Share

Bab 64

Penulis: Aprillia D
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-06 17:02:13
Hari ke empat pasca kepergian bapaknya, Nazwa memutuskan ikut bibinya pulang kampung, sekaligus mengunjungi pusara ibunya di sana. Beruntungnya, Reza mengizinkan tanpa keberatan. Dia hanya mengantar istrinya dan bibi istrinya itu sampai di stasiun kereta.

Sebelum istrinya naik kereta, Reza sekali lagi mencium keningnya. "Hati-hati, ya, Sayang. Pulangnya jangan lama-lama, nanti aku kangen," godanya.

Nazwa tersenyum simpul. "Insya Allah, aku tiga malam aja di rumah Bi Ifah," jawab Nazwa.

"Kalau pulang nanti jangan lupa kabari aku dulu, ya, biar aku jemput," beritahu Reza lagi.

"Aku bisa kok Mas pulang sendiri nggak perlu dijemput-jemput segala. Nanti kamu repot."

"Nggak pa-pa. Pokoknya biar aku yang jemput nanti, ya." Reza kekeh.

Nazwa memaksakan tawa di tengah suasana hatinya yang masih berkabung. Dia sadar, dia tak boleh terlalu larut dalam sedih. "Oke deh, Mas. Aku naik kereta dulu, ya. Kasihan tuh Bi Ifah lama nungguin." Nazwa menoleh ke arah bibinya berdiri sekilas. Tampaknya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mahligai yang Ternodai   Bab 65

    From Nabila: Aku udah sampai di depan nih. Reza terkejut membaca pesan itu. Dia bangun dari pembaringannya di atas sofa. "Nabila kok ke mari?" Tak kuasa lama-lama berpikir, Reza pun bergegas berdiri dan membukakan pintu. Begitu pintu di buka, dilihatnya Nabila sudah berdiri di depan tangga. "Kamu ngapain ke sini?" tanya Reza dengan raut wajah panik. "Kamu liat aku kayak liat setan, Za." Nabila kesal dengan penyambutan Reza yang tak sesuai dengan ekspektasinya. "Bukannya di suruh masuk, malah di tanya kenapa ke sini. Kamu nggak senang aku ke sini?" "Rencananya kita kan tadi ke hotel aja. Dan aku yang jemput kamu, ngapain kamu ke sini?" "Itu kan cuman rencana. Kadang sesuatu terjadi nggak sesuai dengan yang udah kita rencanakan kan? Setelah aku pikir-pikir sebaiknya kita di rumah kamu aja, lagian katanya pembantumu lagi pulang kampung kan? Jadi nggak masalah dong aku ke sini." Setelah menjelaskan panjang lebar, Nabila berlenggang masuk ke rumah Reza yang pintunya terbuka. Reza memp

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-06
  • Mahligai yang Ternodai   Bab 66

    Waktu pertama kali membuka mata, yang Reza lihat adalah plafon kamarnya yang putih. Saat itu kesadarannya belum kembali penuh hingga dia belum menyadari apa yang terjadi, sampai sebuah suara menyadarkannya. "Selamat pagi, Sayang ... kamu udah bangun?" Dia menoleh ke sumber suara dan melihat Nabila mendekatinya sambil membawa sepiring sandwich serta segelas susu. Gadis itu mengenakan lingeri ketat berwarna hitam. "Kenapa? Kok kaget gitu liat aku?" Reza lalu melihat keadaan sekitarnya. Sadarlah dia bahwa dirinya kini berada di atas tempat tidur bahkan tanpa mengenakan baju. "Ki-kita habis ngapain, Bil?" Reza menatap Nabila waswas seolah Nabila adalah monster yang hendak memakannya. Nabila yang sudah meletakkan makanan di atas nakas tersenyum tenang. Dia duduk di samping Reza. "Apa perlu aku jelasin kita ngapain aja tadi malam?" Reza berkernyit, dia berusaha mengingat apa yang terakhir kali dia lakukan. Yang dia ingat terakhir kali adalah dia meminum air jeruk buatan Nabila. Lalu

