Dimas meninggalkan Khandra sudah saatnya untuk melihat kondisi ibunya yang belum ia lihat setelah ia tinggal untuk bekerja dan mencari rumput. Teringat dengan rumput Dimas meminta pada tetangga untuk mengambilnya lebih dulu tidak mungkin kambing dan sapinya kelaparan. "Dim, kamu sudah datang?""Ya, Bu. Ibu sudah makan? Mau aku belikan makanan di luar?""Tidak usah, ibu masih kenyang. Kapan ibu pulang nak? Rasanya ibu lelah sekali, maafkan ibu membuat kamu repot,""Ibu ini bicara apa? Tidak ada yang di remporkan atau merepotkan. Aku baik-baik saja, Bu."Bu Ida menatap sejenak wajah putranya terlihat begitu ada beban bahkan tengah memikirkan sesuatu yang tidak ia ketahui."Ada apa nak? Ibu lihat kamu sedang memikirkan sesuatu?""Bu, aku,"Ferdi menceritakan pertemuannya dengan putri Ajeng yang tidak sengaja yang justru membuatnya kembali pada kenangan masa lalu. Anak yang ia selamatkan adalah putri dari mantan istrinya yang lebih mengejutkan ternyata dia tidak mandul seperti yang ibuny
"Menurut Ibu, aku harus gimana?""Menikahlah dengan Risma, Ajeng sudah bahagia dengan kehidupannya jangan memikirkan mereka lagi. Apalagi Wulan, kamu tidak lupa kan? Dia perempuan yang sudah mengkhianati kamu anggap saja apa yang menimpa kamu adalah takdir meski semua karena ulah ibu. Ibu harap kamu ikhlas memaafkan kesalahan Ibu hanya karena keegoisan ibu yang ingin punya mantu kaya pada kenyataannya mengorbankan kebahagiaan kamu terlebih setelah mengetahui kalau Ajeng adalah anak orang kaya kalau kamu terima Risma atau tidak Ibu serahkan sama kamu, Dim. Ibu tidak ingin ikut campur hubungan kamu dengan wanita manapun. Kalau kamu bertanya tentang Risma dia sama seperti Ajeng lemah lembut dan selalu menjaga dirinya dengan baik,""Berikan aku waktu untuk memikirkannya bu. Aku tidak ingin kegagalan untuk ketiga kalinya. Aku tahu Risma adalah wanita yang baik aku tidak ingin menyakitinya, tidak di pungkiri perasaanku pada Ajeng begitu dalam Bu. Sekarang ibu jangan khawatir lagi aku past
Wulan memilih pergi mencari makan tidak peduli dengan rumah anaknya yang panas dengan pertengkaran mereka. Memilih makanan yang enak dan sebagian membawanya pulang meski hatinya masih dongkol pada Ferdi dan Bu Winarti tetap saja Wulan membelikan untuk mereka.Kini bukan hanya makanan enak tapi uang yang berjumlah lima juta di tangannya, baru saja Wulan menarik salah satu atm yang tidak jauh dari tempatnya membeli makanan.Sampai di rumah putrinya yang tengah mengayun Ahmad, sepertinya cucunya itu mau tidur."Mama beli makanan. Kamu makan anakmu bisa titipkan pada ibu mertuamu."Wulan meletakan bungkusan di meja tanpa berniat untuk mengambil alih Ahmad."Mas, kamu makan dulu nih. Ibu juga ajak makan bareng sama kita,"Tak lama Bu Winarti bersama Ferdi keluar dari kamar memperhatikan bungkusan yang ada di atas meja makan. "Kamu tidak ngasih racun di makanan ini kan?"Ucapan Bu Winarti mendapat reaksi Wulan yang langsung menyambar bungkusan itu."Kalau kamu takut aku ngasih racun tidak
"Apa Mama masih terus ngomong seperti ini? Jika ya, maka lanjutkan dan aku akan dengarkan. Aku tidak perlu menjawab karena Mama tahu yang sebenarnya. Jika kembali ke masa sebelum aku bertemu dengan tante tentu hidupku sudah bahagia sampai saat ini. Sayangnya aku terlalu berbakti pada ibu sehingga menerima poligami ini kalau masalah cinta, jauh di dasar hati ini hanya ada Aisha wanita yang kucintai sampai detik ini tapi aku tahu aku tidak mungkin bisa kembali padanya aku ingin mempertahankan rumah tanggaku dengan Esti karena ada anak kami yang harus aku pikirkan masa depannya. Aku bukan orang yang egois, sudah cukup keegoisanku hanya karena menuruti semua keinginan ibu selain itu aku tidak pernah egois.""Terserah kamu mau ngomong apa. Kalau sudah melarat ya melarat aja! Tidak usah sok-sokan ngomong masalah cinta atau apalah aku pikir kamu banyak duitnya taunya cuma Aisha yang banyak duit."Ferdi menggeleng ibu mertuanya tidak jauh berbeda dengan Ibunya yang suka memuja harta dan sama-
