"Lo udah deal sama konsepny. Terus, lo belum deal sama BA kita?" Jimmy bertanya pada Yogi. Semua sudah disetuji hanya saja sang sepupu belum menyetujui tentang brand ambassador. Tentu saja produk baru mereka membutuhkan brand ambassador. Yogi sejak tadi sebenarnya memikirkan siapa yang cocok untuk itu. Hanya saja, ia tak bisa memutuskan. Yogi juga mendadak hilang minat pada Clarissa. Bukan karena apapun, setelah mengetahui sisi lain gadis itu, ia jadi malas. Sete;ah tau kalau Clarissa manja dna hanya menggunakan nama sang ayah untuk pekerjaannya. Yogi hela napas, memejamkan mata. Pria itu berpikir dengan keras. "Gue kayaknya mau pakai Rei buat jadi brans ambass kita.""Rei? Rei, Rei cewek yang lagi lo sukain?"Yogi anggukan kepala. Banyak hal yang sudah ia pertimbangkan. Dan ia yakin untuk meminta Rei sebagai BA-nya."Lo mabuk atau gimana sih?" tanya Jimmy. Jelas menurut Jimmy ini sangat aneh. Entah apa yang ada di dalam pikiran Yogi saat ini. "Dia gemuk," lanjut Jimmy."Iya kenapa
"oke kok. Kalau emang mau keluar nggak masalah. Lagian, untuk bulan ini kan memang laporan udah selesai semua. Kamu emang harus fokus sama Strawberry sih Kak. Jadi, dia ada yang jaga dan ngawasin. Lingkungan kerja kayak gini nggak bagus buat anak kecil." Wiji mengatakan itu setelah Rey memberitahunya bahwa akan keluar dari klub. Menurut Wiji memang klub tersebut tidak cukup baik lingkungannya untuk Strawberry. Karena anak itu seringkali dibawa ke sana, kurang beristirahat juga, karena musik yang seringkali diputar cukup kencang hingga ke ruang kerja."Aku minta maaf banget ya Kak." Rei sedikit merasa tidak enak karena ia harus keluar secara tiba-tiba."Nggak apa-apa kok Kak. Santai aja, lagian dari lama aku juga udah mikir kalau lingkungan kayak gini nggak bagus buat Bebe."Setelah meminta izin kepada Wiji. Rei kembali berjalan menuju ruangannya di mana di sana ada Milo yang masih mengerjakan beberapa laporan. Rei kemudian berjalan dan duduk di samping sahabatnya itu."Gimana? Boleh
"Jadi gimana, oke kan?" Yogi mencoba bertanya lagi karena dari tadi tak ada suara dari Rei.Rei sebenarnya ingin sekali menolak, karena dia masih merasa tak pantas untuk itu. Namun, dia tahu kalau ditolak, Yogi pasti akan menjadi-jadi terlihat dari sikapnya selama ini."Ya udah oke." Rei menjawab pasrah. "Kok ya udah sih? Kamu kelihatannya nggak ikhlas. "Yogi bertanya karena wajah Rei yang terlihat setengah-setengah menerima penawaran darinya itu. Namun, Kalau ditolak juga pasti dia akan terus mengejar sampai Rei setuju."Iya, oke aku setuju Mas." Rei menjawab kemudian dia tersenyum terpaksa. "Kontrak kerjasamanya berapa lama?"Yogi senang mendengar jawaban itu. dengan hal ini juga berarti ia akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan wanita yang ia sukai. "Syukurlah kalau gitu. Ya udah, kamu makan dulu, nanti kita jemput Bebe ya?""Kamu udah makan siang belum Mas?" Rei bertanya sambil membuka nasi padang di hadapannya. Sejak tadi perutnya sudah memberontak karena kelaparan."Aku ud
