Aisha yang sibuk berapa pertemuan dan proyek baru untuk pabrik baru miliknya. Di kota kecil adalah pilihan Alice setidaknya adanya pabrik di sana membuka peluang pekerjaan untuk warga sekitar yang terbiasa bertani. Aisha ingin anak remaja yang tidak sekolah bisa membantu perekonomian keluarga."Apa bisa di kerjakan secepatnya?" "Bisa, cuma kita akan lebih banyak membutuhkan tenaga mengingat pabrik yang ibu Aisha inginkan cukup besar dan–""Tidak masalah. Bapak seorang mandor pasti bisa mengerjakan dengan teliti dan cepat.""Tentu bisa, Bu Aisha. Jangan khawatir, saya usahakan tidak sampai setahun selesai. Mengingat permintaan anda yang tak biasa sehingga waktu mungkin bisa lebih lama. Saya akan semaksimal mungkin untuk lebih cepat selesai." "Saya percaya dengan bapak."Aisha di temani Wina dan Khandra mengelilingi perkebunan yang tak jauh dari lokasi. Tempat ini akan menjadi pabrik baru milikinya cabang dari pabrik milik pribadinya. Khandra yang tahu tujuan utama Aisha mencoba meng
Satu minggu sudah Aisha berada di luar kota dan hari ini adalah hari dimana dia akan kembali ke rumah yang sebenarnya membuatnya mengingat masa-masa bahagia sebelum kehadiran orang ketiga dalam pernikahannya. "Apa kamu ingin aku menginap di rumah?" Wina menawarkan diri untuk menemani Aisha."Istirahat di rumah, aku tahu kamu juga lelah kita akan bertemu besok di kantor.""Ya, kamu yakin akan baik-baik saja?""Hum, tidak perlu dicemaskan. Aku yakin tidak ada orang jahat. Pulanglah istirahat jangan lupa kabari aku jika sudah sampai di rumah, biar bagaimanapun kamu adalah sahabatku. Aku khawatirkan kondisi tubuhmu yang juga lelah."Wina tidak lagi bisa mengelak akhirnya ia pun pulang dengan taksi online yang di pesan mereka berdua.Langkah kaki Aisha begitu berat namun Aisha tidak mungkin bisa menghindar lagi. Aisha menghentikan langkahnya ia di kejutkan karena kehadiran wanita yang sudah melahirkan. "Bunda!""Wa'alaikumsalam, nak. Bagaimana kabarmu?""Assalamualaikum, bunda, kabarku s
Rayyan mengerutkan keningnya melihat reaksi terkejut Aisha."Ada apa sayang? Kamu tak ingin ayah dan bunda kesana? Apa ayah –""Tidak ayah, maaf. Tidak masalah aku hanya kelewat bahagia jadi berteriak spontan," Aisha tersenyum memeluk cinta pertamanya. Menyembunyikan jika hatinya yang lara.Khandra mengulurkan segelas air putih pada Aisha. Wajahnya tak bisa di bohongi ada rasa khawatir dan rasa nyeri di sana."Minumlah dulu, semua akan baik-baik saja." Aisha menerima menenggak habis minum yang di berikan Khandra."Kamu yang merencanakan ini?""Maafkan aku, Aisha.""Kamu terlalu ikut campur dalam masalah rumah tangga ku, Khandra. Aku tidak suka ini.""Aisha, dengarkan dulu–""Sayang, yang di katakan Khandra benar. Cara ini yang membuat kita kembali menyatu. Aku masih mencintaimu sampai kapanpun, dan hanya kamu yang pantas menjadi penghuni di dalam sana." Ferdi menunjuk dadanya.Suasana semakin hangat Aisha meninggalkan Ferdi dan memilih bergabung dengan Sekar, wanita kedua yang selalu
