Home / Romansa / Main Cantik / Tak Terima

Share

Tak Terima

Author: Risma Dewi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kenapa sendirian? Suamimu mana, Nes?" tanya Bu Yuni begitu mereka berdua sudah memasuki ruang tamu. Semula ia mengira, Rizal sedang duduk di ruangan tersebut.

"Jangan sebut dia suamiku lagi, Ma. Dia itu penipu. Dia sudah buat aku malu, di depan banyak orang. Mereka itu keluarga penipu, Ma!" ucap Nessa berang. Kepala Nessa langsung sakit, mendengar  ibunya menanyakan tentang suami. Mulutnya mencak-mencak tak karuan. Bu Yuni yang heran mendengar ucapan Nessa langsung membawanya duduk.

"Ada apa, Nessa? Apa ada hal buruk yang menimpa rumah tanggamu dan Rizal?" tanya Bu Yuni khawatir. 

Nessa tak menjawab namun tangannya langsung merogoh tas dan mnegeluarkan perhiasan imitasi tersebut. Nessa melemparnya ke lantai. Bu Yuni yang bingung melihat tingkah Nessa, langsung bangkit dari tempat duduknya lalu berjongkok untuk memungut perhiasan yang berserakan di lantai.

"Enggak usah diambil, Ma. Buang ke tong sampah. Mereka sudah menipu kita. Mereka memberiku

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Main Cantik   Alasan

    Sementara di Toko Emas tadi, Bu Erna baru mulai tersadar, sekitar lima belas menit setelah kepergian Nessa. Ia berusaha duduk untuk menyambut air minum yang diberikan oleh orang yang masih menaruh iba. Bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri dengan cepat. Ia mencari keberadaan Nessa."Ibu, nyari anak ibu yang perempuan tadi, ya?" tanya seseorang yang masih bertahan di situ.Bu Erna mengangguk lesu."Dia sih, pas sadar tadi langsung pergi. Katanya ibu biar nanti dijemput sama anaknya," ucap pemilik toko emas menirukan ucapan Nessa tadi.Bu Erna hanya mampu terdiam. Ia tak memiliki kekuatan lagi untuk berpikir. Hatinya semakin diliputi rasa benci terhadap Lily.Ya!Tentu saja ia benci, karena menyadari mereka semua ditipu mentah-mentah oleh Lily. Bu Erna mengepalkan tangannya, tiba-tiba saja ia menjadi sangat ingin bertemu dengan menantu pertamanya tersebut untuk memberinya pelajaran.Ia juga sudah menyiapkan kata

  • Main Cantik   Senjata Makan Tuan

    Pak Basuki dan Bu Yuni saling tatap melihat tingkah putri mereka seperti remaja labil. Baru saja ia menangis karena marah pada Rizal, tiba-tiba kemarahannya berpaling pada Lily. Pak Basuki mengeleng tegas."Jangan Nes. Mending kamu pulang aja dulu. Kamu jangan mudah percaya sama omongan mertuamu. Bisa saja dia berbohong 'kan?"Bu Yuni mengangguk setuju mendengar ucapan Pak Basuki. "Papamu benar, Nes! Kamu jangan mau dibodohi dua kali. Mending kita pulang. Kali ini Mama tidak mengijinkanmu bersama Rizal, sampai mereka datang dan benar-benar membawa perhiasan yang aslinya. Ayo!"Bu Yuni menarik paksa Nessa meninggalkan Bu Erna. Pak Basuki membantu istrinya.Nessa sempat meronta ingin tinggal namun Pak Basuki mengecam. "Nes! Jangan mau dibodohi dua kali. Kalau Rizal memang mencintaimu, pasti dia akan datang membawa perhiasan asli. Kalau enggak, berarti dia memang ingin berpisah denganmu! Cerai saja!"Nessa pun berhenti meronta.

  • Main Cantik   Demi Anak Kesayangan

    "Eh? Enggak bisa gitu Zal. Ini bukan masalah asli enggaknya. Ini kenangan ibu dari Almarhum Ayahmu juga sebagiannya!" Bu Erna langsung menjauh dari putranya. Rizal sontak bangkit mengejar ibunya."Buuu ... sekali ini aja Bu! Aku janji, akan menemukan Lily secepatnya dan memintanya memberikan yang asli. Aku cuma pinjam sebentar Bu. Biar Nessa cepat balik ke sini! Masa ibu enggak kasian liat aku. Punya istri dua masa kabur semua?" rayu Rizal disertai rengekan dan wajah memelas. Ia terus mengikuti langkah ibunya menuju kamar."Buuu!" rengek Rizal lagi sambil memegang tangan ibunya. Bu Erna tetap diam melangkah ke peraduan."Mending kamu urus mobilmu sana Zal! Kalau cuma istri yang hilang, bisa cari lagi. Kalau mobil peninggalan ayahmu yang hilang, belum tentu kamu bisa beli lagi," gumam Bu Erna kesal sambil menghempas tubuhnya di pembaringan. Gurat kesal tampak jelas di wajahnya.Mobil? Rizal terkesiap. Tadi ia janji akan kembali secepatnya

