Kanaka membaringkan tubuh Athalia ke atas ranjang besar miliknya. Pria itu tidak membawa Athalia ke hotel melainkan ke kediamannya.
Kanaka melepaskan sepatu yang Athalia kenakan, lalu ia membuka dress Athalia yang kotor. Di mobil Athalia memuntahkan isi perutnya hingga mengenai baju yang dipakainya juga mengotori mobil Kanaka.
Biasanya Kanaka akan membenci hal-hal menjijikan seperti itu, tapi demi Athalia, ia bukan hanya bertahan dengan bau muntahan tidak sedap Athalia, tapi juga membersihkan tubuh Athalia.
Mata Athalia terbuka, ia menatap Kanaka yang saat ini berada di depan wajahnya hanya dengan jarak kurang dari dua puluh senti meter.
Kedua tangan Athalia bergerak, merangkul leher Kanaka. Menariknya mendekat lalu mencium bibir pria itu. Athalia tidak sadar sama sekali atas apa yang ia lakukan. Ia hanya melihat wajah tampan Kanaka dan sayang untuk melewatkannya.
Kanaka yang sedang memegang handuk hangat menengkram handuk dengan kuat, ia tidak ingin mengambil kesempatan dari Athalia lagi. Namun, ia tidak bisa menahan gairahnya. Ia begitu menginginkan Athalia saat ini.
Setelah membiarkan Athalia menyerang bibirnya secara semborono. Kanaka akhirnya membalas ciuman itu. Mengambil alih kepemimpinan. Pria itu menuntut Athalia dalam setiap gerakan.
Ciuman panas penuh gairah itu berlangsung panjang. Kecupan-kecupan kecil menyapa sekujur tubuh Athalia. Tangan Kanaka bergerak bebas, menyentuh apa saja yang ingin ia sentuh.
Tubuh keduanya menyatu. Kanaka bergerak dengan lembut. Mata Kanaka menatap Athalia yang saat ini terpejam, tapi Athalia tidak tertidur sepenuhnya. Wanita itu terus mendesah, tangannya mencengkram punggung Kanaka kuat.
Pinggul Kanaka terus bergerak maju mundur, menghujam Athalia dalam dan lebih dalam lagi sesuai dengan rengekan manja Athalia.
Gelombang kenikmatan menyapu Kanaka, cairan miliknya berpindah sepenuhnya pada milik Athalia. Ini merupakan kedua kalinya pria ini bercinta dengan Athalia tanpa menggunakan pengaman.
Tubuh Kanaka masih berada di atas Athalia. Pria itu memperhatikan Athalia yang tampaknya benar-benar terlelap sekarang.
Senyum kecil muncul di wajah pria tampan itu. "Sangat cantik," pujinya. Ia benar-benar menyukai wajah Athalia. Kanaka tidak kekurangan wanita cantik sama sekali, tapi hanya Athalia yang ia sukai. Wanita luar biasa yang telah menarik perhatiannya, baik hati maupun tubuhnya.
Pada titik ini Kanaka sudah benar-benar jatuh hati pada Athalia. Ini pertemuan ketiga kalinya dengan Athalia, dan perasaannya sudah berkembang begitu jauh. Benar-benar diluar akal sehat.
Cukup lama Kanaka menghabiskan waktunya memandangi Athalia, Kanaka memutuskan untuk tidur. Pria itu terpejam sembari memeluk Athalia.
Waktu berlalu, jam biologis Athalia membangunkan ia dari tidurnya. Denyut nyeri menerjang kepalanya. Ia merasa perutnya mual, tapi ia tidak muntah sama sekali.
Ia mengerang pelan. Ini adalah yang kedua kalinya dia mabuk, dan rasanya masih sama berantakan seperti yang pertama ia rasakan.
Perlahan matanya terbuka. Ia masih belum menyadari bahwa saat ini ia terbangun bukan di kamarnya.
Setelah beberapa saat menyesuaikan dirinya dari sisa mabuk semalam. Athalia mulai memperhatikan sekelilingnya. Tiba-tiba atensinya langsung berpindah pada tubuhnya sendiri. Benar saja, apa yang ia takutkan terjadi. Ia terbangun dalam keadaan tanpa busana di mana terdapat banyak jejak percintaan di tubuhnya.
Athalia kali ini memaki dirinya sendiri. Laki-laki asing mana lagi yang tidur dengannya semalam.
Athalia meremas rambutnya frustasi, memang benar ia mengatakan bahwa ia tidak akan setia lagi pada Baskara, tapi untuk jatuh pada hal yang sama untuk yang kedua kalinya seperti ini jelas bukan sesuatu yang ia rencanakan.