"Gimana tadi di sekolahnya sayang?" Rei bertanya pada Bebe. "Mommy, tadi aku dilihatin sama om-om. Aku nggak lihat sih, tapi Aufa lihat itu."Mendengar apa yang dikatakan oleh sang putri membuat Rei sedikit merasa cemas. "Sama om om?" "Iya, tadi waktu aku lagi olahraga dia stay di depan pagar. Creepy banget, Bebe takut.""Mungkin dia lihat orang lain, tapi Aufa lihatnya ngeliatin Bebe." Rei ingin mencoba berpositif thinking. Siapa tahu pria yang dimaksud oleh putrinya itu memperhatikan orang lain. Rei dan Bebe sudah berada di rumah. Sebenarnya tadi siang Yogi mengantar. Ia mengendarai mobil baru Rei memastikan juga kalau mobil itu dalam performa yang baik. Namun, pria itu tak memutuskan untuk segera pergi karena ada pekerjaan yang harus ia kerjakan.Dan kini Rei dan Bebe sudah berada di kamar untuk tidur malam seperti biasanya memang keduanya sering mengobrol sebelum tidur. Satu cara juga agar Rei mengetahui apa saja yang terjadi pada sang putri di sekolah.Tak menunggu waktu lama
"Mas Tedi?" Tedi tersenyum sambil menunjukkan sarapan yang ia beli. "Pagi, Bebe udah bangun?""Belum Mas." Rei menjawab merasa tak enak. "Hmm, lagi ada mami sama papiku.""Kalian udah baikan?" Tedi bertanya sambil tersenyum senang. Karena ia tau kalau Rei memang berjarak dengan kedua orang tuanya. Semua karena pernikahannya dengan Deff. "Iya, aku bersyukur bisa baikan. Pagi ini mereka datang, Mas. Belum lama, baru aja.""Oh gitu, yaudah kamu enjoy nikmatin waktu sama mereka." Tedi kemudian menyerahkan paper bag berisi makanan itu kepada Rei. "Mas mau kemana?" "Aku enggak mau ganggu kamu yang baru aja ketemu sama orang tua kamu." Tedi merasa kalo harus memberikan ruang dan waktu untuk Rei bersama dengan kedua orang tuanya. "Enggak masuk dulu Mas?" tawar Rei merasa tak enak. Tedi gelengkan kepala. "Aku mau kamu ngabisin waktu dulu sama orang tua kamu. Mungkin besok aku akan ke sini lagi untuk ketemu sama Strawberry. Aku pamit ya, sampaikan salam aku untuk orang tua kamu dan juga
Rei menoleh dengan terkejut sama juga halnya Bram dan Ratih. Mereka bertiga sama-sama menatap ke arah Yogi yang hanya tersenyum dengan santainya. Pria itu kemudian segera bersalaman dengan Bram dan juga Ratih."Mas?"Yogi melirik ke arah Rei. "memangnya ada yang salah? Bukannya kamu udah setuju untuk nikah sama saya?"Mendengar apa yang dikatakan oleh Yogi itu, membuat kedua orang tua Rei kembali menatap ke arah putrinya. Tentu saja mereka tak habis pikir dengan apa yang dikatakan oleh Yogi."Terserah kamu aja lah. Aku mau make up dulu sebentar, habis itu kita buru-buru jalan. Hari ini, Bebe nggak ikut, biar dia di rumah aja sama opa sama Omanya." Rei mengatakan itu kemudian dia melirik ke arah Ratih seraya menggelengkan kepalanya. Mencoba untuk memberitahu sang Ibu kalau tak perlu terlalu memikirkan apa yang dikatakan oleh Yogi barusan.Sementara itu, Yogi duduk di sofa yang berada di sisi Bram dan Ratih. Saat itu, Bebe berjalan menghampiri Yogi dan minta untuk dipangku. Jujur saja
Bram kini dan sang istri di ruang tengah bersama Bebe. Mereka tinggal bertiga setelah Rei dan Yogi beranjak dari sana. Bram murai penasaran tentang bagaimana hubungan Rei dan Yogi. "Sebenarnya, tadi Mami sama Om Yogi itu udah Sejak kapan temenannya?" Bram bertanya. Bebe saat ini duduk diantara kakek dan neneknya, anak itu sibuk menyantap buah yang tadi sudah dipotong oleh Ratih. Sebenarnya sang nenek membawakan banyak kudapan, hanya saja tadi sebelum berangkat Rei mengatakan kalau putrinya itu tidak bisa terlalu banyak makan snack. Karena ia memiliki tenggorokan yang lemah biasanya akan langsung batuk jika terlalu banyak makan cemilan. Jadi, Ratih mengalah dengan memotong buah yang sudah ada di dalam kulkas."Udah lama opa. Papi itu baik, pernah jemput aku kok nggak pernah antar aku sekolah, sering beliin aku sarapan." Bebe menceritakan semua hal yang dilakukan oleh Yogi padanya.Mendengar apa yang dikatakan oleh sang cucu membuat Bram cukup terkejut kemudian menatap kepada Ratih.
