Tolong bantu aku untuk semakin dekat dengan Niken, aku ingin menjalani suatu hubungan yang serius dengannya.
Sial!
Artan merutuki mulutnya sendiri yang dengan lancang bebas mengeluarkan kata-kata itu. Padahal niat awal Artan sebenarnya ingin bilang jika sepertinya mulai gila karena terus memikirkan Reva serta merindukannya.
Tapi, kenapa malah kata-kata ini yang keluar? Aisshhh.
Artan dapat melihat jelas mulut Reva yang tadinya menganga lebar mungkin efek kaget, namun kini Reva mengatupkan mulutnya dan merubah ekspresinya yang tadi seperti orang yang hampir nyaris pingsan.
Reva berdeham sebentar sebelum mulai bicara, "jadi untuk ini kau sangat gigih ingin menemuiku?"
"Ya."
Jawaban singkat Artan membuat Reva semakin terluka, Reva mengepalkan tangan seraya meremasnya.
"Lalu, kenapa kau memilihku? Bukankah banyak Mak comblang yang lain? Bukankah kita sepakat jika kau sudah menemukan wanita yang kau inginkan, maka
Reva belum sepenuhnya berpikir jernih ketika Artan melangkah semakin dekat dan berdiri di depan pintu utama rumahnya. Saat menyadari akan tindakan Artan yang main nyelonong saja, Reva berlari dan berusaha menghalangi Artan."Kenapa?" tanya Artan tak suka karena Reva yang membentangkan kedua tangannya menghalangi Artan agar tak ikut masuk ke dalam rumahnya.Reva menatap tajam Artan, namun yang di tatap sama sekali tak berpengaruh sedikitpun."Aku kan sudah mengusirmu, kenapa kau malah berjalan dan seakan ingin masuk ke dalam rumahku?!" ucap Reva ketus dan kini mendelikkan matanya pada Artan."Suka-suka ku dong." sahut Artan cuek dan kembali melangkah, dengan gampangnya Artan menyingkirkan tubuh Reva yang tadi menghalangi langkahnya.Artan menatap gembok yang terpasang di pintu rumah Reva, berbalik badan ke arah Reva dengan tatapan memohon."Apa?!" tanya Reva yang sudah kelewat ketus pun tak bisa mencegah suaranya yang ketus."Buka pint
"Jadi karena itu nomormu gak bisa di hubungi?" tanya Artan."Apa? Kau menghubungiku? Kapan?" tanya balik Reva bingung.Kepala Artan menggangguk, "ya, hampir setiap hari aku menghubungimu."Jawaban Artan suskes dan nyaris bikin Reva syok, tak menyangka jika Artan mengubunginya hampir setiap hari.Pengakuan Artan barusan juga melemparkan pemikiran Reva seolah Artan merindukannya? Apakah mungkin?"Apa kau merindukanku, bos?" tanya Reva yang berhasil membungkam mulut Artan dan wajah memerah."Rindu?" kekeh Artan mengalihkan debaran jantungnya karena Reva berhasil menebak.Melihat Artan yang terkekeh geli dengan pertanyaannya membuat Reva malu setengah mati. Apa-apaan coba pertanyaannya itu? Memalukan!"Ah tidak, lupakan saja."Artan tertawa, "kenapa? Apa kau malu, hm?"Artan suka menggoda Reva apalagi seperti saat ini. "Atau jangan-jangan sebenarnya kau yang merindukanku?""T
"Ibu, ayah, bolehkah saya menginap di rumah ini?" tanya Artan meminta izin pada orang tua Reva untuk menginap di rumahnya."APA?!" Reva luar biasa kagetnya.Ini gila! batin Reva berteriak."Tidak!" ucap Reva menolak usulan permintaan Artan.Artan yang mendengar itu pun memasang raut wajah sedih, menatap sendu ke arah orang tua Reva.Reva yang melihat itu pun jadi kalut, takut-takut jika kedua orang tuanya setuju dengan usulan gila Artan. Sedangkan Deva yang ada disitu terlihat cuek saja, baginya yang mana saja keputusannya maka ia setuju. Karena Deva suka dengan sikap Artan yang enak dan asyik saat mengobrol, terlebih lagi Deva menghormati Artan sebagai bos dari kakaknya, makanya itu ia merasa yang paling muda maka ia hanya diam saja dan lebih memilih menonton televisi yang baru saja ia nyalakan dengan volume suara pelan."Ibu, ayah, pokoknya Reva gak setuju!" ucap Reva menegaskan sekali lagi jika ia menolak permintaan Artan."Baiklah