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Mahligai yang Ternodai   Bab 67

    "Apa aja yang udah kalian lakukan?!" Nazwa bertanya dengan penuh tekanan dan air mata kala menatap dua orang di hadapannya kini yang tak lain adalah Reza dan Nabila.Setelah berperang dengan pikirannya, Reza akhirnya membukakan Nazwa pintu melalui pintu depan, dan tentu saat itu dia dan Nabila sudah memasang baju yang pantas. Walau mereka sudah kedapatan dan tak dapat mengelak lagi.Reza langsung bertanya kenapa Nazwa tak memberitahunya dulu sebelum pulang agar bisa dia jemput. Namun, Nazwa yang waktu itu emosinya sudah di ubun-ubun langsung masuk ke dalam rumah dan mencecar mereka dengan pertanyaan yang menghinakan mereka."Jawab jujur aja karena aku udah dengar semua percakapan kalian," ucap Nazwa lagi kala melihat wajah suaminya begitu tegang dan ragu-ragu ingin menjawab.Kepulangan Nazwa memang tiba-tiba. Itu dikarenakan Bi Ifah tiba-tiba harus kembali ke Jakarta karena mendapat kabar cucunya--anak dari putra pertamanya yang tinggal di Jakarta--

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Mahligai yang Ternodai   Bab 68

    Ya, pengendara bermotor itu adalah Hanif. Hanif memperhatikan Nazwa yang dalam keadaan membawa tas besar sambil menangis."Kamu mau ke mana, Nazwa? Mau aku antar?"Ditanya demikian, Nazwa tercenung. Banyak hal yang tiba-tiba menggangu pikirannya. Jujur, dia butuh pertolongan, tapi apa dia harus menceritakan semua masalahnya pada Hanif? Apa itu pantas? Dan sebenarnya bagaimana Hanif juga bisa ada di sini? Apa itu hanya kebetulan?"Kamu kenapa, Nazwa? Ada masalah?" tanya Hanif lagi.Hanif pun mulai khawatir dengan keadaan wanita itu yang keliatannya memang tidak baik-baik saja. Apalagi mengingat isu perselingkuhan suaminya, Nazwa pasti memang sedang dalam masalah besar. Rumah tangganya memang tidak baik-baik saja.Nazwa lalu mengangguk kencang. "A-aku butuh pertolonganmu, Hanif." Akhirnya kalimat itu keluar juga. "Sekarang aku mau menyembunyikan diri dulu, tolong bawa aku menjauh dari tempat ini.""Menyembunyikan diri dari siapa?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Mahligai yang Ternodai   Bab 69

    Akhirnya Nazwa di bawa kembali ke rumah oleh Reza. Sementara Nazwa masih pingsan di sofa, Reza di hadapan Nazwa terlihat mondar-mandir, memikirkan banyak hal. Pikiran pria itu benar-benar kacau sekarang. Nazwa meminta cerai darinya, itu adalah masalah yang fatal.Sandainya Nazwa tidak pulang di saat dia sedang bersama Nabila. Kenapa semua ini bisa terjadi? Apa yang harus dia lakukan sekarang agar Nazwa tidak menceraikannya dan mau percaya dengannya lagi?"Ini semua gara-gara Nabila," gumam Reza geram. "Aku dijebak sama dia." Reza menggeleng tak habis pikir. Bisa-bisanya dia tertipu dengan perempuan itu.Dia lalu menatap wajah Nazwa yang terlihat agak pucat. "Kenapa Nazwa bisa tiba-tiba mual dan pusing, ya?" Sebuah spekulasi tiba-tiba muncul. "Jangan-jangan Nazwa hamil."Bersamaan dengan ucapannya itu, Nazwa membuka mata perlahan."Nazwa!" Reza langsung berjongkok menatap istrinya lekat dan penuh kekhawatiran. "Kamu udah sadar, Sayang?" Reza menyent

