"Baik, Tuan." Riani hanya bisa menurut dengan apa yang di katakan oleh Jeri, lalu Jihan mengulas senyum saat Riani akan ikut masuk, karena bagaimanapun Riani tidak boleh di dalam mobil sendirian, walaupun di temani oleh supir atau bodyguard lainnya yang saat ini ikut dengan Jeri.Riani, Jihan, dan Jeri sudah keluar dari mobil mewah. Mereka bertiga mulai masuk ke dalam restoran, lalu beberapa asisten dan bodyguard yang mengawal Jeri ikut masuk juga ke dalam restoran, tapi mereka berada di belakang Jeri."Riani, kamu kenapa?" Jihan bingung saat sahabatnya terlihat ingin muntah."Hem, gak apa-apa." Riani hanya geleng-geleng kepalanya saja, dan Riani tidak mungkin berterus-terang pada sahabatnya jika saat ini dirinya sedang hamil.Jeri hanya bisa menatap Riani tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun, dan Jeri yakin jika Riani sedang mual karena hamil.'Apa Riani benar-benar akan melahirkan anaknya Jonathan?' tanya Jeri di dalam hatinya.Setelah asistennya Jeri memilih ruangan private untuk
Di dalam kamar mandi. Riani langsung muntah di wastafel dengan di temani oleh Jihan, Jihan begitu panik saat Riani muntah tapi tidak mengeluarkan apapun seperti orang minta pada umumnya, Riani muntah dengan mengeluarkan cairan saja seperti memuntahkan air putih."Ri, kamu kenapa?" tanya Jihan yang begitu panik pada sahabatnya."A ... Aku gak apa-apa," jawab Riani yang mulai bingung harus mengatakan apa pada sahabatnya."Bohong, kamu menyembunyikannya sesuatu, kan?" Jihan pasti mengetahui gelagat sahabatnya yang menurutnya sangat aneh."Aku gak apa-apa," kekeh Riani dengan membersihkan mulutnya dengan air keran yang ada di wastafel.Jihan terus menatap tajam ke arah sahabatnya yang saat ini terlihat kekeh sekali tidak ingin memberitahu, dan Jihan yakin sekali jika sahabatnya menyembunyikan sesuatu darinya."Ri, aku benci dengan orang yang pembohong," celetuk Jihan yang sepertinya sedang menyindir sahabatnya secara halus. "Aku tau kalau kamu sedang menyembunyikan sesuatu dari ku," kekeh
"I ... Iya, aku mengandung benihnya Tuan Jonathan," jawab Riani dengan gugup.Jihan langsung memeluk erat tubuhnya Riani, dan Riani membalas pelukan Jihan, kini mereka berdua saling berpelukan satu sama lain, mereka juga saling menangis bersamaan. Jihan menangis karena tidak menyangka jika Riani mengandung anaknya Jonathan, dan Riani menangis karena nasibnya yang seperti ini."Ri, aku akan selalu ada di samping kamu," bisik Jihan di telinga sahabatnya."Te ... Terima kasih, Jihan." Riani masih gugup saat mengetahui jika sahabatnya tidak marah dengan dirinya yang sedang mengandung benih dari pria, pria yang belum menikahi dirinya."Mulai sekarang, kamu harhsbterbuka sama aku," punya Jihan pada sahabatnya."Pasti." Riani menganggukkan kepalanya dengan cepat.Setelah Jihan dan Riani puas berpelukan, kini mereka saling mengusap air matanya masing-masing karena setelah ini mereka harus kembali ke ruang VIP yang berada di restoran ini."Tapi, Tuan Jonathan tanggung jawab sama ini?" tanya Ji
