Bu Winarti merasa jika ada yang tidak beres. Tidak bisa di biarkan Ferdi belum mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliknya."Kamu–""Aisha sayang, kenapa kamu tidak cerita tentang proyek baru kamu? Biar seru gitu, besan kita ke dapur lagi yuk. Kebetulan lagi kumpul kita buat makanan atau kue,""Tidak usah Bu Winarti, sebaiknya kita duduk sini saja. Kapan lagi bisa begini ya, kan?""Besan benar kita tidak bisa begini lagi kalau besan pulang ke rumah. Kenapa tidak tinggal di sini saja?""Kalau aku di sini, bagaimana mereka punya privasi? Kita akan mengganggunya mereka besan.""Bund, benar yang di katakan ibu. Aku tinggal berjauhan dengan mama. Bertemu dengan bunda berasa aku bertemu mamaku, seandainya Bunda masih lama di sini tentu akan membuatku semakin bahagia dan merasakan betapa sayangnya Bunda pada Mbak Aisha dan aku merasa sangat iri.""Sifat iri, itu tidak baik. Lantas kenapa kamu tidak pulang ke rumah ibumu jika suami tidak pulang alangkah lebih baik tinggal dengan ibu atau
Perasaan tertekan karena keadaan, ingin memberontak meski hal itu bisa di lakukan namun, nyatanya ia tak bisa ada hati dan kebahagiaan seseorang yang harus ia jaga. Siapa lagi kalau bukan kebahagiaan kedua orang tuanya.Dunia akan mengecam bahkan mungkin mengatakan jika dirinya adalah wanita yang bodoh. Tapi bukankah seorang anak rela melakukan apapun asalkan orang tuanya bahagia begitu juga dengan Aisha.Rela sakit dan perih melihat kedzaliman keluarga suami dan madunya, tidak ada yang bisa di lakukannya. Jika saja ayahnya tak sedang sakit tentu Aisha sudah menggugat cerai Ferdi. Dan mengusir mereka dari rumahnya, hidup bahagia dengan status yang baru.Baginya biarlah dia yang sakit asalkan orang yang ia sayangi bahagia. Walau, terkadang ingin melawan tapi apalah daya dirinya yang tertahan karena keadaan."Aisha, aku butuh uang. Apa kamu mau dengar orang tua kamu kalau aku menikah lagi? Kamu tahu kan ayah tidak baik-baik saja? Atau kamu mau ayah cepat –""Cukup, mas. Sudah cukup kamu
Ferdi mendekati Aisha memeluk pinggangnya agar wanta bergamis hitam itu bersuara tentu suara yang tidak menyudutkan dirinya."Aku hanya lelah yah,""Kalau lelah lepaskan, jangan bertahan jika itu akan membuat hatimu terluka semakin parah."Ucapan Rayyan membuat mereka saling berpandangan dan tentunya mereka terkejut terlebih Aisha yang mendengar penuturan sang ayah. Begitu pula dengan Ferdi, Esti dan Ibunya yang tidak kalah kagetnya."Maksud, Ayah?"Rayyan menatap seluruh wajah yang ada ruang makan, tatapan yang sulit di artinya tapi bagi Ajeng dan keluarganya itu adalah tatapan amarah yang di pendam."Kenapa kamu berjuang seorang diri, sampai sejauh ini. Kamu sakit tapi tidak sedikitpun berbagi dengan ayah, apa karena sakit ayah? Kamu takut jika ayah mati hanya mendengar masalah yang kamu hadapi begitu, sayang? Sampai kapan kamu menyembunyikannya, nak?"Aisha terdiam tubuhnya begitu lemah air mata yang ia sejak tadi ia tahan kini tumpah begitu saja. Tidak lama sebab Aisha tersenyum