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Mahligai yang Ternodai   Bab 70

    Nabila tersenyum sinis melihat gambar dalam kertas-kertas foto berukuran 4R itu. Foto yang baru saja dia cetak dengan alat printer di kamarnya. Foto kemesraannya dengan Reza, tanpa mengenakan busana di atas tempat tidur.Di foto itu terlihat Nabila tersenyum ke arah kamera. Tubuh bagian bawahnya tertutup selimut dan hanya menampakkan bahu mulusnya. Dengan Reza yang tertidur di sampingnya juga tanpa mengenakan busana.Dia senang dan merasa menang karena sudah berhasil menjebak Reza dan mengambil foto itu. Ya, dia hanya menjebak Reza.Sesungguhnya mereka memang tidak tidur bersama. Reza tidak melakukan apa pun. Ketika Reza pingsan selepas minum air jeruk buatannya yang telah dia beri obat tidur, dia bawa Reza ke kamar utama, kamar Reza dan Nazwa, lalu dia lepas pakaian pria itu.Dia rancang semua kejadian itu seolah-olah itu benar terjadi. Nabila tentu tidak sebodoh itu untuk melakukannya benar-benar. Itu semua dia lakukan agar Reza dan Nazwa be

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-25
  • Mahligai yang Ternodai   Bab 71

    Motor matic Hanif yang membonceng Nazwa akhirnya tiba di halaman rumah Bibi Hanif. Nazwa turun dari motor sebelum diaba, lalu memperhatikan rumah itu dari depan. Rumah itu lumayan besar dan lebar, sederhana dengan halaman yang tak begitu luas dan dipenuhi rumput. Terlihat begitu nyaman dan menenangkan."Ini rumah bibiku," ucap Hanif ketika melihat Nazwa memperhatikan rumah itu, lalu ikut memperhatikan rumah tersebut. "Ya beginilah rumah kami, nggak mewah." Hanif mengingat rumah suami Nazwa yang super megah dan besar layaknya rumah sultan. Sangat jauh berbeda dengan rumah bibinya ini.Nazwa lalu menatap Hanif. "Rumah bibi kamu adem banget." Nazwa tersenyum."Ayok kita masuk, temui Bibi."Nazwa mengangguk mengiringi Hanif dari belakang.Di perjalanan tadi Hanif juga berpesan pada Nazwa kalau Nazwa tidak menceritakan masalah rumah tangganya pada bibinya. Biarkan saja semunya terlihat baik-baik saja. Nazwa pun menyetujui itu. Ya tentu saja, dia pribadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-25
  • Mahligai yang Ternodai   Bab 72

    Selepas makan sore, Bi Imah langsung mengantar Nazwa ke kamar tamu. Kamar tamu itu sudah bersih dan rapi, jadi tidak perlu repot dibereskan lagi."Walau kamar ini tidak ada penghuninya, Bibi bersihin tiap hari jadi kalau ada tamu kan tidak repot lagi," jelas Bibi tanpa diminta.Nazwa mengangguk sambil memperhatikan ruang kamar itu lalu tersenyum ke arah Bibi. "Terima kasih, Bi.""Sama-sama. Kalau kamu mau istirahat silakan. Bibi tinggal dulu, ya. Kalau ada perlu apa-apa bilang saja sama Hanif atau Tyas. Jangan sungkan. Anggap saja kami keluarga sendiri," jelas Bi Imah sebelum beliau keluar kamar.Selepas kepergian Bi Imah, Nazwa yang juga sudah mengenakan baju muslim rumahan milik Bi Imah duduk bersandar di kepala kasur, melepas penat.Dia sedikit merasa lega karena sekarang bisa berlindung di rumah bibi Hanif untuk sementara. Bibi Hanif begitu baik padanya. Namun, dia pun sadar, dia tidak bisa berlama-lama di sini. Dia akan secepatnya menyel

