Dia hanya menatapku datar.
Aih...
Aku mencoba menetralkan jantungku dengan sedikit terbatuk. "Ehem. Ngak usah di anterin. Valen pergi sediri aja nek."
Ken berjalan ke arahku membelakangi nenek.
Deg
Deg
Dia sekarang di hadapanku. Aku menatapnya kaku.
Dia menyentuh bibirnya dengan jari telunjuknya kemudian menyentuh bibirku dengan jari telunjuk yang menyentuh bibirnya tadi. Dia memandang ke sembarang arah sambil tersenyum.
Apa maksudnya coba?
Dia membalikkan badan dan kembali ke tempat nenek.
Dia menyalim nenek. "Kami berangkat ya nek." Dia menoleh ke arahku tersenyum aneh. Kemudian keluar.
Aku pun berjalan ke arah nenek dan menyalimnya. "Valen berangkat nek."
"Iya."
Beberapa langkah setelah aku berjalan keluar. Aku menoleh ke belakang memastikan nenek udah menutup pintu. Takutnya nenek ikut ikutan salah sangka juga.
Nenek sudah menutup pintu. Syukurlah.
Aku kembali berjalan.
<Aku berjalan menyusuri lapangan basket mencari keberadaan Cya."Val!"Aku menoleh dan melihat Cya yang tenagh duduk di kursi penonton dan melambaikan tangan ke arahku. Aku tersenyum dan segera berjalan ke arahnya memutari lapangan karena sedang ada yang bermain di sana.Aku duduk di sebelah kirinya.Dia memelukku. "Val... Aku dari tadi nungguin loh. Kamu lama banget.""Wkwk. Maaf ya."Dia melepaskan dekapannya. Menatapku dengan tersenyum. "Iya ngak apa."Dia kembali mengarahkan pandangan ke lapangan basket. Aku mengikuti arah pandangnya.Aku sedikit terkekeh. Heh, ternyata dia memperhatikan salah satu pria yang bermain basket.Ganteng banget memang.Normal kali kalau mata kita jadi jernih kalau lihat cogan. Namanya juga cewek.Sesaat kemudian mata di tutup oleh seseorang. Yang pasti aku yakin bukan Cya. Aku menolak tangannya. Aku melihat ke arah orang itu."Apaan sih lihat cowok lain. Udah puny
Aku berjalan pulang bersama Cya. Aku hanya menatap depan kosong, rasanya sangat malas, moodku sangat rendah sekarang.Dengusan nafas berat beberapa kali keluar dari hidungku. Benar-benar malas.CtekCya melentikkan jarinya di hadapanku, membuatku menoleh ke arahnya."Val. Kusam banget dari tadi pagi.""Hm.. males banget aku Cy. Ntah lah, ngak ngerti."Cya merangkulku. "Jessen?"Aku terkejut mendengar kalimat Cya. Jadi selama ini Cya juga merasa bahwa aku menyukai Jessen?"Tenang aja Val. Aku nggak bakal ember kok. Aku mengerti perasaanmu."Aku mengerucutkan bibirku. "Hm. Aku sangat tak bersemangat Cy."Cya memelukku. "Udahlah Val. Kalau dia memang jodohmu. Pasti kalian bakal ketemu lagi kok."Aku mengangguk dalam dekapan Cya.Cletak"Aduh." Pekik Cya pelan."Hei gila. Ngapain kau nyentil jidatku. Kurang ajar kau ya!"Cya tampak memaki seseorang di belakangku sambil memegangi jidatn
Ken provAku terus mendengus kesal sampai pulang dari kampus. "Sialan tu cewek!"Kenapa dia selalu ada di mana Valen ada. Kayaknya aku harus memberikan pelajaran tu cewek."Ken."Aku menoleh melihat seseorang yang memanggilku."Oh. Theo."Theo berjalan sedikit berlari ke arahku.Hm. Terbesit suatu pikiran yang menurutku dapat memberi pelajaran si bekicot.Theo merangkulku. "Main basket kuy. Dah lama ngak main kau.""Biasalah bro. Lagi banyak tugas.""Hm... Tugas memikat hati cewek ya? Haha.""Bangsat kau.""Haha. Ngak lah. Bercanda... Btw aku bingung samamu, masa ngak ada satu cewek pun yang nyantol di hatimu. Banyak loh cewek yang mengemis, pilih satu kali untuk coba-coba." Theo menyikutku.Plak