  • Main Cantik   Ternyata Takut Juga

    Arjuna lalu mengirim pesan WhatsApp pada Lily."Kamu harus berterima kasih sama aku karena sudah menyelamatkanmu. Kalau kamu masih di rumah ini, mungkin hari ini kamu sudah meraih gelar baru di tempat baru, ALMARHUM LILY YOVITA!"Sent, dan dalam sekejap dua centang abu-abu di ponsel Arjuna berubah menjadi biru. Arjuna menatap layar ponselnya sambil tertawa, karena tulisan Lily sedang mengetik di whatsAppnya berulang kali timbul tenggelam. Entah seperti apa rupa wajahnya di sana menerima pesan Arjuna. Membayangkan Lily kesal membuat Arjuna sedikit terhibur."Kenapa emang?" balas Lily.Arjuna kembali tersenyum lalu membalas pesan Lily. "Madumu yang cantik itu, sudah tahu kalau emasnya palsu, dan mereka pasti menyalahkanmu. Dan memang salahmu! Rizal pasti berusaha menemukanmu!""Hah? Serius? Terus aku harus gimana Kak Juna? Aku takut ketemu mereka. Aku harus ngapain? Aku takut mati?"Pesan balasan dari Lily langsung masuk dengan emo

  • Main Cantik   Keras Kepala

    "Nes, sebaiknya kita bicara berdua di kamarmu dulu. Enggak enak kalau di luar. Ibu suruh masuk dulu nunggu di ruang tamu," ucap Rizal yang tak tega melihat ibunya kebingungan seperti anak ayam kehilangan induk karena tidak dipersilahkan masuk oleh Pak Basuki. Nessa yang sudah tak sabar ingin mendengar penjelasan Rizal langsung setuju."Ayo Bu, kita masuk dulu," ajak Nessa sambil menarik suaminya masuk lebih dulu. Bu Erna cepat-cepat menyusul mereka berdua."Nah, ibu tunggu di sini aja dulu. Aku mau bicara sama Mas Rizal ke kamar. Nanti Papa sama Mama pasti kesini temanin ibu kok," ucap Nessa begitu mereka melewati ruang tamu. Ia langsung mengajak Rizal ke kamar tanpa perduli pada mertuanya lagi.Bu Erna tak menjawab apa-apa, langsung mendudukkan dirinya di sofa. Jika ia boleh memilih, ia lebih baik duduk sendiri saja sampai Rizal selesai berbicara dengan Nessa daripada ditemani oleh kedua besannya. Bu Erna berdoa dalam hati, semoga Pak Basuki dan Bu

  • Main Cantik   Jebakan Arjuna

    "Jangan bilang kamu iya-in juga Zal?" Bu Erna melotot panik."Lah, iya. Mau gimana lagi, Bu? Yang penting kan Nessa cepat balik!" sahut Rizal acuh.Spontan Bu Erna merasa kenyang. Ia meletakkan sendok makannya kembali di piring."Tapi kamu enggak benar-benar mau nyerahin ATM-mu yang di ibu ke Nessa kan, Zal?" suara Bu Erna jelas terdengar risau."Yaaa ... serahin aja dulu Bu. Biar Nessa enggak pulang-pulang lagi ke rumah orang tuanya," sahut Rizal santai, membuat Bu Erna lemas karena merasa seperti kerampokan oleh menantu sendiri."Sekarang ATM diminta, tadi siang emas ibu dipinjam, besok apalagi Zal?" ucap Bu Erna sambil menjauhkan piring yang belum separuh isinya dimakan dari hadapan. Rizal tak menjawab. Ia meneruskan makannya seolah tanpa beban."Mana minggu depan ada kumpulan arisan ibu-ibu pula. Kalau Lily belum ketemu-ketemu berarti perhiasan ibu belum kembali. Kalau ibu datang, bisa jadi