"Boleh dong," jawab Jeri dengan sedikit tertawa karena lucu melihat ekspresi Riani saat bertanya padanya."Terima kasih," ucap Riani pada Jeri yang sudah membelikan banyak makanan di atas meja, makanan yang membuat dirinya ikut lapar. Namun, Riani harus memakan makanan yang sudah dia pesan sebelumnya.Riani, Jihan, dan Jeri mulai menyantap menu makanan yang sudah mereka pesan sejak tadi. Riani begitu lahap memakan beberapa makanan yang ada di atas meja, makanan yang begitu membuat nafsu makannya semakin bertambah.'Sepertinya nafsu makan Riani saat hamil begitu baik,' batin Jeri yang terus memperhatikan Riani saat sedang makan.Akhir-akhir ini nafsu makannya Riani memang meningkat, tapi terkadang nafsu makannya susah juga, semua tergantung mood dan hormon wanita hamil.**Pukul 3 sore di sebuah Apartemen, Jonathan baru saja kembali setelah membahas bisnis dengan asisten dan beberapa staf yang sudah di tugaskan untuk membahas sesuatu, sesuatu yang pastinya sudah mengarah ke arah pekerj
Setelah makan di restoran dengan Jihan dan Jeri, kini Riani baru sampai hotel yang sudah di pesan oleh Jeri untuknya, dan Riani tidak sendirian di hotel karena ada Jihan yang menamni, bahkan Jihan sudah di tugaskan oleh Jeri untuk menemani Riani. Jeri tidak membawa Riani ke Apartemen nya selama di Yogyakarta karena tidak ingin Jonathan mengetahui, apa lagi Jeri paham betul jika Jonathan seperti mata-mata jika sudah berurusan dengan seorang wanita."Jihan, bilangin sama Tuan Jeri, terima kasih sudah memesankan hotel, dan aku janji akan membayarnya setelah ini," ucap Riani pada sahabatnya."Heh, kamu sendiri tau, kan? Tadi Tuan Jeri bilang kalau kamu gak perlu membalas apapun padanya," ujar Jihan setelah mendengar ucapan sahabatnya."Hem, iya sih." Riani langsung duduk di sofa yang berada di kamar hotel, lalu seketika Riani melamun setelah membahas Jeri pada Jihan.Saat ini pikirannya Riani sedang memikirkan Jonathan yang pasti sudah pulang ke Apartemen dan mencari dirinya, lalu Riani m
Pukul 7 malam di sebuah unit Apartemen mewah di Yogyakarta."Di mana Riani?" tanya Jonathan pada Jeri dengan suara yang begitu meninggi dan menahan emosi yang meluap-luap.Saat ini Jonathan berada di dalam unit Apartemen mewah yang di sewa oleh Jeri, dan Jeri tidak terkejut dengan kedatangan Jonathan ke sini, karena Jeri sudah menduga akan kedatangan Jonathan yang seperti ini."Gak tau," jawab Jeri dengan begitu santai, bahkan Jeri terlihat acuh tak acuh dengan keberadaan Jonathan saat ini.Jonathan mengepalkan sebelah tangannya dan ingin menghajar Jeri saat ini juga, tapi tidak jadi dan masih Jonathan tahan demi mengetahui di mana keberadaan Riani saat ini, karena Jonathan sama sekali tidak mengetahui di mana Riani berada."Jangan kau sembunyikan istriku!" Jonathan semakin berteriak di depan Jeri.Jeri tertawa saat Jonathan mengatakan jika Riani adalah istrinya, lalu Jeri berkata. "Istri? Apa kalian sudah menikah?" Jeri bertanya seperti itu pada Jonathan seperti sedang menyindir Jon
Lagi-lagi Jeri tertawa mendengar perkataan Jonathan yang menganggap Riani sebagai istrinya Jonathan, bahkan tanya Jeri terlihat sekali seperti merendahkan Jonathan. Jonathan kembali mengepalkan tangannya dan ingin menghajar wajahnya Jeri, tiba-tiba saja Jonathan tidak jadi menghajar Jeri karena ponselnya berdering di dalam saku celananya."Sial, mengganggu saja." Jonathan mengumpat pada seseorang yang menelepon dirinya saat ini.Ponselnya Jonathan berdering karena ada panggilan masuk, lalu Jonathan meronggoh ponselnya dari saku celananya dan mulai menjawab telepon itu."Ada apa? Kau mengganggu saja!" Jonathan bertanya seperti itu pada sang penelepon, penelepon yang sudah membuat dirinya kesal dan tidak jadi menghajar pria yang saat ini ada di depannya, pria yang berani-beraninya menyembunyikan gadisnya."Hah? Kau yakin? Cepat kirim alamatnya," kata Jonathan pada sang penelepon.Hanya pembicaraan yang begitu singkat antara Jonathan dan sang penelepon, penelepon yang tidak tau identitas
