Aku memasuki rumah sakit di mana Jessen di rawat dengan membawa... Tunggu, aku ngak membawa apapun... Well, tujuanku ke sini kan biar ngak ketahuan dokter. Kalau aku masuk dengan bawa bunga atau apalah itu dan menaruhnya di dalam ruangan si Jessen, hemm... Kau tau lah akibatnya.
Aku berjalan dengan tenang menuju ruangan Jessen. Dan akhirnya aku sampai di depan pintu kamarnya.
Aku sedikit mengintip melihat ke dalam ruang.
Mataku terbelalak kaget melihat Jessen yang sudah sadarkan diri dan sekarang berada bersama mantan tunangannya.
Rasanya sangat kesal.
Kenapa cewek itu bisa masuk sedangkan aku tidak?!
Dan gilanya, dokter yang menyuruhku untuk tidak datang juga ada di situ!
Maksudnya apa coba?!
Aku masuk ke dalam dengan sedikit membanting pintu. Ya... Walaupun aku sangat terbakar emosi aku sadar aku ada di mana.. ini di rumah sakit, kalau aku banting pintu keras, kalau tetangga sebelah kamar Jessen ada yang sakit pasti bakalan m
Ken kembali menegakkan badannya. Dan menyalam nenek."Ish. Ngak usah sok baik lah." Cetusku.Dia menatapku. "Sayang. Kalau sama nenek martua harus sopan dong."Ihh...Aku mengalihkan pandanganku darinya dan menatap nenek.Hah? Nenek malah jadi senyum-senyum."Enggak ya nek. Dia bukan siapa siapa." Aku melirik tajam Ken. "Apaan sih. Jijik." Protesku.Dia melihat nenek. "Nek. Kapan saya bisa menikah dengan Valen?" Tanyanya tanpa dosa."Gila kau ya!" Bentakku.Nenek tersenyum sambil menyikutku. "Kapan Valen siap. Nenek bakal izinin." Nenek mengedipkan salah satu mata menyetujui Ken.Haa?Aku hanya mengagap Sambil menggelengkan kepala.Ken tersenyum kecil melerikku."Udah lah nek. Valen mau masuk. Capek." Kataku acuh."Iya iya." Nenek mempersilahkan aku masuk.Baru dua langkah kakiku berjalan."Pacarnya Valen nginap aja ya malam ini. Karena ini udah larut malam."Kakiku
PletakAku memukul kepalanya keras. "Heh! Kalau ngomong bisa ngak pake otak dikit!"Aku melepaskan diriku dari Ken.Aku menginjak kaki Ken. Dia memekik kesakitan."Itu balasan karena kau menciumku sembarangan!"Aku menjewernya sambil menarik tanganku yang memegangi daun telinganya ke bawah. "Dan ini balasan karena kau asal bertindak tak pernah pake pikiran.""Aa.. iya iya.. Aku salah. Lepasin dong sayang. Aa.."Aku semakin menjewernya. "Jangan pernah panggil aku sayang!""Aa iya iya... Sayan... Valen. Valen."Aku melepaskan dengan kasar. "Hem!" Aku mendengus. Aku pun pergi dan meninggalkan Ken.Ck.Issshhh. Kenapa sih Jessen gak cemburu?!Ish...Aku menghentak-hentakkan kakiku sambil pergi menuju kelas."Kesel bangeeeet!"***Aku semakin kesal sekarang. Cih. Kau tau... Sekarang rupanya mata pelajaran Jessen!Melihatnya saja aku sudah muak!Karena aku te