Artan merasakan bulu kuduknya meremang berdiri merinding, suasana tidur di dalam mobil seperti ini semakin terasa mencekam dan horor. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas lewat tiga puluh menit, tetapi Artan masih belum bisa memejamkan matanya terlelap, setelah usai makan malam tadi Artan langsung berpamitan keluar.Memang tadi orang tua Reva mencoba membujuk Artan agar tak tidur di mobil, dan menyuruh Artan untuk tidur satu kamar dengan Deva. Deva dengan senang hati tentu saja setuju, tapi lagi-lagi Reva seakan tak ingin melewatkan penderitaan yang akan Artan lalui.Dengan kejamnya Reva menolak usulan ide kedua orang tuanya, Artan yang tak ingin terlihat lemah bagi mereka semua terutama Reva. Untuk itu Artan tetap pada pendiriannya, tidur di dalam mobil.Bunyi suara-suara burung hantu yang saling bersahutan membuat Artan semakin kalut. Artan ingin sekali keluar dan berlari masuk ke dalam rumah jika ia tak mengingat gengsinya.Dan sayangnya Artan t
Ketukan di kaca jendela mobil Artan semakin jelas terdengar dan kini begitu kuat ketukannya. Artan mengumpat kesal dalam hatinya, hantu apa yang begitu kuat tenaganya? Mungkin saja setannya ini habis makan makanya kuat.Artan mencoba memejamkan matanya saya mengabaikan suara ketukan pintu itu. Nanti setelah itu juga pasti tuh hantu merasa lelah. Namun sebaliknya, ketukan pintu itu tak berhenti dan semakin kencang dari sebelumnya, merasa lelah akhirnya Artan membuka matanya dan menoleh perlahan ke arah kaca jendela mobil.Artan sudah menyiapkan mentalnya untuk menjerit apabila yang ia lihat setan dengan wajah yang mengerikan. Sayangnya, ketika Artan menoleh ke arah jendela kaca mobilnya ia tak menemukan hantu berwajah seram, melainkan wajah cantik Reva yang kelihatan kelelahan mengetuk kaca kaca mobil Artan sedari tadi.Jeritan Artan tertahan di dalam hatinya, bukan jeritan ketakutan melainkan jeritan kebahagiaan. Dengan cepat Artan membuka pintu mobilnya u
Artan terus menyesap bibir mungil dan merah milik Reva yang berada dalam kuluman bibirnya saat ini. Bibir ini yang kerap kali mengeluarkan ucapan-ucapan pedas menggemaskan, sehingga kadang kerap kali Artan memimpikan bisa mencium kembali bibir itu.Entah setan apa yang merasuki Artan hingga nyaris nekat melakukan ini untuk yang kedua kalinya. Reva malam hari ini terlihat sangat menggiurkan baginya, suasana malam yang sunyi senyap pun semakin menambah kuat keinginan Artan.Artan bersorak gembira ketika Reva yang mulai terbuai dan kini membalas ciumannya yang tak kalah ganasnya dengan dia. Tak perduli pada sikap mereka sebelumnya, kini kedua orang itu tampak begitu mesra melakoni cumbuan mereka yang terasa panas dan memabukkan.Artan melepaskan bibir Reva yang otomatis membuat tautan bibir mereka juga terlepas saat di rasakannya pasokan oksigen mulai menipis. Reva dan Artan sama-sama ngos-ngosan dengan nafas yang tersengal-sengal sambil saling menatap.