Setelah Jeri menelepon seseorang dan memerintahkan seseorang itu, Jeri langsung mengakhiri teleponnya setelah di rasa sudah cukup untuk memberikan perintah, setelah itu Jeri duduk di sofa dengan senyum menyeringai."Jon, kau gak akan bisa menemukan Riani sampai kapanpun," gumam Jeri dengan suara penuh yakin, dan gumaman itu di tunjukkan pada Jonathan.Jeri memijat pelan pelipisnya setelah ponselnya di simpan di atas meja, setelah itu Jeri kembali mengingat pembicaraan Jonathan yang ternyata sudah mengetahui hubungannya Jeri dengan Tania."Aku harus segera menjauhi Tania, aku gak mau karir aku akan hancur karena gadis seperti dia," ucap Jeri yang hanya mementingkan karirnya dari pada kekasihnya, Tania.Jeri terdiam dengan memikirkan sesuatu, suatu rencana untuk karir dan kehidupannya. Jeri terlihat enggan melanjutkan hubungannya dengan Tania setelah Jeri mengetahui kalau Tania akan di jodohkan oleh keluarganya. Jeri juga terlihat tidak begitu tertarik menjalin hubungan dengan Tania, da
Riani mulai mengatur napasnya dalam-dalam, dan mengikuti semua perintah dari sang Dokter agar lahirannya lancar dan normal. Jonathan selaku suaminya Riani masih setia berada di sampingnya Riani, bahkan tangannya Jonathan sudah sangat merah dan penuh luka akibat remasan dari Riani. Namun, Jonathan tidak mempermasalahkan itu, karena yang terpenting saat ini adalah proses lahiran Riani yang harus normal dan lancar.'Tuhan, lancarkan persalinan istriku,' batin Jonathan yang terus berdoa pada Tuhan agar persalinan istrinya berjalan dengan lancar.Hampir 1 jam lamanya, tangisan seorang bayi terdengar nyaring di dalam ruang persalinan membuat Riani dan Jonathan tersenyum bahagia, saat ini Riani dan Jonathan saling menatap satu sama lain, lalu air matanya Riani kembali menetes saat mendengar buah hati mereka sudah lahir, dan Jonathan juga ikut meneteskan air mata, air mata bahagia karena anak pertama mereka telah lahir ke dunia."Selamat Nyonya dan Tuan, anaknya seorang laki-laki dan tampan s
Waktu berputar begitu cepat, dan tidak di sadari saat ini kandungannya Riani sudah berusia sembilan bulan, Riani dan Jonathan tidak sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, buah hati yang sudah di tunggu-tunggu sejak lama oleh mereka."Sayang, apa kamu belum merasakan sesuatu?" Entah sudah berapa kali Jonathan mengatakan itu pada istrinya, Riani."Belum, sayangku," jawab Riani dengan gelengan kepalanya, lalu memberikan senyuman manis untuk suaminya yang begitu tidak sabar menantikan dirinya melahirkan.Suami mana yang bisa sabar menunggu istrinya melahirkan anak pertama mereka, pastinya semua suami tidak akan sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, apa lagi buah hati untuk anak pertama mereka."Kalau nanti gak kuat lahiran normal, sebaiknya lahirannya Caesar aja, ya?" Tidak tahu sudah berapa kali Jonathan mengatakan ini pada istrinya, tapi Jonathan sangat khawatir jika istrinya tidak kuat untuk melahirkan normal."Siap suamiku sayang." Riani manggut-manggut dan paham sekali d
