mungkin lebih baik kalau Pak Yogi enggak ikut campur." Deff merasa kalah, ia cemburu. "Mas Yogi di sini," kata Rei menekankan. Tangannya juga menggenggam tangan Yogi. Yogi senanb dipertahankan, ia mengerti mungkin Rei merasa tak nyaman jika harus berbicara dengan Deff tanpa kehadirannya. "Oke aku di sini," kata Yogi sambil kemudian kecup tangan Rei yang menggenggam tangannya. Hal itu jelas membuat Deff merasa kesal. hanya saja dia mencoba menutupi rasanya sejak tadi. Kini pria itu menatap kepada putrinya, Strawberry sedang duduk, menatap bingung dengan apa yang terjadi sejak tadi."Kayaknya kamu harus segera ngomong. Soalnya keliatannya Strawberry juga udah nggak nyaman." Deff mengatakan karena dia merasa kalau Rei terlalu menunda-nunda.Rei menatap ke arah sang putri yang sejak tadi menatap ke arah D
"Papi," sapa Bebe. "Iya?" "Kenapa Mami sama Om itu?" tanya Bebe bingung. Gadis kecil itu duduk di kursi penumpang, tepat di sebelah Yogi.Saat ini Strawberry bersama Yogi dalam perjalanan menuju apartemen Yogi. Sementara itu, Rei kini berada satu mobil dengan mantan suaminya. Mereka Tengah membicarakan rencana sebelum bertemu dengan Bebe. Rei sudah memantapkan hati kalau dia akan memberitahu kepada Bebe tentang ayah kandungnya."Nanti, biar Mami sendiri yang bilang ke kamu ya." Yogi tentu saja tak bisa mengatakan apa yang sebenarnya. Dia mengerti kalau belum memiliki hak untuk itu."Aku bingung," kata Bebe lagi. "Pokoknya, nanti apapun yang mami bilang kamu harus nurut Ya? Semua yang dibilang Mami, semuanya dikasih tau Mami dan semua yang terjadi itu buat kebaikan Bebe. Ngerti?" Hanya itu kata-kata yang bisa dikatakan oleh Yogi. Setidaknya ia membantu untuk membuat anak cantik itu sedikit mengerti.Bebe menatap dengan tatapan bingung. Karena dia pun merasa selama ini menjadi anak y
Deff berjalan mendekati Reza sang sutradara. dia merasa tak terima karena putrinya dibentak seperti itu.. "bisa nggak lo nggak usah kasar kayak gitu sama anak kecil. Kecil. Nggak usah teriak-teriak?"Reza menjadi kesal setelah apa yang dilakukan oleh Deff. Menurutnya itu tidak salah. "Lo ngapain hem? Lo mau cari muka sama Pak Yogi?" Reza bertanya karena merasa kalau Deff mencari perhatian dengan bersikap seperti ini. Pria itu bahkan mendorong tubuh deff. Apa yang dilakukan Reza tentu saja memancing emosi Deff. Dia kemudian balikmendorong Reza, Reza menabrak kursi hingga tersungkur dan jatuh. "Gue cuman bilang biasa aja ya! Lo nggak usah berlebihan!!!"Reza mendorong tubuh Deff, kini posisi mereka terbalik. Keduanya terus saja beradu mulut hingga akhirnya saling beradu jotos. Keributan terjadi, sehingga membuat beberapa staf yang lain merasa cemas kemudian berusaha melerai keduanya."Berhenti, tolong jangan buat kegaduhan. anak saya nggak suka kalau kayak gini dia nangis dan ketakuta