Ferdi memiliki kesempatan untuk mendekati Aisha dan ia pun kembali ke kamar di mana tempat yang ternyaman untuknya namun sayang Aisha menolak kehadirannya di kamar itu. "Aisha, mulai hari ini mas akan tidur di sini. Kamu tahu bagaimana Bunda yang begitu sangat menyayangi kita, aku harap dengan kehadiran Bunda di sini kamu kembali membuka hati untukku dan juga untuk Esti walau bagaimanapun dia sedang mengandung anakku dia adalah madumu anggap saja dia adalah adik–""Sementara. Hanya sementara dan tidak untuk selamanya selama bunda di sini, kamu bisa menepati kamar ini Mas tapi bukan tidur dalam satu ranjang denganku. Jadi bukan berarti harus tidur di tempat tidur yang sama, kamu bisa tidur di kursi dan aku di kasur. Mengenai Esti aku tidak akan berubah pikiran dan tentang hubungan kita pun tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti sebelumnya.""Aku yakin bunda akan menerima kehadiran Esti asalkan kamu bersedia menerimanya lebih dulu. Kenapa kamu tidak mencoba bersahabat deng
Sikap Esti yang semakin memuakan dan desakan Bu Winarti agar mereka segara membeli salah satu tanah atas nama Ferdi semakin menambah kekesalan Aisha.Ajeng yang merasa jika ada sesuatu tak beres dalam rumah tangga putrinya pun tak bisa mencari tahu, sikap Ferdi yang begitu perhatian dan manjanya Esti padanya menimbulkan tanya besar dalam diri Ajeng. Lagi, sebagai Ibu tentu aja tidak bisa mengambil keputusan sepihak tanpa tahu permasalahan yang sebenarnya terjadi karena ia pun tak memiliki bukti siapa Esti yang sebenarnya karena yang ia tahu Esti adalah sepupu Ferdi yang dititipkan kepada besannya."Mas, susu hamil yang sudah habis. Jangan lupa beli ya, kasihan anak kit–" Esti menutup mulutnya tersadar jika hampir saja keceplosan."Ya, dek, nanti mas beliin. Sayang, kamu mau di belikan apa nanti?" Ferdi mendekati Aisha dan memeluk pinggang wanita yang masih ia cintai meski terlihat Aisha keberatan."Tidak, ada.""Kamu yakin tidak ingat sesuatu?""Tidak. Yang aku inginkan saat ini untu
Berdua tertawa di kamar puas membuat Aisha membayar semua belanjaan yang pasti membuat Aisha geram."Beli apa lagi Bu? Mumpung kita masih di sini. Itu akan lebih baik dari pada kita keluar uang?"Esti memperlihatkan apa yang di belinya di toko online. Puas semua belanjaan di bayar oleh Aisha."Kita pilih dulu, baru kita pesan. Apa rencanamu sekarang? Kamu bisa mengambil semuanya?"Bu Winarti mendekati menantunya, bertanya dengan lirih agar tidak ada yang mendengarkan suara mereka. Walau Ajeng dan Aisha akan sibuk di taman belakang dan Bibi Siti bersama mereka."Aku akan mengambil semua milik mbak Aisha, termasuk rumah ini. Aku tidak rela kalau mbak Aisha hidup dengan tenang harta yang berlimpah, kita juga punya hak atas ini semua. Apa lagi mas Ferdi suami Aisha juga,""Rencana ibu gimana? Apa Bu Ajeng menyetujui permintaan ibu? Aku tidak ingin menganggu pembicaraan ibu dan Bu Ajeng, jadi aku memilih pergi, lagi pula mbak Aisha pasti panggil aku." "Gagal. Wanita sombong itu sama kaya
Kedatangan Arga dan Khandra yang tak biasa tentu membuat wajah Ajeng dan Aisha berbinar. Sudah lama setelah kepergian Arga ke luar kota sehingga pertemuan mereka terbatas hanya sekedar saling tukar kabar walau acara sang ayah berapa hari yang lalu mereka berkumpul namun itu tak cukup untuk menebus rasa rindu dalam diri mereka.Belum hilang keterkejutan Aisha dan Ajeng dari belakang sosok yang amat ia kenali berjalan ke arah mereka. Ayah dan suaminya yang tiba-tiba pulang cepat hari ini."Wah, sayang kamu masak banyak? Kebetulan sekali ada Arga dan Khandra. Bunda, tahu aja kalau kita akan kumpul, benar kalau firasat seorang ibu lebih tajam dari segalanya." Ferdi berbasa-basi dengan Arga dan Khandra sebelum melanjutkan pada Aisha dan Ajeng. Namun tatapannya berbeda saat manik Ferdi bertemu dengan Esti. Entah apa yang mereka katakan tetapi, sorot mata keduanya saling beradu, sayang di balik itu semua tak lepas dari pandangan Aisha."Mbak, Aisha. Biar aku yang siapkan makanan untuk mas F