Mendengar bisikan seperti itu dari Jonathan membuat Riani kembali mengulas senyum yang lebar, dan detak jantungnya Riani semakin berdetak tidak karuan, Riani mulai merasa bangga dan begitu bahagia saat Jonathan mengatakan seperti itu padanya seolah-olah Riani begitu berarti di dalam kehidupannya Jonathan."Aku akan selalu izin pada mu jika akan pergi ke mana-mana," balas Riani yang tidak akan tega membantah perkataan pria yang sebentar lagi akan menikahinya."Bagus." Jonathan langsung mengecup leher belakangnya sang gadis."Ih geli." Riani sedikit menjauhi tubuhnya agar sang pria tidak mengecupnya terus."Hei, sebentar lagi aku akan selalu mengecup ini," kekeh Jonathan yang terlihat sangat mesum sekali, dan sang gadis hanya tertawa saja saat mendengar kekehan seperti itu.Riani selalu melamun dengan mengingat semua nasib yang di alami olehnya saat ini, nasib yang entah baik atau buruk. Namun, Riani bersyukur bisa bertemu dengan sosok pria seperti Jonathan yang sebentar lagi akan menja
"Bawa Riani pergi dari sini," titah sosok gagah itu pada beberapa bodyguard yang ada di belakangnya."Siap Bos." Beberapa bodyguard itu langsung membawa Riani dengan menyentuh tangannya. Namun, Jihan menahan tangan para bodyguard itu agar tidak membawa Riani begitu saja."Biarkan Riani hidup dengan tenang di sini tanpa perdebatan kalian," ucap Jihan pada sosok gagah itu, dan terlihat sekali jika Jihan begitu berani dengan mengucapkan seperti itu.Riani sudah menggeleng-gelengkan kepalanya pada Jihan agar tidak bertingkah seperti itu pada sosok pria gagah itu, pria yang tidak lain adalah Ayahnya Jonathan, Daniel Prawira."Cepat bawa Riani!" Daniel kembali memerintahkan para bodyguard nya."Siap Bos." Para bodyguard itu langsung membawa Riani pergi begitu saja dari dalam kamar.Jihan terlihat ingin mengejar Riani, tapi Jihan di tahan oleh dua bodyguard yang berada di dekat Daniel."Riani ingin hidup bebas dari tekanan istri anda, Tuan Daniel!" Jihan begitu berani sekali saat mengatakan
Hari berganti begitu cepat, tapi Jonathan belum juga menemukan Riani semenjak dirinya sudah kembali ke Yogyakarta. Jonathan juga meminta orang suruhannya agar memantau Jeri, karena Jonathan yakin jika Jeri adalah dalang, dalang dari menyembunyikan Riani."Sayang, kamu di mana?" Jonathan terus saja bermonolog sendiri saat tatapannya memandangi foto gadisnya yang ada dalam wallpaper ponselnya.Jonathan pasti mengkhawatirkan Riani dan calon anak mereka, tapi Jonathan sulit sekali menemukan keberadaan Riani yang entah berada di mana. Jonathan juga sudah menghubungi nomor Jihan selaku sahabatnya Riani, tapi Jonathan tidak mendapatkan respon apapun dari Jihan."Oh Tuhan, aku harus ke mana." Jonathan memukul pelan kepalanya saat dirinya merasa bodoh tidak bisa menemukan gadis nya, gadis yang sedang mengandung anaknya.Setelah Jonathan di tipu oleh Tania yang katanya Daniel sakit dan di rawat di rumah sakit, Jonathan langsung kembali ke Yogyakarta menggunakan pesawat umum, dan Jonathan sudah
Mendengar pertanyaan Daniel membuat Dona membulatkan matanya dengan sempurna, Dona juga langsung menatap sinis ke arah Daniel karena bisa-bisanya memberikan pertanyaan seperti itu, pikir Dona."Tidak perlu menatapku seperti itu," celetuk Daniel saat melihat pandangan yang tidak mengenakan dari istrinya sendiri.Dona berdecih kesal dan berkata. "Apa-apaan kau memberikan pertanyaan seperti itu? Jelas-jelas Jonathan akan menikahi Tania," kekeh Dona yang akan menikahkan Jonathan dengan gadis pilihannya, Tania."Apa Jonathan mau menikah dengan Tania?" Daniel memberikan pertanyaan itu untuk istrinya dengan ekspresi seperti menertawakannya."Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menikah dengan gadis itu," ucap Jonathan yang masih bersungut-sungut.Jefan hanya bisa geleng-geleng kepalanya saat melihat keluarganya yang selalu saja bertengkar seperti itu, dan Jefan juga tidak bisa mencampuri urusan Jonathan walaupun Jonathan adalah adik kandungnya."Aku akan kembali ke Jogja, tolong jangan