Pintu ruangan besar itu terbuka, Athalia dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Ia seperti terkena serangan jantung saat melihat siapa yang melangkah mendekat ke arahnya.
"Kau sudah bangun?" tanya Kanaka yang saat ini hanya mengenakan kaos putih dengan celana bahan panjang berwarna hitam.
Di kepala Athalia seperti ada banyak meteor yang saling bertabrakan. Membuat ia seketika merasa pening. Ia tidak bisa mengatakan apa-apa untuk beberapa saat, hanya matanya yang terus melihat ke arah Kanaka.
Jadi, pria yang tidur dengannya semalam adalah Kanaka Rajendra? Tidak mungkin! Ini benar-benar gila. Athalia tidak pernah membayangkan dalam pikiran terliarnya bahwa ia bisa berbagi tempat tidur dengan pria yang memiliki pengaruh besar untuk keuangan dunia ini.
"Athalia, kau baik-baik saja?" tanya Kanaka. Pria itu berdiri di sebelah Athalia sembari memperhatikan wajah Athalia.
"Di mana aku sekarang?" tanya Athalia akhirnya.
"Kediamanku."
Athalia kembali merasa pening. Apa yang terjadi semalam? Apakah sama seperti malam sebelumnya, ia melemparkan dirinya pada laki-laki? Apakah ia yang telah merayu Kanaka lebih dahulu?
Kepala Athalia berdenyut sakit. Bagaimana bisa ia melakukan tindakan segila ini? Dan di mana Lalunna semalam? Ia sepertinya telah salah mengandalkan Lalunna semalam.
"Bersihkan tubuhmu, lalu turun untuk sarapan. Aku akan menjelaskan padamu apa yang terjadi semalam."
Wajah Athalia menegang. Menjelaskan apa? Bahwa ia dengan tidak tahu malunya merayu Kanaka? Tuhan, Athalia ingin mengubur dirinya sendiri ke dalam tanah sekarang.
"Athalia, kau mendengarkanku?"
"Ya, aku dengar."
"Kalau begitu mandilah," seru Kanaka. "Atau kau membutuhkan bantuanku untuk membawamu ke kamar mandi?" Kanaka menunjukan kemurahan hatinya. Ia benar-benar ingin membantu Athalia.
Athalia segera turun dari ranjang, tubuh polosnya tidak terlindungi kain sama sekali. "Tidak, aku bisa sendiri."
Kanaka diam beberapa saat, Athalia merasa ada sesuatu yang salah. Ia nyaris pingsan ketika menyadari bahwa ia berdiri tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya.
Dengan perasaan malu, Athalia segera melangkah menuju ke kamar mandi. Syukurlah ia tidak perlu bersusah payah mencari kamar mandi, jika tidak ia akan lebih malu lagi.
Senyum mengembang di wajah Kanaka. "Wanita yang lucu."
Di dalam kamar mandi, Athalia masih berada dalam posisi menyedihkan. Ia masih tidak habis pikir dengan yang terjadi sekarang.
Tidak ingin berhadapan dengan Kanaka, Athalia berlama-lama di kamar mandi. Berharap ia bisa menghindar dari Kanaka sedikit lebih lama lagi.
Akan tetapi, Kanaka yang menunggu mulai mencemaskan Athalia. Apa yang membuat wanita itu mandi begitu lama. Sup untuk menghilangkan sisa mabuk Athalia sudah mulai dingin.
Kanaka akhirnya membuka pintu kamar mandi, dan ia menemukan Athalia berendam di bak mandi.
Athalia terkejut melihat Kanaka, refleks ia menutupi bahunya yang terbuka.
Kanaka tertawa kecil. "Aku sudah melihat semuanya, tidak perlu ditutupi."
Ah, pria ini benar-benar mengatakannya tanpa basa-basi.
"Anda seharusnya mengetuk pintu terlebih dahulu, Tuan Kanaka." Athalia berkata formal.
"Itu salahku. Maafkan aku." Kanaka meminta maaf. "Apakah kau masih ingin berendam lebih lama lagi? Tidak ada gunanya menghindariku, ayo cepat keluar dari bak mandi. Kau harus mengisi perutmu yang kosong."
"Baik." Athalia menjawab patuh. Baru beberapa saat kemudian ia mengolok dirinya sendiri yang begitu cepat mematuhi Kanaka.