Bu Winarti merasa jika ada yang tidak beres. Tidak bisa di biarkan Ferdi belum mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliknya."Kamu–""Aisha sayang, kenapa kamu tidak cerita tentang proyek baru kamu? Biar seru gitu, besan kita ke dapur lagi yuk. Kebetulan lagi kumpul kita buat makanan atau kue,""Tidak usah Bu Winarti, sebaiknya kita duduk sini saja. Kapan lagi bisa begini ya, kan?""Besan benar kita tidak bisa begini lagi kalau besan pulang ke rumah. Kenapa tidak tinggal di sini saja?""Kalau aku di sini, bagaimana mereka punya privasi? Kita akan mengganggunya mereka besan.""Bund, benar yang di katakan ibu. Aku tinggal berjauhan dengan mama. Bertemu dengan bunda berasa aku bertemu mamaku, seandainya Bunda masih lama di sini tentu akan membuatku semakin bahagia dan merasakan betapa sayangnya Bunda pada Mbak Aisha dan aku merasa sangat iri.""Sifat iri, itu tidak baik. Lantas kenapa kamu tidak pulang ke rumah ibumu jika suami tidak pulang alangkah lebih baik tinggal dengan ibu atau
"Itu tidak sebanding dengan kamu yang menerima cintaku, Aisha. Aku berjanji akan membuatmu bahagia selamanya. Tidak ada lagi mahar Sepuluh Ribu atau pun nafkah sepuluh ribu padamu. Ingatkan aku jika lalai dalam memberimu nafkah," ucap Khandra lembut."Kamu adalah segalanya untukku. Dan padamu aku berlabuh, menyerahkan segalanya, cintai aku jika aku layak untuk kamu cintai. Sebaliknya jika aku tak layak maka –" Khandra terdiam. Tatapan Aisha tak biasa."Kamu bicara apa, sih, Dra? Ngelantur aja. Aku suka cincin ini, akan aku pakai.""Alhamdulillah, ayok. Kita pulang, jadi mau ke rumah Wina? Apa bunda tadi, ya?""Mas anterin aku ke pabrik aja ya. Tadi ada telpon katanya ada masalah di sana.""Oke. Jangan lupa sebentar lagi kita akan tunangan. Aku tidak mau kamu lelah.""Ya. Kamu jangan khawatir."Wina yang menikmati hari-harinya sebagai istri dari Arga putra bungsu dari keluarga Rayyan. Tidak ada hari terlewat untuk saling berbagi cerita. Seperti siang ini setelah menyelesaikan pekerjaa
Jawaban Aisha membuat semua yang ada di ruang keluarga pun bersorak bahagia sebab penantian panjang Khandra berakhir dengan manis. Aisha wanita yang ia cintai sejak lama menerima cintanya tanpa syarat. Tidak ingin menunggu lagi Khandra pun meminta pada kedua orang tua Aisha untuk mempercepat pernikahan mereka tentu saja hal itu disambut bahagia oleh kedua orang tua Aisha dan keluarga besarnya. Mengingat mereka sangat mengenal siapa Khandra yang sebenarnya namun sayang dibalik kabar bahagia itu ada rasa rindu dan sedih Khandra tidak bisa memberitahukan kabar bahagia itu pada sang Ibu sebab wanita yang sangat mendukung hubungannya dengan Aisha telah pergi untuk selamanya tepat Aisha pergi ke luar negeri. Mereka sudah sepakat jika seminggu lagi mereka akan bertunangan keluarga ingin mereka segera menikah namun Aisha menginginkan mereka tunangan untuk sementara waktu sampai tiga bulan. Bukan tidak mungkin Aisha hanya menyiapkan semua bukan hanya hatinya tapi juga kesiapan lahirnya.
