Beberapa hari kemudian.
Jefan sudah sembuh dan sudah kembali beraktivitas seperti biasa, dan kini kebalikannya. Jelita selaku anak semata wayangnya Jefan, kini dia harus di rawat di rumah sakit.Karena Jelita demam tinggi dan tak kunjung turun, membuat keluarga Prawira sangat panik. Riani selaku asisten rumah tangganya keluarga Prawira dan pengasuh Jelita. Dia juga menjaga Jelita di rumah sakit, tapi dia tidak menjaga sendirian.Karena semua keluarga Prawira berkunjung ke rumah sakit walaupun bergantian, karena ini sudah hari kedua Jelita berada di kamar pasien VVIP."Anakku, sehat yuk!" Jefan terus-menerus menggengam erat tangannya Jelita, walaupun Jelita dalam keadaan mata tertutup sedang beristirahat setelah makan dan minum obat."Sabar, nanti juga Jelita akan kembali sembuh." Dona selaku ibu kandungnya Jefan dan neneknya Jelita mencoba menguatkan anak sulungnya.Jelita demam karena beberapa waktu lalu di ajak lTercium aroma wangi ayam goreng yang sepertinya memang baru saja di goreng oleh Jonathan, sungguh perutnya Riani semakin bunyi dan cacing di dalam sana pasti sudah demo."Ayo makan, sayang!" Jonathan masih menatap lekat ke arah sosok gadis yang ada di depannya.Gadis yang sudah sering menerima nafsunya selama beberapa bulan lamanya, bahkan gadis itu sudah membuat dirinya selalu candu akan tubuh mungilnya itu.Tubuhnya Riani memang mungil tapi sangat menggoda, apa lagi pada dua gundukkan kenyal yang kembar. Dua gundukkan kembar itu sudah menjadi candu juga bagi Jonathan, dia benar-benar memiliki otak mesum.Namun, walaupun Jonathan mesum tapi dia selalu mesum pada Riani saja dan selalu bisa menjaga hasratnya ketika mereka berada di suatu tempat."Tuan, aku takut kalau..."Jonathan langsung menatap lekat ke arah gadis itu dan lekas membuka suara. "Ya sudah makan di kamar aku aja atau kamar kamu?" Jonathan memberikan penawaran pada Riani."Tuan, aku makan sendiri aja ya?" Riani menolak J
"Jadi, kamu mau menendang milikku?" tanya Jonathan yang masih menatap ke arah Riani.Riani langsung menoleh ke arah suara itu dan sedikit terkejut karena seseorang yang di sebelahnya ada Jonathan. Sepertinya Riani benar-benar tidak menyadari saat ini dirinya ada di kamarnya Jonathan."Bu ... Bukan begitu Tuan, mana mungkin aku menendangnya," jawab Riani dengan suara terbata-bata."Tuan lagi, aku akan menghukum kamu!" tegas Jonathan yang suaranya terdengar seperti tidak suka.Bagaimana Jonathan akan suka jika dirinya terus-menerus di sebut Tuan oleh Riani, padahal mereka berdua sudah menyepakati masalah sebutan itu. Namun, sepertinya Riani benar-benar sulit jika tidak memanggil Jonathan dengan sebutan Tuan.Namun, Riani tidak akan sulit jika memanggil nama Jonathan tidak menggunakan embel-embel saat di atas ranjang. Hem, sepertinya Jonathan memang harus membawa Riani ke atas ranjang.Haha, mesum sekal
"Ke mana gadis itu?" Jonathan hendak melangkah keluar dari ruang makan.Lalu, terdengar suara langkah kaki seseorang masuk ke dalam ruang makan dan itu adalah bi Yani."Bi, Riani mana?" tanya Jonathan saat melihat bi Yani masuk ke dalam ruang makan."Ada di kamarnya, Tuan," jawab bi Yani dengan sopan."Apa dia sudah siap hari ini mau ke rumah sakit?" Jonathan bertanya lagi."Sudah Tuan, mungkin sebentar lagi akan keluar dari kamarnya," jawab bi Yani."Oke, terimakasih!" Jonathan sedikit menepuk pelan pundaknya bi Yani."Sama-sama Tuan Muda!" Bi Yani tersenyum lalu melangkah menghampiri meja makan, di sana tugasnya adalah mengambil beberapa makanan yang masih utuh untuk di masukkan ke dalam lemari makanan.Jonathan hendak melangkah pergi dari ruang makan dan tiba-tiba saja Riani datang, hampir saja mereka bertabrakan dan untungnya Riani sadar akan ada sosok Tuan Muda di depannya.