Ferdi yang teguh dengan pendiriannya tak ingin bercerai dari Aisha membuat geram keluarga besar Aisha. Arga yang tidak tahan melihat sikap arogan Ferdi berdiri menarik kerah bajunya dengan kasar sehingga tubuhnya hampir tersungkur ke depan."Jatuhkan talakmu pada kakakku, brengsek. Kau masih sayang mereka bukan? Atau kau lebih suka masuk penjara?"Ferdi gugup sebenarnya ia takut berhadapan dengan keluarga Aisha. Terlebih pria di keluarga Aisha tak bisa di remehkan."Kamu jangan main ancam anakku, tanyakan dulu sama Aisha apa dia mau bercerai atau tidak? Jangan asal minta cerai. Lagi pula menurutku ini bagus mengingat Aisha sulit hamil jadi dia bisa–""Aku ingin bercerai. Sebelumnya aku sudah menggugat cerai mas Ferdi, hanya tertunda sampai sekarang."Wajah Ferdi dan Bu Winarti pucat ucapan Aisha membuat mereka shock."Sudah jelas, kan? Tunggu apa lagi?"Mereka tidak bisa berkutik Bu Winarti yang ingin menolak untuk pergi terpaksa berdiri dari kursinya di susul Esti."Aisha Julwa Juma
"Jangan dulu, kalau kita sudah beli rumah kamu bisa ajak mama ikut kita. Sekarang kamu sama Ibu tolong bersihkan kontrakan ini aku capek, kita istirahat lagi pula rumah ini juga tidak terlalu kotor cukup di sapu, pel, barang-barang pun masih bersih bersyukur kan kita ngontrak dapat yang ada perabotannya jadi kita tidak perlu beli dan kita juga nggak repot-repot untuk–" "Iya, ya, sebaiknya kamu sekarang pesan makanan aku sudah lapar Mas. Anak kamu yang di perutku juga sejak tadi nendang terus!" Semalaman Ferdi tidak bisa memejamkan mata berkas penting itu ada di tangannya hal yang tidak pernah ia pikirkan kini menjadi nyata. Bayangan kekayaan yang akan di milikinya sehingga Ferdi berulang kali mencium berkas itu. "Mas, kamu semalaman tidak tidur tapi mondar-mandir bikin aku pusing. Kalau kamu sulit tidur sebaiknya kamu di luar, tapi sudahlah sekarang udah jam enam sebaiknya kita bersiap-siap kamu sudah janji akan menjual semua aset itu agar kita bisa membeli rumah baru." Esti k
"Aku materialistis, mas? Aku hanya mau mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milikku jika harta ini kita dapatkan bersama tentu aku dengan senang hati bagi dua denganmu. Tapi nyatanya tidak, semua harta perusahaan, pabrik ini dan beberapa restoran semua adalah milikku milik keluargaku tidak ada campur tangan dari kamu mas. Kamu bekerja di sini pun sudah digaji sesuai prosedur meskipun aku sebagai istrimu tidak pernah mendapatkan nafkah itu dari kamu. Semua kamu habiskan dengan wanita lain tapi apakah aku pernah menuntutnya? Tidak. Kan? Lantas kamu datang ke sini marah karena semua yang kamu curi ternyata palsu. Aku tidak sebodoh yang kamu pikirkan Mas pengalaman yang menjadikan aku seperti ini pengalaman aku memberikan kamu kesempatan setelah ribuan kali kamu menyakitiku bahkan aku memberikan kamu kesempatan dan kepercayaan itu pada ibumu walau sebenarnya sakit saat aku harus mengikhlaskan kepergian anakku yang belum sempat aku lahir kan, tapi nyatanya apa? Ibumu dengan teganya
"Masa kita gagal membeli rumah dan sekarang kita pun harus ngontrak di tempat seperti ini. Buat kita saja ini terlalu kecil mas, tidak mungkin kita mengumpulkan kedua orang tua kita di sini. Tempat ini begitu sempit untuk kita apa lagi aku juga mau melahirkan tinggal nunggu berapa bulan kagi. Kamu cari kontrakan lebih besar jika perlu gunakan tabungan yang kamu memiliki untuk membeli rumah setidaknya kita tidak sulit untuk mencari–""Tabungan? Bukankah kamu yang masih punya tabungan? Uang itu sudah aku gunakan untuk membayar angsuran berapa bulan kedepan selain itu aku juga mencari pekerjaan baru.""Tidak, tidak. Enakan aja, ini itu uang aku aku dapatkan dari meminta sama bahasa bukannya kamu juga punya kemarin, bukannya kamu minta lebih banyak dari aku, mas?""Kamu masih menyimpan uang itu kan? Kamu gunakan uang itu untuk mencari rumah yang lebih besar dari ini. Mas, pasti akan menggantinya setelah mendapatkan pekerjaan yang baru lagi pula aku akan mendapatkan uang lagi aku pastikan
