Beranda / Thriller / Make A Wish (Indonesia) / 10. Kenapa nggak bisa dibuka?

Share

10. Kenapa nggak bisa dibuka?

Penulis: Apple Leaf
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kanya POV

“Kay, lo nggak apa-apa? Dia siapa?”

Aku mengatur napasku ketika bertemu dengan Samuel di depan restoran, untuk saat ini aku belum bisa menjawab pertanyaan Samuel. Menggelengkan kepala menjadi hal termudah yang bisa aku lakukan sekarang ini sebagai jawaban. Mataku masih melirik pada Eros yang tengah menatap kami sedari aku turun dari mobilnya. Aku tidak menyangka akan tertidur sampai bermimpi buruk di dalam mobil Eros.

Sungguh hari yang menyebalkan!

Eros menutup kaca mobilnya seraya menyeringai tipis, lantas mobil tersebut melaju menembus keramaian jalanan hingga tak nampak lagi oleh mataku. Masih menatap lurus ke arah mobil yang telah sepenuhnya menghilang dari pandanganku. Karena begitu takut, aku sampai lupa mengucapkan terima kasih padanya.

Tidak, jangan berterimakasih! Dia terlalu menakutkan.

Apalagi ketika aku mengingat telah memeluknya dengan erat dan tak menginginkan dia mati. Mati saja!

“Kay, lo habis nangis?” 

Suara Samuel terdengar khawatir setelah dia memperhatikanku. Bekas air mataku masih membasahi pipi, juga mataku saat ini cukup berat dan sembab apalagi tadi pagi aku sudah menangis cukup lama. Riasanku saat ini pasti sudah hancur.

“Sam, gue mau ke kamar mandi.” 

Aku menutup wajah dengan tas selempangku. Terlalu banyak orang di dalam restoran dan keadaanku saat ini bisa dibilang seperti monster yang baru bangun tidur. Dapat kucium bau asin dari air mata, sedang rambutku berantakan. Mengapa aku begitu terburu-buru ketika turun dari mobil Eros? Lihatlah sekarang orang-orang yang masuk ke dalam restoran menatap aneh padaku. Hal ini sungguh membuatku malu, tapi tetap saja beruntung karena aku tidak pipis di celana akibat rasa takut berlebihan.

“Kay, lo belum jawab pertanyaan gue?!”

Samuel Wijaya mencengkeram pergelangan tanganku, dia menatapku dengan amat serius dipenuhi kekhawatiran yang nampak jelas dari matanya. 

Aku benar-benar lupa kalau dia bertanya khawatir padaku karena aku hanya memikirkan penampilanku saat ini. Rasa takutku sudah lenyap meski belum sepenuhnya sejak mobil Eros menghilang dari pandanganku dan digantikan oleh rasa malu.

“Gue nggak apa-apa, Sam. Tadi pagi gue nangis dan nggak tahu alasannya kenapa. Tadi ... itu ... tadi—”

“Oke, lo ke kamar mandi aja dulu, habis itu tenangkan diri baru cerita.” Samuel Wijaya memotong ucapanku.

Aku seperti sudah kehabisan kata-kata apalagi tadi tenagaku sudah cukup terkuras karena lelah menangisi Eros yang kukira sudah mati. Apa yang harus aku lakukan nanti jika bertemu dengannya, secara sekarang ini dia merupakan tetanggaku?

“Oke, lo duduk aja duluan,” berjalan cepat memasuki restoran seraya menutup wajahku. Sungguh aku sangat malu dengan penampilanku. Saat ini aku setengah berlari meninggalkan Samuel Wijaya yang masih berdiri di depan restoran sembari memainkan ponsel, dia menunjukkan senyum padaku ketika aku menengok ke belakang.

Cepat-cepat membuka pintu kamar mandi dan melihat riasan pada wajahku sudah hancur porak-poranda bagaikan angin topan telah menerjang bumi ini dengan kekuatan yang cukup dahsyat.

Mengapa aku bisa jadi seperti ini?

“Semuanya gara-gara Eros. Tali. Juga mimpi buruk yang nggak berkesudahan.”

