Kanya POV
Sakit!
Remuk!
Semua tulang-tulangku terasa telah dipotong-potong dengan pisau tajam. Kelopak mataku bergerak-gerak, memaksa untuk terbuka karena rasa nyeri menjalar di seluruh tubuhku saat ini.
Ketika netraku telah terbuka dan menangkap langit-langit kamar asing tak seperti langit-langit pada kamarku yang berwarna kuning; khusus aku cat dengan warna kuning, tapi langit-langit kamar ini berwarna putih.
Kepalaku amat sakit dan lapar melandaku saat ini; hembusan angin terasa begitu dekat menyapa leherku, serta selimut yang aku gunakan entah kenapa begitu hangat?
Aku menoleh ke sampingku dan mendapati seorang pria tertidur pulas dengan napas lembut teratur menyapa leherku. Kupenjamkan mata sejenak; seketika itu memori semalam membanjiri pikiranku saat ini.
“Eros sialan!” makiku pelan pada pria dengan bulu mata lentik bak bulu mata wanita. Wajah lelapnya nampak
Kanya POVPunggungku seketika membeku layaknya dihujam oleh ketajaman es batu. Suara itu datang dari belakang, serta hembusan angin membelai rambutku dari arah suara tersebut.Napasku masih sesak terasa sebuah tekanan kuat menghimpit paru-paruku, tidak membiarkan oksigen masuk ke dalamnya. Menyebabkanku memaksa bernapas menggunakan mulut.“Masih mau kabur?”Suara itu lagi semakin mendekati indra pendengaranku, tapi tak terdengar langkah kaki yang membarengi suara tersebut. Suara pria itu terdengar berat dan yang pasti bukanlah suara Eros—pria itu masih tertidur pulas di kamar apartemennya saat ini.“S-si-siapa?” tanyaku terbata-bata belum berani menengok ke belakang.Jika kakiku dapat bergerak, maka aku sudah berlari ke pintu apartemenku yang tinggal beberapa langkah lagi. Sudah di depan mata, tetapi tubuhku malah membeku dan tak bisa digerakkan. Mungkin karena ketakutan akan
Eros POVAku merasakan sesuatu yang lembab dalam genggaman tanganku saat ini. Perlahan membuka kelopak mataku yang masih ingin tertutup. Sesuatu berwarna merah dilema nampak dalam pandanganku seperti pernah kulihat sebelumnya.Perlahan aku menegakkan badan dengan mata yang masih mengerjap lelah. Aku membawa benda tersebut ke dalam pandanganku dan ... undewear seorang wanita yang aku dapati dalam genggamanku. Segera kulemparkan benda keramat itu.Kedua manik mataku menoleh ke samping karena aku baru sadar kalau Kanya telah menghilang. Dia tidak ada di tempat tidurku, padahal dia tertidur lelap semalam di atas bantal lenganku.Kukucek mataku, setelahnya mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar, tetapi perempuan itu memang sudah tidak ada.“Kanya?” panggilku pelan.Mungkinkah dia ada di kamar mandi? Aku menerka-nerka sejenak berharap kalau dia masih ada di apartemenku saat ini. Semala
Kanya POVTidak mungkin aku berhalusinasi ketika orang itu nampak sangat nyata, bahkan bau darah yang aku sentuh menggunakan jari tengahku juga asli dan berbau amis layaknya darah manusia.Mungkinkah mata Eros bermasalah atau orang berjas hujan merah pembawa sekop merupakan hantu yang hanya aku sendiri dapat melihat?“Jangan takut lagi. Aku bersamamu.”Eros Darwin saat ini sedang mencoba menenangkan aku yang masih ketakutan, tubuhku bergetar hebat dalam pelukan pria ini. Awalnya karena takut akan mimpi buruk berulangku, aku berharap dapat menjauh dari Eros. Namun apa yang aku lakukan tadi di apartemen Eros tidaklah mungkin membuatku bisa menjauh darinya.Kami baru saja saling mengenal dalam satu hari dan sudah tidur bersama. Apakah semua ini masuk akal? Bahkan kami tidak memiliki perasaan satu sama lain. Apalagi hubungan asmara, dan lagi orang tadi membuatku benar-benar ketakutan setengah mati