  • Main Cantik   Siasat Nessa

    Nessa berpikir sebentar, kemudian mengangguk-angguk seorang diri. Ia mematikan api kompor lalu bergegas meninggalkan dapur untuk menyembunyikan surat panggilan sidang tersebut ke dalam lemarinya seperti yang diusulkan Arjuna tadi. Tak lupa ia menyembunyikan kunci lemarinya. Setelah itu buru-buru ia meninggalkan kamar kembali ke dapur. Nessa sedikit terkejut, karena ternyata Arjuna sudah ada di dapur kembali merebus air untuk membuat kopi.Dalam hati ia menaruh sedikit rasa curiga pada Arjuna. Kenapa dia terlihat begitu mendukung perceraian Lily dan Rizal? Jangan-jangan dugaan Rizal benar. Arjuna dalang di balik semuanya. Jika itu benar, Nessa akan kerja keras untuk membuktikan setelah Rizal cerai nanti. Tujuannya tentu saja ingin segera mendepak Arjuna dari rumah tersebut agar ia lebih leluasa."Gimana? Jadi disimpan?" tanya Arjuna sambil mengaduk-aduk kopi dalam gelas. Nessa hanya berdehem, lalu kembali ke depan menemui s

  • Main Cantik   Ikutan Pusing

    Nessa kembali ke rumah dengan langkah yang dibuat selemas mungkin. Sampai di depan pintu, ia melirik sebentar pada Arjuna, yang sedang memanaskan mesin mobil sambil menepuk-nepuk tempat duduknya.Nessa buru-buru masuk ke dalam rumah berniat langsung mengurung diri di kamar. Bu Erna yang melihat gelagat Nessa agak aneh, langsung menghampiri."Kenapa kamu enggak kerja, Nes?" tanyanya sambil nyelonong masuk karena pintu kamar Nessa masih terbuka."Capek, Bu. Enggak enak badan," jawabnya agak ketus karena Bu Erna bertanya seperti orang sewot. Padahal baru sehari ia tidak bekerja."Ditanyain baik-baik malah marah," gerutu Bu Erna dengan bibir manyun."Habis, ibu kaya maksa aku kerja terus sih. Aku juga capek, tahu. Pulang kerja, masak buat Mas Rizal! Ibu sama Arjuna juga," jawab Nessa mengomel. Dia mulai merasa bosan dan lelah dengan rutinitasnya."Itu kan memang tugasnya seorang istri," jawab Bu Erna santai. Nessa mencibir dala

Latest chapter

  • Main Cantik   Akhir Sebuah Cerita

    "Waduh!" Rizal garuk-garuk kepala."Ta-pi, saya bukan suaminya, Mbak," tolak Rizal."Oh, Maaf! Suaminya kemana?""Suaminya di tempat kerja. Hapenya ketinggalan, tapi, nanti ada ibu saya datang dampingin," jelas Rizal. Perawat akhirnya mengerti. Rizal kembali menelpon ibunya yang tak kunjung tiba. Tapi tak di angkat-angkat. Beberapa saat kemudian, wajah Rizal berubah cerah saat Bu Erna sudah tiba di pintu ruang bersalin.Rizal segera membawa Ayezha menjauh, dan Bu Erna langsung masuk dan mendekat pada Lily, yang mulai mengejan. Ia langsung memegang tangan Lily dan menyapu bulir keringat yang menempel di dahinya."Oooeeek ... oeeeek ...."Karena ini pengalaman ke empat kalinya Lily melahirkan, tak perlu waktu lama mengejan, terdengar suara tangis bayi. Lily langsung terkulai lemas. Bayi yang sangat mungil karena lahir di bulan ke tujuh itu diangkat oleh perawat untuk dibersihkan. Bu Erna sendiri, membantu membersihkan anggota

  • Main Cantik   Semua Atas KehendakNya

    Rizal mengangkat wajahnya pelan-pelan mengikuti arah ekor mata Lily, melirik-lirik pada pasien yang mengisi di satu bagian ruangan mereka."Iya. Kayaknya iya!" jawab Rizal setengah berbisik juga.Mereka semua penasaran apa yang terjadi dengan Nessa. Kenapa yang menjaganya bukan ayah atau ibunya. Kenapa dia didampingi oleh dua orang asing yang sebaya dengan mereka? Nessa sendiri begitu menatap mereka dengan tatapan kosong. Seolah mereka tidak pernah saling mengenal.Rizal jadi penasaran. Arjuna pun mendukungnya untuk mendekat. Nampaknya ia juga sangat penasaran. Begitu wanita yang ikut menjaga Nessa tadi keluar, Rizal mewakili mereka semua mendekat."Permisi Pak. Dia Nessa kan?""Iya," jawab lelaki tadi singkat sambil menoleh."Dia sakit apa? Perempuan yang tadi disini siapanya? Ibu sama Bapaknya kemana?" Rizal memberondong lelaki tersebut dengan pertanyaan beruntun."Oh, tadi itu istri saya. Orang tuanya Nessa meninggal sa