Kanaka tersenyum kecil. Athalia terpesona sejenak. Ini merupakan pertama kalinya ia melihat Kanaka tersenyum. Pria itu menjadi berkali lipat lebih tampan.
Jantung Athalia tiba-tiba berdetak lebih cepat dari biasanya.
Berhenti bersikap kau seorang remaja yang sedang jatuh cinta, Athalia!
Athalia mencibir dirinya sendiri. Ia meraih bathrobe di sebelah bak mandi lalu memakainya. Ia keluar dari kamar mandi, di atas ranjang sudah terdapat satu set pakaian.
"Kenakan pakaianmu, aku tunggu di ruang makan." Kanaka lalu keluar dari kamar itu, membiarkan Athalia berpakaian dengan nyaman.
Athalia segera mengenakan pakaian, ia melangkah keluar kamar, di depan pintu sudah ada seorang pelayan yang berjaga.
"Nona, mari saya antar ke ruang makan." Pelayan wanita itu berkata dengan sopan.
"Ya." Athalia lalu mengikuti pelayan, melangkah di atas lantai marmer menyusuri lorong-lorong panjang dan melewati beberapa ruangan.
Di ruang makan, Kanaka sudah duduk. Pria itu mendengar langkah kaki Athalia. Ia memiringkan wajahnya lalu mempersilahkan Athalia untuk duduk.
Athalia memperhatikan banyak makanan di meja makan.
"Aku tidak tahu kau menyukai sarapan yang mana, ambil saja yang kau sukai." Kanaka seolah mengerti apa yang Athalia pikirkan. "Koki juga sudah menyiapkan makanan untuk membuatmu lebih baik karena mabukmu semalam."
"Terima kasih," seru Athalia.
Kanaka mulai menyantap sarapannya begitu juga dengan Athalia. Keduanya makan dengan tenang tanpa pembicaraan menginterupsi kegiatan mereka.
Masih ada banyak waktu untuk bicara, jadi mereka bisa bicara nanti setelah selesai sarapan.
Athalia tidak bisa berhenti mengunyah makanannya. Koki yang bekerja di kediaman Kanaka benar-benar tahu cara memasak dengan baik. Rasa masakannya benar-benar lezat.
Athalia pandai memasak, tapi Athalia merasa bahwa ia berada sangat jauh dibawah koki yang bekerja di kediaman Kanaka.
Melihat Athalia makan dengan lahap, Kanaka merasa puas. Ia akan memberikan bonus pada kokinya nanti.
Sarapan usai. Kanaka membawa Athalia ke sebuah ruangan bersantai. Keduanya masih memiliki hal yang harus mereka bicarakan.
"Tuan Kanaka, aku benar-benar minta maaf atas apa yang terjadi semalam. Aku mabuk dan melakukan hal yang memalukan padamu." Athalia memulai pembicaraan. Ia merasa apa yang terjadi semalam adalah kesalahannya, jadi ialah orang yang harus memberikan penjelasan lebih dahulu.
"Aku tahu," balas Kanaka. "Kau mudah mabuk, jangan terlalu banyak minum lain kali," lanjutnya.
"Baik."
"Apa yang terjadi semalam bukan pertama kalinya."
"Apa?" Athalia tidak mengerti.
"Aku meninggalkan nomor ponselku pagi itu, tapi kau tidak menghubungiku."
Athalia merasakan serangan jantung lainnya. Ia mendadak menjadi pening lagi. Jadi, apakah yang dimaksud oleh Kanaka adalah pria asing yang ia tiduri pertama kali dia mabuk adalah Kanaka?
Ya Tuhan, Athalia. Betapa memalukannya!
"Aku yakin kau mengingatnya sekarang," seru Kanaka.
Athalia ingin pura-pura amnesia, tapi tidak ada gunanya ia menghindar. Ia hanya akan terlihat seperti seorang pembohong di depan Kanaka.
"Tuan Kanaka, aku minta maaf sekali lagi. Aku tidak sadar atas tindakanku malam itu dan malam kemarin. Sungguh aku tidak berniat menggodamu. Aku..." Athalia tidak tahu bagaimana ia harus menjelaskannya pada Kanaka.
Kanaka tersenyum ringan. "Tidak perlu meminta maaf, Athalia. Jika aku keberatan malam itu aku bisa menolakmu. Faktanya, aku memanfaatkanmu yang sedang mabuk dan membawamu ke ranjangku."
Apa yang Kanaka katakan sangat masuk akal bagi Athalia. Kanaka jelas bisa menolaknya.
