Share

Sang Jenderal Dingin

Penulis: Author Mars
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-29 10:45:56

Jenderal yang tinggi besar itu berdiri tegap, alisnya menyatu tanda kesal mendengar jawaban Vivian. "Lantas, untuk apa kamu minta maaf kalau tidak mengaku salah?" tanyanya dengan suara yang berat dan tegas.

Gadis itu tak gentar, tatapannya tetap tajam menatap mata sang Jenderal. "Gadis ini cukup berani melawan, unik sekali," gumam Jenderal dalam hati, sedikit terkesan dengan keberanian Vivian.

"Ini adalah perintah dari kepala koki, saya hanya menurut saja," jawab Vivian dengan suara yang tenang namun penuh keyakinan. Ia tak ingin disalahkan atas sesuatu yang bukan kesalahannya.

Di sekeliling mereka, asisten rumah tangga, kepala koki, serta semua pelayan di sana hanya bisa diam dan cemas. Mereka menahan nafas, menunggu reaksi sang Jenderal yang terkenal keras kepala dan galak. Siapa pun yang berani melawan sang Jenderal tentu saja harus menanggung akibatnya.

"Luar biasa sekali, Sepertinya kamu datang bukan untuk menjadi pekerja bagian dapur. Akan tetapi, datang untuk mengantar
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Hukuman?

    Sang Jenderal kini duduk tegak di kursinya sambil menatap tajam ke arah Vivian yang berdiri tegak di hadapannya. Di atas meja makan, terlihat sepiring pancake bermotif Hello Kitty yang baru saja diletakkan oleh Vivian di depan sang jenderal. "Tuan, ke-kenapa tidak makan? Walau ini adalah pancake, tapi bahannya berbeda dari yang saya buat siang tadi," ujar Vivian dengan nada ragu, menyadari bahwa pancake yang ia buat mungkin tidak sesuai dengan selera majikannya. Jenderal mengernyitkan dahinya, mencoba menahan amarah yang mulai membara di dalam dadanya. "Apakah selain motif bodoh ini, masih ada motif lain?" tanyanya dengan suara yang terdengar dingin dan tajam. Vivian menelan ludah, merasa ketakutan dengan tatapan jenderal yang menusuk. "Masih, Tuan. Motif Pokemon, Pikachu, Dragon Ball, dan Donald Duck," jawabnya dengan terus terang, berusaha menjelaskan bahwa ia memiliki banyak pilihan motif yang mungkin lebih disukai oleh jenderal. "Ternyata kamu bisa semuanya, Kalau begitu kerjak

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Charlie Menolak Pertemuan

    Saat itu, Celine yang menyamar sebagai supir taksi menjemput Vivian di terminal dengan hati berdebar. Dia tahu betul resiko yang diambilnya, namun demi perusahaan ini, dia rela melakukannya. "Melihat gadis malang itu aku malah merindukan putriku," lanjut Celine dengan suara bergetar, menahan emosi. Matanya terlihat berkaca-kaca, namun dia berusaha tegar dan menahan air mata. Cindy hanya bisa mengangguk, Merasakan kesedihan yang dialami Direktur Celine. Dia tahu betul betapa berat beban yang diemban Celine, dan dia bersyukur memiliki seorang pemimpin yang begitu berdedikasi. "Semoga semuanya berakhir dengan baik, Direktur," ujar Cindy dengan penuh harap.Mansion Salveston."Ha ha ha ha...," suara tertawa Kane dan istrinya. Mereka sangat bahagia dengan pernikahan yang akan dilangsungkan tidak lama lagi."Kian, Mony, Kalian harus berbahagia. Pernikahan ini adalah hal yang paling membahagiakanku. Kian, kamu sangat pintar memilih pasangan. Memang jauh lebih cantik dan hebat Mony dari pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Niat Jahat Elena Terhadap Vivian

    Liza yang telah membaca koran tentang pernikahan Kian dan Mony, Raut wajahnya langsung berubah dan merobek koran tersebut."Pria sia,lan, Mencampakan aku dan menikahi seorang artis. Jangan pernah bermimpi pernikahan kalian bisa lancar," ketus Liza."Kian Salveston, Aku telah dibohongi olehmu. Sehingga begitu bodoh aku menyerahkan tubuhku. Aku mengagalkan pernikahanmu dengan Vivian. dan sekarang aku dicampakkan setelah aku menghadapi masalah," gumam Liza.Kediaman Jenderal."Jenderal, Pak Menteri berharap Anda datang malam ini," ucap Stone, pria yang merupakan asisten Perdana Menteri, dengan hormat saat berdiri di depan pintu kediaman Jenderal Charlie. Jenderal Charlie yang sedang menyeduh teh panas di cangkir mini, terkejut mendengar kabar tersebut. "Ada acara penting apa, sehingga aku harus hadir?" tanyanya dengan nada heran. Stone menelan ludah sebelum menjawab, "Beliau ingin membahas tentang pertunangan Anda dan nona Anita Fernandez, Putri Duta Besar." Mendengar nama Anita Ferna