Seperti hari sebelumnya hari ini Aisha kembali di sibukkan dengan pekerjaan yang menyita waktunya walau hanya sekedar untuk ngopi di cafe bersama teman ataupun keluarga. Semua ia lakukan untuk menutupi kekosongan hatinya. Baginya lebih baik sibuk bekerja dari pada sibuk memikirkan hal yang membuatnya justru takut melihat dunia luar.Segelas teh hangat dan roti bakar dengan selai strawberry bertabur keju menggugah selera tak lupa mengajak wanita paruh baya yang setia bersamanya. Bibi Siti adalah orang yang selalu berada di sampingnya meski sempat terpisah karena Aisha harus hidup sederhana bersama keluarga suaminya namun setelah semua terbongkar wanita berlesung pipi itu mengajaknya tinggal di rumah mewah walau saat Aisha tinggal di rumah Ferdi yang dulu rumah mewahnya itu di tempati Bibi Siti."Bik, siang ini kayaknya pengen makan ayam bakar sambal asam yang pedes poll. Cah kangkung atau sayur lain, bisa bibi buatkan?" Aisha malu-malu saat mengutarakan keinginannya, itulah Ajeng dan
"Itu tidak sebanding dengan kamu yang menerima cintaku, Aisha. Aku berjanji akan membuatmu bahagia selamanya. Tidak ada lagi mahar Sepuluh Ribu atau pun nafkah sepuluh ribu padamu. Ingatkan aku jika lalai dalam memberimu nafkah," ucap Khandra lembut."Kamu adalah segalanya untukku. Dan padamu aku berlabuh, menyerahkan segalanya, cintai aku jika aku layak untuk kamu cintai. Sebaliknya jika aku tak layak maka –" Khandra terdiam. Tatapan Aisha tak biasa."Kamu bicara apa, sih, Dra? Ngelantur aja. Aku suka cincin ini, akan aku pakai.""Alhamdulillah, ayok. Kita pulang, jadi mau ke rumah Wina? Apa bunda tadi, ya?""Mas anterin aku ke pabrik aja ya. Tadi ada telpon katanya ada masalah di sana.""Oke. Jangan lupa sebentar lagi kita akan tunangan. Aku tidak mau kamu lelah.""Ya. Kamu jangan khawatir."Wina yang menikmati hari-harinya sebagai istri dari Arga putra bungsu dari keluarga Rayyan. Tidak ada hari terlewat untuk saling berbagi cerita. Seperti siang ini setelah menyelesaikan pekerjaa
Jawaban Aisha membuat semua yang ada di ruang keluarga pun bersorak bahagia sebab penantian panjang Khandra berakhir dengan manis. Aisha wanita yang ia cintai sejak lama menerima cintanya tanpa syarat. Tidak ingin menunggu lagi Khandra pun meminta pada kedua orang tua Aisha untuk mempercepat pernikahan mereka tentu saja hal itu disambut bahagia oleh kedua orang tua Aisha dan keluarga besarnya. Mengingat mereka sangat mengenal siapa Khandra yang sebenarnya namun sayang dibalik kabar bahagia itu ada rasa rindu dan sedih Khandra tidak bisa memberitahukan kabar bahagia itu pada sang Ibu sebab wanita yang sangat mendukung hubungannya dengan Aisha telah pergi untuk selamanya tepat Aisha pergi ke luar negeri. Mereka sudah sepakat jika seminggu lagi mereka akan bertunangan keluarga ingin mereka segera menikah namun Aisha menginginkan mereka tunangan untuk sementara waktu sampai tiga bulan. Bukan tidak mungkin Aisha hanya menyiapkan semua bukan hanya hatinya tapi juga kesiapan lahirnya.