Daripada terus memikirkan pria aneh dan tidak jelas itu, lebih baik aku cepat merapikan riasanku. Ketika menyiram wajahku dengan air untuk kedua kali, lampu kamar mandi menyala lantas padam begitu seterusnya seperti ada ada yang memainkan saklar dari lampu tersebut.

Wajahku basah dengan air, kini tanganku bertumpu di atas wastafel saking kesalnya dengan lampu yang menyala dan padam seenak jidatnya.

“Siapa yang mainin saklar lampu?” bentakku keras karena saat ini dalam kamar mandi hanya aku seorang. “Tunggu! Jadi gue sendirian di kamar mandi? Kok gue baru sadar?”

Rasanya aku seperti ingin menangis lagi. Baru kusadari kalau aku sendiri di dalam kamar mandi ini dengan lampu yang sebentar menyala dan sebentar padam. Tidak perlu memperbaiki riasan karena aku sendiri sudah cukup cantik untuk membinasakan para lelaki. Untuk apalagi dipercantik?

Dengan terburu-buru aku mengambil saputangan dari dalam tasku, tidak peduli bagaimana penampilan wajahku saat ini, cukup dengan membasuh wajahku dan menyekanya dengan saputangan putih pemberian dari ibuku.

Sebelum aku dapat keluar dari dalam kamar mandi. Lampu menyebalkan itu telah padam dan tak kembali menyala. Ingin sekali aku berteriak karena rasa kesal juga takut kembali merayapi hatiku yang sedang kesusahan ini.

“Mama, Kanya takut, Ma.” 

Huh? Sejak kapan aku menjadi begitu cengeng? Aku harus keluar dari sini. Aku merogoh ponselku dan menghidupkan aplikasi flashlight pada ponselku, kemudian berlari ke arah pintu. Meraba gagang pintu seraya mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru kamar mandi.

“Kenapa nggak bisa dibuka?” 

Sudah cukup aku sangat kesal. Sekuat tenaga kukerahkan hanya untuk membuka pintu sebuah kamar mandi. Setelah menggunakan usaha yang cukup besar akhirnya pintu tersebut terbuka. Aku lega karena telah melihat sinar dari luar. Segera aku melangkah keluar, namun sesuatu yang cukup dingin rasanya merayap di pergelangan kakiku. Aku bisa merasakan melalui lapisan celana jeans yang aku kenakan.

Menatap ke bawah, sebuah tangan berlumuran darah mencengkeram pergelangan kakiku. Sempat tak dapat berucap untuk beberapa saat sebelum akhirnya aku tersadar.

“Akh!!!”

Begitu takut hingga aku berteriak kencang mengagetkan pelanggan restoran juga beberapa pelayan menghampiriku ketika berlari mencari Samuel di salah satu meja. Namun, Samuel sendiri yang menghampiriku sebelum aku bisa menemukannya.

“Kay!”

“Sam, ada hantu di kamar mandi!” aku berseru kencang setelah mengagetkan pengunjung restoran dengan teriakanku. Sekarang mereka malah menatapku dengan aneh karena mengatakan ada hantu di kamar mandi. “Gue nggak bohong! Gue lihat sendiri di kamar mandi tangannya berlumuran darah.” Bergidik ngeri ketika aku mengingat tangan hantu yang berlumuran darah.

“Kay, kita duduk dulu.”

“Dasar cewek aneh. Mana ada hantu siang-siang begini.”

“Nggak waras kali.”

Beberapa pengunjung restoran melirik ke arahku sembari berbisik satu sama lain, ada pula yang berbicara keras. Agaknya aku telah mengganggu mereka.

“Duduk, nggak usah dengerin mereka.” Samuel menarik kursi untukku, dia juga memberikan segelas air setelahnya. “Diminum dulu.”

“Makasih, Sam.” 

Satu gelas penuh air dalam gelas tersebut telah aku teguk. Agaknya aku lebih tenang saat ini. Entah tadi adalah halusinasiku saja sama seperti di mobil Eros atau memang aku bisa melihat mereka? Melihat makhluk-makhluk juga benda-benda tak kasat mata? 