Deff masih berada di ruangannya. Tadi sudah diberitahu kalau Yogi akan mengadakan rapat. Mengenai pergantian model untuk produk terbaru sudah tersiar. Hanya saja belum ada yang mengetahui siapakah yang akan menjadi ambassador yang dipilih oleh Yogi. Mereka hanya menduga-duga, kalau mungkin saja pilihan Yogi jatuh kepada seorang selebgram yang tengah terkenal.Sementara saat ini pria itu tengah duduk di kursinya seraya menelepon Clarissa. Gadis itu tentu saja sudah mendengar mengenai desas-desus ambassador produk kiss Miss mis terbaru yang sebelumnya menjadi kesempatan untuknya. "Jadi sampai sekarang belum ada yang tahu siapa ambassadornya?" Clarissa bertanta. "Kita semua nggak ada yang tahu siapa ambassadornya. Dan katanya rapat nanti kita baru akan dikasih tahu dan dikenalin.""Sebenarnya nggak apa-apa sih kalau gue nggak jadi. Yang jadi masalah Gue cuman penasaran aja sebenarnya siapa orang yang dipilih sama Yogi."Deff gelengkan kepalanya. "Gue sendiri juga nggak tahu sih. Tapi,
Yogi kini duduk di meja makan bersama Rei dan juga Bebe. Masakan Rei sudah siap sejak tadi, dan kini waktunya mereka menikmati makan siang. Ketiganya benar-benar terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia."Tadi Bebe makan batagor ya?" Yogi bertanya kepada calon putri kecilnya.Bebe menganggukan kepalanya dengan sumringah. dia tersenyum ke arah Yogi. "Iya Papi, tadi Om Tedi beliin aku batagor. Enak banget sama ayam goreng loh."Yogi melirik cemburu ke arah Rei. Melihat itu sang kekasih hanya tertawa terkekeh melihat Yogi yang cemburu."Harusnya tadi pagi Papi ke sini biar kebagian batagor juga."Bebe menganggukan kepalanya setuju. "Gimana kalau besok Papi ke sini? Kita ke taman seperti mami pagi tadi? Ya?* Anak itu begitu bersemangat mengajak Yogi.Baru saja hal itu membuat Yogi senang, dengan segera menganggukkan kepalanya setuju. tentu saja ia akan memastikan kalau besok pagi akan datang ke sini. "Oke, kalau gitu Papi besok pagi ke sini ya? Jadi besok sebelum berangkat sekolah ki
Deff dan Clarissa kini berada di kafe tempat di mana mereka biasa bertemu. Clarissa terlihat antusias, ia bahkan datang tanpa merias wajahnya dan tentu saja Clarissa tetap cantik paripurna. "Ayo buruan cerita. Jangan sia- siakan waktu gue pagi ini karena udah datang ke sini." Clarissa mendesak pada Deff yang masih sibuk meneguk secangkir kopi yang ia pesan. Deff meletakkan kembali cangkirnya, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Clarissa. "Lo tau kan kalau gue itu kerjasama mantan istri gue?" tanya Deff dijawab anggukan kepala oleh Clarissa. "Iya gue tau. Terus terus?" "Kemarin di pemotretan hari terakhir, dia datang bawa Bebe.""HAH?!!" Deff anggukan kepala. "Gue cemburu banget liat Bebe sibuk sama Yogi. Mereka bertiga keliatan banget kayak keluarga. ada rasa enggak terima ngeliat mereka keliatan bahagia sama-sama.""Iya, lo sayang sama Bebe?" tanya Clarissa."Dia itu gue banget, semua tentang Bebe sebagian besar itu duplikasi gue. Sampai gue pulang, itu gue ngerasa kangen bange