Suara Aisha kembali terdengar setelah menyelesaikan lantunan ayat suci. Kini wanita bergamis jingga berdiri menghampiri keluarganya yang terdiam di sana menatap tak percaya jika di hadapan mereka adalah Aisha. Keterkejutan dan kesedihan di wajah mereka berubah menjadi air mata bahagia mendapati sosok yang kini tengah berjalan ke arah mereka.Satu tahun mereka menahan rindu, meski mereka mampu untuk datang menemui Aisha namun mereka mengurungkannya mengingat sang putri menolak untuk di temui. Tidak bermaksud untuk membuat kedua orang tuanya tersinggung akan penolakannya tetapi Aisha memiliki alasan sendiri mengapa ia tidak ingin ditemui sebab jika sudah bertemu dengan keluarganya tentu membuat Aisha ingin segera kembali ke rumah. "Sayang kenapa kamu tidak memberi kabar jika pulang?""Kalau aku memberitahu Bunda namanya bukan kejutan. Apa kabar bunda, ayah dan kamu Arga, ah, lupa adik Iparku yang cantik. Bagaimana dengan kalian semua aku merindukan kalian semua.""Kabar kami baik, kak.
Perjalanan hidup seseorang tidak ada yang tahu bagaimana kedepannya. Seperti yang dialami oleh Aisha setelah pernikahan adiknya dengan sang sahabat dia pun memutuskan untuk pergi ke luar negeri untuk menyembuhkan luka hatinya akibat pengkhianatan dilakukan oleh suaminya. Walau hal itu terjadi sudah cukup lama namun luka itu sangat membekas di hatinya sehingga ia memilih untuk menenangkan diri. Lamaran dari sahabat kecilnya pun dia abaikan bukan berarti tidak ada perasaan apapun ia hanya ingin menyelami perasaannya apakah ia benar-benar sudah melupakan Ferdi mantan suaminya, apakah hanya rasa iba yang kelak akan menjadi permasalahan baru jika dia menerima cinta Khandra. Satu tahun berlalu setelah dia pergi ke negeri orang bukan untuk menghindari akan tetapi ia ingin mengobati lukanya sendiri. Senyumnya mengembang melihat seseorang yang sudah menunggunya. "Apa aku terlambat datang?" "Tidak. Justru sebaliknya sepertinya kamu terlalu cepat sehingga kamu harus menunggu aku datan
Kesibukan terlihat di salah satu hotel ternama di ibukota bukan hanya pengantinnya saja tetapi pihak keluarga dari pembelai pria pun sangat sibuk bukan karena tidak percaya dengan orang lain, tetapi mereka ingin memberikan kesan tersendiri untuk salah satu keluarga mereka yang tidak lain adalah Arga yang akan menikah dengan Wina. Pernikahan berlangsung dengan hikmah pagi tadi dan malam nanti dimulainya pesta yang tentu dengan meriah dan mewah. Mengingat Wina hidup sebatang kara sebab sang Bibi yang dulu mengurusnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu sehingga semua disiapkan oleh keluarga Ajeng. Aisha orang yang menyatukan hubungan mereka justru kini ia disibukkan dengan segala kerempongan yang dilakukan adik iparnya yang begitu cemas mengingat mereka akan menghabiskan malam untuk pertama kalinya dengan seorang pria. Berulang kali Aisha menjelaskan bahwa hal itu lumrah terjadi karena ia pun pernah merasakan hal yang sama yang kini dirasakan oleh Wina sebab saat itu Aisha begit
Hari berlalu begitu cepat minggu berganti bulan dan kini setahun sudah setelah kejadian di mana keluarga mantan suaminya datang ke rumah bersama ibu dan istrinya. Aisha sudah memutuskan untuk menjalani kehidupan tanpa ada rasa dendam dalam hati.Kabar hukuman tiga puluh tahun sampai di telinganya, namun Aisha yang diam-diam meminta pihak berwajib untuk mengurangi hukuman jika terbukti Wulan telah sadar dan bertaubat. Semua ia lakukan mengingat wanita yang berusaha untuk menyingkirkan dirinya seusia Ibunya, mana mungkin Aisha tega melakukan hal itu. Menghabiskan waktu lama di dalam penjara hal yang sangat ia takutkan."Kamu yakin nak?""Ya, bund, kasihan. Bund tahu kan Tante Wulan itu sudah cukup umur. Melihat Tante Wulan, aku ingat Bunda,"Ajeng tersenyum begitu beruntung memiliki anak seperti Aisha dan Arga yang selalu memikirkan perasaan orang lain meski hatinya terluka. "Apa Bunda tidak setuju, dengan keputusan yang aku ambil ini?""Tentu tidak sayang. Justru sebaliknya Bunda sang