Aku dan Jessen pun melangkahkan kaki ke hi halaman depan rumahku setelah sampai mengantarkan aku.Bib bibTerdengar suara klakson kereta yang berhenti di depan pagarku. Aku dan Jessen menoleh ke sumber suara.Lelaki itu tampak heboh sendiri turun dari keretanya. Dia seperti orang yang kepanikan.Aku melihat menerawang lelaki yang menggunakan helm full face dengan jas hujan yang dia kenakan."Val..."Terdengar suara jeritan yang kurang jelas karena di dia menjerit menggunakan helm tanpa membukanya dan juga suaranya di timpa dengan suara derasnya hujan.Dia berjalan cepat ke arah kami dan berhenti di hadapanku. Dia memasukkanku ke dalam jas hujannya, membuatku ada di depan badannya sangat dekat."Kau bersamaku sekarang." Katanya.Aku sedikit mendongak dari dalam jas hujan ini. Wajahnya masih tak tampak. Ya iyalah, kau tau sendiri kan gimana jas hujan...Aku mendorong tubuhnya dan keluar dari jasnya kembali ke dekat
Aku mendengus kesal. "Ishh. Tau loh. Tadi kan juga udah kau sampaikan di mobil tadi." Aku melepaskan pelukanku. "Bikin kesal aja."Bruk..Suatu barang jatuh lagi. Ntah dari mana berasal. Di sini sangat gelap, sangat sulit untuk melihat.Arh kesel... Ni hantu ngak tau kondisi dan situasi! Udah tau moodku tiba-tiba drop karena hinaan Jessen. Dia malah nakut nakutin!Jiwa pemberaniku pun muncul. "Heh hantu! Bisa ngak sih ngak ganggu! Orang lagi kesel juga!"Bruk..Sebuah benda kembali jatuh.Damn...Aku kembali memeluk Jessen. Badan Jessen bergetar, aku mendongakkan kepalaku melihat Jessen. Dia menahan tawa.Gila... Di situasi serem begini malah tertawa!"Eh bego. Jendela mu terbuka. Angin masuk dan menjatuhkan barang yang di dekatnya." Jessen mengarahkan matanya ke benda yang terjatuh tadi. Aku pun melihat se arah yang di lihat Jessen.Aih... Aku pikir hantu Beneran.Aku pun berdiri dan sedikit berlari
Dia hanya menatapku datar.Aih...Aku mencoba menetralkan jantungku dengan sedikit terbatuk. "Ehem. Ngak usah di anterin. Valen pergi sediri aja nek."Ken berjalan ke arahku membelakangi nenek.DegDegDia sekarang di hadapanku. Aku menatapnya kaku.Dia menyentuh bibirnya dengan jari telunjuknya kemudian menyentuh bibirku dengan jari telunjuk yang menyentuh bibirnya tadi. Dia memandang ke sembarang arah sambil tersenyum.Apa maksudnya coba?Dia membalikkan badan dan kembali ke tempat nenek.Dia menyalim nenek. "Kami berangkat ya nek." Dia menoleh ke arahku tersenyum aneh. Kemudian keluar.Aku pun berjalan ke arah nenek dan menyalimnya. "Valen berangkat nek.""Iya."Beberapa langkah setelah aku berjalan keluar. Aku menoleh ke belakang memastikan nenek udah menutup pintu. Takutnya nenek ikut ikutan salah sangka juga.Nenek sudah menutup pintu. Syukurlah.Aku kembali berjalan.