“Tadi lampu di kamar mandi hidup terus mati, begitu seterusnya. Gue mau keluar, tapi pas gue keluar ada yang mencengkram pergelangan kaki gue, Sam. Gue udah bilang, kan? Tangan berlumuran darah.” 

Samuel Wijaya hanya menatap bergeming seolah yang baru saja aku katakan hanyalah khayalku semata. Dia tidak percaya padaku saat ini.

“Kay—”

“Gue tahu lo mau bilang apa. Gue nggak gila, Sam. Gue cuma mau bilang tadi kalau ada tetangga baru gue yang mirip banget sama Eros dan sampai di sini gue malah lihat hantu. Lo sebagai teman gue malah nggak percaya sama gue?” aku menggeleng. Tidak ada gunanya lagi berdiam di sini, sedang nafsu makanku sudah hilang. “Gue pergi!” dengan marah aku beranjak dan meninggalkan Samuel Wijaya.

“Kay!”

Bersambung

Kamu merasa sendirian di antara beribu-ribu orang yang mengelilingimu ketika tak satu pun dari mereka yang mempercayaimu, namun ketika satu orang mempercayaimu, duniamu tak akan terasa sepi dan sendirian lagi. — Apple Leaf

Bab terkait

  • Make A Wish (Indonesia)   11. Dasar kurang ajar

    Eros POVAku memarkir mobilku di sembarang, ketika sampai di depan kantor, lantas keluar dari mobil. Melemparkan kunci pada satpam adalah hal pertama yang kulakukan ketika kakiku menyentuh lantai.“Selamat siang, Pak Direktur.”Sapaan yang sama setiap pagi, membuatku enggan untuk sekadar menyahut. Hanya menganggukkan kepalaku sebagai balasan atas kesopanan mereka.“Pak Direktur, Anda sudah tiba?” pria dengan penampilan kaku dan membosankan jauh-jauh menghampiriku ketika baru melihatku turun dari mobil. Raut mukanya dilingkupi kepanikan, serta saputangan yang digunakan untuk menyeka dahinya membuktikan bahwa keringat dingin telah mengguyurnya barusan. “Presdir Irwan tengah menunggu Anda di kantor sejak tadi. Beliau sepertinya marah sekali karena Anda pindah dari rumah besar.”Langkahku bergegas menuju lift karena asisten pribadiku memberitahukan bahwa si tua Irwan pemilik dari perusahaan ini atau yan

  • Make A Wish (Indonesia)   12. Lihat saja!

    Kanya POVSetelah pergi meninggalkan Samuel di restoran dengan marah, aku bahkan tak mengangkat panggilan telepon pria itu dan langsung mematikan ponselku. Aku tahu dia khawatir padaku, tapi aku paling tidak suka jika sahabatku sendiri tidak percaya padaku.Dia hanya bergeming menatapku dengan manik matanya yang tak memiliki kepercayaan padaku. Dulu Samuel akan percaya pada setiap perkataanku, aku tahu dia menganggapku setengah gila dan pasti akan menyuruhku pergi menemui psikiater.Tak terasa sekarang sudah jam 9 malam, aku masih duduk di bawah pohon kelapa sejak kedatanganku ke pantai ini. Orang-orang masih ramai bermain dengan ombak bersama pasangan mereka.Sedang, aku sendiri meratapi nasibku yang dianggap setengah gila.Tunggu. Jam 9 malam dan di pantai?“Gue harus pulang sekarang. Gue belum nulis dari pagi, malah sibuk ngurus hantu. Hehe.” Terkekeh garing karena baru menyadari