  • Main Cantik   Jumpa Mantan

    Arjuna mandi secepat kilat. Rengekan Ayezha memanggil-manggil dari luar memaksanya buru-buru untuk menyelesaikan mandinya.Baru keluar dari kamar mandi, Ayezha sudah menunggunya di pintu. Alhasil, masih menggunakan handuk ia mengangkat dan membawa Ayezha duduk di pangkuannya."Papa pakai baju dulu ya, sama mama dulu ya?" bujuk Arjuna. Ayezha menggeleng, ia malah berpegangan erat di leher Arjuna.Arjuna memandang istri dan anaknya bergantian dengan gemas. Lily tertawa senang melihat wajah Arjuna yang lucu, menghadapi tingkahnya dan Ayezha. Tiba-tiba ponsel Arjuna berdering. Panggilan dari Bu Erna."Assalamu'alaikum Bu ....""Wa'alaikumsallam, Juna. Ibu mau ngabarin, istrinya Rizal sudah melahirkan," ucap Bu Erna langsung."Alhamdulillah, ini di mana sekarang, Bu?""Masih di rumah sakit," jawab Bu Erna."Oh, Ya Bu! Sebentar kami ke sana ya, Bu ... mau dibawakan apa?" suara Arjuna terdengar bersemangat."E

  • Main Cantik   Semua Ada Masanya

    "Ngomong apa sih, Mas? Iya. Sejak ketemu Rizal tadi, hatiku berubah. Berubah makin saayaaang sama suamiku yang luar biasa dan baik hati ini. Peduli sama adeknya yang dulu cuma bisa nyusahin dia aja," jawab Lily manja membuat Arjuna tersenyum bahagia."Bagaimanapun, dia adekku. Dalam tubuh kami ada aliran darah yang sama kan? Walaupun beda ibu? Seburuk-buruknya Rizal, sifat baiknya yang kuacungi jempol itu sayang sama ibu. Coba kamu ingat, pernah enggak Rizal berbicara kasar sama ibu? Enggak pernah kan? Meskipun dulu dia berlebihan sampai ngabaikan istrinya karena patuh sama ibu. Tapi kalau dulu dia enggak begitu, bisa jadi yang duduk di sampingku hari ini bukan kamu. Iyakan?"Arjuna bertanya sambil melirik pada Lily yang mengangguk sambil memandangnya penuh cinta. Kekagumannya atas kebijakan Arjuna bertambah besar."Ternyata memang semua ada sisi baik dan hikmahnya ya," gumam Lily begitu Arjuna mulai menjalankan kendaraan mereka."

  • Main Cantik   Kekhawatiran Arjuna

    Sesaat kemudian Rizal seperti tersadar akan sesuatu, lalu melangkahkan kaki masuk ke dapur untuk mengangkat menu makanan keluar.Lily merasa bersalah melihat tatapan Rizal. Arjuna memperhatikan perubahan raut wajah Lily, seperti gelisah. Ia menarik Lily menjauh sebentar."Kamu merasa bersalah, ya?" tanya Arjuna. Lily hanya diam. Ia sendiri tak tahu kenapa ia harus merasa bersalah."Minta maaflah pada Rizal. Atas kebohonganmu selama jadi istrinya dulu. Bagaimanapun, yang namanya bohong apalagi saat itu dia berstatus suamimu, tetaplah dosa," ucap Arjuna lembut. Lily hanya diam. Ia ragu dan takut. Lily masih saja berpikir, Rizal masih sama seperti yang dulu."Ly! Euumm, boleh aku ngomong sebentar?" tiba-tiba Rizal muncul dari belakang.Arjuna langsung masuk meninggalkan Lily dan Rizal yang duduk di kursi pel Keduanya duduk berhadapan. Jantung Lily berdegup kencang. Ia berpikir pasti Rizal akan menanyakan soal kebohongannya.