Deva merasa menggigil kedinginan demi memantau mobil Artan yang menurutnya ada sang kakak di dalam sana. Deva ingin melihat sendiri secara langsung saat menciduk dua orang itu.Deva bahkan nekat bersembunyi di bawah pohon kedondong yang besar, jarak pohon dan mobil Artan tidaklah terlalu jauh. Namun bisa di pastikan jika dari mobil itu tak ada yang bisa menemukan Deva yang bersembunyi, semuanya sudah di rencanakan Deva semaksimal mungkin.Menghiraukan suara-suara horor seperti suara yang memanggil-manggil namanya, suara menjerit, menangis, bahkan tertawa. Deva sama sekali tak takut dengan itu semua, padahal sangat jelas kedua matanya melihat sosok-sosok putih yang terbang secepat kilat. Deva santai saja dan terus melanjutkan bermain games di ponselnya, jika memang makhluk-makhluk tak kasat mata itu berniat mengganggunya maka dengan senang hati akan Deva layani.Sayangnya sampai menjelang waktu subuh tak terjadi apa-apa, dan Deva sudah tak tahan lagi menahan kant
Artan masih betah mengekori Reva yang terus berjalan menuju kamar mandi, letak kamar mandi di rumah Reva berada paling ujung di belakang. Kamar mandi sederhana yang ukurannya sangat kecil, ukuran kamar mandi itu pun hanya cukup untuk dua orang dan itu pun sepertinya harus berhimpit-himpitan.Kamar mandi dan wc di rumah Reva terpisah, letak wc-nya sendiri pun berada persis di samping kamar mandi. Jangan tanyakan ukuran luas wc itu yang pasti sama besarnya dengan luas kamar mandi."Ini wc-nya bos, kalau bos mungkin kebelet buang air besar." kata Reva menunjukkan wc setelah menunjukkan letak kamar mandinya."Ah, iya," Artan mengangguk.Reva kembali melangkah ke kamar mandi dan langsung menimba air di dalam sumur untuk Artan. Artan yang berdiri di depan pintu kamar mandi yang terbuka hanya melihat Reva yang sedang menimba, melihat Reva kelelahan pun perlahan Artan melangkah mendekat setelah menutup pintu kamar mandi."Biar aku bantu," ucap Reva m
Keluarga Reva tak menyangka jika hari ini bakal bertemu dengan calon besannya, kedua orang tua Artan memaksa anaknya itu untuk membawa mereka bertemu dengan orang tua Reva.Artan tersenyum geli melihat sang mama yang awalnya ogah-ogahan dengan hubungan ia dan Reva. Tapi, kini mamanya itulah yang malah terlihat sangat antusias menyambut hubungan mereka. Bahkan kini mama Artan sudah ngebet dan tak sabar menunggu hari pernikahan mereka tiba."Halooo calon besan," sapaan hangat mama Artan pada orang tua Reva, sedangkan papa Artan sendiri hanya menyunggingkan senyumannya menyapa kedua orang tua Reva.Mama Artan mendekat dan memberikan kecupan di kedua pipi ibu Reva sembari memeluknya. Sungguh perlakuan manis yang dapat menghangat hati calon besannya."Putraku sudah menceritakan semuanya, mengenai perjalanan kisah cintanya dengan Reva. Jadi, kapan kita menentukan hari pernikahan mereka?" kata mama Reva tersenyum mengedipkan mata sebagai kode.