Ken ProvAku berjalan ke parkiran mobil dan mengeluarkan mobilku dari sana.BrumAku melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Di guyur oleh hujan yang deras."Ck. Menyebalkan sekali."Aku mengendarai mobilku ke lapangan basket tempat terakhir kali Theo dan bekicot bersama.Setelah beberapa lama aku mengendarai mobil. Akhirnya sampai juga.Aku memarkirkan mobilku dan keluar dari sini. Sebelumnya aku membentangkan payungku dan beranjak keluar.Apa mungkin dia masih di sini. Di sini kan ngak ada tempat berteduh.Aku berjalan menyusuri lapangan ini. Dia ngak ada."Manalah dia."Astaga. Aku memukul jidatku. Kenapa ngak aku telfon aja dari tadi. Ck, bego aku!Aku mengambil ponsel dari saku celanaku."Hm." Jawab
Ken Provku terkejut mendengar perkataan Cya. Sedangkan dia hanya sedang membaca buku kecilnya sambil masih menggenggam ponselnya di telinganya.Dia tau kalau aku yang jemput mama kemarin?Dia mematikan ponselnya dan kembali menatap ke datar ke bukunya.Eh.. Aku...Aku kembali menelponnya."Hm." Katanya."Kenapa di matikan?!""Karna kau diam."Ck."Kalau kau tau kemarin aku yang jemput mamaku, kenapa kemarin kau seolah-olah ngak kenal aku?" Aku penasaran."Karna kau berharap aku tak mengenalimu kan, makanya kau pakai Woody yang tertutup dan masker?"Aku meneguk salivaku berat.Dia benar.Kalimatnya singkat tapi sangat menusuk. Aku terdengar seperti orang jahat, men
Ken pergi tanpa berkata apa apa lagi. Bahkan. Aku tak mencegahnya. Maafkan aku Ken. Tapi aku memang tak dapat melakukan ini lebih jauh lagi.Aku tak mengerti bagaimana aku dapat menjelaskan perasaan ini. Aku sama sekali tak mencintai Ken. Aku tak ingin dia semakin tersakiti. Terpaksa aku mengatakan hal itu. Maafkan aku Ken.Aku menutup pintu rumahku dan kembali berjalan ke kamarku.Aku menutup kamar sambil merenung. Aku tak mengerti, aku bahkan tak ingin untuk membuka hatiku lagi untuk siapapun. Jika aku membukanya itu akan semakin membuatku semakin sakit.Sesak sekali rasanya mengetahui Jessen pergi dan akan menikah dengan mantan tunangannya. Walaupun itu hanya rumor mengenai pernikahannya, tapi ntah kenapa itu seperti benar seakan akan terjadi.Kenapa dia setega itu? Aku pernah berbuat salahkan padanya? Bahkan aku yang selalu tersakiti dengan sikapnya yang aduh terhadap perasaanku. Aku tak mengerti.Air mata ini menetes deras. Begitu naifn
"Aaa... So sweet banget sih..." Pekikku setelah menonton drama yang romantis ini.Cya memelukku sambil menggerakkan badanku ke kana ke kiri. "Aaa... Malah cogan banget lagi!!""Iyaaa.... Wuaaa..."Cewek memang selalu begini ya... Wkwk.Ngak pinter ngak bego kayak aku, sama sama histeris kalau lihat drama se romantis ini.Setelah menonton kami langsung mencari siapa pemeran utama prianya.. Biasalah. Wkwk."Anjrit... Ganteng bawaan lahir sumpah." Jeritku."Hooh. Bisa begini yak... Makan apa coba mamanya waktu ngamilimnya. Haha.""Iya. Ckck. Semoga jodoh sama aku." Kataku yang langsung di bereng sinis sama Cya."Eh. Aku juga mau kali."Kemudian kami saling tertawa.Ada aja tingkah kami memang."Eh. Cari backsound dramanya lah.""Ashiapp..." Cya langsung mengetik ngetik di keyboard laptopnya."Wew..." Ucap kami serentak."Cogan juga anjrit..." Kata Cya."Ngak bisa ngomon
Readers ku yang cantik cantik dan tampan tampan... Jangan lupa di like dan komen ya guys, ingat loh... Like itu gratis. Ngak ada salahnya untuk di pencet guys... Itu membuat aku semakin bersemangat untuk nulis. Dan kalau bisa di vote dan beri hadiah... Itu akan lebih menyangatiku untuk berkarya.Bagi readers yang udah like, komen, vote dan beri hadiah, aku sangat berterima kasih sekali sama kalian. I love you...Happy reading guys...-----------------------------------------------------------Ken ProvAku menunggu bekicot di halte biasa dia menunggu bis. Semalam aku menelponnya untuk berjumpa dengan alasan ada kegiatan kemahasiswaan yang cocok dengannya.Ntah kenapa aku ingin berjumpa dengannya hari ini.Ngomong ngomong, nih bekicot kok lama banget sih.