"Aku menyukaimu." Kanaka mengatakannya dengan lugas. Ia tahu mungkin Athalia akan ketakutan setelah mendengar kata-katanya, tapi ia tidak ingin menyembunyikan perasaannya.
"Tuan Kanaka, saya sudah menikah." Athalia baru mengalami patah hati, ia mana mungkin bisa mempercayai laki-laki setelah dikhianati oleh Baskara, terlebih ia dan Kanaka bertemu baru tiga kali.
"Aku tahu. Aku sudah menyelidiki tentangmu, tapi aku tidak peduli sama sekali. Aku tidak pernah jatuh hati pada wanita sebelumnya, tapi aku jatuh hati padamu sejak pertama kali kita bertemu." Kanaka mungkin membutuhkan upaya lebih untuk membuat Athalia percaya padanya.
Ditatap sedemikian rupa oleh Kanaka membuat Athalia merasa tidak nyaman, terlebih kata-kata Kanaka terdengar sangat jujur. Athalia tidak ingin jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Ia enggan jatuh cinta pada orang yang salah lagi.
Meskipun benar Kanaka menyukainya bukan berarti mereka bisa bersama. Athalia tidak ingin lagi menjalin hubungan dengan pria kaya raya. Dan Kanaka, pria ini bukan hanya kaya raya, tapi sudah hampir menyerupai dewa. Ia jelas tidak pantas bersama dengan Kanaka.
Dan juga, ia bukan wanita yang sempurna. Ia tidak akan menjadi wanita jahat yang menjebak Kanaka bersama dengannya.
Akan ada neraka lain untuknya jika ia dengan tidak tahu diri menyambut perasaan Kanaka. Keluarga Rajendra mungkin akan segera mengirimnya ke akhirat karena lancang ingin bersanding dengan Kanaka.
"Tuan Kanaka, itu bukan sebuah perasan yang pantas. Maafkan aku, aku tidak memiliki perasaan apapun untukmu."
"Tidak perlu terburu-buru, Athalia. Ada banyak waktu untuk membuat kau berjalan ke arahku." Kanaka bisa menunggu, tapi ia tidak berjanji jika ia akan sabar dalam perjalanan menunggu itu.
Athalia tidak bisa melanjutkan perbincangan ini lagi. "Saya rasa tidak ada yang bisa dibicarakan lagi. Apa yang terjadi di antara Anda dan saya hanya sebuah kesenangan sesaat belaka. Saya harap Anda bisa melupakannya. Saya akan pergi sekarang. Terima kasih." Athalia berdiri dari tempat duduknya.
Kanaka tidak menahan Athalia. Ia membiarkan Athalia pergi kali ini, tapi ia bersumpah ia akan membuat Athalia menetap selamanya di dalam hidupnya.
Mungkin bagi Athalia itu hanya kesenangan sesaat belaka, tapi bagi Kanaka, ia bersedia mengulang kesenangan itu seumur hidupnya.
tbc
Athalia tidak memikirkan apa yang Kanaka katakan padanya beberapa saat lalu. Ia anggap pria itu hanya bermain-main dengannya.Akal sehat Athalia mengatakan bahwa tidak mungkin Kanaka menyukainya dalam artian yang sebenarnya. Pria itu mungkin hanya ingin bermain-main saja dengannya.Terlebih Kanaka juga mengetahui bahwa ia memiliki suami. Seorang pria luar biasa seperti Kanaka tidak mungkin akan berhubungan dengan seseorang yang sudah menikah.Ada banyak wanita lajang di luar sana yang bisa dijadikan oleh Kanaka sebagai teman hidupnya.Pintu ruang kerja Athalia terbuka, wanita yang tengah sibuk menyusun daftar pekerjaannya untuk R Group mengalihkan pandangannya dari berkas di mejanya ke orang yang masuk ke dalam ruangannya."Lalunna, ke mana saja kau semalam?!" Athalia menatap sahabatnya galak. Ia benar-benar mengandalkan Lalunna semalam, tapi yang terjadi ia terbangun tanpa busana di ranjang milik Kanaka.Lalunna tersenyum tanpa rasa bersala