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Memasuki Kamar Sang Jenderal

    "Tapi, ini adalah urusan tuan, Bukan kita," kata Koki."Aku bisa membuatnya diusir, Tidak perlu menunggu sebulan," jawab Elena dengan yakin."Dengan cara membiarkan dia masuk kamar tuan, Apakah kamu yakin tuan tidak akan menyalahkanmu?""Tuan tidak akan menyalahkanku, Selama ini aku yang mengawasi semua pekerja di sini. Tuan tidak akan curiga denganku," jawab Elena dengan yakin.Vivian menuju ke kamar Charlie dan mengetuk pintunya.Tuk...tuk..."Tuan, sudah waktunya makan siang!" seru Vivian dengan sopan."Seharusnya tuan ada di sini, dia tidak berada di ruangan lain. Mungkin saja belum bangun juga," ucap Vivian.Tuk...tuk..Vivian berulang kali mengetuk pintu dan tidak ada yang menyahut sama sekali."Sudah pukul satu siang, Tidak mungkin masih tidur," gumam Vivian.Vivian menghela napas sebelum membuka pintu kamar Jenderal yang megah dan luas. Begitu masuk, ia terpesona dengan keindahan dan kemewahan kamar tersebut. Dinding-dindingnya dilapisi dengan wallpaper bermotif elegan, langit

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Rencana Charlie

    "Tuan, Aku tidak ingin melihat wajahnya lagi, Apakah ada cara lain untuk menebus kesalahanku?" tanya Vivian dengan suara parau. "Kamu tidak perlu melihat wajahnya kalau tidak mau," jawab Charlie yang menuju ke ruangan ganti baju. Ia membuka pintu lemari berukuran jumbo. Terlihat banyak pakaian mewah serta jam tangan dan dasi. "Mantan suami menikah, mantan istri sebagai salah satu tamu yang hadir. Kedengarannya sangat aneh." Gerutu Vivian sambil melipat kedua tangannya di dada. Charlie tersenyum sinis dan berkata, "Aku tidak peduli alasanmu, Aku akan menyuruh Andrew menyiapkan gaun untukmu. Kamu harus hadir di sana, tidak peduli bagaimana perasaanmu." Mendengar kata-kata Charlie, Vivian merasa tak berdaya dan menundukkan kepalanya. Ia tahu bahwa ia tidak punya pilihan selain mengikuti perintah Charlie. Namun, hatinya terasa sesak dan berat, seakan-akan seluruh dunia menindihnya."Tuan, aku hanya bekerja di bagian dapur, Kenapa harus aku yang menjadi pasanganmu?" tanya Vivian."Kar

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Charlie dan Vivian Menghadiri Pernikahan Kian

    "Baik," jawab Alexa.Micheal menatap Charlie dengan senyum sinis, sambil mengejek keputusannya. "Charlie, jadi apa rencanamu selanjutnya? Setelah kamu merenggut malam pertamanya dan membuatnya mendapatkan cacian dan hinaan, kamu masih belum mau muncul?" tanyanya dengan nada mencemooh. Charlie mengepalkan tangannya, menahan amarah yang membara. "Aku akan membersihkan nama Vivian, Micheal. Setelah acara ini selesai, semua orang akan tahu siapa yang sebenarnya bersalah dan siapa yang menjadi korban dalam kejadian itu," jawabnya dengan tegas. Micheal tertawa kecil, lalu melanjutkan ejekannya. "Vivian Alexander sekarang tinggal di kediamanmu, menjadi pekerja di sana. Jadi, kamu bisa melepaskan rindumu setiap kali melihatnya. Tapi sayang, hanya bisa melihat, tidak bisa menyentuh," ujarnya sambil mengejek. Charlie memandang tajam ke arah Micheal, berusaha menahan emosinya yang bergejolak. "Kita lihat saja nanti, Micheal. Aku tidak akan membiarkan Vivian terus menderita. Aku akan buktikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ciuman Charlie dan Vivian

