FLASHBACK ON"Tidak Surya, kamu jangan tinggalkan ibu sendirian. Kamu harus tetap disini menemani ibu," suara tangis Arini terdengar memilukan di telinga. Namun ternyata tangis pilu itu tidak cukup untuk menggoyahkan tekad Surya yang akan pergi dari rumah."Tidak Ma, ijinkan Surya mengalah pada Danu. Biarlah dia yamg mewarisi harta Papa. Surya tidak ingin terjadi perpecahan saudara, Ma. Tolong restui Surya," jelas Surya panjang lebar.Sejak surat wasiat dari sang papa dibacakan, telah terjadi perselisihan dalam keluarga tersebut. Hal ini dipicu oleh ketidak puasan Danu yang hanya mendapat jatah warisan 30% dari aang papa. Padahal mereka berdua sama-sama anak lelaki harusnya dibagi rata.Padahal bukan tanpa sebab Damar Hadiwiryawan, sang papa melakukan hal tersebut. Alasan sebenarnya adalah karena sang papa mengetahui kecurangan yang dilakukan Danu di perusahaan. Dia sering menggunakan uang perusahaan untuk foya-foya. Tentu saja sebagai kepala keluarga dan pemilik perusahaa, Damar haru
"Maafkan Nenek, Kinan. Senadainya waktu itu Nenek tidak depresi, Nenek tentu akan langsung membawa kamu untuk tinggal bersama Nenek," ucap Nenek Arini dengan penuh penyesalan.Kinan hanya terdiam mendengar cerita barusan. Sungguh seperti sinetron yang sering ditonton oleh Mahira di channel ikan terbang favoritnya. Dia bingung harus berkomentar apa untuk menanggapinya. Dia takut salah berucap, dia takut dia hanya bermimpi. Meskipun dia sebenarnya sangat senang jika memang kisah itu meman benar. Karena itu artinya dia masih punya keluarga untuknya berbagi keluh kesah nantinya."Nenek tahu kamu pasti kaget mendengar cerita ini. Nenek sungguh minta maaf, depresi yang Nenek derita ternyata membutuhkan pengobatan hampir 3 tahun di negeri Jiran. Dan pada saat Nenek kembali ke Indonesia, Nenek kembali harus dihadapkan pada kenyataan perusahaan yang sangat kacau balau dan di ujung tanduk. Nenek harus menyelamatkan perusahaan terlebih dahulu," jelas Nenek Arini panjang lebar."Maaf Nek, Kinan b
Setelah pertemuan yang mengharukan di panti asuhan, Nenek Arini berpamitan pulang setelah bertukar nomor telpon dengan Kinan. Nenek Arini meminta Kinan berjanji untuk sering menghubunginya dan hanya dijawab anggukan saja oleh Kinan. Karena pertemuan tadi, Kinan urung bercerita tentang kejadian yang menimpa rumah tangganya kepada Bu Hasna."Huuft, belum selesai satu masalah muncul lagi fakta baru yang mengejutkan," gerutu Kinan saat di taksi online. Beruntung supir taksi online tidak mendengar gerutuan Kinan. Bisa dikira gila nanti kalau ketahuan ngomong sendiri.Kinan melihat gawainya, ternyata tidak ada satupun telpin atau pesan dari suaminya. Dia merasa semakin jauh dari suaminya. Atau suaminya memang sengaja menjauhkan diri darinya. Kinan menghembuskan nafas keras karena otaknya penuh dengan berbagai macam fakta-fakta seperti di sinetron. Dia ingin kembali hidup damai seperti dulu. Kalau boleh memilih dia ingin kembali ke masa ketika kedua orang tuanya masih hidup."Papa, mama, Ki