Baskara menerima pemberitahuan dari ponselnya bahwa kartu yang ia berikan pada Athalia digunakan. Kening Baskara sedikit berkerut ketika ia melihat jumlah yang dihabiskan oleh Athalia untuk belanja di butik langganan Athalia.Apa saja yang Athalia beli dengan uang belasan juta dolar. Baskara tidak mempermasalahkan berapa uang yang dihabiskan oleh Athalia, ia hanya heran karena tidak biasanya Athalia akan berbelanja sebanyak itu.Gaya hidup Athalia sangat hemat, Baskara bahkan pernah mengeluh tentang ini pada Athalia. Baskara mencari uang untuk memanjakan Athalia, jadi ia ingin istrinya menghabiskan lebih banyak uang agar ia bisa bekerja lebih semangat untuk memenuhi keinginan Athalia.Akan tetapi, Athalia bukan orang seperti itu. Sejak kecil Athalia sudah tahu betapa kerasnya hidup. Athalia menghargai setiap sen yang didapatkannya. Itulah kenapa Athalia hanya membeli barang-barang yang ia butuhkan, bukan ia inginkan.Banyak orang menyebut Athalia wanita m
Shylla mendatangi kediaman orangtua Baskara, wanita ini hendak mengadu tentang bagaimana Athalia menghabiskan puluhan juta dolar untuk set perhiasan. Shylla tidak akan mungkin membiarkan Athalia lolos begitu saja setelah wanita itu menghinanya."Sayang, kau datang." Ibu Baskara tersenyum cerah melihat menantu keduanya yang sudah ia anggap sebagai satu-satunya menantu yang ia miliki. Sayang sekali ia belum bisa mengakui Shylla di depan banyak orang."Aku kebetulan berada di sekitar sini, jadi aku memutuskan untuk mengunjungi Mommy." Shylla bersuara lembut. Wanita ini tidak perlu melakukan banyak hal untuk mendapatkan hati ibu Baskara karena Shylla sudah memenuhi kriteria menantu idaman keluarga Baskara."Ah, seperti itu. Ayo duduklah. Kau datang di saat yang tepat. Mommy juga sendirian di rumah ini. Daddymu sedang ke luar kota untuk pekerjaan, sedangkan dua adikmu melakukan kegiatan mereka masing-masing dengan teman-teman mereka."Shylla duduk di sebelah i
Ponsel Athalia yang terletak di meja berdering. Ia meliriknya dengan malas, di sana tertera panggilan dari suaminya. Jika saja tidak diingatkan oleh panggilan itu, ia akan lupa bahwa ia memiliki suami.Sudah tiga hari sejak pertemuan terakhir Athalia dengan Baskara. Tentu saja bajingan itu lebih memilih untuk tinggal dengan Shylla daripada dengannya. Tidak, Athalia tidak berharap sama sekali Baskara akan menghabiskan waktu dengannya.Demi Tuhan, Athalia merasa begitu muak dengan Baskara. Tiga hari lalu ia semakin kehilangan rasa terhadap Baskara. Pria itu tampak sangat memikirkan perasaan Shylla, tapi mengabaikan perasaannya.Apakah itu bentuk cinta Baskara padanya? Sangat menggelikan. Athalia yakin, jika ia tidak memiliki bukti maka sepenuhnya Baskara akan percaya bahwa ia adalah seorang wanita berdarah dingin yang ingin membunuh janin dalam kandungan Shylla.Athalia memilih untuk mengabaikan panggilan itu. Hidupnya sudah cukup damai beberapa hari ini ta
Sinar matahari membangunkan Athalia. Wanita itu merasa tubuhnya seperti habis dipukuli oleh banyak orang. Kanaka benar-benar tidak memiliki belas kasihan, terus menerus menyatukan tubuh dengannya seperti tenaga pria itu tidak berkurang sama sekali.Athalia sudah bercinta dengan Baskara bertahun-tahun lamanya, tapi harus ia akui bahwa kehebatan Baskara di atas ranjang tidak bisa disamakan dengan kehebatan Kanaka. Jika Lalunna tidak memberitahunya bahwa Kanaka tidak pernah mengizinkan wanita mana pun menyentuhnya, maka ia akan menilai pria yang begitu mahir di atas ranjang itu telah tidur dengan banyak wanita."Kau sudah bangun, Athalia?" Suara berat Kanaka terdengar di telinga Athalia. Wanita yang masih terbaring di atas ranjang itu segera melihat ke arah Kanaka yang mengenakan setelan kerja berwarna abu-abu.Athalia terpesona sejenak. Semakin sering Athalia melihat Kanaka, ia merasa Kanaka semakin tampan dan seksi. Pesonanya benar-benar mematikan.
