"Aku materialistis, mas? Aku hanya mau mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milikku jika harta ini kita dapatkan bersama tentu aku dengan senang hati bagi dua denganmu. Tapi nyatanya tidak, semua harta perusahaan, pabrik ini dan beberapa restoran semua adalah milikku milik keluargaku tidak ada campur tangan dari kamu mas. Kamu bekerja di sini pun sudah digaji sesuai prosedur meskipun aku sebagai istrimu tidak pernah mendapatkan nafkah itu dari kamu. Semua kamu habiskan dengan wanita lain tapi apakah aku pernah menuntutnya? Tidak. Kan? Lantas kamu datang ke sini marah karena semua yang kamu curi ternyata palsu. Aku tidak sebodoh yang kamu pikirkan Mas pengalaman yang menjadikan aku seperti ini pengalaman aku memberikan kamu kesempatan setelah ribuan kali kamu menyakitiku bahkan aku memberikan kamu kesempatan dan kepercayaan itu pada ibumu walau sebenarnya sakit saat aku harus mengikhlaskan kepergian anakku yang belum sempat aku lahir kan, tapi nyatanya apa? Ibumu dengan teganya
"Masa kita gagal membeli rumah dan sekarang kita pun harus ngontrak di tempat seperti ini. Buat kita saja ini terlalu kecil mas, tidak mungkin kita mengumpulkan kedua orang tua kita di sini. Tempat ini begitu sempit untuk kita apa lagi aku juga mau melahirkan tinggal nunggu berapa bulan kagi. Kamu cari kontrakan lebih besar jika perlu gunakan tabungan yang kamu memiliki untuk membeli rumah setidaknya kita tidak sulit untuk mencari–""Tabungan? Bukankah kamu yang masih punya tabungan? Uang itu sudah aku gunakan untuk membayar angsuran berapa bulan kedepan selain itu aku juga mencari pekerjaan baru.""Tidak, tidak. Enakan aja, ini itu uang aku aku dapatkan dari meminta sama bahasa bukannya kamu juga punya kemarin, bukannya kamu minta lebih banyak dari aku, mas?""Kamu masih menyimpan uang itu kan? Kamu gunakan uang itu untuk mencari rumah yang lebih besar dari ini. Mas, pasti akan menggantinya setelah mendapatkan pekerjaan yang baru lagi pula aku akan mendapatkan uang lagi aku pastikan
Seperti hari sebelumnya hari ini Aisha kembali di sibukkan dengan pekerjaan yang menyita waktunya walau hanya sekedar untuk ngopi di cafe bersama teman ataupun keluarga. Semua ia lakukan untuk menutupi kekosongan hatinya. Baginya lebih baik sibuk bekerja dari pada sibuk memikirkan hal yang membuatnya justru takut melihat dunia luar.Segelas teh hangat dan roti bakar dengan selai strawberry bertabur keju menggugah selera tak lupa mengajak wanita paruh baya yang setia bersamanya. Bibi Siti adalah orang yang selalu berada di sampingnya meski sempat terpisah karena Aisha harus hidup sederhana bersama keluarga suaminya namun setelah semua terbongkar wanita berlesung pipi itu mengajaknya tinggal di rumah mewah walau saat Aisha tinggal di rumah Ferdi yang dulu rumah mewahnya itu di tempati Bibi Siti."Bik, siang ini kayaknya pengen makan ayam bakar sambal asam yang pedes poll. Cah kangkung atau sayur lain, bisa bibi buatkan?" Aisha malu-malu saat mengutarakan keinginannya, itulah Ajeng dan