  • Make A Wish (Indonesia)   13. Haus, mau air

    Eros POVDasar gila! Itulah yang bisa aku katakan pada Kanya yang berteriak histeris setelah melihatku di dalam lift. Apakah aku begitu menyeramkan sehingga dia pingsan?Aku rela menggendongnya ala bridal karena dia tak kunjung sadar dari pingsannya. Kurasa dia tertidur, dan satu hal lagi aku tak tahu sandi apartemennya. Bagaimana caraku membawanya masuk ke dalam apartemennya?Meminta kunci manual kepada keamanan dan membiarkannya tergeletak sendirian di depan pintu apartemennya? Bagaimana kalau nanti ada orang yang membawanya pergi? Mengapa aku memiliki banyak pertanyaan dan merasa dilema? Ataukah aku harus membawanya ke apartemenku dulu?Setelah berpikir lama, akhirnya aku memutuskan untuk membawanya ke apartemenku sementara waktu sampai Kanya sadar. Ya, itu lebih baik daripada dia dijamah para nyamuk di luar sini.Sembari berjalan pelan menuju apartemenku, aku mengamati bibir Kanya yang merah ala

  • Make A Wish (Indonesia)   14. Tidak tertarik

    Kanya POVTuhan!Aku memekik dalam hati setelah memberi jarak antara wajahku dan wajah Eros. Mataku membulat masih tak percaya bahwa aku berada di dalam kamar mandi bersama seorang pria dengan keadaan pakaian dilucuti, dan pria itu adalah pria tidak jelas antara manusia atau makhluk halus.Apakah Eros telah melepas pakaianku tadi dan mengapa aku bisa berada di kamar mandi bersamanya?Tunggu sebentar. Tadi pagi ketika aku akan menyentuh tangannya, dia sangat tidak nyaman dan tadi siang dia membiarkan aku memeluknya sambil menangis. Saat ini kulit kami sedang bersentuhan dan Eros tidak masalah dengan hal itu?Tapi sekarang aku yang bermasalah, wajahku mulai panas ketika memperhatikan mata Eros bagaikan elang yang siap menerkam mangsanya. Mungkinkah tubuhku terlihat menggoda di matanya? Ada sedikit rasa bangga dalam diriku, namun rasa malu telah menggerogotiku.“Lepaskan aku! Kamu pria mesum. Hantu mesum.”

  • Make A Wish (Indonesia)   15. Coba lihat dirimu sekarang

    Eros POVMembulatkan mata tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Aku seperti pria yang tak berdaya di bawah paksaan kedua tangan Kanya yang memeluk erat leherku. Kanya memaksa mendaratkan bibirnya pada bibirku tanpa aba-aba, seketikan membuat tubuhku mematung. Aku bahkan tak bisa mengerjapkan mata ketika melihat bulu mata lentiknya.Kanya memejamkan mata dan bibirnya beramain pada bibirku. Anehnya, aku malah membiarkannya begitu saja. Membiarkan perempuan ini menunudukan kepalaku dan memaksakan dirinya padaku. Bisa kuanggap dia memaksakan diri.Bibirnya terasa halus ketika menyentuh permukaan bibirku dan bibir kami saat ini saling beradu dituntun oleh Kanya, sedang aku hanya diam dan membiarkannya. Kanya memeluk leherku dengan kedua lengannya saling bertautan, beberapa saat dia masih belum melpaskan bibirku dan menikmati aksinya. Mataku masih terbuka melihatnya yang sangat berani mencium seorang pria yang baru di kenalnya—di

  • Make A Wish (Indonesia)   16. Jangan menyesal

    Eros POVPekatnya malam di luar sana, juga dinginnya udara yang masuk menelusup melalui pintu balkon yang terbuka melambaikan tirai putih sedikit demi sedikit. Dinginnya angin tersebut tak membuat kamar apartemenku menjadi sejuk.Suhu hangat dari kedua badan yang saling bersentuhan satu sama lain, membuat udara dalam kamar terasa panas untuk kami berdua.Desahan Kanya terdengar merdu ketika aku perlahan membenamkan ciuman panas pada bola kenyal miliknya selama sepersekian menit, mata Kanya telah terpejam menerima hujaman dari bibirku. Lidahku bermain di atasnya dengan berani, setelahnya menggigit kedua bola itu satu per satu tak meninggalkan ruang di sana tanpa bekas bibirku. Terasa lembut seperti permen kapas yang meleleh tiba-tiba di dalam mulutku, juga terasa manis untuk pertama kalinya aku berada di atas tubuh seorang perempuan, dan perempuan ini masih cukup asing karena aku baru mengenalnya sehari.“Ah~” Kanya

  • Make A Wish (Indonesia)   17. Dasar pria brengsek!