Suara Aisha kembali terdengar setelah menyelesaikan lantunan ayat suci. Kini wanita bergamis jingga berdiri menghampiri keluarganya yang terdiam di sana menatap tak percaya jika di hadapan mereka adalah Aisha. Keterkejutan dan kesedihan di wajah mereka berubah menjadi air mata bahagia mendapati sosok yang kini tengah berjalan ke arah mereka.Satu tahun mereka menahan rindu, meski mereka mampu untuk datang menemui Aisha namun mereka mengurungkannya mengingat sang putri menolak untuk di temui. Tidak bermaksud untuk membuat kedua orang tuanya tersinggung akan penolakannya tetapi Aisha memiliki alasan sendiri mengapa ia tidak ingin ditemui sebab jika sudah bertemu dengan keluarganya tentu membuat Aisha ingin segera kembali ke rumah. "Sayang kenapa kamu tidak memberi kabar jika pulang?""Kalau aku memberitahu Bunda namanya bukan kejutan. Apa kabar bunda, ayah dan kamu Arga, ah, lupa adik Iparku yang cantik. Bagaimana dengan kalian semua aku merindukan kalian semua.""Kabar kami baik, kak.
Perjalanan hidup seseorang tidak ada yang tahu bagaimana kedepannya. Seperti yang dialami oleh Aisha setelah pernikahan adiknya dengan sang sahabat dia pun memutuskan untuk pergi ke luar negeri untuk menyembuhkan luka hatinya akibat pengkhianatan dilakukan oleh suaminya. Walau hal itu terjadi sudah cukup lama namun luka itu sangat membekas di hatinya sehingga ia memilih untuk menenangkan diri. Lamaran dari sahabat kecilnya pun dia abaikan bukan berarti tidak ada perasaan apapun ia hanya ingin menyelami perasaannya apakah ia benar-benar sudah melupakan Ferdi mantan suaminya, apakah hanya rasa iba yang kelak akan menjadi permasalahan baru jika dia menerima cinta Khandra. Satu tahun berlalu setelah dia pergi ke negeri orang bukan untuk menghindari akan tetapi ia ingin mengobati lukanya sendiri. Senyumnya mengembang melihat seseorang yang sudah menunggunya. "Apa aku terlambat datang?" "Tidak. Justru sebaliknya sepertinya kamu terlalu cepat sehingga kamu harus menunggu aku datan
Kesibukan terlihat di salah satu hotel ternama di ibukota bukan hanya pengantinnya saja tetapi pihak keluarga dari pembelai pria pun sangat sibuk bukan karena tidak percaya dengan orang lain, tetapi mereka ingin memberikan kesan tersendiri untuk salah satu keluarga mereka yang tidak lain adalah Arga yang akan menikah dengan Wina. Pernikahan berlangsung dengan hikmah pagi tadi dan malam nanti dimulainya pesta yang tentu dengan meriah dan mewah. Mengingat Wina hidup sebatang kara sebab sang Bibi yang dulu mengurusnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu sehingga semua disiapkan oleh keluarga Ajeng. Aisha orang yang menyatukan hubungan mereka justru kini ia disibukkan dengan segala kerempongan yang dilakukan adik iparnya yang begitu cemas mengingat mereka akan menghabiskan malam untuk pertama kalinya dengan seorang pria. Berulang kali Aisha menjelaskan bahwa hal itu lumrah terjadi karena ia pun pernah merasakan hal yang sama yang kini dirasakan oleh Wina sebab saat itu Aisha begit
Hari berlalu begitu cepat minggu berganti bulan dan kini setahun sudah setelah kejadian di mana keluarga mantan suaminya datang ke rumah bersama ibu dan istrinya. Aisha sudah memutuskan untuk menjalani kehidupan tanpa ada rasa dendam dalam hati.Kabar hukuman tiga puluh tahun sampai di telinganya, namun Aisha yang diam-diam meminta pihak berwajib untuk mengurangi hukuman jika terbukti Wulan telah sadar dan bertaubat. Semua ia lakukan mengingat wanita yang berusaha untuk menyingkirkan dirinya seusia Ibunya, mana mungkin Aisha tega melakukan hal itu. Menghabiskan waktu lama di dalam penjara hal yang sangat ia takutkan."Kamu yakin nak?""Ya, bund, kasihan. Bund tahu kan Tante Wulan itu sudah cukup umur. Melihat Tante Wulan, aku ingat Bunda,"Ajeng tersenyum begitu beruntung memiliki anak seperti Aisha dan Arga yang selalu memikirkan perasaan orang lain meski hatinya terluka. "Apa Bunda tidak setuju, dengan keputusan yang aku ambil ini?""Tentu tidak sayang. Justru sebaliknya Bunda sang