"A– aku, tidak apa-apa,""Kamu tidak bisa bohong sama aku, Aisha,"Wina menarik kertas yang di tangan Aisha, wajahnya menegang membaca barisan tulisan tangan seseorang.Untuk Aisha.Enak ya, abisin duit tanpa niat berbagi. Liat aja hari ini aku biarkan kamu bahagia sebentar lagi kamu akan nikmati. Kamu lihat foto mereka, gimana kalau aku main dorong-dorongan? Kayaknya seru deh!! Siapkan tisu Aisha.Wina melempar kertas itu berapa foto tercetak di sana. Tubuhnya tidak kalah tegang terlebih ada foto kedua orang tua Aisha dan seseorang yang memakai hoodie berwarna hitam, masker dan topi sehingga sulit untuk di kenali."Sejak kapan kamu mendapatkan surat kaleng seperti ini? Aku yakin ini bukan pertama kali dikirimkan ke kamu. Jawab aku Aisha? Kamu tahu tidak kalau saat ini kamu tidak baik-baik saja, mereka mengintai kamu bahkan mereka tahu kegiatan kamu sehari-hari dari cara dia menulis kata-kata ini aku yakin selama ini kamu menyembunyikannya."Aisha memilih diam Ia pun enggan untuk menc
"Kamu mau jelekin aku? Punya hak apa kamu? Aku ke sini mau menagih janji Arga. Tidak ada urusan sama kamu." Arga memberikan selembar cek pada Ferdi yang di ambil oleh Esti dengan cepat. "Idih, Fer istri macam itu yang kamu perjuangkan? Kalau aku sih ogah. Biar sama perempuan juga aku sih–" "Mau ngomong apa kamu? Jelas dong aku yang di pertahankan karena aku bisa melahirkan anak untuknya. Untuk apa istri cantik kaya raya tapi tidak bisa melahirkan anak." Deg!! Hati Aisha terasa tertimpa benda yang begitu berat dan tajam menusuk hatinya yang dalam. Kembali karena anak yang menjadi penyebab semuanya, berapa hari yang lalu Aisha menemui dokter kandungan dan hasilnya tak ada masalah walau sempat mengalami keguguran tapi itu bukan menjadi halangan untuk kehamilan Aisha. Bahkan dokter meminta agar Ferdi turut serta memeriksakan kesuburan. Meski Aisha pun tidak yakin bahwa sang suami mengalami masalah karena Aisha sempat mengandung. "Aisha, jangan dengarkan apa yang dikatakan perempuan
Hujan begitu lebat mengguyur kota hari itu para karyawan yang akan meninggalkan kantor terpaksa menunggu sampai reda. Hanya berapa yang menerobos agar bisa bertemu dengan keluarga di rumah. Aisha menikmati secangkir teh hangat yang belum sempat ia minum sejak tadi, pekerjaan yang menumpuk membuatnya lupa akan teh di sampingnya.Wina yang cuti karena demam tinggi sehingga semua pekerja harus di handle seorang sendiri. Walau rencana untuk mengunjungi sang sahabat pupus mengingat hujan yang tak jua reda.Menghilangkan kejenuhan Aisha membuka berkas yang tersisa di atas tumpukan setidaknya agar sedikit mengurangi untuk esok hari."Alhamdulillah, selesai," Merenggangkan ototnya yang terasa kaku, tersadar jika waktu sudah malam dan hujan pun sudah reda gegas Aisha meninggalkan ruang kerjanya memperhatikan seluruh meja, jika semuanya sudah kembali ke tempat yang seharusnya dan terkunci. Antisipasi adalah cara yang ampuh, sebab Aisha tidak tahu kapan seseorang datang berniat tidak baik pada
"Bu, sudah ya, sebaiknya pulang sudah malam. Sebentar lagi taksi online datang.""Mana sini duitnya. Ibu tidak mau di bohongi sama kamu, kayak adikmu itu ngasih cek taunya nyuruh preman buat rampok."Kesabaran Aisha semakin menipis beruntung di saat bersamaan taksi yang di tunggu telah tiba lebih cepat dari perkiraan."Aku tidak peduli ibu mau ngomong apa. Buat kami pantang untuk mengambil apa yang sudah pernah kami berikan. Silahkan ibu masuk, aku sudah membayarnya,""Pak, antar ke alamat yang sesuai di aplikasi ya, ambil kembalinya." "Dasar mantu tidak tahu diri. Mertua pulang bukannya di kasih uang ini malah ngasih sopir yang jelas-jelas tidak ada hubungannya. Beruntung anakku menceraikan kamu!!"Bukan hanya Aisha yang menggelengkan kepala mendengar umpatan Bu Winarti. Sopir taksi itu pun tak kalah terkejutnya melihat tingkah dan ucapan yang terlontar dari wanita di kursi penumpang yang ternyata hanya mantan mertua."Yang sabar, mbak,""Ya, pak. Saya yakin stok kesabaran saya mak