    Kanya POVSakit!Remuk!Semua tulang-tulangku terasa telah dipotong-potong dengan pisau tajam. Kelopak mataku bergerak-gerak, memaksa untuk terbuka karena rasa nyeri menjalar di seluruh tubuhku saat ini.Ketika netraku telah terbuka dan menangkap langit-langit kamar asing tak seperti langit-langit pada kamarku yang berwarna kuning; khusus aku cat dengan warna kuning, tapi langit-langit kamar ini berwarna putih.Kepalaku amat sakit dan lapar melandaku saat ini; hembusan angin terasa begitu dekat menyapa leherku, serta selimut yang aku gunakan entah kenapa begitu hangat?Aku menoleh ke sampingku dan mendapati seorang pria tertidur pulas dengan napas lembut teratur menyapa leherku. Kupenjamkan mata sejenak; seketika itu memori semalam membanjiri pikiranku saat ini.“Eros sialan!” makiku pelan pada pria dengan bulu mata lentik bak bulu mata wanita. Wajah lelapnya nampak

  • Make A Wish (Indonesia)   18. Aku di sini

    Kanya POVPunggungku seketika membeku layaknya dihujam oleh ketajaman es batu. Suara itu datang dari belakang, serta hembusan angin membelai rambutku dari arah suara tersebut.Napasku masih sesak terasa sebuah tekanan kuat menghimpit paru-paruku, tidak membiarkan oksigen masuk ke dalamnya. Menyebabkanku memaksa bernapas menggunakan mulut.“Masih mau kabur?”Suara itu lagi semakin mendekati indra pendengaranku, tapi tak terdengar langkah kaki yang membarengi suara tersebut. Suara pria itu terdengar berat dan yang pasti bukanlah suara Eros—pria itu masih tertidur pulas di kamar apartemennya saat ini.“S-si-siapa?” tanyaku terbata-bata belum berani menengok ke belakang.Jika kakiku dapat bergerak, maka aku sudah berlari ke pintu apartemenku yang tinggal beberapa langkah lagi. Sudah di depan mata, tetapi tubuhku malah membeku dan tak bisa digerakkan. Mungkin karena ketakutan akan

Bab terbaru

  • Make A Wish (Indonesia)   67. Apakah dia bermimpi buruk?

    Eros POVKanya sudah tertidur lelap setelah aku membacakan dongeng untuknya. Seperti anak kecil saja, tumben sekali dia memintaku membacakan dongeng untuknya.Kuperhatikan wajah Kanya yang tertidur pulas di atas lenganku. Aku tidak bisa membantu, tapi menanamkan beberapa kecupan pada wajahnya.Sangat manis dan sangat indah. Andai saja aku bisa melihat wajahnya yang tertidur pulas setiap hari; maka hari-hariku akan dipenuhi kebahagiaan, ‘kan?Akan tetapi, masih ada beberapa masalah yang belum selesai. Aku yakin kalau ambisi Siska tidak akan berhenti sampai di sini. Memang dia belum berhenti mengejarku, bahkan setelah aku permalukan.Mungkin saja dia akan menjadi lebih berkulit tebal.“Aku harus bangun dan berbicara pada Rudy, juga kedua orang bodoh itu.”Aku mengangkat kepala Kanya perlahan-lahan dengan lembut, agar dia t

  • Make A Wish (Indonesia)   66. Kamu nakal

    Kanya POVIni seperti mimpi yang aku alami ketika menginap di apartemen Eros, tapi sekarang aku menyaksikan pria itu secara nyata. Aku ragu untuk menceritakannya pada Eros. Takut kalau dia tidak akan percaya pada cerita.Orang-orang menganggapku aneh, menyarankan agar aku menemui psikiater secepatnya. Namun, aku baik-baik saja dan tidak ingin merepotkan diri bertemu dengan psikiater. Apalagi sekarang yang aku lihat bukanlah ilusi, melainkan kenyataan.Tanpa aku sadari, telapak tangan Eros menyentuh pipiku, “Tidak apa-apa Kanya. Aku tahu kamu pasti berpikir kalau aku tidak akan mempercayaimu, ‘kan? Kamu hanya perlu menceritakannya padaku, bukankah kamu tahu kalau aku selalu mempercayaimu? Lalu mengapa sekarang kamu ragu?”Aku menempatkan tanganku di atas punggung tangan Eros, “Aku takut kamu nggak percaya dan menganggap aku gila.”Eros menggeleng, &ld