Saat pintu kamar ku buka ternyata Mas Jaka sedang duduk membelakangiku menghadap jendela kamar. Dia sedang memandangi tanaman mawar hias yang ku tanam memanfaatkan sisan lahan kosong di samping rumah. Lumayan untuk mempercantik lahan daripada dibiarkan kosong begitu saja."Mas Jaka," ku sapa suamiku. Meskipun aku merasa bersalah karena pergi keluar tanpa ijin darinya, tapi aku merasa senang karena bisa bertemu nenek kandungku saat di panti tadi. Dan itu cukup untuk membuatku bahagia."Hem," jawab Mas Jaka singkat tanpa menoleh kepadaku."Maaf ya tadi Kinan pergi tanpa menunggu jawaban Mas Jaka. Kinan terburu-buru ingin ke panti tadi," terangku panjang lebar."Sejak kapan kamu menjadi kasar kepada ibuku, Kinan?" tanya Mas Jaka kepadaku."Hah tunggu maksudnya apa? Kasar kepada ibu gimana sih, Kinan nggak ngerti," sahutku bingung."Tidak usah pura-pura tidak tahu Kinan. Ibu sudah menceritakan semuanya. Kamu tadi minta ijin kepada ibu dan ibu tidak mengijinkanmu pergi lalu kamu tetap neka
POV JAKADuh sial kenapa aku harus bertemu Saskia disini. Padahal niat hati ingin mencari ketenangan tapi malah bertemu dia disini. Aku sedang malas memikirkan keinginan ibu, kenapa dia ada terus di sekelilingku."Aku boleh duduk disini kan Mas? Daripada duduk sendirian mending aku temani aja, gimana?" ucapnya dengan suara yang sedikit memmbuatku bergidik ngeri."Ya terserah kamu saja, aku mau ke kamar mandi dulu," jawabku sambil ngeloyor pergi ke kamar mandi. Aku harus cepat-cepat kabur sebelum tergoda dengan rayuan Saskia.Dan aku masih tertahan di toilet, kulihat Saskia masih terus melihat ke arah toilet. Duh gimana aku bisa kabur kalau diliatin terus kayak gini. Akhirnya aku mendapatkan kesempatan kabur saat kulihat pelayan mengantarkan pesanan ke meja. Gegas aku kabur sebelum terjadi hal yang tidak kuinginkan.Aku mendesah nafas lega begitu sudah sampai di mobil dengan selamat. Fiuh akhirnya, batinku. Lalu kujalankan mobil dengan cepat meninggalkan cafe sebelum Saskia menyadari a
Kinan berjalan mondar-mandir di kamarnya. Jaka yang tidak pulang semalaman tentu saja membuatnya khawatir. Apalagi kemarin dia pergi dalam keadaan marah. Hal yang jarang sekali pria itu tampakkan selama mereka berumah tangga. Wajar saja kalau Kinan merasa gelisah apalagi ponsel lelaki tersebut juga tidak bisa dihubungi sejak semalam. Membuat Kinan merasa semakin khawatir dan merasa bersalah.Sedangkan ibu mertua Kinan hanya bermain ponsel dan tidak terlihat khawatir dengan keadaan anak lelakinya itu. Entahlah Kinan tidak begitu memperdulikan kelakuan ibunya. Karena dia takut salah berkata yang bisa mengakinatkan perseteruan lagi. Sungguh Kinan sudah merasa lelah dengan keadaan rumah tangganya sekarang. Seolah tidak ada kedamaian lagi di dalam rumah tangganya. Dia merindukan kehidupannya yang damai tanpa ada permusuhan. Tapi sekali lagi seolah takdir belum bisa berpihak kepadanya."Mbak Kinan dari tadi mondar-mandir terus pusing deh aku ngeliatnya," sindir Imel dengan sinis.Kinan han
Keluarga adalah tempat untuk pulang dalam keadaan apapun. Seberat apapun permasalahanmu maka tempatmu kembali adalah keluarga. Sekuat apapun kamu, sekaya apapun kamu suatu saat kamu akan membutuhkan kembali keluargamu untuk mengisi kembali energi yang terpakai.Sore harinya Jaka kembali pulang ke rumah buru-buru, dia begitu rindu pelukan hangat istrinya. Dia rindu belaian istrinya. Kepergiannya menyendiri telah menyadarkannya kalau dia tak ingin kehilangan istri yang sudah menemaninya