"Aku pikir kau tidak menjalankan tugasmu dengan benar, Yasa." Kanaka menatap Yasa tajam.Aura dingin yang selalu Yasa rasakan ketika ia berada di dekat Kanaka kini terasa semakin dingin, seolah kutub es dipindahkan ke dalam ruangan itu.Yasa tidak tahu di bagian mana ia tidak menjalankan tugas dengan baik, ia merasa perintah dari atasannya sudah ia lakukan dengan cepat. Selain itu harusnya hasilnya memuaskan karena pelaku perusakan galeri Athalia ditemukan dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam."Maafkan saya, Tuan. Saya salah." Yasa tidak berani mengeluh. Ia hanya bisa mengakui kesalahannya."Buat Baskara lebih sibuk lagi sampai dia tidak bisa mengurusi istrinya!" titah Kanaka."Baik, Tuan." Yasa kini tahu di mana kesalahannya. Masalah yang ia buat untuk Baskara masih tidak terlalu menyibukan pria itu sehingga masih bisa memikirkan tentang Athalia."Lalu, apa yang harus saya lakukan terhadap orang-orang yang sudah merusak galeri Bu Ath
Kepala Baskara' seperti akan meledak. Ia tidak mengerti kenapa semua rencana yang sudah ia susun dengan matang kini hancur berantakan. Proyek-proyek bernilai tinggi, yang telah ia perjuangkan dengan seluruh perhatiannya kini terlepas dari genggamannya.Ia benar-benar yakin bahwa perusahaannya yang akan memenangkan proyek-proyek itu, tapi di deti-detik terakhir, proyek itu jatuh ke perusahaan lain yang telah bersaing dengannya selama bertahun-tahun.Raut wajah Baskara menjadi sangat jelek. Ia kelelahan setelah beberapa hari menghadapi tekanan demi tekanan. Ia bukan pria lemah yang mengandalkan kekuatan orang lain untuk bertahan di posisinya, telah banyak usaha yang ia lakukan, tapi ia tidak pernah menemukan kegagalan.Namun, yang terjadi pada perusahaannya kali ini jauh lebih dari yang bisa ia tangani. Ia harus menghubungi banyak orang untuk meminta penjelasan, tapi tak satu pun dari mereka yang memberikannya jawaban puas.Ia yakin bahwa prop
Hati Kanaka gelisah ketika ia melihat air mata mengalir dari mata indah Athalia yang saat ini sedang tertutup rapat. Ia tidak tahu apa yang membuat Athalia begitu kesakitan hingga menangis dalam keadaan seperti ini.Pertanyaan di dalam otak Kanaka terjeda saat ia menerima panggilan dari Yasa. Bahkan di tengah malam seperti ini ia masih memberikan tugas pada Yasa, jika itu menyangkut Athalia, Kanaka tidak bisa menunggu."Katakan!" Kanaka bersuara, ia akan mendengarkan dengan baik hasil dari pekerjaan Yasa."Orang terakhir yang bertemu dengan Nyonya Athalia adalah Tuan Baskara. Mereka bertemu kurang dari sepuluh menit, lalu setelah itu Nyonya Athalia meninggalkan rumah. Tampaknya keduanya bertengkar." Yasa memberikan kabar dari dalam mobilnya. Pria ini baru saja melihat kamera pengintai di sekitar kediaman Athalia."Patahkan tangan Baskara!" Kanaka memberi perintah tanpa berkedip. Jika orang terakhir yang bertemu dengan Athalia adalah Baskara, maka
Pesta pernikahan Athalia dan Kanaka telah selesai dilaksanakan, saat ini Athalia sudah berada di kamar pengantinnya dengan Kanaka. Athalia meninggalkan acara lebih cepat karena tubuhnya saat ini sedang tidak dalam kondisi yang baik.Kehamilan Athalia benar-benar membuat keluarga Kanaka merestui hubungannya dengan Kanaka mengabaikan segala masa lalu Athalia yang cukup buruk.Setelah kembali dari bandara beberapa hari lalu, Kanaka membatalkan pernikahan dengan Keinarra. Namun, pria itu menggunakan cara yang lebih halus agar tidak lebih mempermalukan Keinarra dan keluarganya.Kanaka juga memberikan kompensasi yang cukup besar untuk pembatalan pernikahan itu. Ia berjanji di masa depan ia akan memberi dukungan untuk keluarga Keinarra.Awalnya keluarga Keinarra tidak terima, tapi seberapa pun keras mereka ingin pernikahan tetap dilanjutkan, jika Kanaka menolak maka selamanya tidak akan ada pernikahan antara Kanakan dan Keinarra.Orangtua Kanaka juga sama