Eros POVAku hanya bisa masak bubur sederhana. Selama ini aku belum pernah masak untuk orang lain, dan pertama kalinya aku memasak bubur untuk tetangga gilaku, bukan untuk diriku sendiri. Namun agaknya aku juga merasa sedikit lapar.Sekarang baru pukul 5 pagi, akan terlalu awal jika sarapan di waktu seperti ini karena aku akan lapar lagi nanti. Biar saja Kanya sarapan sendiri. Dia juga pasti belum makan malam karena pulang terlambat semalam. Atau mungkin dia telah makan malam bersama pria itu semalam.Tadi siapa yang dia maksud tidak boleh tahu tentang hal ini? Apakah pria tadi merupakan pacarnya? Dia sudah punya pacar, tapi tidur denganku dan itu juga merupakan pertama kali baginya.“Sudahlah Eros. Dia juga akan melupakan hal ini seperti keinginannya untuk kabur barusan.” Aku menaruh mangkuk bubur di atas nampan dan membawanya ke ruang depan. “Kanya, bubur sudah siap. Cepat keluar!”Menghempaskan t
Kanya POV“Lumayan juga buat orang yang nggak pernah masak.”Bubur yang dimasak Eros lumayan lezat ketika sampai pada ujung lidahku. Aku dapat menelan bubur itu tanpa hambatan karena teksturnya sangat lembut. Tidak menyangka kalau orang tidak jelas ini, akan memasakkan bubur hangat sebagai sarapanku.Sudah lama sekali saat terakhir aku makan bubur yang dibuatkan oleh ibuku. Mengingatkanku akan keluargaku di kampung dan semua masakan ibu yang biasanya baunya dapat aku cium dan rasanya dapat aku nikmati setiap hari.Jika aku pulang ke kampung juga tidak akan jadi masalah untuk pekerjaanku yang hanya menjadi seorang penulis. Akan tetapi, aku lebih senang tinggal sendiri dan hidup mandiri. Jauh dari omongan para tetangga. Kalau aku kembali ke kampung, telingaku sakit mendengar omongan mereka semua.Mereka akan menanyakan pertanyaan seputar kehidupanku di sini, mulai dari pekerjaan, hingga hu
Eros POV“Dia membunuhku dalam mimpinya?” aku menggelengkan kepala tidak percaya akan perkataan Kanya padaku tadi pagi. Hanya sebuah mimpi dan dia begitu ketakutan setelah mengalaminya. Mungkinkah wajahku ketika dibunuh olehnya sangat mengerikan? Aku menjadi semakin penasaran dengan perempuan itu dan juga mimpi anehnya. Mimpi berulang yang aneh dan dia bawa ke dalam kehidupan nyata.Dari tempatku berdiri saat ini, di lantai 17. Aku dapat melihat pemandangan di luar sana; gedung-gedung pencakar langit, jalanan yang senantiasa macet dan taman-taman kecil di sela-sela gedung perkantoran. Pemandangan yang sama kulihat setiap hari tanpa bosan.“Aku masih penasaran apakah benar pria dalam mimpinya adalah aku? Lalu kenapa dia membunuhku? Kanya sama sekali tidak menjelaskan hal itu padaku, dia langsung keluar dari apartemenku setelah berkata demikian. Bahkan dia dia tidak menoleh lagi. Mungkin dia ingin melupakan kejadian tadi malam. Apakah
Kanya POV“Ah! Capek banget.”Kubaringkan badanku di atas ranjang karena terlalu lelah setelah mengetik sebanyak 3000 kata dalam tiga jam karena aku berhati-hati dalam setiap kalimat yang aku ketik. Merangkainya sampai aku benar-benar puas akan menjadi kalimat yang membuat para pembaca terhanyut, hingga penasaran di akhir chapter nanti. Hari ini aku belum update chapter yang seharusnya sudah aku update jam 12 tadi malam. Namun, semalam aku sama sekali tidak dapat menyentuh laptop.Setelah hari yang cukup melelahkan dan mencekam bagiku. Rasa takut itu menjalar ke seluruh tubuh sampai-sampai menelusup ke nadiku.Samuel Wijaya sejak kemarin tidak menghubungiku lagi. Kemungkinan dia merasa bersalah atau bahkan sudah menganggapku gila. Apalagi jika aku beritahu tentang orang berjas hujan merah. Dia pasti akan menggelengkan kepalanya dengan intens. Lantas berbalik pergi menjauh dariku.Drrrt!