Saat Jefan ingin melangkah pergi dari pintu kamar VVIP itu, tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat melihat seseorang yang sudah berdiri di hadapannya.Seseorang itu membungkuk sopan dan sedikit tersenyum, tapi Jefan hanya menatap datar pada seseorang itu."Selamat siang Tuan," sapa seseorang itu yang tak lain adalah seorang perawat."Siang," balas Jefan dengan lesu."Tuan tidak masuk kedalam?" tanya perawat itu."Tidak, saya mau ke kantin dulu mah beli kopi," jawab Jefan yang langsung pergi begitu saja dari hadapan sang perawat.Perawat itu memutar tubuhnya dan menatap Jefan yang lama-lama pergi menghilang dari pandangan sang perawat."Kenapa Tuan tidak masuk kedalam kamar anaknya, ya?" Perawat itu bingung karena sedari tadi menatap Jefan yang hanya diam didepan pintu kamar VVIP sang anak.Namun, perawat itu enggan mengurusi hidup orang lain apa lagi keluarga pasien VVIP
"Kenapa kau peluk wanita itu!" Seseorang lainnya baru saja melangkah menghampiri mereka berdua yang masih dalam posisi Jeri memeluk Riani.Sepertinya Jelita dan Riani masih dibuat terkejut oleh kedatangan Jeri, bahkan mereka tidak sadar dengan sosok pria lainnya yang baru saja datang kedalam halaman depan rumah keluarga Prawira.Bahkan Jeri saja masih sibuk memeluk tubuhnya Riani, dia seperti merindukan sosok wanitanya.Setelah sosok pria lain datang dan langsung menarik paksa tangannya Riani. Kini Jeri dan Jelita langsung menoleh kearah pria itu, bahkan Riani pun ikut menoleh kearah pria itu."Tu ... Tuan Jonathan?" Riani sangat gugup saat sosok Tuan Muda, Jonathan sudah berada di hadapannya.Bahkan saat ini lengan kekarnya Jonathan masih menggenggam kuat lengannya Riani, dan Jelita masih berada dalam posisinya berdiri didekat sofa yang tadi dia duduki dengan Riani."Wah, sepertinya ada ci
"Aku tidak sabar menunggu nanti malam," gumam Jonathan dengan senyum menyeringai.Jonathan baru saja masuk kedalam kamar, dia melangkah menuju jendela kamarnya dan menatap ke pekarangan rumahnya."Untuk apa juga Jeri Andara kesini," ucap Jonathan yang kesal dengan kejadian tadi.Jonathan melangkah menuju ranjang dan membaringkan tubuhnya diatas sana, sejenak dia menghela napas dan menatap kearah langit-langit kamarnya."Riani, kenapa otakku penuh dengan dirimu!" Jonathan mengusap wajahnya dengan kasar.Tidak bisa di pungkiri jika setelah Jonathan menyetubuhi Riani saat itu dan saat sekarang, dia benar-benar selalu memikirkan Riani.Entah kenapa pikirannya Jonathan selalu tertuju pada Riani, bukan karena pemikirannya Jonathan mesum tapi memang benar jika didalam otaknya selalu ada bayangan Riani.Sepertinya Jonathan semakin mencintai Riani, pikir Jonathan."Aku harus pesan hotel atau ke Apartemen saja?" Tiba-tiba Jonathan bermonolog sendiri.Sejenak, Jonathan memiringkan tubuhnya keara
"Sepertinya om Jonathan cemburu," celetuk Jelita.Jefan langsung menatap kearah anak semata wayangnya, Jelita. "Sudah jangan buat om jadi kesal sepertinya om tidak suka dengan itu," ucap Jefan."Oke," balas Jelita yang paham maksud dari sang ayah, Jefan.Jelita memang seperti itu, dia selalu menyebut Jefan dengan sebutan ayah atau daddy. Entah sebenarnya Jelita akan memanggil Jefan dengan sebutan apa, dan Jefan tidak mau mempermasalahkan itu.Daniel sedari tadi menatap kearah istrinya, Dona. Sepertinya Dona terus-menerus menaruh curiga pada anak bungsu mereka, Jonathan."Sayang, kita kembali ke kamar yuk!" Daniel mencoba mengajak istrinya untuk beristirahat."Nanti saja, aku ingin ke dapur sebentar." Dona bangun dari duduknya dan lekas pergi begitu saja dari dalam ruang makan.Daniel yang paham jika istrinya pasti akan mencurigai Riani, dia juga bangun dari duduknya dan lekas mengikuti langk
