Tampangnya yang kalem, agamanya yang baik, tutur katanya ang sopan selama ku kenal, ternyata itu hanya topeng saja. "Kamu sama halnya dengan musuh di dalam selimut, Mas. Di depanku kau bertopeng seperti malaikat, tapi di belakangku ada skenario busuk yang kau jalankan."Aku sangat-sangat tertipu oleh sosok suamiku sendiri.[Mas, kamu kok tega sih nggak nganterin aku][Harusnya kamu nganterin aku, bukan Liodra][Ingat ya! Waktumu hanya seminggu dari hari ini!][Kamu harus menepati janjimu untuk menikahiku]Lanjutan pesan whatsapp dari Leria pukul 08.00 pagi ketika Mas Bendu tidak jadi mengantar Leria pulang ke rumahnya pagi kemarin.[Maaf, bukan begitu maksud Mas][Apa kamu mau ketahuan sama Liodra?][Jangan egois dan ceroboh, Ler][Beri Mas sedikit ruang untuk mengatur semuanya]Balasan dari Mas Bendu, pukul 10.00 WIB, ku pastikan dia membalas pesan Leria ketika sudah sampai di kantor. Beraninya hanya bersembunyi, dasar pengecut.[Lambat laun juga bakalan ketahuan, Mas][Sampai kapan
Begitulah isi email dari PT. Suka Jaya, perusahaan yang dua hari lalu mengadakan test seleksi untuk posisi Sekretaris. Masih sungguh tidak menyangka, bahwa aku yang akan mengisi posisi yang paling diminati oleh kaum wanita itu."Yaa Allah terima kasih atas rezeki karir yang Engkau berikan padaku. Semoga ini menjadi keberkahan untukku." Berulang kali aku sujud syukur.Seketika gawai yang berada dalam genggamanku berbunyi."Hallo!""Dik, kamu nanti sore Mas jemput ke hotel ya pas udah pulang kerja.""Iya! Tapi aku nggak mau dijemput pakai motor buntut kamu. Aku maunya dijemput pakai taksi saja!""Kok pakai taksi, Dik? U-u..""Kamu masih mempermasalahkan uang? Iya? Terus kamu mau aku kenapa-kenapa. Gitu? Kamu mau pinggang ku ini semakin sakit? Iya?!""Bu-bukan ju-juga Dik. Duh, Ya Allah kok kamu sekarang jadi pemarah dan suka bentak Mas sih, Dik?""Masalah buat kamu kalau sekarang aku pemarah dan suka bentak. Iya?! Yang jelas aku nggak mau terima kompleinan apapun dari mulutmu.""Hmm, ya
"Lio, buka pintunya!" suara gedoran pintu yang beruntun tanpa jeda.Sontak aku terhenti dalam tangisan, menerka-nerka siapa yang datang. Otakku berusaha mencerna siapa dia."Liodra, aku tahu kamu di dalam sana. Jangan jadi pecundang kamu, keluar sekarang!" teriaknya lagi.Aku beranjak dari tempat tidur lalu berjalan perlahan menuju pintu depan.'Lio, buka pintunya." wanita itu masih saja menggedor pintu rumahku.Kuintip lewat jendela, "Astagfirullah, bagaimana dia tahu rumahku?Ku tarik nafas dalam lalu melepaskannya perlahan."Leria, silakan masuk dulu!" ajakku dengan menebar senyum ketika pintu rumah sudah kubuka lebar. Layaknya tuan rumah bersikap ramah pada tamu yang datang. Padahal di dalam tubuhku, darah ini sudah menggelegak siap untuk disemburkan ke wajahnya."Ogah, aku di sini saja! Jijik, masuk rumah kamu." jawabnya sambil melipat tangan di perut. Bola matanya yang berwarna kecoklatan itu."Yaa ampun, dasar manusia nggak punya urat malu, mungkin aku yang lebih jijik mesti be
"Liodra, Hahaha sebelum kamu memberi hadiah lebih dahsyat padaku, bukankah kamu yang lebih dahulu menerima hadiah yang disuguhkan mertua dan iparmu sendiri." jawabnya seraya ikut berdiri."Pergiiii!!!!!""Kamu siapa, berani mengusir Leria seperti itu." mataku beralih ke sumber suara, ibu dan Nini baru saja menyelonong masuk ke dalam rumah."Darimana tua renta ini dan anak bau kencur tahu kontrakanku."Ingat ya, Lio. Kamu itu tidak lebih dari wanita murahan. Ibarat barang ronsokan yang dengan gampang jadi bahan taruhan bagu kaum lelaki." lanjutnya dengan senyum menyengir padaku.Leria, yang tadinya berdiri di depan ku berlari memeluk ibu yang masih berkacak pinggang di depan pintu. Sok mencari perlindungan. Keroyokan seperti anak ababil, nggak ada dewasa-dewasanya."Kamu nggak apa-apa 'kan, Nak?" tanya ibu pada Leria."Enggak, Bu. Hampir saja dia melukaiku, Bu. Tadi dia menamparku.""Iya, Nak?" tanya ibu seakan tidak percaya. Jangkan menampar aku bisa melakukan lebih dari itu bagi siap