Pertengkaran yang selalu terjadi dalam rumah tangga Ferdi dan Esti membuat Bu Winarti meminta pada Ferdi untuk menceraikannya agar bisa fokus meminta maaf pada Aisha dan rujuk dengannya."Ibu, sudah ya, jangan paksa aku untuk rujuk sama Aisha. Apa ibu tidak capek terus-menerus melakukan hal ini?""Ibu cuma ingin melihat kamu bahagia. Kamu lihat Esti kayak apa, anak aja tidak di urus, sama ibu ngelawan terus. Apa ini istri yang baik?""Ibu ingin aku bahagia? Ibu tidak lupa kan, Esti itu istri pilihan ibu. Dia wanita yang ibu siapkan untuk melahirkan anakku, sekarang kenapa ibu yang tidak suka? Kenapa bisa berubah pikiran? Ibu menghadirkan Esti dalam rumah tanggaku sekarang ibu juga minta supaya aku menceraikan Esti dan balik lagi sama Aisha?""Ya, kamu jangan nyalahin ibu juga. Kan ibu kasih tau alasan kenapa ibu minta kamu nikah sama Esti, ibu pengen cucu–""Kemauan ibu sudah aku turuti, Ahmad cucu ibu. Jangan ngeluh menjaganya dia cucu dan menantu yang ibu harapkan. Tadi ibu tanya in
"Itu tidak sebanding dengan kamu yang menerima cintaku, Aisha. Aku berjanji akan membuatmu bahagia selamanya. Tidak ada lagi mahar Sepuluh Ribu atau pun nafkah sepuluh ribu padamu. Ingatkan aku jika lalai dalam memberimu nafkah," ucap Khandra lembut."Kamu adalah segalanya untukku. Dan padamu aku berlabuh, menyerahkan segalanya, cintai aku jika aku layak untuk kamu cintai. Sebaliknya jika aku tak layak maka –" Khandra terdiam. Tatapan Aisha tak biasa."Kamu bicara apa, sih, Dra? Ngelantur aja. Aku suka cincin ini, akan aku pakai.""Alhamdulillah, ayok. Kita pulang, jadi mau ke rumah Wina? Apa bunda tadi, ya?""Mas anterin aku ke pabrik aja ya. Tadi ada telpon katanya ada masalah di sana.""Oke. Jangan lupa sebentar lagi kita akan tunangan. Aku tidak mau kamu lelah.""Ya. Kamu jangan khawatir."Wina yang menikmati hari-harinya sebagai istri dari Arga putra bungsu dari keluarga Rayyan. Tidak ada hari terlewat untuk saling berbagi cerita. Seperti siang ini setelah menyelesaikan pekerjaa
Jawaban Aisha membuat semua yang ada di ruang keluarga pun bersorak bahagia sebab penantian panjang Khandra berakhir dengan manis. Aisha wanita yang ia cintai sejak lama menerima cintanya tanpa syarat. Tidak ingin menunggu lagi Khandra pun meminta pada kedua orang tua Aisha untuk mempercepat pernikahan mereka tentu saja hal itu disambut bahagia oleh kedua orang tua Aisha dan keluarga besarnya. Mengingat mereka sangat mengenal siapa Khandra yang sebenarnya namun sayang dibalik kabar bahagia itu ada rasa rindu dan sedih Khandra tidak bisa memberitahukan kabar bahagia itu pada sang Ibu sebab wanita yang sangat mendukung hubungannya dengan Aisha telah pergi untuk selamanya tepat Aisha pergi ke luar negeri. Mereka sudah sepakat jika seminggu lagi mereka akan bertunangan keluarga ingin mereka segera menikah namun Aisha menginginkan mereka tunangan untuk sementara waktu sampai tiga bulan. Bukan tidak mungkin Aisha hanya menyiapkan semua bukan hanya hatinya tapi juga kesiapan lahirnya.