selama ini."Assalamualaikum, sayang Mas pulang," Jaka mengucap salam. Dilihatnya ruang tamu begitu berantakan. Terdapat banyak remah-remahan sisa keripik kentang di meja. Bahkan bungkus bekas makanan ringan dan minuman kaleng bersoda juga berserakan di atas meja. Jaka yang moodnya masih baik tak mau ambil pusing terhadap kerusuhan di ruang tamu rumahnya. Yang ada di pikirannya, dia rindu istrinya dan ingin segera memeluknya.Saat membuka pintu kamar, Jaka tidak mendapati Kinan. Terdengar suara gemericik
"Bu, mau beli apalagi? Sudah puas belum belanjanya?" ucap Saskia kepada ibunya Jaka."Mbak Kia, ini kita seriusan dibelikan belanjaan segini banyaknya? Wah sering-serimg aja kalau begini ya, Bu?" cerocos Imel pada Saskia."Tentu saja, kalau kalian mau belanja kapan pun silahkan hubungi aku ya, pasti aku temani kalian nanti," jawab Saskia dengan penuh semangat. Bukan tanpa alasan dia membelikan berbagai baramg kepada ibu dan adiknya Jaka itu. Dia ingin menjadi menantu baru di keluarga itu tentu saja dia harus pintar mengambil hati mereka agar remcana mereka berjalan mulus. Hari gini tidaka akan ada yang bisa menolak pesona uang, ucap Saskia dalam hati."Tenang saja Saskia. Ibu akan mendukungmu untuk mendapatkan Jaka dan menyingkirkan Kinan yang tidak penting itu. Kamu lebih segalanya daripada Kinan," ucap ibu Jaka pada Saskia. Tentu saja dia senang dibelanjakan begitu banyak barang mahal seperti jni. Sebenarnya uang jatah dari Jaka cukup untuk menghidupi kehidupan sosialitanya tetapi s
"Bayi.. Bayiku," ujar Saskia ketika di jalan dia berpapasan dengan seorang suster yang sedang membawa bayi ke ruang bayi menggunakan inkubator."Bukan Sas, itu bukan bayi kamu. Itu bayi orang lain," ujar Jaka seraya mendorong dengan cepat kursi rodanya sebelum Saskia semakin histeris."Tidak itu bayikuu.. Huhu.. Itu bayikuuu," ujar Saskia sembari menangis.Tentu saja kelakuan Saskia tersebut menarik perhatian dari beberapa pengunjung yang lewat di lorong rumah sakit tersebut."Sayang sabar ya, itu bukan Nabila," jawab Jaka berusaha menyadarkan Saskia."Nggak, itu bayikuu, bayikuu," Saskia masih berteriak histeris.Jaka akhirnya berjalan menerobos kerumunan orang agar segera bisa membawa Saskia menuju mobil sebelum dia berteriak histeris kembali.Dalam hatinya Jaka merasa kasihan kepada nasib Saskia yang terlihat sekali begitu meratapi kepergian sang putri kecil."Jaka, lama sekali?" gerutu Bu Sarah yang sudah terlebih dahulu sampai di sebelah mobil milik Jaka."Maaf Ma, tadi Saskia se
"Jadi Nenek Arini itu ternyata adalah nenek kandungnya Kinan. Dia adalah pengusaha pemilik HW Group yang bergerak di bidang FNB namun kini sedang merambah dunia fashion," jelas Jaka panjang lebar."Apa???" Bu Sarah membelalakkan matanya karena begitu terkejut dengan berita yang Jaka sampaikan.Bu Sarah tidak menyangka orang yang selalu dia rendahkan adalah orang kaya. Dan dia juga investor tunggal di bisnis anaknya. Tentu ini bukanlah kabar yang bagus."Kamu jangan bercanda gini, nggak lucu," bentak Bu Sarah.Meskipun mendengar suara keribuatan, Saskia hanya diam mematung sembari memandang ke jendela. Tatapannya mengarah ke arah jendela, memandang jauh ke depan sana seolah ada anaknya di ujung sana.Bu Sara memijit pelipisnya berasa pusing, padahal dalam hati dia sudah membuat rencana akan menculik Rayyan. Tentu saja jika dia melakukan itu, bukan tidak mungkin bisnis anaknya akan hancur."Sas, sembuh donk. Ayo ngomong sama mama," ujar Bu Sarah kepada Saskia.Namun Saskia hanya diam ti