20 Tahun Kemudian"Mama. Cepetan. Fian ngak bisa terlambat ma."Valen cepat cepat memasang sepatu vansusnya dan segera berjalan ke arah anak lelaki nya yang cerewet. "Sabar dong sayang. Ini masih juga jam 7." Valen mengacak rambut anaknya.Sedangkan Jessen terkekeh kecil melihat anak dan istrinya. Bukan tanpa sebab, kenapa anak anak lebih taat waktu di bandingkan ibunya? Ckck, ada saja.Kemudian Fian masuk ke dalam mobil susuk di kursi belakang begitu pun Valen masuk ke dalam mobil tapi duduk di kursi d pan bersebelahan dengan Jessen yang mengemudikan mobilnya.Fian mengomel ngomel tanpa suara karena kesal dengan keterlambatan mamanya yang tak taat aturan. Di lain sisi Valen terkekeh melihat anaknya yang kopas banget dengan papanya.Brum...Mobil pun melajudengan kecepatan sedang.Fian: A
1 Tahun kemudianDrretRio terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ponselnya yang bergetar."Em..." Rio merenggangkan badan. Dan langsung mengangkat ponselnya. "Ha apa. Aku udah punya pacar, ngak usah kecentilan." Rio langsung mematikan ponselnya malas dan kembali tidur.Selama Rio berkuliah memang banyak sekali gadis yang mendekatinya. Dia sangat muak, ntah dari mana mereka dapat nomor Rio. "Dasar Psikopat." Ucap Rio.DrettKen mengusap wajah nya jengah.Dia mengangkat ponselnya dengan kesal. "Apa sih! Kau budeg ya!""Rio." Kata orang yang ada di seberang sana.Mata Rio melotot mengenali suara ini. "Sayang?" Rio langsung melihat nama kontak yang menelpon nya.'Sayang ✨❤️'Buru buru Rio langsung duduk dan kembali menempelkan ponselny
"Jessenn.... Aku cape banget..." Kata Valen manja sambil memeluki Jessen yang tengah sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.Jessen tersenyum kecil dan menoleh ke belakang melihat Valen yang mengenakan pyama tidur nya. "Tidur luan gih... Besok kan masih MOS."Valen mendengus kesal mengingat doa besok harus kuliah juga. "Hm.."Valen menegakkan badannya dan melepas rangkulannya kemudian berbalik berjalan ke ranjang. Namun langkah Valen terhenti mengingat sesuatu. "Oh ya." Valen kembalikan badan. "Temen kamu yang namanya Ken itu.."Mendengar nama Ken Jessen langsung kesal. Jessen tak suka kalau istrinya menyebutkan nama lelaki lain selain daripada nya. "Ken apa." Tanya Jessen datar."Kok marah.." Valen bingung.Jessen bangkit dari bangkunya dan langsung memeluk Valen. "Ngapain sih bahas dia. Dengar nya sayang. Aku ngak suka kamu nyebutin nama lelaki lain."Valen terkekeh. "Apa sih sayang. Aku cuma mau nanya, kamu itu ada ngasih tau kalau kamu
Beberapa hari kemudian.Jessen berjalan keluar dari parkiran mobil kampus bersama Valen menuju halaman kampus. Hari ini adalah hari pertama Valen berada di kampus. Menginjakkan kakinya sebagai Mahasiswa Baru atau dapat di sebut Maba.Ini adalah hari MOS pertama Valen!Jessen tak hentinya menatap sang istri yang sama sekali takkan bosan bagi matanya untuk di tatap. Di tambah lagi karena kejadian beberapa hari lalu yang benar-benar memuaskannya di kamar membuat Jessen ingin lebih sering melakukan nya lagi.Setelah berada di lapangan. Terdapat banyak mahasiswa yang mengenakan baju serba putih dan celana serta rok hitam. Menandakan mereka juga merupakan Maba di sini.Valen menghentikan langkahnya dan menatap Jessen dengan senyuman. "Sampai sini aja antarnya. Kamu ke kelas aja gih.." Suruh Valen.Jessen tersenyum. "Oh... Jadi ceritanya ngusir aku nih..." Jessen pura pura ngambek.Valen mencubit pipi Jessen sesaat kemudian melepaskannya. "S
Author POV(1 setengah tahun kemudian)"JESSEN!!!...." Valen menjerit kegirangan.Jessen menjauhkan ponselnya dari telinganya yang berdengung sakit mendengar teriakan Valen kemudian kembali mendekat kan ponselnya lagi. "Kenapa sayang?""AKU LULUS DI JURUSAN KEDOKTERAN!!!!!" Pekik Valen sekali lagi. Sedang orang yang di telpon di seberang sana malah terkekeh mendengar istrinya yang seperti bocil dapat lolipop."Selamat sayangggg....""AAAA.... AKU SENENG BANGET TAU NGAK..."Jessen tersenyum sumringah."Pokoknya, kalau kamu nanti kamu pulang, aku bakalan ngasih apapun... Hehe... Lagi baik soalnya..." Valen cengengesan.Jessen yang mendengar itu menaikkan satu alisnya. "Semuanya?""Iya.. semuanya."