  • Main Cantik   Ternyata Ini yang Mereka Sembunyikan

    "Mas, kenapa sih aku enggak boleh ke ruko lagi? Mbak Fi juga kayaknya takut banget aku ke sana? Kenapa?" Lily mencoba kembali memancing pembicaraan setelah penolakan Mbak Fi sebulan yang lalu."Enggak apa-apa. kan aku sudah bilang, alasannya. Aku pengen kamu cepat hamil. Enggak perlu capek-capek lagi," Arjuna bersikukuh dengan alasan lamanya."Yaelah! kalo ke sana kan nengok doang, gak ngapa-ngapain! Gak capek. Gak ngaruh, Mas!" protes Lily."Pokoknya enggak boleh!""Kalau aku sudah hamil, baru boleh berarti ya?" tanya Lily. Arjuna diam, nampak masih enggan mengiyakan. Lily jadi makin penasaran melihat tingkah laku suaminya."Maaaas! Kalau sudah hamil, jangan kurung aku lagi, ya!" Lily mulai merengek."Heeeeeemmm. Hamil aja dulu!" Arjuna akhirnya mulai tak tega mendengar rengekan Lily."Bener, Mas?" Lily berbalik menatap suaminya. Arjuna hanya menaikkan alis sebagai jawaban."Mas. Liat deh!" Lily mengambil ses

  • Main Cantik   Keanehan Mbak Fi

    Tiga minggu berlalu begitu cepat.Lily bersiap tidur mengenakan piyama lengan panjang. Ia menyusun bantal seperti biasanya. Arjuna masih menggosok gigi di kamar mandi.Setelah semuanya beres, Lily memilih-milih kaset yang sudah hampir semuanya ditonton."Yaaaah!"Suara Lily terdengar kecewa."Kenapa?" tanya Arjuna yang baru keluar dari kamar mandi."Ngadat semua kasetnya! Padahal tinggal ini aja yang belum diputar. Besok kita cari kaset-kaset baru yang banyak, ya!" ucap Lily.Arjuna diam saja, tak menjawab. Lily menuju pembaringan, sambil membuka ponsel ia berbaring. Jari-jarinya langsung berselancar di youtube. Tiba-tiba Arjuna berbaring dan langsung merampas ponsel Lily."Mau ngapain?" ucapnya sambil meletakkan kembali ponsel Lily di dekatnya."Mau cari tontonan. Kan kasetnya rusak, besok kita cari lagi kaset baru, ya?" sahut Lily sambil bertanya."Enggak perlu! Mulai sekarang sebelum

  • Main Cantik   Menahan Diri

    Arjuna menurut saja pada ajakan Lily. Begitupun saat Lily memaksanya duduk sambil menatap wajahnya."Jadi, dulu itu aku melakukan sterill enggak dipotong. Cuma diikat, dan masih bisa dibuka lagi," terang Lily membuat Arjuna sangat terkejut."Emang bisa?" Arjuna menampakkan ketidakpercayaan."Kenapa enggak? Jaman udah semakin canggih. Tubektomi yang kulakukan hanya sebatas menutupi saluran indung telur kanan dan kiri supaya tidak terjadi pembuahan, jadi masih bisa dibuka. Prosedur membuka ikatan itu namanya anastomosis tuba, yaitu menggabungkan bagian saluran indung telur yang masih sehat," terang Lily sambil mengingat ucapan Dokter yang membantunya beberapa tahum silam.Arjuna menatap Lily penuh rasa syukur. Tetapi sesaat kemudian senyumnya meredup. "Tapi, apa enggak ada resiko kalau dibuka lagi ? Kalau membahayakan kamu, sebaiknya enggak usah. Kita sudah punya Husen dan Abi. Aku enggak masalah punya anak tiri aja. Bukankan selama aku ja

  • Main Cantik   Surprise Untuknya

    Setelah Rizal keluar, Arjuna langsung menutup pintu dan menguncinya. Ia tak ingin Rizal kembali mengusik mereka berdua. Arjuna merasa tak tega, melihat Lily selalu menangis bila berurusan dengan Rizal.Di luar kamar mereka, Rizal serasa tak mampu melangkah. Tulangnya seperti tak mampu menopang tubuh. Rizal bergeser dari pintu kamar Arjuna dan Lily, untuk bersandar di dinding. Ia meremas dadanya yang terasa sakit luar dalam. Berkali-kali ia menyapu matanya yang kabur, karena aliran air mata yang tak mampu dibendung.Rizal baru tahu rasa dan arti sebuah kehilangan, setelah hartanya yang paling berharga kini dalam genggaman orang yang tepat. Dia tak lagi memiliki alasan untuk memintanya kembali.Menyesalkah dia? Sangat! Tapi, kini Rizal sadar. Sesal tinggallah sesal. Mungkin memang sudah tiba waktu dan garis jodohnya dengan Lily terputus, dan tak bisa disambung lagi. Jodoh mereka sudah habis, tak akan bisa ia paksakan untuk bersatu lagi.Bu Erna mengha

DMCA.com Protection Status