  • Make A Wish (Indonesia)   65. Tidak ada jejak

    Eros POVPria itu ingin membunuh Kanya?Siapa?Siapa yang berani menyentuh wanitaku?“Tenanglah Kanya. Selama aku ada di sisimu, tidak akan ada yang berani menyentuhmu.”Aku menenangkan Kanya untuk beberapa saat, sambil memeluk dan juga menepuk punggungnya. Tubuhnya yang menggigil ketakutan sudah agak lebih tenang.“Tidak apa-apa, kamu bisa membuka matamu sekarang.”Aku membebaskan diri dari pelukan Kanya, lalu mengamati wajahnya. Matanya masih tertutup dan alisnya yang cantik itu berkerut.Jemari tanganku perlahan menyentuh alis cantik milik Kanya, lalu menekannya dengan lembut dan meluruskannya kembali.Dia tampak ketakutan berlebih. Apa yang sebenarnya terjadi di sana? Kenapa dia mengalami hal-hal tidak terduga yang membuatnya amat ketakutan?“

  • Make A Wish (Indonesia)   64. Siapa yang ingin membunuh kamu?

    Kanya POVSamar-samar aku melihat sinar ketika perlahan-lahan membuka kelopak mataku. Namun, masih terasa berat untuk kubuka, aku membiarkan mataku terpejam kembali selama beberapa saat, sebelum aku siap membuka mataku kembali.Aku merasakan kepalaku seolah terbentur keras ke lantai yang menyebabkan kepalaku saat ini menjadi sakit. Ngomong-ngomong, aku masih memejamkan mata, tetapi kesadaranku telah pulih. Tampaknya aku pingsan dan sangat lama, dapat aku rasakan dari badanku yang mati rasa karena tidak bergerak untuk waktu yang lama.Jika aku mengingat kembali, pada saat itu, aku berada di kamar 333 di dalam gedung Sun dan pria berjas hujan merah itu yang merencanakan semua itu. Pria itu benar-benar nyata, bukanlah ilusiku.Kalau aku katakan pada Eros bahwa, pria itu memang nyata dan berniat untuk membunuhku; apakah dia akan percaya padaku? Ataukah dia akan menatapku dengan sorot mata jijik?&

  • Make A Wish (Indonesia)   63. Aku berhasil

    Eros POVHuh!Aku berhasil!Pada akhirnya, aku berhasil meyakinkan kakek. Kalau saja kakek mau mendengarkanku sejak awal, maka aku tidak perlu mengeluarkan usaha untuk menolak dan mempermalukan Siska.Meskipun begitu, aku cukup senang telah memberikan balasan pada wanita ular itu. Setelah aku keluar dari ruangan kakek, aku mendengar Siska menangis tersedu-sedu. Akan tetapi, aku sama sekali tidak peduli, dan membiarkan kakek mengatasinya sendiri.Kakek yang memulainya dan memberikan harapan pada Siska, maka itu bukanlah urusanku lagi.Aku harap kakek tidak akan mengubah pikirannya lagi karena air mata wanita itu. Bahkan air matanya tidaklah keluar dari lubuk hatinya. Maksudku, dia sama sekali tidak tulus dan hanya berpura-pura saja.“Aku harus merayakannya dengan Kanya. Bagaimana kalau mengajaknya makan malam?”