Mengetahui fakta Aisha selamat Wulan berusaha untuk datang ke rumah sakit walau penjagaan ketat di rumah sakit ternama itu namun bukan Wulan namanya kalau tidak bisa masuk.Di tatapnya wanita yang tertidur tanpa seorang pun di sana. Sejak tadi ia mencari kamar rawat Aisha, yang lebih menguntungkan baginya seseorang tanpa sengaja mengatakan di mana Aisha, meski rumah sakit itu memiliki nama yang tidak di padang remeh nyatanya Wulan bisa menerobosnya."Apa kabar Aisha? Kau masih hidup rupanya. Hum, gimana kalau kita main sebentar?" Wulan menyeringai menatap wajah pucat Aisha. Sepertinya dia telah melewati masa kritisnya terlihat dari alat-alat yang sudah tidak menempel di tubuhnya karena ia tahu betul seberapa parah luka yang di alami oleh Aisha saat terjatuh dari tebing."Kenapa nasibmu begitu baik? Aku semakin membencimu dan ibumu. Mereka yang sudah membuat hidupku menderita dan sekarang kamu juga penyebab anakku menderita. Aku ingin kamu pergi dari sini Aisha. Jika kamu mati maka de
Ajeng yang harus bergantian dengan keluarganya yang lain untuk menjaga Aisha namun karena kondisinya yang lemah mengingat Ajeng yang selama hilangnya Aisha tidak pernah teratur makan dan istirahat sehingga saat Aisha di temukan justru tubuhnya Ajeng sakit."Mas tolong satukan kamarku dengan Aisha, aku tidak bisa tenang kalau meninggalkannya sendiri di sana. Aishah butuh kita mas, tapi aku,"Ajeng yang tidak ingin jauh dari putrinya setelah kejadian menimpanya membuat Ajeng semakin positif pada putrinya. "Ya, tapi tidak sekarang. Kamu harus istirahat dulu besok aku minta pada dokter untuk menyatukan kamar kalian.""Beneran ya, Mas. Aku tidak mau kalau sampai berpisah kamar seperti ini. Apa sebaiknya lepas aja infusnya?""Masih ada sayang. Tunggu semalam saja di sini besok kita pindah kebetulan besok dokter melepas infus ini. Kamu istirahat jangan khawatir biar nanti Mas yang akan ke sana untuk melihat putri kita, lagi pula Arga akan datang setelah pulang kantor akan menemani kakaknya
Rekannya pun tertawa terbahak sungguh ironis sekali wanita kaya dengan wajah yang sangat cantik harus mati dengan sia-sia karena ulah seseorang yang begitu membencinya."Apa kita akan membuangnya di sini, sekarang atau kita menyekapnya lebih dulu?""Kita sedap dulu. Besok baru ekskusi, kita tanya bos lebih dulu. Sebaiknya kamu ambil ponselku dan foto beberapa pose setelah itu kita pergi, ingat jangan memberi makan atau minum padanya biarkan dia mati lemas.""Bos wanita itu cantik. Tapi musuhnya banyak, apa ini ada kerja sama seseorang? Nasibnya malang benar. Terkadang aku kasihan sama dia bos, walau gimana pun aku juga punya saudara perempuan,""Kamu jangan lembek. Ingat apa yang kita lakukan sesuai perintah bos.""Aku tahu, lagi pula bayaran kita juga sesuai."Mereka memilih menghabiskan makanan yang sudah mereka beli merayakan keberhasilan telah membawa Aisha tanpa kendala apapun mengingat ada sedikit kesalahan teknis di sana sehingga hal itu menguntungkan mereka berdua.Tubuh Aisha
"Mantan maduku? Wulan, Tyas?""Ya, mbak perilakunya mbak Wulan. Aku siap jadi saksi jika di butuhkan. Coba tanya Aisha apakah –""Tyas, kamu tidak apa-apa?"Ajeng dan Tyas saling menoleh kearah pintu di mana pria yang terlihat masih tampan itu berlari tergesa-gesa masuk ke dalam ruang perawatan Tyas. "A – Ajeng?""Mas Dimas,"Dimas terpaku melihat Ajeng di dalam ruang perawatan adiknya. Dimas yang di beri kabar tentang kondisi Tyas dari suaminya tanpa pikir panjang ia datang ke kota untuk memastikan kabar tersebut dan benar saja adiknya terbaring lemah di brankar. Ruang perawatan yang mewah semua ia yakini karena Ajeng. Entah apa hubungan dengannya kejadian yang di alami adiknya dan mantan istrinya di waktu bersamaan."Apa kabar?""Alhamdulillah, baik. Kamu gimana mas?""Alhamdulillah, baik juga. Tyas, sebenarnya kamu ini kenapa? Kenapa bisa kecelakaan seperti ini?" "Mas, sebenarnya –""Sebenarnya Tyas, kecelakaan karena menolong putriku. Maafkan aku, mas. Aku janji akan menanggung