Seperti yang diucapkan semalam pagi ini mereka pergi ke rumah Aisha. Bersama dengan Bu Wiranti dan tentu Ahmad anak mereka. Taksi yang di pesan Ferdi telah sampai mereka gegas naik. Dalam perjalanan tak ada yang membuka suara mereka memilih diam tanpa ingin mengatakan sesuatu, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.Bukan hanya Esti tapi juga Bu Winarti yang juga merasa bersalah pada keluarga Rayyan. Sejak Ferdi berpisah dengan Aisha hidupnya benar-benar berada di titik terendah, bahkan dulu saat Ferdi masih kerja serabutan hidupnya tidak sesulit sekarang.Menyadari hidupnya hancur karena ulahnya yang berambisi untuk memiliki cucu dan harta ternyata menantunya yang di anggap miskin dan tidak berguna itu adalah seorang wanita kaya raya. Sungguh ironis harta yang dia inginkan ternyata ada di depannya, setelah semua terungkap kehadiran cucu menjadi masalah yang terjadi dalam rumah tangga Ferdi dan lagi semua karena keegoisannya kini semua yang ia inginkan menjadi boomerang untuknya."
Esti tercengang mendengar penuturan dari pria di depan yang tak lain tak bukan adalah Ayah tirinya yang pernah menjadi suami dari ibunya. Benarkah yang dikatakan olehnya? Siapa ibu dan siapa dirinya yang sebenarnya? Jika yang dikatakannya benar lalu apa yang ia dapatkan cerita dari ibunya adalah salah semua. Esti terdiam mencerna setiap kata yang tak coba ia dapatkan jawabannya. "Tidak perlu memikirkan apa yang aku katakan ini. Pergilah jaga keluargamu baik-baik apa yang pernah kamu dapatkan dengan cara merebut sesuatu dari orang lain. Maka kamu akan merasakannya juga entah kapan kamu mengalaminya lebih baik bertobat dan tidak perlu mengusik orang yang sudah kamu sakiti dulu agar hidupmu jauh lebih tenang lagi."Tanpa menjawab Esti pergi dari rumah mewah Aisha. Ya, semua begitu suram tak ada yang bisa menjelaskan padanya termasuk tujuan ibunya waktu itu."Kamu dari mana saja Esti? Ibu kewalahan ngurusin Ahmad."Bu Winarti kesal tiga jam yang lalu menantunya pergi tanpa memberikan ka
"Esti, jaga mulut kamu. Lancang kamu sebut anakku, sundal. Ternyata kamu tidak bercermin dari kesalahan ibumu. Kamu hadir dalam rumah tangga putriku dan kamu menyalahkan anakku begitu? Sangat menyedihkan. Kamu perempuan yang baik cantik dan masih muda seharusnya kamu menata hidupmu lebih baik lagi tidak perlu mendengarkan apa yang dikatakan ibumu yang tentu mengarahkan kamu ke dalam curang kehancuran, kamu tidak tahu kisah yang sebenarnya terjadi di masa dulu dan kamu hanya mendengarkan apa yang dikatakan Ibumu tanpa bertanya pada kami permasalahan yang sebenarnya. Lihatlah di sini ada orang-orang yang berhubungan langsung dengan masa lalu ibu kamu bisa dengarkan mereka,""Aku tidak peduli dengan mereka yang aku butuhkan sekarang adalah anakmu dan kamu yang harus bertanggung jawab atas kehancuran rumah tanggaku dan ibuku. Terutama putrimu yang sok cantik itu dia harus membebaskan ibuku. Ibuku tidak bersalah semua ini rekayasa putrimu tidak mungkin Ibuku menyakiti orang,"Dari dalam su