    Mereka tampak menelan ludah, mengingat posisi Charlie sebagai Jenderal yang berpengaruh. Suasana seketika menjadi hening, para reporter saling pandang, berusaha mencari cara untuk menenangkan kemarahan Charlie. "Aku juga tahu dari mana informasi ini disebarkan, tentu saja aku tidak akan membiarkan dalang utamanya lolos begitu saja," ucap Charlie dengan nada tegas sambil menatap tajam ke arah Kane dan Kian yang berdiri di sudut ruangan, wajah mereka tampak pucat dan ketakutan. "Vivian, mari kita ke sana! Tidak usah perduli dengan orang rendahan seperti mereka!" ajak Charlie, menggandeng erat tangan gadis itu sambil melangkah pergi. Semua hadirin di sana hanya bisa diam, terperangah mendengar ucapan Jenderal itu. Beberapa orang saling berbisik, menggumamkan pendapat mereka tentang situasi yang baru saja terjadi. "Apakah Jenderal sedang mengancam kita?" bisik Gigi dengan wajah cemas, ia melirik ke arah suami dan anaknya yang juga tampak terkejut. Suaminya menarik Gigi mendekat, berbis

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Kemunculan Liza di Pernikahan Kian

    Beberapa saat kemudian, Charlie melepaskan ciumannya yang hangat dan penuh gairah dari bibir Vivian. Semua mata di ruangan itu terpaku pada mereka berdua, tak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan. Kane dan Gigi, yang sebelumnya berdiri dengan percaya diri, kini terdiam tidak berkutik. Amarah dan cemburu membara di dalam dada Kian, ketika dia melihat mantan istrinya, yang dulu pernah dia campakkan, tengah berciuman dengan Jenderal tampan di hadapan semua orang."Apakah kalian sudah percaya?" tanya Charlie dengan nada menantang pada keluarga Salveston, sambil meletakkan tangannya di pinggang Vivian."I-iya, kami percaya," jawab Kane dengan terbata, mencoba menahan rasa malu yang kian memuncak."Vivian, apakah mereka menyakitimu?" tanya Charlie, memandang wanita itu dengan tatapan penuh kepedulian."Tidak!" jawab Vivian cepat, menundukkan kepalanya, merasa malu dengan perhatian yang diarahkan padanya. Dengan situasi yang kian tegang, keluarga Salveston hanya bisa menelan lud

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07

Bab terbaru

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Happy End

    Justin yang melihat dirinya dikepung semakin yakin akan segera ditahan oleh mereka.Justin berdiri tegak di hadapan Bryan, wajahnya penuh amarah dan keputusasaan. Seluruh tubuhnya gemetar, namun ia tetap bersikeras untuk menuntut balas. "Kau membunuhnya sama saja membunuhku, Bryan Anderson," bisik Justin dengan suara parau. "Di saat itu juga, aku ingin mati bersamamu." Para prajurit mengarahkan senjata ke arah Justin, namun tiba-tiba Bryan mengangkat tangannya dan memberi perintah. "Kalian semua tahan! Jangan menembak tanpa perintah dariku!" Semua prajurit segera menurunkan senjata mereka, tak berani melawan perintah dari pemimpin mereka. Bryan menatap Justin dengan tatapan tajam, Bryan mengangkat senjatanya dan menodongkannya ke arah Justin. "Bukankah ini yang kau inginkan, Justin?" tantang Bryan, suaranya terdengar tenang namun tajam. "Kita akan saling menembak dan menguji kecepatan. Siapa yang kalah, dia yang mati!" Mereka saling menatap, matanya beradu, menunggu siapa yang akan

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Pertemuan Bryan dan Justin Maxwel

    Salah satu anggota Justin, melangkah cepat menuju ruangan Justin dan memberi laporan dengan nafas terengah-engah, "Tuan, berita buruk. Bryan Anderson memimpin sekelompok prajuritnya mengepung kawasan kita. Bukan hanya dari dekat, mereka juga mengawasi dari jauh. Teman-teman kita tidak bisa berkutik." Justin tersentak kaget, wajahnya memerah oleh kegemasan yang mulai memuncak. Ia segera membuka jendela ruangannya dan melihat ke arah luar sana. Matanya melihat banyak prajurit yang mengelilingi kawasan tempat tinggalnya, mereka bersiap dengan senjata di tangan dan tatapan yang tajam. "Sialan, Bryan Anderson, aku belum bertindak. Mereka sudah menyerang dulu," desis Justin dengan marah, mengepal tangan hingga knuckle-nya memutih. "Lawan mati-matian! Walau tidak ada jalan keluar, kita harus tetap lawan hingga pertumpahan darah!" perintah Justin.Anggotanya mengangguk, kemudian berlari keluar ruangan untuk mengumpulkan anggota lainnya. Sementara itu, Justin berdiri tegak, menatap luar jen