'Kalau mereka tau kalau aku sudah tidur dengan tuan muda, pasti mereka akan mengusirku dari rumahnya,' batin Riani.Menit berlalu.Akhirnya mobil mewah milik Jonathan sudah masuk ke sebuah Apartemen miliknya. Apartemen yang sudah pasti sangat mahal dan hanya bisa di miliki oleh beberapa konglomerat saja.Jonathan dan Riani juga tidak lupa menggunakan masker untuk menutupi sebagian wajahnya, karena pasti akan ada beberapa paparazi yang melihat mereka saat masuk Apartemen.Riani dan Jonathan sudah keluar dari mobil dan bergegas masuk kedalam Apartemen, tapi sebelum masuk kedalam Apartemen dan unit milik Jonathan. Mereka berdua harus masuk terlebih dahulu menuju lift, setelah itu mereka baru bisa memasuki unit milik Jonathan.Detik berlalu.Akhirnya Jonathan dan Riani sudah masuk kedalam unit Apartemen milik Jonathan, tanpa menunggu apapun lagi.Jonathan langsung membuka maskernya dan masker wanita yang ada di depannya, Riani.Saat ini Jonathan langsung mengunci tubuhnya Riani di tempok
Riani mulai mengatur napasnya dalam-dalam, dan mengikuti semua perintah dari sang Dokter agar lahirannya lancar dan normal. Jonathan selaku suaminya Riani masih setia berada di sampingnya Riani, bahkan tangannya Jonathan sudah sangat merah dan penuh luka akibat remasan dari Riani. Namun, Jonathan tidak mempermasalahkan itu, karena yang terpenting saat ini adalah proses lahiran Riani yang harus normal dan lancar.'Tuhan, lancarkan persalinan istriku,' batin Jonathan yang terus berdoa pada Tuhan agar persalinan istrinya berjalan dengan lancar.Hampir 1 jam lamanya, tangisan seorang bayi terdengar nyaring di dalam ruang persalinan membuat Riani dan Jonathan tersenyum bahagia, saat ini Riani dan Jonathan saling menatap satu sama lain, lalu air matanya Riani kembali menetes saat mendengar buah hati mereka sudah lahir, dan Jonathan juga ikut meneteskan air mata, air mata bahagia karena anak pertama mereka telah lahir ke dunia."Selamat Nyonya dan Tuan, anaknya seorang laki-laki dan tampan s
Waktu berputar begitu cepat, dan tidak di sadari saat ini kandungannya Riani sudah berusia sembilan bulan, Riani dan Jonathan tidak sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, buah hati yang sudah di tunggu-tunggu sejak lama oleh mereka."Sayang, apa kamu belum merasakan sesuatu?" Entah sudah berapa kali Jonathan mengatakan itu pada istrinya, Riani."Belum, sayangku," jawab Riani dengan gelengan kepalanya, lalu memberikan senyuman manis untuk suaminya yang begitu tidak sabar menantikan dirinya melahirkan.Suami mana yang bisa sabar menunggu istrinya melahirkan anak pertama mereka, pastinya semua suami tidak akan sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, apa lagi buah hati untuk anak pertama mereka."Kalau nanti gak kuat lahiran normal, sebaiknya lahirannya Caesar aja, ya?" Tidak tahu sudah berapa kali Jonathan mengatakan ini pada istrinya, tapi Jonathan sangat khawatir jika istrinya tidak kuat untuk melahirkan normal."Siap suamiku sayang." Riani manggut-manggut dan paham sekali d