Hari ini adalah hari pernikahan Kanaka dan Keinarra, hari ini juga Athalia akan pindah ke luar kota dan menetap di sana bersama dengan ayahnya. Athalia tidak ingin melihat pernikahan Kanaka, jadi ia memutuskan untuk pergi di hari yang sama. Hanya tersisa satu jam lagi sebelum acara pernikahan Kanaka dimulai, Athalia sudah membulatkan tekadnya bahwa ia puas dengan akhir mereka saat ini. Namun, di sisi lain, saat ini Baskara yang telah banyak menyakiti Athalia ingin melakukan sesuatu untuk Athalia. Mungkin hal yang ia lakukan tidak akan sebanding dengan luka yang ia berikan pada Athalia, tapi setidaknya itu juga mungkin akan menjadi awal mula kebahagiaan sejati Athalia. Baskara sudah mengikuti ke mana Kanaka pergi hari ini, pria itu masih bekerja padahal satu jam lagi acara pernikahan akan berlangsung. “Kanaka!” Baskara menghadang langkah Kanaka. Asisten Kanaka bergerak cepat untuk menyingkirkan Baskara. “Kanaka, ada hal yang har
Hari-hari berlalu, terhitung sudah dua bulan Athalia dan Kanaka tidak berhubungan. Mereka menderita, tapi tidak saling mencari.Hidup Kanaka ia habiskan hanya untuk bekerja. Ia menjadi lebih sulit untuk ditemui oleh orang-orang di sekitarnya.Ketika Athalia memiliki pekerjaan di perusahaan Kanaka, keduanya bersikap seolah tak saling mengenal Kanaka hanya akan melewati Athalia tanpa menyapa sedikit pun.Sementara Athalia, wanita itu hanya terus menambal hatinya yang terkoyak. Semakin lama ia semakin menderita. Hidupnya tidak baik-baik saja ketika Kanaka tidak ada di dekatnya. Namun, ia bisa apa? Ia tidak pantas bersama Kanaka.“Athalia, apa yang sedang kau lamunkan?” Lalunna bertanya pada Athalia. Wanita ini sesekali menemani Athalia. Ia juga tahu bahwa akhirnya hubungan Athalia dan Kanaka kandas.Lalunna menyayangkan hal itu, tapi jika Athalia benar-benar tidak bisa mencintai Kanaka, maka tidak ada yang bisa dilakukan. Sesuatu yang dipa
Hasil tes DNA janin Shylla telah keluar. Di sana dinyatakan bahwa janin itu benar-benar miliki Daniel. Shylla merasa sangat lega. Untung saja kandungannya tidak keguguran, jika tidak bagaimana mungkin ia bisa mendapat sejumlah uang untuk melanjutkan hidupnya.Setelah menerima hasil tes DNA, Shylla beristirahat dengan tenang. Saat ini ia perlu menjaga kandungannya sampai lahir. Shylla memerintahkan pelayan untuk membelikannya banyak makanan bergizi. Selain itu ia juga meminta pelayan untuk membelikannya semua keperluan, pakaian, perhiasan dan lainnya.Dengan janin yang ada di perutnya, Shylla yakin ayah dari janinnya akan mengikuti semua keinginannya.Sementara itu di tempat lain, seorang wanita tengah membaca salinan hasil tes DNA. Wajah wanita itu tampak mengerikan. “Jalang sialan! Apa wanita itu bermimpi janinnya akan bisa merebut posisi putraku?” Wanita itu bersuara sinis. “Lihat bagaimana aku akan mengirimnya ke neraka!”&ldquo
Athalia saat ini sedang melukis Abimana, sesuai dengan yang telah dijadwalkan.“Nona Athalia, bagaimana jika ayahmu masih hidup dan tidak seperti yang dikatakan oleh ibumu?” Abimana bicara setelah ia diam untuk waktu yang lama.Athalia berhenti melukis sejenak. “Itu tidak akan mengubah apapun. Saya telah tumbuh tanpa seorang ayah, ada atau tidak adanya saat ini tidak berpengaruh untuk saya.”Akan lebih baik jika ayahnya benar-benar telah tiada, daripada masih hidup. Athalia tidak ingin menderita pukulan karena fakta bahwa ayahnya meninggalkannya atau mungkin tidak menginginkannya.Hati Abimana sakit setelah mendengar jawaban Athalia, tapi apa yang Athalia katakan memang benar. Ia tidak ada ketika Athalia sedang tumbuh. Namun, itu bukan keinginannya. Keadaan yang membuat ia tidak bisa mengasihi Athalia.“Aku adalah ayahmu, Athalia.” Abimana bersuara lagi, dan pada akhirnya membuat Athalia benar-benar berhenti melu