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-25

Bab terbaru

  • Mahligai yang Ternodai   Bab 86

    Semua pasang mata yang ada di sana menatap Nazwa, tidak terkecuali Hanif. "I-iya, Nazwa, maaf kalau ini mengejutkanmu, dan mungkin juga terlalu cepat buatmu setelah apa yang barusan kamu alami. Kalau kamu memang butuh waktu buat menjawab, aku siap menunggu." Nazwa malah terdiam. Begitu pun yang lainnya. Suasana ruangan itu seketika jadi hening. Hingga tiba-tiba Bi Ifah menjawab. "Gimana kalau kita beri Nazwa dan Hanif ruang? Biarkan mereka bicara dari hati ke hati. Iya kan, Nazwa?" *** Akhirnya Nazwa dan Hanif berbicara empat mata sambil berkeliling di sekitar lingkungan rumahnya. Sesekali melihat anak-anak mengejar layangan di tanah kosong yang dipenuhi ilalang. "Aku pikir kamu syok karena ini terlalu cepat bagimu," ucap Hanif yang berjalan di sisi Nazwa sejak tadi. Nazwa yang sejak tadi hanya menunduk, menggeleng pelan. "Bukan masalah waktu. Hanya saja ada banyak hal yang tiba-tiba mengganggu pikiranku," jawabnya. "Apa itu?" Nazwa mendongak menatap Hanif. "Aku nggak nyangka k

  • Mahligai yang Ternodai   Bab 85

    Lima bulan kemudian.Seminggu setelah perceraian mereka, seperti yang telah direncanakan, Nazwa memutuskan pulang ke kampung halaman bibinya di Cikidang. Beberapa hari setelah itu dia mendengar kabar bahwa Reza menikah dengan Nabila.Di Cikidang, Nazwa menyibukkan diri dengan mengajar mengaji bagi anak-anak sekitar desa itu di sebuah mushola. Di samping itu, Nazwa juga melanjutkan novelnya, novel yang dulu sempat tertunda. Novel yang terinspirasi dari pernikahannya dengan Reza."Shadaqallahul-'adzim' ...." Nazwa menyudahi bacaan Al-Qur'annya seraya menutup mushafnya. Dan diikuti oleh anak-anak didiknya. "Alhamdulillah sudah selesai." Nazwa lalu menatap anak-anak didiknya yang duduk bersila di hadapannya. "Ngajinya lanjut besok lagi ya anak-anak. Jangan lupa pe-er yang Ibu kasih tadi, hapalan surah Al-Kahfi-nya, ya. Besok boleh disetor.""Baik, Bu ....""Kalau begitu kalian boleh siap-siap pulang, ya."Anak-anak itu pun mulai memasukkan mushaf ke dalam tas masing-masing, bersalaman de

  • Mahligai yang Ternodai   Bab 84

    Seminggu kemudian. "Jadi apa yang mau kamu bicarakan?" Reza datang ke rumah orang tuanya dan mengabarkan bahwa dia ingin membicarakan sesuatu yang penting pada orang tuanya. Kini mereka berkumpul di ruang tamu. Kini kedua orang tuanya menatapnya penuh rasa penasaran. "Aku tahu mungkin Papa dan Mama nggak akan setuju dengan keputusan ini. Mama terutama Papa mungkin marah besar, tapi ini keputusanku. Dan aku udah bulat dengan keputusanku. Jadi aku harap Mama dan Papa harus setuju dan merestuiku." "Langsung saja katakan," potong Galih. "Aku ... bakal ngelamar Nabila, Pa, Ma." Reza menatap kedua orang tuanya bergantian. "Nabila?" Mama Rissa tampak terkejut. "Selingkuhanmu itu?" Sementara Galih tampak tenang saja. "Iya, Ma ...." Rissa menoleh menatap suaminya. "Bagaimana, Pa? Papa setuju?" Rissa berbisik, tapi Reza bisa mendengar. Wajah mamanya juga terlihat tidak senang. "Kenapa kamu harus menikahi dia?" tanya Galih setelah lama dia terdiam. "Ya iyalah, Pa. Aku sekarang juga uda