Yogi pagi ini masih berada di rumah. Bangun kesiangan karena kelelahan beberapa hari ini. Tubuhnya juga sedikit demam dan flu, jadi ia memilih beristirahat. Setelah bangun dan membersihkan badan, Dia kembali menuju tempat tidur. Mendudukkan bokongnya di sana dan memutuskan untuk segera menghubungi Rei karena kangen. Tak lama sampai akhirnya panggilan diterima."Ya mas?" sapa Rei dari balik telepon. "Kamu lagi ngapain? Udah sarapan atau belum? Bebe udah bangun belum?" Yogi bertanya bertubi-tubi dan itu membuat Rei tertawa dari balik telepon."Kamu tuh, kalau tanya satu-satu gitu loh. ""Iya, aku kan sekalian nanyanya sayang.""Aku tadi udah sarapan. Mas, ternyata di dekat sini itu ada taman, dari taman itu banyak banget tukang jualan. Tadi juga Bebe udah bangun mas. Dibeliin sama Pak Tedi batagor, sama ayam goreng, dia seneng banget." Penjelasan dari Rei membuat Yogi terkejut. "Ada Pak Twledi ke sana? Ngapain dia ke situ? Memang kamu udah kasih tahu dia kalau kamu pindah ke rumah i
Pagi-pagi sekali Rei sudah terbangun saat pulang kemarin dia melihat sebuah taman tak jauh dari rumahnya. Ingin menenangkan diri, ia memutuskan berjalan-jalan sendiri pagi ini. Meskipun harus memakai tongkat, tapi rasanya ia harus keluar untuk menyegarkan pikirannya. Ia berjalan ke luar, tadi sempat berpapasan dengan Bram dan ia sudah meminta izin untuk keluar. Rei lalu melangkahkan kakinya menuju taman, dia bisa melihat ada beberapa orang yang sedang berlarian dan duduk di kursi kursi taman. Taman itu cukup asri, banyak berbungaan di sana. Ada juga sebuah lapangan dengan peralatan olahraga. Bukan hanya itu, di pinggir-pinggir taman ada banyak orang yang berjualan. Rei duduk memerhatikan, ia senang melihat kegiatan pagi yang selalu terlewatkan. Setiap pagi sudah dimulai dengan kesibukan kemudian bekerja. Sekarang ini bisa menikmati pagi seperti ini merupakan sebuah hal yang sangat ia syukuri. "Rei?" Sebuah sapaan terdengar, membuat Rei menoleh ke belakang dan dia mendapati Tedi. "
Deff menghentikan mobil, pikirannya tak bisa fokus. Takut hal buruk terjadi, ia memilih untuk berhenti. Pertemuannya tadi dengan Bebe membuat ia jadi merasa jatuh cinta pada putri cantiknya itu. Padahal baru saja berpisah ia sudah merindukan Bebe."Cantik banget kamu Bebe," kata Deff sambil menatap foto Bebe. Tadi saat mereka menghabiskan waktu bersama, Deff banyak mengambil gambar Bebe. Semua hal yang dilakukan Bebe menarik perhatiannya. Ada rasa menyesal yang dalam ia rasakan. Semua tentang Bebe bagai cerminan dirinya. Bebe suka semua makanan yang mengandung strawberry, sama seperti dirinya. Bahkan Bebe juga lebih aktif menggunakan tangan kiri persisi sepertinya. Menulis juga menggunakan tangan kiri. Wajah Bebe pun mirip sekali, hanya bentuk wajah Bebe yang bulat seperti sang ibu.Kini ia menatap foto Rei yang sedang menyuapi Bebe. Deff tersenyum sendiri. Katakan saja ia gila, tapi ini membuat ia merasa tenang dan senang. Pria itu hela napas kemudian menyandarkan tubuhnya, memejamk
Bebe tidur di belakang mobil. Tadi menghabiskan waktu cukup lama bersama sang ayah di apartemen Yogi. Kini dia dalam perjalanan pulang bersama Yogi dan Rei.Rei hanya tadi banyak diam. Jujur saja, memang ia membayangkan suatu saat akan memperkenalkan mantan suaminya kepada putri kecilnya. Jujur, rasanya senang karena bisa menuntaskan niatnya itu. Tapi ia takut dengan reaksi putrinya keesokan hari, atau hari-hari setelahnya.Yogi menangkap kegelisahan itu, kemudian menggenggam tangan Rei. "Kamu kenapa? Kenapa dari tadi bengong aja?""Aku senang melihat anak aku bisa ketemu sama ayah kandungnya. Tapi di sisi lain, aku juga mikir Gimana reaksi dia besok, atau lusa, atau besoknya lagi.""Jangan terlalu mikirin hal yang belum terjadi. kita jalanin aja semuanya. Ya?"Rei menoleh pada Yogi, jujur ia sangat berterima kasih dengan apa yang telah Yogi lakukan. Pria itu banyak sekali memberikan bantuan dalam hidupnya. "Aku makasih banyak sama kamu Mas.""Ssst, Kamu jangan ngomong kayak gitu. Ple