Artan dengan santai merangkul pundak Reva yang kini semakin gemetaran dan mencengkeram erat kemeja putih milik Artan yang melekat di tubuhnya. Kedua orang tua Artan mendelik menyaksikan anak dan wanita yang di akui sebagai kekasih putranya."Artan, apa yang kamu katakan? K—kekasih?" tanya mama Artan tergugu dengan ucapan anaknya tadi."Mama, papa, ayo masuklah terlebih dahulu. Aku akan menjelaskan semuanya pada kalian berdua." ucap Artan lembut."Tidak!" penolakan tegas mamanya. "Kami berdua tidak sudi masuk jika wanita jalang penghangat ranjang kamu masih disini.""Dia bukan jalang mama!" sentak Artan dengan suara yang mulai meninggi. "Dia kekasihku, namanya Revalda.""You lie! Kami tidak percaya dengan ucapanmu." mama Artan semakin murka, kembali menatap sengit ke arah Reva dari bawah sampai ke atas."Lihatlah dia, apakah pantas untuk disebut sebagai wanita baik-baik. Penampilannya sungguh memprihatinkan, dan sangat di sayangka
Setelah sampai di kota, Artan menyuruh Johan untuk mengantarkan dan mengurusi segala keperluan keluarga Reva selama tinggal disini. Johan mengangguk patuh dan mengantarkan keluarga Reva ke villa milik Artan.Sementara untuk Reva, Artan meminta izin pada kedua orang tua Reva agar mengizinkan putrinya untuk tinggal bersamanya dan berjanji tidak akan berbuat macam-macam sampai tiba hari pernikahan mereka. Orang tua Reva tersenyum mengangguk dan mengizinkan, mereka percaya pada Artan sepenuhnya."Selamat datang di apartemenku!" jerit Artan ketika sampai di apartemennya, membuka pintu dan mempersilakan Reva masuk dengan hormat.Reva tersenyum geli melihat tingkah kekasihnya, cukup tercengang melihat apartemen Artan yang indah. Reva berjalan sambil matanya tetap terus memperhatikan setiap sudut apartemen Artan."Kau suka?" tanya Artan sambil mendekap memeluk tubuh Reva dari belakang.Reva merasakan nyaman dan hangat dengan lekukan Artan
Reva dan Artan sudah memutuskan untuk kembali ke kota siang ini juga, sudah cukup berlama-lama Artan bersantai-santai seperti seorang pengangguran yang tak ada kerjaan. Banyak segala tanggung jawab Artan yang tertunda selama ia di kampung Reva, kini ia mau tak mau dengan berat hati harus kembali ke kota untuk mengurusi bisnisnya yang hampir nyaris ia tinggalkan. Dan selama itu pula Artan menyerahkan segala urusan kantornya pada Miko, sepupunya.Kemarin Miko mengubunginya dan ngomel-ngomel karena Artan yang lupa diri, berjanji mengatakan pada Miko jika ia menyerahkan segala semua urusan tanggung jawab perusahaannya pada Miko selama seminggu. Tapi, ini jauh dari kata menepati janji yang Artan ucapkan.Miko juga punya perusahaan sendiri yang harus pria itu pikirkan dan kelola. Artan berdoa semoga saja masalah ini tak sampai ke telinga kedua orang tuanya.Tadi, Reva awalnya sempat menolak untuk kembali ke kota dan menyuruh Artan pulang ke kota bersama Johan se
"Heh, kalian berdua di tanya juga kok malah saling pandang senyum-senyum. Menyebalkan!" gerutu Aldy merasa kesal, pasalnya baik Artan maupun Reva tak ada yang menjawab dengan pasti pertanyaannya.Reva terkikik, "kenapa memangnya Al? Kau terlihat sangat penasaran sekali.""Oh, ya jelas aku sangat penasaran sekali. Aku penasaran, gimana sih gaya orang pacaran yang awal pertemuannya di awali dengan pertengkaran dan kebencian?" goda Aldy yang langsung membuat wajah Reva dan Artan merah padam.Ya, siapa yang tidak tahu mengenai hubungan Reva dan Artan sebelumnya. Dan, siapa juga yang tidak tahu bagaimana interaksi yang terjalin di antara keduanya yang sering kerap kali beradu mulut.Aldy saja masih ingat dengan jelas di ingatannya, merasa geli dan lucu jika sekarang kedua orang tersebut menjadi sepasang kekasih.Apakah mereka bisa rukun? Atau malah semakin adu mulut terus?Artan melangkah mendekati Reva, merangkul pundak wanita