Aku berjalan menyusuri lapangan basket mencari keberadaan Cya."Val!"Aku menoleh dan melihat Cya yang tenagh duduk di kursi penonton dan melambaikan tangan ke arahku. Aku tersenyum dan segera berjalan ke arahnya memutari lapangan karena sedang ada yang bermain di sana.Aku duduk di sebelah kirinya.Dia memelukku. "Val... Aku dari tadi nungguin loh. Kamu lama banget.""Wkwk. Maaf ya."Dia melepaskan dekapannya. Menatapku dengan tersenyum. "Iya ngak apa."Dia kembali mengarahkan pandangan ke lapangan basket. Aku mengikuti arah pandangnya.Aku sedikit terkekeh. Heh, ternyata dia memperhatikan salah satu pria yang bermain basket.Ganteng banget memang.Normal kali kalau mata kita jadi jernih kalau lihat cogan. Namanya juga cewek.Sesaat kemudian mata di tutup oleh seseorang. Yang pasti aku yakin bukan Cya. Aku menolak tangannya. Aku melihat ke arah orang itu."Apaan sih lihat cowok lain. Udah puny
Aku berjalan pulang bersama Cya. Aku hanya menatap depan kosong, rasanya sangat malas, moodku sangat rendah sekarang.Dengusan nafas berat beberapa kali keluar dari hidungku. Benar-benar malas.CtekCya melentikkan jarinya di hadapanku, membuatku menoleh ke arahnya."Val. Kusam banget dari tadi pagi.""Hm.. males banget aku Cy. Ntah lah, ngak ngerti."Cya merangkulku. "Jessen?"Aku terkejut mendengar kalimat Cya. Jadi selama ini Cya juga merasa bahwa aku menyukai Jessen?"Tenang aja Val. Aku nggak bakal ember kok. Aku mengerti perasaanmu."Aku mengerucutkan bibirku. "Hm. Aku sangat tak bersemangat Cy."Cya memelukku. "Udahlah Val. Kalau dia memang jodohmu. Pasti kalian bakal ketemu lagi kok."Aku mengangguk dalam dekapan Cya.Cletak"Aduh." Pekik Cya pelan."Hei gila. Ngapain kau nyentil jidatku. Kurang ajar kau ya!"Cya tampak memaki seseorang di belakangku sambil memegangi jidatn
Ken provAku terus mendengus kesal sampai pulang dari kampus. "Sialan tu cewek!"Kenapa dia selalu ada di mana Valen ada. Kayaknya aku harus memberikan pelajaran tu cewek."Ken."Aku menoleh melihat seseorang yang memanggilku."Oh. Theo."Theo berjalan sedikit berlari ke arahku.Hm. Terbesit suatu pikiran yang menurutku dapat memberi pelajaran si bekicot.Theo merangkulku. "Main basket kuy. Dah lama ngak main kau.""Biasalah bro. Lagi banyak tugas.""Hm... Tugas memikat hati cewek ya? Haha.""Bangsat kau.""Haha. Ngak lah. Bercanda... Btw aku bingung samamu, masa ngak ada satu cewek pun yang nyantol di hatimu. Banyak loh cewek yang mengemis, pilih satu kali untuk coba-coba." Theo menyikutku.Plak
20 Tahun Kemudian"Mama. Cepetan. Fian ngak bisa terlambat ma."Valen cepat cepat memasang sepatu vansusnya dan segera berjalan ke arah anak lelaki nya yang cerewet. "Sabar dong sayang. Ini masih juga jam 7." Valen mengacak rambut anaknya.Sedangkan Jessen terkekeh kecil melihat anak dan istrinya. Bukan tanpa sebab, kenapa anak anak lebih taat waktu di bandingkan ibunya? Ckck, ada saja.Kemudian Fian masuk ke dalam mobil susuk di kursi belakang begitu pun Valen masuk ke dalam mobil tapi duduk di kursi d pan bersebelahan dengan Jessen yang mengemudikan mobilnya.Fian mengomel ngomel tanpa suara karena kesal dengan keterlambatan mamanya yang tak taat aturan. Di lain sisi Valen terkekeh melihat anaknya yang kopas banget dengan papanya.Brum...Mobil pun melajudengan kecepatan sedang.Fian: A