Suara Aisha kembali terdengar setelah menyelesaikan lantunan ayat suci. Kini wanita bergamis jingga berdiri menghampiri keluarganya yang terdiam di sana menatap tak percaya jika di hadapan mereka adalah Aisha. Keterkejutan dan kesedihan di wajah mereka berubah menjadi air mata bahagia mendapati sosok yang kini tengah berjalan ke arah mereka.Satu tahun mereka menahan rindu, meski mereka mampu untuk datang menemui Aisha namun mereka mengurungkannya mengingat sang putri menolak untuk di temui. Tidak bermaksud untuk membuat kedua orang tuanya tersinggung akan penolakannya tetapi Aisha memiliki alasan sendiri mengapa ia tidak ingin ditemui sebab jika sudah bertemu dengan keluarganya tentu membuat Aisha ingin segera kembali ke rumah. "Sayang kenapa kamu tidak memberi kabar jika pulang?""Kalau aku memberitahu Bunda namanya bukan kejutan. Apa kabar bunda, ayah dan kamu Arga, ah, lupa adik Iparku yang cantik. Bagaimana dengan kalian semua aku merindukan kalian semua.""Kabar kami baik, kak.
Perjalanan hidup seseorang tidak ada yang tahu bagaimana kedepannya. Seperti yang dialami oleh Aisha setelah pernikahan adiknya dengan sang sahabat dia pun memutuskan untuk pergi ke luar negeri untuk menyembuhkan luka hatinya akibat pengkhianatan dilakukan oleh suaminya. Walau hal itu terjadi sudah cukup lama namun luka itu sangat membekas di hatinya sehingga ia memilih untuk menenangkan diri. Lamaran dari sahabat kecilnya pun dia abaikan bukan berarti tidak ada perasaan apapun ia hanya ingin menyelami perasaannya apakah ia benar-benar sudah melupakan Ferdi mantan suaminya, apakah hanya rasa iba yang kelak akan menjadi permasalahan baru jika dia menerima cinta Khandra. Satu tahun berlalu setelah dia pergi ke negeri orang bukan untuk menghindari akan tetapi ia ingin mengobati lukanya sendiri. Senyumnya mengembang melihat seseorang yang sudah menunggunya. "Apa aku terlambat datang?" "Tidak. Justru sebaliknya sepertinya kamu terlalu cepat sehingga kamu harus menunggu aku datan
Kesibukan terlihat di salah satu hotel ternama di ibukota bukan hanya pengantinnya saja tetapi pihak keluarga dari pembelai pria pun sangat sibuk bukan karena tidak percaya dengan orang lain, tetapi mereka ingin memberikan kesan tersendiri untuk salah satu keluarga mereka yang tidak lain adalah Arga yang akan menikah dengan Wina. Pernikahan berlangsung dengan hikmah pagi tadi dan malam nanti dimulainya pesta yang tentu dengan meriah dan mewah. Mengingat Wina hidup sebatang kara sebab sang Bibi yang dulu mengurusnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu sehingga semua disiapkan oleh keluarga Ajeng. Aisha orang yang menyatukan hubungan mereka justru kini ia disibukkan dengan segala kerempongan yang dilakukan adik iparnya yang begitu cemas mengingat mereka akan menghabiskan malam untuk pertama kalinya dengan seorang pria. Berulang kali Aisha menjelaskan bahwa hal itu lumrah terjadi karena ia pun pernah merasakan hal yang sama yang kini dirasakan oleh Wina sebab saat itu Aisha begit
Hari berlalu begitu cepat minggu berganti bulan dan kini setahun sudah setelah kejadian di mana keluarga mantan suaminya datang ke rumah bersama ibu dan istrinya. Aisha sudah memutuskan untuk menjalani kehidupan tanpa ada rasa dendam dalam hati.Kabar hukuman tiga puluh tahun sampai di telinganya, namun Aisha yang diam-diam meminta pihak berwajib untuk mengurangi hukuman jika terbukti Wulan telah sadar dan bertaubat. Semua ia lakukan mengingat wanita yang berusaha untuk menyingkirkan dirinya seusia Ibunya, mana mungkin Aisha tega melakukan hal itu. Menghabiskan waktu lama di dalam penjara hal yang sangat ia takutkan."Kamu yakin nak?""Ya, bund, kasihan. Bund tahu kan Tante Wulan itu sudah cukup umur. Melihat Tante Wulan, aku ingat Bunda,"Ajeng tersenyum begitu beruntung memiliki anak seperti Aisha dan Arga yang selalu memikirkan perasaan orang lain meski hatinya terluka. "Apa Bunda tidak setuju, dengan keputusan yang aku ambil ini?""Tentu tidak sayang. Justru sebaliknya Bunda sang