Setelah kepergian Niken yang akhirnya mau di antarkan oleh Aldy dan Deva. Kedua pria itu kembali pada sore hari hampir menjelang malam dengan keadaan yang sangat lelah.Reva mengambilkan air untuk adik dan temannya tersebut, keduanya bersandar lelah di kursi ruang tamu."Capek?" tanya Reva yang di angguki lemah keduanya."Siapa suruh untuk berbuat usil mengerjai orang lain." kata Reva mengomeli kedua pria itu yang tampak sekarat karena kelelahan.Aldy menatap tajam Reva, "tapi kalau tidak kerena keusilan aku, Johan dan Deva. Maka selamanya kalian berdua tak akan pernah mau saling mengungkapkan perasaan kalian masing-masing. Iya, kan?" sindir Aldy.Reva berdeham dan membuang pandangannya ke arah lain. Merasa malu atas sindiran Aldy namun ia juga merasa berterima kasih pada ketiga pria itu yang berhasil membuat ia dan Artan saling menyatakan cinta."Ah ya, dimana pria itu?" tanya Aldy celingukan mencari seseorang."Siapa?" Reva ik
"Surprise!" jerit penuh kehebohan Johan, mengalihkan perhatian dari delikan mata Reva dan Artan.Aldy melirik ke arah Johan lalu ia ikut-ikutan menjerit heboh seperti Johan. "Yuhuuu, surprise! Selamat ya Artan dan Reva yang akhirnya sama-sama saling menyatakan cinta.""Yoyoyo, akhirnya rencana kita bertiga sukses untuk membuat kedua manusia bego ini mengakui perasaannya dengan jujur dan saking terbuka." ucap Johan menepuk dadanya bangga."Eh, kok bertiga sih?" elak Aldy tak terima."Tentu bertiga lah, Deva kan ikut dalam rencana kita juga.""Ya, aku tahu, tapi bocah itu baru tadinya kita komplotin buat kerjasama."Pada akhirnya Johan dan Aldy saling berdebat panjang hanya karena mempermasalahkan Deva. Istri dan anak Johan pun ikut dalam diskusi mereka. Reva dan Artan saling tatap, bingung dengan maksud kedua pria yang tengah berdebat itu.Satu-satunya orang yang lebih sangat bingung adalah Niken, perempuan itu sunggu
Reva terus menyesap bibir tebal dan merah alami milik Artan yang terasa dingin, pria itu termasuk pria yang merokok walaupun jarang tapi anehnya Artan memiliki bibir yang berwarna merah alami.Sengaja Reva menggoda bibir Artan yang sedang di cumbunya saat ini, dan Reva harus merasa kecewa menerima reaksi Artan yang hanya berdiam diri bagaikan patung.Reva yang sudah tak tahan harus menahan kakinya yang menjinjit pun terpaksa melepaskan ciumannya. Menatap dengan sorot kecewa karena pada kenyataannya Artan tak membalas ciumannya, yang itu artinya berarti Artan mencintai Niken.Niken sendiri tampak tersenyum senang dengan hati yang bersorak gembira. Menatap sinis Reva yang begitu pede sekaligus lancang mencium kekasih orang lain.Rasakan itu! batin Niken mengumpati Reva.Reva merasakan malu dengan hati yang hancur karena rasa kecewa, rasanya Reva ingin menghilang dari hadapan mereka berdua saat ini juga. Tapi rasanya itu tidak mungkin dan sangat
Aldy tersenyum mengekori Reva berjalan di belakangnya, tadi Reva meminta Aldy untuk bicara berdua sebentar. Reva berhenti melangkah ketika mereka sudah di halaman belakang rumahnya."Ada apa Re?" tanya Aldy tersenyum.Plaaakkk.Satu tamparan cukup kuat mendarat mulus di pipi kiri Aldy, Reva menatap Aldy nyalang penuh kemarahan."Selama ini, kau menganggap hubungan persahabatan kita seperti apa?" tanya Reva lirih.Aldy merasakan kebas pada pipinya yang di tampar Reva tadi, menatap tak percaya pada sahabatnya yang baru saja menamparnya."Reva ada apa denganmu? Kenapa kau menamparku?" Aldy tak menjawab pertanyaan Reva dan cenderung balik bertanya alasan kenapa Reva menamparnya."Jawab pertanyaanku Al, kau menganggap hubungan persahabatan kita selama ini tuh apa?" ulang Reva menuntut jawaban Aldy."Aku tidak mengerti, apa sebenarnya maksudmu? Tiba-tiba saja kau mengajakku untuk mengobrol berdua denganmu, lalu dengan tiba-tiba