1 Tahun kemudianDrretRio terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ponselnya yang bergetar."Em..." Rio merenggangkan badan. Dan langsung mengangkat ponselnya. "Ha apa. Aku udah punya pacar, ngak usah kecentilan." Rio langsung mematikan ponselnya malas dan kembali tidur.Selama Rio berkuliah memang banyak sekali gadis yang mendekatinya. Dia sangat muak, ntah dari mana mereka dapat nomor Rio. "Dasar Psikopat." Ucap Rio.DrettKen mengusap wajah nya jengah.Dia mengangkat ponselnya dengan kesal. "Apa sih! Kau budeg ya!""Rio." Kata orang yang ada di seberang sana.Mata Rio melotot mengenali suara ini. "Sayang?" Rio langsung melihat nama kontak yang menelpon nya.'Sayang ✨❤️'Buru buru Rio langsung duduk dan kembali menempelkan ponselny
"Jessenn.... Aku cape banget..." Kata Valen manja sambil memeluki Jessen yang tengah sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.Jessen tersenyum kecil dan menoleh ke belakang melihat Valen yang mengenakan pyama tidur nya. "Tidur luan gih... Besok kan masih MOS."Valen mendengus kesal mengingat doa besok harus kuliah juga. "Hm.."Valen menegakkan badannya dan melepas rangkulannya kemudian berbalik berjalan ke ranjang. Namun langkah Valen terhenti mengingat sesuatu. "Oh ya." Valen kembalikan badan. "Temen kamu yang namanya Ken itu.."Mendengar nama Ken Jessen langsung kesal. Jessen tak suka kalau istrinya menyebutkan nama lelaki lain selain daripada nya. "Ken apa." Tanya Jessen datar."Kok marah.." Valen bingung.Jessen bangkit dari bangkunya dan langsung memeluk Valen. "Ngapain sih bahas dia. Dengar nya sayang. Aku ngak suka kamu nyebutin nama lelaki lain."Valen terkekeh. "Apa sih sayang. Aku cuma mau nanya, kamu itu ada ngasih tau kalau kamu
Beberapa hari kemudian.Jessen berjalan keluar dari parkiran mobil kampus bersama Valen menuju halaman kampus. Hari ini adalah hari pertama Valen berada di kampus. Menginjakkan kakinya sebagai Mahasiswa Baru atau dapat di sebut Maba.Ini adalah hari MOS pertama Valen!Jessen tak hentinya menatap sang istri yang sama sekali takkan bosan bagi matanya untuk di tatap. Di tambah lagi karena kejadian beberapa hari lalu yang benar-benar memuaskannya di kamar membuat Jessen ingin lebih sering melakukan nya lagi.Setelah berada di lapangan. Terdapat banyak mahasiswa yang mengenakan baju serba putih dan celana serta rok hitam. Menandakan mereka juga merupakan Maba di sini.Valen menghentikan langkahnya dan menatap Jessen dengan senyuman. "Sampai sini aja antarnya. Kamu ke kelas aja gih.." Suruh Valen.Jessen tersenyum. "Oh... Jadi ceritanya ngusir aku nih..." Jessen pura pura ngambek.Valen mencubit pipi Jessen sesaat kemudian melepaskannya. "S
Author POV(1 setengah tahun kemudian)"JESSEN!!!...." Valen menjerit kegirangan.Jessen menjauhkan ponselnya dari telinganya yang berdengung sakit mendengar teriakan Valen kemudian kembali mendekat kan ponselnya lagi. "Kenapa sayang?""AKU LULUS DI JURUSAN KEDOKTERAN!!!!!" Pekik Valen sekali lagi. Sedang orang yang di telpon di seberang sana malah terkekeh mendengar istrinya yang seperti bocil dapat lolipop."Selamat sayangggg....""AAAA.... AKU SENENG BANGET TAU NGAK..."Jessen tersenyum sumringah."Pokoknya, kalau kamu nanti kamu pulang, aku bakalan ngasih apapun... Hehe... Lagi baik soalnya..." Valen cengengesan.Jessen yang mendengar itu menaikkan satu alisnya. "Semuanya?""Iya.. semuanya."