  • Mahligai yang Ternodai   Bab 83

    Proses sidang perceraian itu berjalan lancar. Nazwa dan Reza datang menghadirinya. Kedua orang tua Reza dan adiknya, Risma, ikut hadir di sana. Keduanya tidak menginginkan perdamaian dan mediasi. Keduanya mendukung perceraian itu diputuskan secepatnya. Bahkan ketika sang hakim menanyakan kasus perselingkuhan yang Reza lakukan, Reza pun mengakuinya, sama sekali tidak membantah tuduhan tersebut meskipun Nazwa tidak ada membawa bukti apa pun mengenai perselingkuhan suaminya. Semua yang hakim tanyakan diiyakan saja oleh kedua belah pihak seolah sidang perceraian itu hanyalah sebuah formalitas. Hingga akhirnya sang hakim memutuskan mereka resmi bercerai dengan mengetuk palu tiga kali. Dan semuanya selesai begitu saja dengan mudah secepat kedipan mata, tanpa sanggahan, tanpa penolakan, tanpa pertengkaran. Nazwa keluar dari ruangan itu dengan kesedihan meliputi hati. Dia sungguh tak percaya, pernikahannya benar-benar berakhir. Padahal rasanya baru kemarin dia menikah dengan pria pilihan ora

  • Mahligai yang Ternodai   Bab 82

    Mobil yang dikendarai Reza memasuki halaman rumahnya yang luas. Dia baru saja pulang dari rumah sakit. Begitu dia memasuki rumah, Bi Juminten muncul, mendatanginya tergesa-gesa. "Ada apa, Bi?" tanya Reza heran. "Eng ini, Pak." Bi Juminten merogoh saku dasternya. "Tadi ada surat panggilan buat Pak Reza." Bi Juminten menyodorkan amplop di hadapan Reza. "Surat panggilan buat saya?" Reza mengernyit sambil menerima surat itu. "Iya. Dari Pengadilan Agama." Seketika jantung Reza berdebar lebih kencang. Bergegas dia membuka amplop tersebut seiring dengan rasa penasaran yang membesar. Bi Jum pamit mundur dari hadapannya, kembali ke dapur. Reza mulai membentang dan membaca surat itu pelan-pelan. Benar, surat itu adalah surat gugatan cerai dari pengadilan agama untuknya. Reza lalu meremas surat itu dengan perasaan kesal yang tak dapat didiskripsikan. Percakapannya dengan Nazwa tempo hari pun terngiang. " .... Aku mantap untuk bercerai dari kamu." "Kamu nggak akan bisa melakukannya, Nazw

  • Mahligai yang Ternodai   Bab 81

    "Eh, gosip Dokter Nabila selingkuh sama Dokter Reza itu bener nggak sih?" "Ya benar lah. Itu bukan gosip lagi, tapi fakta. Bahkan katanya Dokter Reza terancam bercerai dari istrinya." "Dokter Reza cerai karena Dokter Nabila?" "Ya iyalah." "Kita tahu sih mereka dari dulu emang deket, kirain teman ternyata mereka ada udang di balik batu." "Dokter Nabila kan mantannya Dokter Reza dulu." "Ehem." Kedua koas manggang yang sedang menjaga IGD itu seketika terdiam mendengar suara dehaman yang amat familier itu. Mereka menoleh menemukan gadis yang baru saja mereka bicarakan. Gadis itu menatap mereka tak suka. Mungkin dia sudah mendengar bisik-bisik itu. "Eh, ada Bu Dokter Nabila," lirih salah satunya cengengesan. Sedangkan yang satunya lagi pura-pura sibuk merapikan lembar kertas di tangannya. "Selamat pagi, Bu. Pagi-pagi udah cantik aj--" "Ngomongin apa kalian barusan?" tanya Nabila menatap kedua cewek itu tajam. "Eng enggak, Bu ...." "Ingat, ya, kalian itu anak magang di sini! Saya