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Menyerang Kediaman Justin

    Bryan mencium bibir istrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang, tangannya memeluk tubuh ramping Vivian dengan penuh perhatian. Di tengah kehangatan pelukan itu, Bryan menatap dalam-dalam mata istrinya dan berkata dengan suara lembut, "Aku ingin mengandeng tanganmu hingga akhir hayatku! Tidak peduli dalam kondisi apa pun. Aku akan tetap menjadi suami yang baik dan setia. biarkan aku yang menjadi kakimu di saat kamu ingin berjalan!" Mendengar ucapan tulus Bryan, hati Vivian terenyuh. Seulas senyum bahagia menghiasi bibirnya dan ia merasa semangat hidupnya kembali membara. "Terima kasih!" ucap Vivian sambil memeluk Bryan balik, merasakan kehangatan yang mengalir dari tubuh suaminya. Bryan kemudian melepaskan pelukan mereka dan menatap istrinya dengan tatapan penuh harapan. "Vivian, setelah urusan di sini selesai, kita akan ke China menjumpai tabib untuk menyembuhkan kakimu," kata Bryan dengan penuh keyakinan. Mendengar kata 'tabib', Vivian terkejut dan penasaran. "Tabib?" tanyanya

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Lion Adalah Justin Maxwel

    Rysa berdiri dengan gemetar, menatap Bryan dengan mata yang berkaca-kaca. Ia merasa terpojok, tak tahu harus berkata apa untuk membela diri. "Tuan, Aku tidak mengerti maksudmu, Aku tidak melakukan kesalahan sama sekali," ujar Rysa yang ketakutan dan berusaha membela diri. Bryan menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin. Ia melempar foto dan data ke wajah Rysa sehingga berterbangan dan jatuh berserakan di lantai. Rysa menunduk, merasa terhina, dan memungut foto-foto tersebut dengan tangan gemetar. "Kalau bukan karena kau pergi ke rumah mewah itu, Aku masih tidak tahu ternyata kamu adalah utusan Lion, yang sebelumnya menyamar sebagai pekerja di toko bunga. Apa kau masih tidak mengaku?" tanya Bryan dengan suara keras dan penuh kemarahan. "Tuan, aku...," ucap Rysa terdiam, ketakutan. Wajahnya tampak pucat, dan tangannya terus gemetar. Ia mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk meyakinkan Bryan bahwa ia tidak bersalah, namun terasa sulit. Bryan melangkah mendekat, membuat Rysa mu

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ketahuan Identitas Rysa

    Vivian menatap Bryan dengan mata berkaca-kaca, lalu mengeluarkan lembaran laporan medis milik Bryan dari amplop besar itu. Dia membacanya dengan seksama, dan hampir tidak percaya dengan laporan tersebut. Menurut laporan itu, Bryan telah melakukan vesektomi, prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membuatnya mandul secara permanen.Bryan melihat kebingungan di wajah Vivian dan menghela napas sebelum berbicara, "Sebelum Hanz meninggal, aku meminta bantuannya. Aku tahu...melakukan ini tanpa sepengatahuanmu adalah salahku. Saat itu kamu baru keguguran. Aku tidak ingin kamu semakin tertekan." Mata Vivian membelalak, tak menyangka suaminya menyembunyikan rahasia sebesar ini darinya. "Kamu selalu berharap bisa memiliki seorang anak denganku. Tapi aku bukan tidak mau. Aku tidak ingin anak kita sama menderitanya denganku. Cukup aku saja yang menderita!" ungkap Bryan dengan suara bergetar."Lalu, untuk apa kamu memberitahu aku sekarang?" tanya Vivian yang memasukan kembali laporan tersebut.