Author POVRio duduk di meja makan sambil membaca buku sejarah. Mulai hari ini dia tak membiarkan waktu yang dia punya untuk bermalas malasan. Dia harus bisa meraih prestasi di sekolah.Pertama yang harus dia lakukan adalah mendapatkan nilai ujian yang tinggi, kemudian Ranking kelas dan bahkan Juara umum sekolah.Well. Agak berlebihan sih. Tapi itu harus dia lakukan demi Tessa.'Tessa. Kau harus jadi milikku! Titik!'Mama dan papa Rio cengo melihat anak nya yang bertingkah aneh.Mereka saling tatap dan kembali melihat ke arah Rio."Nak. Kalau makan, makan aja dulu. Belajar nya kan bisa nanti." Mama Rio menegur.Rio tak menggubris dan tetap makan sambil kembali membaca buku."Iya Rio. Lagipula. Tumben kamu belajar." Papa Rio bingung melihat anaknya.
Author POVRio duduk di kelasnya bersama Jessen di sebelah nya. Rio bingung harus mulai dari mana agar bisa jadi anak emas seperti Jessen."Apa." Ucap Jessen tiba tiba tanpa melihatnya membuat Rio terkejut ternyata si Jessen peka di lihati.Rio menggeleng cepat dan memalingkan wajahnya kembali menatap papan tulis dan memperhatikan guru mengajar.Rio kembali curi pandang melihat ke arah Jessen.'Apa coba yang buat dia pintar, hm.''Kayaknya di mulai dari fokus belajar deh.''Oke kalau gitu.'Rio terus bermonolog dalam hati.Rio memperhatikan kembali papan tulis dan kemudian fokus untuk belajar.***Jam istirahat berlangsung.Rio terus memperhatikan gerak gerik Jessen. Sungguh dia ingin menjadi idaman Tessa, jad
Author POVRio berjalan menyusuri koridor sekolah. Berharap menemukan seseorang, siapa lagi kalau bukan Tessa. Dia sangat merindukan wanita itu, padahal semalam baru saja berjumpa."Ck. Mana sih." Decak Rio kesal tak kunjung menemukan Tessa.Mata Rio sibuk mencari keberadaan Tessa. Dan akhirnya matanya puas karena menangkap sosok yang di nanti.Tessa duduk di dalam kelas. Valen tak datang dan Tessa tak tau kenapa.Tessa memukul meja pelan. Rasanya menyebalkan. Di saat dia ingin cerita betapa menyebalkannya orang tuanya kemarin, di saat itu Valen malahan ngak hadir, di telfon ngak di balas dan bahkan sudah di spam chat juga ngak di tanggepi."Pokoknya hari ini aku harus ke rumah Valen." Ucapnya dengan nada pelan tapi dengan penekanan.Kelas Tessa tiba tiba riuh karena kedatangan ses
Aku terbangun dari tidurku. "Whoam." Aku menguap.Ku rengangkan tanganku, kemudian aku tersadar dari tadi tangan Jessen masih ada di perutku bersentuhan langsung dengan kulit ku... Aku masih telanjang hanya berbalut selimut bersama Jessen!Ingatanku kembali terulang saat pergumulan panas kami kemarin. Jessen agresif sekali, membuat aku benar-benar kewalahan. Aduh... Malu banget aku sekarang. Bahkan aku sekarang ngak mau lihat Jessen.Tiba tiba tangan Jessen menarikku dan membuat aku berada di atasnya yang juga masih telanjang. Dia memelukku, membenamkan wajahnya di bahu depanku. Mencium lembut kemudian menatap ku, "Mandi bareng aku."Deg!Wajah ku memanas. Aku langsung menutup wajahnya dengan kedua tanganku.Dia terkekeh. "Aku udah lihat seluruh badanmu. Kenapa harus malu lagi, hem?"Kalimat Jessen semakin membuat ku tambah malu. Jessen membalikkan posisi kami, membuat dia berada di atas ku. Membuat tangan ku terlepas dari wajahnya.