  • Mahligai yang Ternodai   Bab 80

    "Kalau Nazwa nggak mau, Papa nggak akan anggap kamu anak!" Kalimat itu terus bertalu-talu di kepala Reza. Reza berharap papanya tidak serius dengan ucapannya. Tapi waktu itu Reza bisa melihat wajah papanya serius saat mengatakan hal itu. Reza takut bagaimana seandainya papanya benar-benar serius membuangnya dari keluarga? Sial! "Ini semua gara-gara Nazwa. Seandainya dia nggak ngomong di depan Mama semuanya nggak akan jadi begini." Reza menggebrak meja di hadapannya. "Nggak ada cara lain. Aku harus bisa bujuk Nazwa buat berbaikan denganku dan membatalkan rencana perceraiannya." Sejak saat itu hampir setiap hari Reza berulang ke rumah orang tuanya, menemui Nazwa dan membujuk istrinya untuk pulang. Namun, percakapan mereka selalu berakhir dengan penolakan Nazwa atau pertengkaran. "Buat apa kamu ngelakuin semua ini, Mas?" tanya Nazwa. "Buat apa lagi kamu memperjuangkan aku setelah apa yang udah kamu lakuin. Kamu tuh sadar nggak? Kamu itu udah nggak waras, ya?! Sakit kamu?!" "Aku mi

  • Mahligai yang Ternodai   Bab 79

    "Dulu waktu Mama sedang hamil kamu dan hendak melahirkan, kami pergi ke rumah sakit terdekat, tapi tiba-tiba mobil kami mengalami kecelakaan. Papa berusaha keluar dari mobil dan menggendong Mama yang tengah kesakitan. Waktu itu tengah malam dan sepi. Sama sekali tidak ada orang lewat yang bisa dimintai tolong. Tapi Papa terus berteriak minta tolong. Sampai akhirnya ada orang yang menemui kami. Dialah Pak Rahman. Papa bercerita panjang lebar dengannya bahwa Papa ingin mengantar Mama ke rumah sakit, tapi kami mengalami kecelakaan. Dia yang katanya hendak pulang ke rumah majikan untuk mengantarkan mobil nggak keberatan membawa kami ke rumah sakit sebentar. Singkat cerita kami pergi ke rumah sakit menggunakan mobil majikannya. Satu detik setelah kami pergi, mobil kami di belakang meledak. Waktu itu terjadi Papa terkejut sekaligus bersyukur. Sedikit saja kalau kami nggak pergi dari tempat itu kami bisa-bisa ikut terbakar. Di dalam mobil Mama terus berteriak kesakitan. Air ketubannya bahkan

  • Mahligai yang Ternodai   Bab 78

    "Maaf, Mas, aku nggak bisa tinggal sama kamu lagi. Aku mohon kamu hargai keputusanku buat tinggal di rumah Mama. Jadi jangan tahan-tahan aku ...." Kalimat terakhir yang Nazwa ucapkan terngiang-ngiang di telinga Reza seakan membekas dan bertalu-talu. Sakit dan benci hatinya tiap kali mengingatnya. Harga dirinya seakan jatuh di hadapan keluarganya sendiri. Apalagi mengingat wajah Mama dan Risma terakhir kali menatapnya penuh kekecewaan. Dia tak menyangka kesalahan yang dia lakukan kini berdampak parah. Tidak hanya menyakiti perasaan Nazwa, perempuan itu bahkan minta cerai. Bahkan ikut mengecewakan perasaan keluarganya. Lagi pula kenapa Nazwa tega membongkar perselingkuhannya yang sudah tertutup rapat selama ini? Pernikahannya dengan Nazwa benar-benar di ujung tanduk. Apakah pernikahan ini masih bisa dipertahankan? Apakah masih ada harapan? Dering ponsel tiba-tiba berbunyi yang seketika membuyarkan lamunan Reza yang tengah duduk merenung di ruang keluarga. Tatapan Reza lalu mengarah ke

DMCA.com Protection Status