Eros POV“Cici!”Tatapanku mengarah lurus seraya berjalan mendekat ke arah Cici—kucingku—yang aku adopsi beberapa bulan lalu. Kucing kecil dengan bulu berwarna putih keabu-abuan sedang bersandar malah di atas punggung kaki seorang perempuan yang kukenal baru kemarin.Kanya mengalihkan tatapannya dari Cici padaku. Dia nampak kaget sangat jelas dari kedua kelopak matanya yang terangkat tinggi-tinggi ketika aku memanggil nama kucing kecil.“Ini kucing lo? Kenapa … bisa ada diluar?” aku membiarkan Kanya bertanya penasaran sebelum aku menjawab.Cici sudah berada di tanganku. Aku mengelus-elus bulu lembut kucing kecil tanpa keluarga. Meskipun demikian, sekarang aku merupakan keluarganya. Cici tidak sendirian.“Bagaimana kamu bisa keluar, hum?”Ah, melihat alis Kanya yang ditekuk. Aku lupa menjawabnya dan menyapa Cici lebih dulu. Cici lebih imut daripada dia, membuat
Eros POVKanya sudah tertidur lelap setelah aku membacakan dongeng untuknya. Seperti anak kecil saja, tumben sekali dia memintaku membacakan dongeng untuknya.Kuperhatikan wajah Kanya yang tertidur pulas di atas lenganku. Aku tidak bisa membantu, tapi menanamkan beberapa kecupan pada wajahnya.Sangat manis dan sangat indah. Andai saja aku bisa melihat wajahnya yang tertidur pulas setiap hari; maka hari-hariku akan dipenuhi kebahagiaan, ‘kan?Akan tetapi, masih ada beberapa masalah yang belum selesai. Aku yakin kalau ambisi Siska tidak akan berhenti sampai di sini. Memang dia belum berhenti mengejarku, bahkan setelah aku permalukan.Mungkin saja dia akan menjadi lebih berkulit tebal.“Aku harus bangun dan berbicara pada Rudy, juga kedua orang bodoh itu.”Aku mengangkat kepala Kanya perlahan-lahan dengan lembut, agar dia t
Kanya POVIni seperti mimpi yang aku alami ketika menginap di apartemen Eros, tapi sekarang aku menyaksikan pria itu secara nyata. Aku ragu untuk menceritakannya pada Eros. Takut kalau dia tidak akan percaya pada cerita.Orang-orang menganggapku aneh, menyarankan agar aku menemui psikiater secepatnya. Namun, aku baik-baik saja dan tidak ingin merepotkan diri bertemu dengan psikiater. Apalagi sekarang yang aku lihat bukanlah ilusi, melainkan kenyataan.Tanpa aku sadari, telapak tangan Eros menyentuh pipiku, “Tidak apa-apa Kanya. Aku tahu kamu pasti berpikir kalau aku tidak akan mempercayaimu, ‘kan? Kamu hanya perlu menceritakannya padaku, bukankah kamu tahu kalau aku selalu mempercayaimu? Lalu mengapa sekarang kamu ragu?”Aku menempatkan tanganku di atas punggung tangan Eros, “Aku takut kamu nggak percaya dan menganggap aku gila.”Eros menggeleng, &ld
Eros POVPria itu ingin membunuh Kanya?Siapa?Siapa yang berani menyentuh wanitaku?“Tenanglah Kanya. Selama aku ada di sisimu, tidak akan ada yang berani menyentuhmu.”Aku menenangkan Kanya untuk beberapa saat, sambil memeluk dan juga menepuk punggungnya. Tubuhnya yang menggigil ketakutan sudah agak lebih tenang.“Tidak apa-apa, kamu bisa membuka matamu sekarang.”Aku membebaskan diri dari pelukan Kanya, lalu mengamati wajahnya. Matanya masih tertutup dan alisnya yang cantik itu berkerut.Jemari tanganku perlahan menyentuh alis cantik milik Kanya, lalu menekannya dengan lembut dan meluruskannya kembali.Dia tampak ketakutan berlebih. Apa yang sebenarnya terjadi di sana? Kenapa dia mengalami hal-hal tidak terduga yang membuatnya amat ketakutan?“
Kanya POVSamar-samar aku melihat sinar ketika perlahan-lahan membuka kelopak mataku. Namun, masih terasa berat untuk kubuka, aku membiarkan mataku terpejam kembali selama beberapa saat, sebelum aku siap membuka mataku kembali.Aku merasakan kepalaku seolah terbentur keras ke lantai yang menyebabkan kepalaku saat ini menjadi sakit. Ngomong-ngomong, aku masih memejamkan mata, tetapi kesadaranku telah pulih. Tampaknya aku pingsan dan sangat lama, dapat aku rasakan dari badanku yang mati rasa karena tidak bergerak untuk waktu yang lama.Jika aku mengingat kembali, pada saat itu, aku berada di kamar 333 di dalam gedung Sun dan pria berjas hujan merah itu yang merencanakan semua itu. Pria itu benar-benar nyata, bukanlah ilusiku.Kalau aku katakan pada Eros bahwa, pria itu memang nyata dan berniat untuk membunuhku; apakah dia akan percaya padaku? Ataukah dia akan menatapku dengan sorot mata jijik?&
Eros POVHuh!Aku berhasil!Pada akhirnya, aku berhasil meyakinkan kakek. Kalau saja kakek mau mendengarkanku sejak awal, maka aku tidak perlu mengeluarkan usaha untuk menolak dan mempermalukan Siska.Meskipun begitu, aku cukup senang telah memberikan balasan pada wanita ular itu. Setelah aku keluar dari ruangan kakek, aku mendengar Siska menangis tersedu-sedu. Akan tetapi, aku sama sekali tidak peduli, dan membiarkan kakek mengatasinya sendiri.Kakek yang memulainya dan memberikan harapan pada Siska, maka itu bukanlah urusanku lagi.Aku harap kakek tidak akan mengubah pikirannya lagi karena air mata wanita itu. Bahkan air matanya tidaklah keluar dari lubuk hatinya. Maksudku, dia sama sekali tidak tulus dan hanya berpura-pura saja.“Aku harus merayakannya dengan Kanya. Bagaimana kalau mengajaknya makan malam?”