Seperti yang diucapkan semalam pagi ini mereka pergi ke rumah Aisha. Bersama dengan Bu Wiranti dan tentu Ahmad anak mereka. Taksi yang di pesan Ferdi telah sampai mereka gegas naik. Dalam perjalanan tak ada yang membuka suara mereka memilih diam tanpa ingin mengatakan sesuatu, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.Bukan hanya Esti tapi juga Bu Winarti yang juga merasa bersalah pada keluarga Rayyan. Sejak Ferdi berpisah dengan Aisha hidupnya benar-benar berada di titik terendah, bahkan dulu saat Ferdi masih kerja serabutan hidupnya tidak sesulit sekarang.Menyadari hidupnya hancur karena ulahnya yang berambisi untuk memiliki cucu dan harta ternyata menantunya yang di anggap miskin dan tidak berguna itu adalah seorang wanita kaya raya. Sungguh ironis harta yang dia inginkan ternyata ada di depannya, setelah semua terungkap kehadiran cucu menjadi masalah yang terjadi dalam rumah tangga Ferdi dan lagi semua karena keegoisannya kini semua yang ia inginkan menjadi boomerang untuknya."
Esti tercengang mendengar penuturan dari pria di depan yang tak lain tak bukan adalah Ayah tirinya yang pernah menjadi suami dari ibunya. Benarkah yang dikatakan olehnya? Siapa ibu dan siapa dirinya yang sebenarnya? Jika yang dikatakannya benar lalu apa yang ia dapatkan cerita dari ibunya adalah salah semua. Esti terdiam mencerna setiap kata yang tak coba ia dapatkan jawabannya. "Tidak perlu memikirkan apa yang aku katakan ini. Pergilah jaga keluargamu baik-baik apa yang pernah kamu dapatkan dengan cara merebut sesuatu dari orang lain. Maka kamu akan merasakannya juga entah kapan kamu mengalaminya lebih baik bertobat dan tidak perlu mengusik orang yang sudah kamu sakiti dulu agar hidupmu jauh lebih tenang lagi."Tanpa menjawab Esti pergi dari rumah mewah Aisha. Ya, semua begitu suram tak ada yang bisa menjelaskan padanya termasuk tujuan ibunya waktu itu."Kamu dari mana saja Esti? Ibu kewalahan ngurusin Ahmad."Bu Winarti kesal tiga jam yang lalu menantunya pergi tanpa memberikan ka
"Esti, jaga mulut kamu. Lancang kamu sebut anakku, sundal. Ternyata kamu tidak bercermin dari kesalahan ibumu. Kamu hadir dalam rumah tangga putriku dan kamu menyalahkan anakku begitu? Sangat menyedihkan. Kamu perempuan yang baik cantik dan masih muda seharusnya kamu menata hidupmu lebih baik lagi tidak perlu mendengarkan apa yang dikatakan ibumu yang tentu mengarahkan kamu ke dalam curang kehancuran, kamu tidak tahu kisah yang sebenarnya terjadi di masa dulu dan kamu hanya mendengarkan apa yang dikatakan Ibumu tanpa bertanya pada kami permasalahan yang sebenarnya. Lihatlah di sini ada orang-orang yang berhubungan langsung dengan masa lalu ibu kamu bisa dengarkan mereka,""Aku tidak peduli dengan mereka yang aku butuhkan sekarang adalah anakmu dan kamu yang harus bertanggung jawab atas kehancuran rumah tanggaku dan ibuku. Terutama putrimu yang sok cantik itu dia harus membebaskan ibuku. Ibuku tidak bersalah semua ini rekayasa putrimu tidak mungkin Ibuku menyakiti orang,"Dari dalam su