Mendengar bisikan seperti itu dari Jonathan membuat Riani kembali mengulas senyum yang lebar, dan detak jantungnya Riani semakin berdetak tidak karuan, Riani mulai merasa bangga dan begitu bahagia saat Jonathan mengatakan seperti itu padanya seolah-olah Riani begitu berarti di dalam kehidupannya Jonathan."Aku akan selalu izin pada mu jika akan pergi ke mana-mana," balas Riani yang tidak akan tega membantah perkataan pria yang sebentar lagi akan menikahinya."Bagus." Jonathan langsung mengecup leher belakangnya sang gadis."Ih geli." Riani sedikit menjauhi tubuhnya agar sang pria tidak mengecupnya terus."Hei, sebentar lagi aku akan selalu mengecup ini," kekeh Jonathan yang terlihat sangat mesum sekali, dan sang gadis hanya tertawa saja saat mendengar kekehan seperti itu.Riani selalu melamun dengan mengingat semua nasib yang di alami olehnya saat ini, nasib yang entah baik atau buruk. Namun, Riani bersyukur bisa bertemu dengan sosok pria seperti Jonathan yang sebentar lagi akan menja
"Bawa Riani pergi dari sini," titah sosok gagah itu pada beberapa bodyguard yang ada di belakangnya."Siap Bos." Beberapa bodyguard itu langsung membawa Riani dengan menyentuh tangannya. Namun, Jihan menahan tangan para bodyguard itu agar tidak membawa Riani begitu saja."Biarkan Riani hidup dengan tenang di sini tanpa perdebatan kalian," ucap Jihan pada sosok gagah itu, dan terlihat sekali jika Jihan begitu berani dengan mengucapkan seperti itu.Riani sudah menggeleng-gelengkan kepalanya pada Jihan agar tidak bertingkah seperti itu pada sosok pria gagah itu, pria yang tidak lain adalah Ayahnya Jonathan, Daniel Prawira."Cepat bawa Riani!" Daniel kembali memerintahkan para bodyguard nya."Siap Bos." Para bodyguard itu langsung membawa Riani pergi begitu saja dari dalam kamar.Jihan terlihat ingin mengejar Riani, tapi Jihan di tahan oleh dua bodyguard yang berada di dekat Daniel."Riani ingin hidup bebas dari tekanan istri anda, Tuan Daniel!" Jihan begitu berani sekali saat mengatakan
Hari berganti begitu cepat, tapi Jonathan belum juga menemukan Riani semenjak dirinya sudah kembali ke Yogyakarta. Jonathan juga meminta orang suruhannya agar memantau Jeri, karena Jonathan yakin jika Jeri adalah dalang, dalang dari menyembunyikan Riani."Sayang, kamu di mana?" Jonathan terus saja bermonolog sendiri saat tatapannya memandangi foto gadisnya yang ada dalam wallpaper ponselnya.Jonathan pasti mengkhawatirkan Riani dan calon anak mereka, tapi Jonathan sulit sekali menemukan keberadaan Riani yang entah berada di mana. Jonathan juga sudah menghubungi nomor Jihan selaku sahabatnya Riani, tapi Jonathan tidak mendapatkan respon apapun dari Jihan."Oh Tuhan, aku harus ke mana." Jonathan memukul pelan kepalanya saat dirinya merasa bodoh tidak bisa menemukan gadis nya, gadis yang sedang mengandung anaknya.Setelah Jonathan di tipu oleh Tania yang katanya Daniel sakit dan di rawat di rumah sakit, Jonathan langsung kembali ke Yogyakarta menggunakan pesawat umum, dan Jonathan sudah
Mendengar pertanyaan Daniel membuat Dona membulatkan matanya dengan sempurna, Dona juga langsung menatap sinis ke arah Daniel karena bisa-bisanya memberikan pertanyaan seperti itu, pikir Dona."Tidak perlu menatapku seperti itu," celetuk Daniel saat melihat pandangan yang tidak mengenakan dari istrinya sendiri.Dona berdecih kesal dan berkata. "Apa-apaan kau memberikan pertanyaan seperti itu? Jelas-jelas Jonathan akan menikahi Tania," kekeh Dona yang akan menikahkan Jonathan dengan gadis pilihannya, Tania."Apa Jonathan mau menikah dengan Tania?" Daniel memberikan pertanyaan itu untuk istrinya dengan ekspresi seperti menertawakannya."Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menikah dengan gadis itu," ucap Jonathan yang masih bersungut-sungut.Jefan hanya bisa geleng-geleng kepalanya saat melihat keluarganya yang selalu saja bertengkar seperti itu, dan Jefan juga tidak bisa mencampuri urusan Jonathan walaupun Jonathan adalah adik kandungnya."Aku akan kembali ke Jogja, tolong jangan