Kanya POV“Sial!”Aku memaki, dan mencoba membuka pintu itu, berusaha dengan sekuat tenaga, tapi melebihi kemampuanku. Sepertinya aku akan terjebak di sini kalau dua bodyguard itu tidak datang untuk menolongku.Rupanya benar semua ini adalah jebakan. Namun sampai sekarang tidak ada yang keluar dan mereka benar-benar menakuti.“Keluar kalian semua! Gue bakal lapor polisi setelah gue keluar dari sini.”“Keluar dari sini?”Jantungku tiba-tiba hampir berhenti berdetak, mendengar pertanyaan dari suara yang begitu dingin. Perlahan tengkuku mulai dingin, keringat dingin juga sudah membasahi dahi, apalagi tubuhku. Layaknya dimandikan oleh keringat akan ketakutan.Aku tidak bisa bohong kalau saat ini, begitu sulit bagiku untuk sekadar menelan saliva. Tubuhku perlahan-lahan menggigil ketika kesadaranku telah kemb
Eros POVAku keluar mengejar Siska untuk melihat aktingnya. Dia berjalan agak lambat sambil menangis tersedu, memperlihatkan pada mereka semua kalau aku telah membuatnya kecewa. Hatinya pasti sakit, seperti ditusuk-tusuk ribuan kali.“Pak Direktur.”“Kayaknya mereka berantem.”“Kita pura-pura nggak tahu saja.”“Tapi, tadi sekretaris Siska bilang; wanita itu. Maksudnya Pak Direktur punya wanita lain?”“Pak Direktur selingkuh?”“Shht! Diam semuanya.”Aku dapat mendengar semua yang mereka bisikkan. Siska juga pasti dengar dengan jelas, dan aku sudah dapat mengira ekspresinya saat ini. Dia pasti senang dan mengira kalau akan menyesal, sehingga aku keluar untuk menyusulnya. Aku mau lihat seberapa bagus aktingnya.Siska berhenti, la
Kanya POVAku bosan diganggu oleh wanita itu, dengan berat hati aku memutuskan untuk pergi ke gedung Sun. Memang tidak jauh dari gedung apartemenku, tapi aku menggunakan taksi juga.Entah apa yang akan aku temukan di sana karena wanita itu mengatakan paket itu penting, dan juga berhubungan dengan sahabatku, tapi aku hanya punya satu sahabat di sini, dan itu adalah Samuel. Dia sedang di luar kota sekarang, dan sakit pula.Kemungkinan ada yang mengirim paket padanya, dan meninggalkannya di gedung Sun, atau mungkin ada yang berniat jahat pada Samuel.Sepertinya aku harus mencari tahu, dan keputusanku untuk datang mungkin bisa benar, bisa juga salah. Serius, aku tidak tahu apa yang menungguku di dalam sana.Aku sudah berada di depan gedung Sun, dan dua bodyguard itu tengah mengawasi aku dari jauh. Jika terjadi sesuatu padaku, mereka bisa menolongku dan juga menelepon Eros kalau aku t
Eros POV“Eros!” Siska menggebrak meja.Amarahnya tampak menggebu-gebu. Tadi dia bersikap layaknya seorang istri yang dibuang oleh suaminya. Benar, tadi dia hanya berakting polos di depan kakek. Wanita ular tetaplah wanita ular, dia tidak akan bisa menjadi manusia seutuhnya.“Heh, sudah selesai berakting?” aku mencibir.Wanita ini penuh akan kepura-puraan. Dia tidak perlu diberikan hati sama sekali. Mereka semua buta setelah melihat wajah polos dan aktingnya. Namun, dia tidak akan bisa membohongiku, mau sekeras apa pun dia berusaha.Sekarang sudah terlihat jelas kalau dia marah setelah aku permalukan di restoran tadi. Dia sendiri tidak menolak ketika kakek mengajaknya, dan malah dengan senang hati menerima. Aku tidak segan untuk mempermalukannya di depan banyak orang.Mungkin lain kali, aku akan mempermalukannya lebih dari ini agar kes