Seperti yang diucapkan semalam pagi ini mereka pergi ke rumah Aisha. Bersama dengan Bu Wiranti dan tentu Ahmad anak mereka. Taksi yang di pesan Ferdi telah sampai mereka gegas naik. Dalam perjalanan tak ada yang membuka suara mereka memilih diam tanpa ingin mengatakan sesuatu, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.Bukan hanya Esti tapi juga Bu Winarti yang juga merasa bersalah pada keluarga Rayyan. Sejak Ferdi berpisah dengan Aisha hidupnya benar-benar berada di titik terendah, bahkan dulu saat Ferdi masih kerja serabutan hidupnya tidak sesulit sekarang.Menyadari hidupnya hancur karena ulahnya yang berambisi untuk memiliki cucu dan harta ternyata menantunya yang di anggap miskin dan tidak berguna itu adalah seorang wanita kaya raya. Sungguh ironis harta yang dia inginkan ternyata ada di depannya, setelah semua terungkap kehadiran cucu menjadi masalah yang terjadi dalam rumah tangga Ferdi dan lagi semua karena keegoisannya kini semua yang ia inginkan menjadi boomerang untuknya."
Esti tercengang mendengar penuturan dari pria di depan yang tak lain tak bukan adalah Ayah tirinya yang pernah menjadi suami dari ibunya. Benarkah yang dikatakan olehnya? Siapa ibu dan siapa dirinya yang sebenarnya? Jika yang dikatakannya benar lalu apa yang ia dapatkan cerita dari ibunya adalah salah semua. Esti terdiam mencerna setiap kata yang tak coba ia dapatkan jawabannya. "Tidak perlu memikirkan apa yang aku katakan ini. Pergilah jaga keluargamu baik-baik apa yang pernah kamu dapatkan dengan cara merebut sesuatu dari orang lain. Maka kamu akan merasakannya juga entah kapan kamu mengalaminya lebih baik bertobat dan tidak perlu mengusik orang yang sudah kamu sakiti dulu agar hidupmu jauh lebih tenang lagi."Tanpa menjawab Esti pergi dari rumah mewah Aisha. Ya, semua begitu suram tak ada yang bisa menjelaskan padanya termasuk tujuan ibunya waktu itu."Kamu dari mana saja Esti? Ibu kewalahan ngurusin Ahmad."Bu Winarti kesal tiga jam yang lalu menantunya pergi tanpa memberikan ka
"Esti, jaga mulut kamu. Lancang kamu sebut anakku, sundal. Ternyata kamu tidak bercermin dari kesalahan ibumu. Kamu hadir dalam rumah tangga putriku dan kamu menyalahkan anakku begitu? Sangat menyedihkan. Kamu perempuan yang baik cantik dan masih muda seharusnya kamu menata hidupmu lebih baik lagi tidak perlu mendengarkan apa yang dikatakan ibumu yang tentu mengarahkan kamu ke dalam curang kehancuran, kamu tidak tahu kisah yang sebenarnya terjadi di masa dulu dan kamu hanya mendengarkan apa yang dikatakan Ibumu tanpa bertanya pada kami permasalahan yang sebenarnya. Lihatlah di sini ada orang-orang yang berhubungan langsung dengan masa lalu ibu kamu bisa dengarkan mereka,""Aku tidak peduli dengan mereka yang aku butuhkan sekarang adalah anakmu dan kamu yang harus bertanggung jawab atas kehancuran rumah tanggaku dan ibuku. Terutama putrimu yang sok cantik itu dia harus membebaskan ibuku. Ibuku tidak bersalah semua ini rekayasa putrimu tidak mungkin Ibuku menyakiti orang,"Dari dalam su