Author POVRio duduk di meja makan sambil membaca buku sejarah. Mulai hari ini dia tak membiarkan waktu yang dia punya untuk bermalas malasan. Dia harus bisa meraih prestasi di sekolah.Pertama yang harus dia lakukan adalah mendapatkan nilai ujian yang tinggi, kemudian Ranking kelas dan bahkan Juara umum sekolah.Well. Agak berlebihan sih. Tapi itu harus dia lakukan demi Tessa.'Tessa. Kau harus jadi milikku! Titik!'Mama dan papa Rio cengo melihat anak nya yang bertingkah aneh.Mereka saling tatap dan kembali melihat ke arah Rio."Nak. Kalau makan, makan aja dulu. Belajar nya kan bisa nanti." Mama Rio menegur.Rio tak menggubris dan tetap makan sambil kembali membaca buku."Iya Rio. Lagipula. Tumben kamu belajar." Papa Rio bingung melihat anaknya.
Author POVRio duduk di kelasnya bersama Jessen di sebelah nya. Rio bingung harus mulai dari mana agar bisa jadi anak emas seperti Jessen."Apa." Ucap Jessen tiba tiba tanpa melihatnya membuat Rio terkejut ternyata si Jessen peka di lihati.Rio menggeleng cepat dan memalingkan wajahnya kembali menatap papan tulis dan memperhatikan guru mengajar.Rio kembali curi pandang melihat ke arah Jessen.'Apa coba yang buat dia pintar, hm.''Kayaknya di mulai dari fokus belajar deh.''Oke kalau gitu.'Rio terus bermonolog dalam hati.Rio memperhatikan kembali papan tulis dan kemudian fokus untuk belajar.***Jam istirahat berlangsung.Rio terus memperhatikan gerak gerik Jessen. Sungguh dia ingin menjadi idaman Tessa, jad
Author POVRio berjalan menyusuri koridor sekolah. Berharap menemukan seseorang, siapa lagi kalau bukan Tessa. Dia sangat merindukan wanita itu, padahal semalam baru saja berjumpa."Ck. Mana sih." Decak Rio kesal tak kunjung menemukan Tessa.Mata Rio sibuk mencari keberadaan Tessa. Dan akhirnya matanya puas karena menangkap sosok yang di nanti.Tessa duduk di dalam kelas. Valen tak datang dan Tessa tak tau kenapa.Tessa memukul meja pelan. Rasanya menyebalkan. Di saat dia ingin cerita betapa menyebalkannya orang tuanya kemarin, di saat itu Valen malahan ngak hadir, di telfon ngak di balas dan bahkan sudah di spam chat juga ngak di tanggepi."Pokoknya hari ini aku harus ke rumah Valen." Ucapnya dengan nada pelan tapi dengan penekanan.Kelas Tessa tiba tiba riuh karena kedatangan ses
Aku terbangun dari tidurku. "Whoam." Aku menguap.Ku rengangkan tanganku, kemudian aku tersadar dari tadi tangan Jessen masih ada di perutku bersentuhan langsung dengan kulit ku... Aku masih telanjang hanya berbalut selimut bersama Jessen!Ingatanku kembali terulang saat pergumulan panas kami kemarin. Jessen agresif sekali, membuat aku benar-benar kewalahan. Aduh... Malu banget aku sekarang. Bahkan aku sekarang ngak mau lihat Jessen.Tiba tiba tangan Jessen menarikku dan membuat aku berada di atasnya yang juga masih telanjang. Dia memelukku, membenamkan wajahnya di bahu depanku. Mencium lembut kemudian menatap ku, "Mandi bareng aku."Deg!Wajah ku memanas. Aku langsung menutup wajahnya dengan kedua tanganku.Dia terkekeh. "Aku udah lihat seluruh badanmu. Kenapa harus malu lagi, hem?"Kalimat Jessen semakin membuat ku tambah malu. Jessen membalikkan posisi kami, membuat dia berada di atas ku. Membuat tangan ku terlepas dari wajahnya.