"Gimana Jak? Berhasil atau tidak?" tanya Bu Lina ketika melihat Jaka masuk ke dalam rumah."Ah maaf Ma, Kinan tetap kukuh pada pendiriannya untuk tidak meminjamkan Rayyan. Dia bilang Rayyan masih asi jadi tidak bisa dia pinjamkan," keluh Jaka.Bu Lina gondok dengan jawaban yang diberikan oleh anaknya tersebut. Dia marah karena Jaka gagal melaksanakan tugas yang diberikan oleh mertuanya. Dia takut jika besannya tersebut menjadi marah mengingat kelakuan besannya yang seperti itu."Apa tidak bisa kamu paksa Jak?" tanya Bu Lina."Tidak bisa Ma, malah Nenek Arini juga ikut bicara memarahi Jaka egois dan hanya memikirkan diri sendiri," ujar Jaka.Bu Lina meradang dengan penjelasan yang diberikan oleh Jaka tersebut."Sombong sekali Jak, mentang-mentang mereka orang kaya terus bisa berbuat seenak dengkulnya sendiri gitu sama kamu. Mama benar-benar tidak habis pikir dengan mereka. Ngakunya orang kaya tapi sama sekali tidak punya hati," gerutu Bu Lina.Jaka mengabaikan gerutuan dari sang ibu. D
"Apa Mas, coba ulangi permintaanmu?" ujar Kinan yang begitu terkejut mendengar permintaan dari Jaka tersebut."Aku minta tolong sekali Kinan agar aku diijinkan untuk meminjam Rayyan untuk dibawa menemui Saskia. Seminggu saja, bukankah Rayyan itu adalah anak aku juga Kinan?" ujar Jaka.Kinan terperangah dengan permintaan Jaka yang begitu absurd. Dia tidak menyangka seorang Jaka Saputra yang dia kenal dulu begitu bijak dalam membuat keputusan bisa menjadi begitu bodoh seperti ini."Mas, Rayyan bukan barang yang bisa dipinjamkan seperti itu!" ujar Kinan sembari menahan amarah yang mulai bergolak di dada."Ayolah Kinan, tolong Mas sekali ini saja. Demu kesembuhan Saskia," ujar Jaka yang kini berlutut di kaki Kinan."Kamu rupanya belum puas juga Jaka?" ujar Nenek Arini yang tiba-tiba muncul dari ruang tengah.Jaka yang sedang dalam posisi berlutut kepada Kinan langsung berdiri ketika mendengar suara Nenek Arini. Jaka merasa segan dengan wanita paruh baya tersebut."Kamu masih mencoba untuk
"Silahkan masuk Pak," ujar security tersebut setelah beberapa lama menelepon.'Alhamdulillah,' ucap Jaka dalam hatinya.Jaka pun bergegas untuk memacu kendaraannya untuk segera mencari rumah Kinan. Dan akhirnya setelah berputar beberapa kali, aku bisa menemukan mobil Nenek Arini yang terparkir rapi di halaman rumahnya. Jaka ternganga melihat kediaman Nenek Arini yang begitu mewah dan besar. Jaka tersadar dari kekagumannya setelah lama melihat rumah tersebut. Dia bergegas melangkahkan kakinya menuju gerbang security yang ada di depan."Permisi Pak, saya ingin bertemu dengan Kinan," ujar Jaka kepada security yang berjaga di pos satpam."Oh iya Pak Jaka ya? Silahkan masuk Bu Kinan sudah menunggu di dalam," ucap security tersebut dengan ramah.Jaka segera memarkirkan motornya lalu dia mmpun memencet bel di pintu depan. Ternyata Kinan sendiri yang membuka pintu. Jaka termangu melihat penampilan Kinan yang kini semakin cantik seetelah melahirkan."Silahkan masuk Mas Jaka, ada perlu apa ya?"