Jihan masih diam dan tidak berniat mengatakan apapun saat mendengar pertanyaan-pertanyaan yang di keluarkan oleh Riani, dan Jihan yakin jika saat ini Riani sedang bermonolog dengan diri sendiri, Jihan tidak mau ikut campur dalam hal ini, karena menurutnya ini hal yang wajar jika nomer Jonathan tidak aktif, mungkin saja ponselnya kehabisan baterai atau ponselnya sedang di charger dengan keadaan mati, semua bisa saja terjadi, pikir Jihan."Sudahlah, sepertinya dia belum bangun," ucap Riani yang terlihat menyerah saat dirinya terus menerus mencoba menelepon sang pria, tapi nomer sang pria tetap saja tidak aktif membuat dirinya hanya bisa pasrah saja.Cukup lama Riani menghubungi Jonathan melalui ponselnya Jihan, tapi nomernya Jonathan masih saja tidak aktif membuat Riani mengembalikan ponselnya pada Jihan."Masih gak aktif?" tanya Jihan yang berbasa-basi pada sahabatnya."Iya," jawab Riani dengan suara pelan dan seperti seseorang yang tidak bersemangat."Coba telepon nomer kamu, bukannya
"Gak perlu mengemasi barang-barang, aku hanya akan menengok Ayah saja, setelah itu akan kembali ke sini," jelas Jonathan pada sang Ibu.Dona yang tadinya ingin membalas penjelasan Jonathan, tapi tiba-tiba saja Tania memberikan kode dengan gelengan kepalanya dan tangannya menahan tahan Dona."Sudah, biarkan seperti itu," ucap Tania pada calon Ibu mertuanya dengan nada berbisik agar calon suaminya tidak mendengar ucapannya.Jonathan melangkah pergi untuk masuk ke dalam kamarnya, dan Jonathan akan mengambil tas dan beberapa barang yang akan di butuhkan olehnya saat pergi ke Jakarta. Jonathan juga berusaha percaya dengan sang Ibu, apa lagi semua ini menyangkut Ayahnya yang tiba-tiba sakit.'Tumben banget Abang Jefan gak hubungi aku dan memberitahu kalau Ayah masuk rumah sakit?' tanya Jonathan di dalam hatinya.Jonathan pastinya paham betul dengan Kakak kandungnya, Jefan. Jefan akan selalu memberitahu Jonathan jika salah satu keluarga mereka sakit, tapi kali ini Jefan adem ayem tanpa membe
Ke esokan harinya, pukul 8 pagi di unit Apartemen mewah yang sedang di tempati oleh Jonathan, Jonathan kedatangan tamu tidak di undang, tamu yang pastinya membuat emosinya memuncak saat melihat wajahnya, wajah yang sudah membuat gadisnya pergi dari Apartemen sejak kemarin."Ngapain kau ke sini?" tanya Jonathan dengan tatapan mengkilat pada sosok gadis di depannya."Mau menemui calon suamiku," jawab gadis itu dengan ekspresi wajah yang terlihat bahagia."Pergi, Tania!" Jonathan langsung mengusir gadis itu, gadis yang ada di depannya tanpa rasa bersalah sama sekali.Gadis yang ada di Apartemen Jonathan adalah Tania, gadis yang sudah membuat Riani pergi dari Apartemen nya sejak kemarin karena pesan yang di kirim Tania untuk Riani. Jonathan pastinya akan mengusir Tania secara terang-terangan, dan Jonathan tidak mau melihat Tania lagi setelah dirinya sudah membaca pesan itu, pesan yang menurutnya tidak pantas.Tania tidak memperdulikan perkataan pria yang ada di depannya, lalu matanya Tani