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Godaan Rysa

    Malam itu, langit diliputi awan tebal dan rembulan menyembunyikan diri. Bryan terbaring di atas kasurnya dengan pikiran yang kalut, merenung tentang permasalahan dalam rumah tangganya. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka pelan dan sosok Rysa muncul dari baliknya. Dalam diam, Rysa menghampiri Bryan yang tampak lelah dan terlelap. Setiap langkahnya begitu hati-hati, tak ingin membangunkan pria itu. Begitu dekat dengannya, Rysa mulai melepaskan pakaiannya satu per satu, menampakkan tubuh putih mulusnya yang begitu menggoda. Dua gundukan besar di dada Rysa terlihat menonjol, dan bagian bawah tubuhnya juga terbuka lebar, memancarkan aura yang memikat. Rysa menatap Bryan dengan tatapan penuh nafsu, lalu berbisik dalam hati, "Bryan Anderson, malam ini juga aku akan membuatmu melupakan istrimu itu." Perlahan, Rysa mencium wajah Bryan yang masih terlelap, namun tiba-tiba pria itu terbangun dan menatap Rysa dengan ekspresi terkejut. Dia segera menahan tangan wanita itu dan bertanya dengan nada ke

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ingin Bercerai

    Lily kemudian memberitahu apa saja yang dia ketahui selama ini," Nyonya, mengetahui setiap larut malam Rysa mendatangi ruangan pribadi Anda. Nyonya hanya diam dan tidak ingin menganggu. Walau pun begitu sebenarnya nyonya selalu menangis di setiap malam. Saya juga selalu melihat nyonya menolak bantuan dari Rysan. Walau pun nyonya sudah tidak nyaman dengan keberadaan Rysa. Tapi nyonya tetap diam dan bungkam. Tidak tahu apa yang dipikirkan nyonya!" Bryan semakin merasa bersalah terhadap istrinya, Ia mengingat kembali permintaan Vivian yang tidak membutuhkan Rysa. Akan tetapi Bryan bersikeras menolak permintaannya."Ternyata karena kesalahpahaman sehingga Vivian meminta dia pergi, kenapa aku tidak bisa membaca pikiran istriku sendiri," sesal Bryan sambil mengusap wajahnya."Vivian, Aku akan membuktikan padamu, bahwa aku sama sekali tidak mengkhianatimu. Secantik apa pun atau sesempurna apa pun wanita lain. Mereka tidak sebandingmu di mataku," batin Bryan.Di sisi lain, Rysa melangkah den

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Meninggalkan Kediaman

    Vivian kembali ke kamarnya, matanya terasa sembab setelah sepanjang hari menangis. Begitu memasuki kamar, ia segera mengambil semua botol obat yang ada di atas meja. Ia membuka tutup botol-botol itu satu per satu, dan menggenggam butiran obat yang beraneka warna dalam tangannya. Dengan mengunakan kursi roda, ia menuju ke kamar mandi dan membuang semua obat tersebut ke dalam toilet. Vivian menatap pil-pil yang hanyut di dalam air, kemudian menekan tombol siram. Butiran obat langsung tenggelam, seakan membawa perasaan putus asa yang melanda dirinya. Dada Vivian sesak saat ia merenungkan betapa suaminya, Bryan, ternyata telah menjalin hubungan dengan wanita lain. Baginya, kondisi tubuhnya yang cacat kini sudah tidak penting sama sekali. Ia merasa sudah kehilangan segalanya, dan tak ada yang bisa ia lakukan untuk mengubah kenyataan tersebut. Ia duduk di kursi roda dan masih berada di kamar mandi, menangis sambil menahan suaranya agar tidak terdengar oleh orang lain. Kemarahan dan kekes

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Frustasi

    Keesokan harinya.Vivian hanya duduk sambil menatap Rysa yang merapikan kamarnya. Ia masih berbayang suaminya yang begitu peduli pada wanita itu."Nyonya, air sudah saya sediakan, Saya akan mengambil pakaian Anda sekarang," kata Rysa yang membuka pintu lemari dan mengambil pakaian Vivian.Tanpa beralih pandangan, Vivian memperhatikan Rysa dari atas hingga ujung kaki. Ia merasa iri dengan kecantikan yang dimiliki wanita itu. Dibandingkan dirinya yang sama sekali bukan tandingannya.Vivian hanya bisa kecewa pada dirinya, yang tidak mampu melakukan tanggung jawab sebagai seorang istri. Walau ia sangat cemburu dengan Rysa yang kini telah menjadi perhatian suaminya. Akan tetap ia tetap memilih diam."Aku akan mandi sendiri, Kamu pergilah lakukan pekerjaanmu yang lain!" perintah Vivian."Nyonya, Saya harus membantu Anda mandi. Kalau tidak akan bahaya kalau Anda sendiri berada di kamar mandi," kata Rysa.Vivian menatap wanita itu dengan senyum paksa," Aku ingin melakukannya sendiri, Supaya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status