Kanaka datang ke kediaman orangtuanya setelah ia mengantar Athalia dan Barbara kembali ke galeri. Kanaka harus menghadapi kemarahan keluarganya sekarang.“Kakek, Nenek, Ayah, Ibu.” Kanaka menyapa keluarganya yang sedang menghabiskan waktu bersama di sore hari.“Jika kedatanganmu ke sini hanya untuk memberitahu seberapa besar kau mencintai wanita itu, maka tidak perlu dikatakan.”Kakek Kanaka menatap cucunya tegas.“Kakek, tolong hargai pilihanku.” Kanaka berkata dengan tenang.“Kau ingin kami menghargai pilihanmu, apa kau pernah menghargai pilihan kami?” Ayah Kanaka kini yang bicara. “Apa kau bahkan pernah berpikir bagaimana perasaan kami ketika kau menjalin hubungan dengan wanita itu? Ayah yakin kau pasti tahu bagaimana reaksi kami, tapi kau tetap maju.”“Ayah, jangan membuatku berdiri di tengah-tengah. Aku sangat menyayangi kalian, tapi aku tidak bisa melepaskan Athalia. Aku t
Hari ini merupakan hari terakhir Athalia dan Kanaka berada di London. Setelah pekerjaan mereka beres, Kanaka membawa Athalia untuk berkencan. Keduanya pergi ke sebuah taman di pusat kota London.Kanaka berhenti sejenak memikirkan tentang penolakan keluarganya terhadap Athalia. Ia akan mencari jalan tengahnya nanti.Athalia dan Kanaka mengenakan pakaian tebal karena cuaca saat ini sedang dingin.Kanaka meraih tangan Athalia, ia mengenggamnya lalu memasukannya ke dalam saku jaketnya. Setelah itu mereka mulai melangkah di sepanjang jalan taman yang luas itu.Di taman itu terdapat banyak pengunjung, entah itu pasangan atau keluarga kecil. Mereka tampak menikmati suasana tenang di tempat itu.Mata Athalia beralih ke penjual es krim di tempat itu. Entah kenapa ia merasa sangat menginginkan es krim itu.“Kau mau?” tanya Kanaka. Pria itu tampak mengerti apa yang dipikirkan oleh Athalia saat ini.“Ya, mereka tampak leza
Ponsel Kanaka berdering. Ia segera menjawab panggilan dari kakeknya.“Halo, Kakek.” Kanaka menyapa kakeknya.“Kegilaan macam apa yang sedang kau lakukan, Kanaka? Dari semua wanita, kau memilih wanita yang tidak bisa melahirkan seorang anak! Segera putuskan hubunganmu dengan wanita itu!” Kakek Kanaka membalas sapaan Kanaka dengan kemarahan.Kanaka sudah tahu, cepat atau lambat keluarganya pasti akan mengetahui tentang hubungannya dengan Athalia.“Kakek, aku akan membicarakan ini denganmu setelah menyelesaikan pekerjaanku di London.” Kanaka tidak ingin membicarakan tentang hal ini di telepon. Ia lebih baik menjelaskan secara tatap muka.“Tidak akan ada pembicaraan lagi. Segera tinggalkan wanita itu atau kau akan melihat kakekmu mati!” Pria itu memberi ancaman serius. Ia benar-benar tidak mengerti kenapa cucunya menyukai wanita seperti Athalia. Status janda janda saja sudah buruk untuk
Acara pameran tengah berlangsung, sebuah ruangan besar disulap menjadi sebuah galeri raksasa di mana ada ratusan lukisa yang terpajang di dinding.Athalia berdiri di dekat lukisan yang ia pamerkan. Di sebelahnya ada Barbara yang menemani.Beberapa orang mendatangi lukisan Athalia, mereka menanyakan makna dari lukisan Athalia, dan Athalia menjelaskannya dengan antusias. Tiga lukisan Athalia sudah laku terjual, hanya tersisa beberapa lagi.Di pameran yang diadakan setiap satu tahun sekali ini terdapat banyak pelukis yang ikut berpartisipasi. Mereka meletakan karya terbaik mereka agar menarik minat pembeli.Uang yang didapatkan dari acara pameran tersebut akan disumbangkan pada beberapa lembaga sosial yang berhubungan dengan pendidikan anak kurang mampu.Pada tahun lalu, Athalia berhasil menjual seluruh karyanya dan menghasilkan satu juta dolar. Athalia berharap tahun ini ia seluruh karyanya juga habis terjual.Waktu berlalu, Athalia kini sedan