POV Jaka"Gimana Jak? Berhasil kan, apa neneknya Kinan mau diajak kerjasama?" tanya ibu begitu melihatku yang baru saja masuk rumah.Aku menggelengkan kepalaku dan mendesah pelan."Nenek Arini menolak mentah-mentah usul yang Jaka berikan Ma," ucapku sembari menghela nafas panjang dan merasa sangat frustasi."Loh kenapa? Kan hanya meminjam Jak, kamu juga punya hak loh atas anak kamu. Mereka nggak bisa seenaknya saja melarang kamu untuk bertemu anaknya!" gerutu ibu dengan kesal.Aku hanya diam tidak mampu lagi untuk menjawab celotehan dari ibu. Kepalaku pening memikirkan jika nanti mama mertuaku datang dan menyuruhku untuk mengikuti saran untuk mengambil hak asuh. Aku sudah pasti kalah."Imel kemana Bu?" tanya Jaka menanyakan kemana sang adik yang tidak kelihatan."Imel ke butik, katanya dia tidak mau ditegur karena kelamaan cuti dari kerjaan," jawab Ibu yang langsung aku jawab dengan anggukan.Kulihat ibu memilih untuk duduk di sebelahku sembari menggigiti kukunya, sepertinya beliau ik
POV Jaka"Kamu harus bisa merebut hak asuh anak yang dilahirkan mantan istri kamu. Hanya dengan itu Saskia bisa sembuh," jawab Bu Sarah dengan tegas.Kalimat permintaan Ibu mertuaku terus menerus berputar di dalam benakku. Entah apa yang ada di dalam benak beliau hingga bisa tercetus ide gila seperti itu. Jelas Kinan akan mempertahankan mati-matian hak asuh bayi tersebut, apalagi Kinan sekarang bukanlah wanita biasa-biasa saja. Dia adalah penerus satu-satunya dari Hadwiryawan Group, salah satu pengusaha kuliner yang cukup terkenal di kotaku.Tetapi menolak keinginan ibu mertua tentu bukanlah hal yang mudah juga. Apalagi beliau termasuk orang yang tidak gampang digoyahkan dan akan memakai cara apapun agar keinginannya tercapai. Termasuk cara yang kotor sekalipun, aku bisa paham hal tersebut mengingat Saskia juga menuruni sifat dari beliau. Hanya saja satu yang masih mengganjal dari semua ini, apakah Saskia akan menyetujui tentang ide gila ini."Jaka, ayo kamu kapan mendatangi Kinan?" u
"Kinan, kamu begadang lagi malam ini?" tanya Nenek Arini ketika melihat wajah Kinan yangbterlihat sayu."Iya Nek, Rayyan semalam rewel dan baru tidur sekitar jam 3 tadi," jawab Kinan sembari menguap."Kamu tidur lagi saja kalau Rayyan sedang tidur, kamu juga harus banyak istriahat, agar kondisi kamu tidak drop. Ini sudah nenek siapkan madu hangat agar badan kamu terasa lebih baik," ucap Nenek Arini seraya meminta Kinan untuk menghabiskan madu yang ada di depannya."Makasih banyak Nek," ujar Kinan sembari menandaskan madu hangat yang sudah dipersiapkan Nenek Arini untuk dirinya."Apa kamu perlu nenek panggilkan tukang urut agar badan kamu lebih terasa segar?" tanya Nenek Arini."Wah boleh juga, tetapi besok saja ya Nek. Hari ini Kinan sudah ada janji dengan bidan home care untuk memijat Rayyan," jawab Kinan."Oh gitu, yasudah biar besok nenek panggilkan tukang urutnya. Kamu harus happy Kinan, makan yang banyak biar ASInya juga lancar," ujar Nenek Arini mengingatkan Kinan."Siap nenek,
"Kamu harus bisa merebut hak asuh anak yang dilahirkan mantan istri kamu. Hanya dengan itu Saskia bisa sembuh," jawab Bu Sarah dengan tegas.Jaka sangat terkejut dengan permintaan yang diucapkan oleh mama mertuanya. Jaka tidak habis pikir dengan permintaan mama mertuanya yang cukup aneh di telinganya tersebut."M-maksud mama apa ya?" tanya Jaka."Kamu tadi kan bilang sendiri kalau kamu mau melakukan apapun demi eksembuhan Saskia. Dan satu-satunya cara ya itu dengan merebut anak Dari Kinan kemudian Saskia yang akan merawatnya," ujar Bu Sarah dengan pandangan tajam."T-tapi Ma, mana mungkin Jaka tega berbuat seperti itu?" tanya Jaka pada sang mertua."Kenapa Jaka, bukannya kamu bisa dengan mudah mengambil anak Kinan? Kamu bilang saja kalau Kinan tidak bekerja jadi dia tidak bisa memiliki hak asuh dari anaknya. Kamu ini gitu aja kenapa dibikin pusing sih?" ujar Bu Sarah yang masih belum mengetahui siapa Kinan sebenarnya."Tapi Kinan bukanlah orang yang bisa dengan mudah kita hadapi sekar