Jihan masih diam dan tidak berniat mengatakan apapun saat mendengar pertanyaan-pertanyaan yang di keluarkan oleh Riani, dan Jihan yakin jika saat ini Riani sedang bermonolog dengan diri sendiri, Jihan tidak mau ikut campur dalam hal ini, karena menurutnya ini hal yang wajar jika nomer Jonathan tidak aktif, mungkin saja ponselnya kehabisan baterai atau ponselnya sedang di charger dengan keadaan mati, semua bisa saja terjadi, pikir Jihan."Sudahlah, sepertinya dia belum bangun," ucap Riani yang terlihat menyerah saat dirinya terus menerus mencoba menelepon sang pria, tapi nomer sang pria tetap saja tidak aktif membuat dirinya hanya bisa pasrah saja.Cukup lama Riani menghubungi Jonathan melalui ponselnya Jihan, tapi nomernya Jonathan masih saja tidak aktif membuat Riani mengembalikan ponselnya pada Jihan."Masih gak aktif?" tanya Jihan yang berbasa-basi pada sahabatnya."Iya," jawab Riani dengan suara pelan dan seperti seseorang yang tidak bersemangat."Coba telepon nomer kamu, bukannya
"Gak perlu mengemasi barang-barang, aku hanya akan menengok Ayah saja, setelah itu akan kembali ke sini," jelas Jonathan pada sang Ibu.Dona yang tadinya ingin membalas penjelasan Jonathan, tapi tiba-tiba saja Tania memberikan kode dengan gelengan kepalanya dan tangannya menahan tahan Dona."Sudah, biarkan seperti itu," ucap Tania pada calon Ibu mertuanya dengan nada berbisik agar calon suaminya tidak mendengar ucapannya.Jonathan melangkah pergi untuk masuk ke dalam kamarnya, dan Jonathan akan mengambil tas dan beberapa barang yang akan di butuhkan olehnya saat pergi ke Jakarta. Jonathan juga berusaha percaya dengan sang Ibu, apa lagi semua ini menyangkut Ayahnya yang tiba-tiba sakit.'Tumben banget Abang Jefan gak hubungi aku dan memberitahu kalau Ayah masuk rumah sakit?' tanya Jonathan di dalam hatinya.Jonathan pastinya paham betul dengan Kakak kandungnya, Jefan. Jefan akan selalu memberitahu Jonathan jika salah satu keluarga mereka sakit, tapi kali ini Jefan adem ayem tanpa membe
Ke esokan harinya, pukul 8 pagi di unit Apartemen mewah yang sedang di tempati oleh Jonathan, Jonathan kedatangan tamu tidak di undang, tamu yang pastinya membuat emosinya memuncak saat melihat wajahnya, wajah yang sudah membuat gadisnya pergi dari Apartemen sejak kemarin."Ngapain kau ke sini?" tanya Jonathan dengan tatapan mengkilat pada sosok gadis di depannya."Mau menemui calon suamiku," jawab gadis itu dengan ekspresi wajah yang terlihat bahagia."Pergi, Tania!" Jonathan langsung mengusir gadis itu, gadis yang ada di depannya tanpa rasa bersalah sama sekali.Gadis yang ada di Apartemen Jonathan adalah Tania, gadis yang sudah membuat Riani pergi dari Apartemen nya sejak kemarin karena pesan yang di kirim Tania untuk Riani. Jonathan pastinya akan mengusir Tania secara terang-terangan, dan Jonathan tidak mau melihat Tania lagi setelah dirinya sudah membaca pesan itu, pesan yang menurutnya tidak pantas.Tania tidak memperdulikan perkataan pria yang ada di depannya, lalu matanya Tani