Bebe menatap bingung, kini ia dihadapankan pada Deff. Rei jelas mengerti kebingungan yang dirasakan putrinya ia memeluk Bebe. Tangan mungil Bebe juga sejak tadi genggam tangan Yogi. "Mungkin lebih baik kalau Pak Yogi enggak ikut campur." Deff merasa kalah, ia cemburu. "Mas Yogi di sini," kata Rei menekankan. Tangannya juga menggenggam tangan Yogi. Yogi senanb dipertahankan, ia mengerti mungkin Rei merasa tak nyaman jika harus berbicara dengan Deff tanpa kehadirannya. "Oke aku di sini," kata Yogi sambil kemudian kecup tangan Rei yang menggenggam tangannya. Hal itu jelas membuat Deff merasa kesal. hanya saja dia mencoba menutupi rasanya sejak tadi. Kini pria itu menatap kepada putrinya, Strawberry sedang duduk, menatap bingung dengan apa yang terjadi sejak tadi."Kayaknya kamu harus segera ngomong. Soalnya keliatannya Strawberry juga udah nggak nyaman." Deff mengatakan karena dia merasa kalau Rei terlalu menunda-nunda.Rei menatap ke arah sang putri yang sejak tadi menatap ke arah D
"Papi," sapa Bebe. "Iya?" "Kenapa Mami sama Om itu?" tanya Bebe bingung. Gadis kecil itu duduk di kursi penumpang, tepat di sebelah Yogi.Saat ini Strawberry bersama Yogi dalam perjalanan menuju apartemen Yogi. Sementara itu, Rei kini berada satu mobil dengan mantan suaminya. Mereka Tengah membicarakan rencana sebelum bertemu dengan Bebe. Rei sudah memantapkan hati kalau dia akan memberitahu kepada Bebe tentang ayah kandungnya."Nanti, biar Mami sendiri yang bilang ke kamu ya." Yogi tentu saja tak bisa mengatakan apa yang sebenarnya. Dia mengerti kalau belum memiliki hak untuk itu."Aku bingung," kata Bebe lagi. "Pokoknya, nanti apapun yang mami bilang kamu harus nurut Ya? Semua yang dibilang Mami, semuanya dikasih tau Mami dan semua yang terjadi itu buat kebaikan Bebe. Ngerti?" Hanya itu kata-kata yang bisa dikatakan oleh Yogi. Setidaknya ia membantu untuk membuat anak cantik itu sedikit mengerti.Bebe menatap dengan tatapan bingung. Karena dia pun merasa selama ini menjadi anak y
Deff berjalan mendekati Reza sang sutradara. dia merasa tak terima karena putrinya dibentak seperti itu.. "bisa nggak lo nggak usah kasar kayak gitu sama anak kecil. Kecil. Nggak usah teriak-teriak?"Reza menjadi kesal setelah apa yang dilakukan oleh Deff. Menurutnya itu tidak salah. "Lo ngapain hem? Lo mau cari muka sama Pak Yogi?" Reza bertanya karena merasa kalau Deff mencari perhatian dengan bersikap seperti ini. Pria itu bahkan mendorong tubuh deff. Apa yang dilakukan Reza tentu saja memancing emosi Deff. Dia kemudian balikmendorong Reza, Reza menabrak kursi hingga tersungkur dan jatuh. "Gue cuman bilang biasa aja ya! Lo nggak usah berlebihan!!!"Reza mendorong tubuh Deff, kini posisi mereka terbalik. Keduanya terus saja beradu mulut hingga akhirnya saling beradu jotos. Keributan terjadi, sehingga membuat beberapa staf yang lain merasa cemas kemudian berusaha melerai keduanya."Berhenti, tolong jangan buat kegaduhan. anak saya nggak suka kalau kayak gini dia nangis dan ketakuta