  • Make A Wish (Indonesia)   62. Gue ga takut

    Kanya POV“Sial!”Aku memaki, dan mencoba membuka pintu itu, berusaha dengan sekuat tenaga, tapi melebihi kemampuanku. Sepertinya aku akan terjebak di sini kalau dua bodyguard itu tidak datang untuk menolongku.Rupanya benar semua ini adalah jebakan. Namun sampai sekarang tidak ada yang keluar dan mereka benar-benar menakuti.“Keluar kalian semua! Gue bakal lapor polisi setelah gue keluar dari sini.”“Keluar dari sini?”Jantungku tiba-tiba hampir berhenti berdetak, mendengar pertanyaan dari suara yang begitu dingin. Perlahan tengkuku mulai dingin, keringat dingin juga sudah membasahi dahi, apalagi tubuhku. Layaknya dimandikan oleh keringat akan ketakutan.Aku tidak bisa bohong kalau saat ini, begitu sulit bagiku untuk sekadar menelan saliva. Tubuhku perlahan-lahan menggigil ketika kesadaranku telah kemb

  • Make A Wish (Indonesia)   61. Membiarkan Eros memilih

    Eros POVAku keluar mengejar Siska untuk melihat aktingnya. Dia berjalan agak lambat sambil menangis tersedu, memperlihatkan pada mereka semua kalau aku telah membuatnya kecewa. Hatinya pasti sakit, seperti ditusuk-tusuk ribuan kali.“Pak Direktur.”“Kayaknya mereka berantem.”“Kita pura-pura nggak tahu saja.”“Tapi, tadi sekretaris Siska bilang; wanita itu. Maksudnya Pak Direktur punya wanita lain?”“Pak Direktur selingkuh?”“Shht! Diam semuanya.”Aku dapat mendengar semua yang mereka bisikkan. Siska juga pasti dengar dengan jelas, dan aku sudah dapat mengira ekspresinya saat ini. Dia pasti senang dan mengira kalau akan menyesal, sehingga aku keluar untuk menyusulnya. Aku mau lihat seberapa bagus aktingnya.Siska berhenti, la

  • Make A Wish (Indonesia)   60. Ngumpet

    Kanya POVAku bosan diganggu oleh wanita itu, dengan berat hati aku memutuskan untuk pergi ke gedung Sun. Memang tidak jauh dari gedung apartemenku, tapi aku menggunakan taksi juga.Entah apa yang akan aku temukan di sana karena wanita itu mengatakan paket itu penting, dan juga berhubungan dengan sahabatku, tapi aku hanya punya satu sahabat di sini, dan itu adalah Samuel. Dia sedang di luar kota sekarang, dan sakit pula.Kemungkinan ada yang mengirim paket padanya, dan meninggalkannya di gedung Sun, atau mungkin ada yang berniat jahat pada Samuel.Sepertinya aku harus mencari tahu, dan keputusanku untuk datang mungkin bisa benar, bisa juga salah. Serius, aku tidak tahu apa yang menungguku di dalam sana.Aku sudah berada di depan gedung Sun, dan dua bodyguard itu tengah mengawasi aku dari jauh. Jika terjadi sesuatu padaku, mereka bisa menolongku dan juga menelepon Eros kalau aku t

  • Make A Wish (Indonesia)   59. Menghancurkanmu jika perlu

    Eros POV“Eros!” Siska menggebrak meja.Amarahnya tampak menggebu-gebu. Tadi dia bersikap layaknya seorang istri yang dibuang oleh suaminya. Benar, tadi dia hanya berakting polos di depan kakek. Wanita ular tetaplah wanita ular, dia tidak akan bisa menjadi manusia seutuhnya.“Heh, sudah selesai berakting?” aku mencibir.Wanita ini penuh akan kepura-puraan. Dia tidak perlu diberikan hati sama sekali. Mereka semua buta setelah melihat wajah polos dan aktingnya. Namun, dia tidak akan bisa membohongiku, mau sekeras apa pun dia berusaha.Sekarang sudah terlihat jelas kalau dia marah setelah aku permalukan di restoran tadi. Dia sendiri tidak menolak ketika kakek mengajaknya, dan malah dengan senang hati menerima. Aku tidak segan untuk mempermalukannya di depan banyak orang.Mungkin lain kali, aku akan mempermalukannya lebih dari ini agar kes

DMCA.com Protection Status