"Liodra, Bu." Jawabku sigap."Oh iya, Nak Liodra. Kalau boleh tahu Nak Liodra siapanya perempuan tadi?" Tanya Bu Yeye penuh hati-hati."Aku yang mesti minta maaf, Bu. Sudah membuat keributan di sini tadi. Tapi semua di luar dugaanku. Hmm, maksudnya perempuan yang mana, Bu?" Tanyaku balik untuk memastikan 'kan ada ibu, Nini, dan Leria."Perempuan yang pakai baju warna hitam, Nak.""Yang pakai baju hitam 'kan Nini, kenapa Bu Yeye...? Hmmm..." gumamku dalam hati."Perempuan yang pakai baju hitam tadi Nini namanya, Bu.""Oh, iya Nini. Ibu baru ingat namanya." Sahutnya sigap. "Jadi, Nak Liodra siapanya Nini? Maaf ya ibu hanya memastikan saja." ucapnya memelas, tapi kulihat dari wajahnya ada sesuatu hal entah apa itu."Aku, kakak iparnya Nini, Bu. Istri dan Bendu-abangnya Nini. Hmm, kalau boleh aku tahu. Kenapa ibu, ehm bisa kenal dengan Nini?"Aku semakin penasaran dengan Bu Yeye, dia datang ke rumah demi menanyakan aku siapanya Nini. Kenapa bisa Bu Yeye mengenal Nini, sedangkan kalau diuk
[Dik, Mas nggak pulang. Dipaksa ibu nginap di sini][Kamu hati-hati di rumah][Kalau ada apa-apa kabari Mas secepatnya ya]Begitu isi pesan dari lelaki pecundang itu ketika ponselku berbunyi.'Kan terlihat sekali betapa pecundangnya dia sebagai laki-laki. Bilang saja memang takut menghadapi ku malah pakai alasan segala dipaksa ibu untuk nginap di sana.Tapi feeling ku memberi signal ada sesuatu yang terjadi di sana kalau tidak, mana mungkin dia menginap di rumah ibunya.***"Assalamu'alaikum." Ucapku sembari mengetuk pintu rumah Bu Yeye."Waalaikumsalam" terdengar sahutan salamku dari dalam rumah."Oh, Nak Lio. Silakan masuk, Nak." "Iya, Bu permisi." aku terkesima melihat isi dalam rumah Bu Yeye 'Elegant' satu kata itu cukup menggambarkan betapa takjubnya aku melihat pernak-pernik perabotan yang ada di dalam rumahnya."Silakan duduk, Nak.""Makasih, Bu." aku mengambil posisi duduk bagian ke pinggir dekat pintu masuk "Wah tumben nih main ke rumah saya pagi-pagi?""Begini, Bu. Maaf k
Flashback Awal PerkenalanSebulan dari setelah kejadian di supermarket tersebut dia datang lagi berkunjung ke rumahku.Saat itu hanya ada Mama dan Papa di rumah, sedangkan aku sedang bekerja dan adik-adikku sedang pergi sekolah dan kuliah."Lio, sini duduk dulu." Pinta Mama ketika aku baru sampai di rumah sepulang kerja.Dengan kening mengerut aku pun menuruti perintah Mama, "Kenapa, Ma? Kayaknya serius amat?" ucapku lalu duduk di dekat Mama.Sedangkan Papa ku lihat membaca koran, entah sedang berpura-pura membaca, entah apa. Yang jelas aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan mereka berdua."Lio, tadi ada laki-laki yang meminta kamu pada Mama dan Papa." ujar Mama pelan."Laki-laki Ma?" aku sontak terkejut mendegaru apa yang diucapkan Mama."Iya, namanya Bendu.""Bendu, Ma. Itu bukanny yang nganterin dompet aku waktu itu ya?""Iya, dia orangnya.""Ma, aku belum mau nikah lagi. Masih trauma, sama juga aku belum siap.""Nak, kamu bercerai sudah hampir lima tahun. Menurut Mama nggak ada
"Lalu, gimana kelanjutannya kak?" Tanya Yumna, dia beralih duduk agak mendekat ke posisi dudukku."Intinya Leria mengancam Bendu seminggu yang lalu, katanya jika dalam kurun waktu Bendu-suamiku tidak menikahinya dia akan melakukan sesuatu. Itu yang aku tidak tahu, semacam ada perjanjian antara Bendu, Mertua, Nini, dan Leria."Lalu, kak?""Kemarin Nini, Mertua, dan Leria datang ke rumah kontrakan ku timbullah keributan hingga terdengar oleh Mamah kamu, dan disitu lah kemarin aku dan Mamah kamu mengobrol dan sungguh tidak di sangka kamu kenal dengan Nini dan juga Leria.""Makanya aku pengen sekali tahu soal pribadi Nini yang kamu tahu Yum.""Hmm, benar apa yang dikatakan Mamah jika Nini selalu minjam uang padaku setiap minggunya selama 6 bulan sebelum semuanya terbongkar. Awalnya memang aku percaya saja apa yang dikatakan Nini, tapi setelah ditelusuri juga pada akhirnya baru aku tahu jikalau Nini makai obat terlarang kak...""Haa, apaaaa? Narkoba* maksud kamu, Yum?" Mataku seakan keluar
Flashback, Siapa Sangka💙💙💙Tok... Tok... Tok..."Assalamu'alaikum, Pak." sapa Pak Heru sembari mengetuk pintu ruangan GM."Waalaikumsalam, silakan masuk." sahut Pak GM. Pak Heru pun membuka menekan handle pintu dan membiarkan pintu terbuka lebar."Yuk, mari masuk Bu," ajak Pak Heru. Aku mengikuti langkah pelan dari belakang, ada rasa gugup mungkin sekian bulan off kerja.Ruangan kerja GM lumayan luas, ada meja kerja, ada kursi tamu, dan beberapa lemari berkas. Ku sisir ruangan Pak GM ketika melangkah mendekati meja kerjanya. Berjalan beberapa langkah, kini aku dan Pak Heru tepat berada di depan meja kerja Pak GM, yang berada di dekat kaca jendela, lebih tepatnya kaca jendela berada di sebelah kiri Pak GM."Pak, ini dia karyawan baru yang saya sampaikan di telepon tadi," ujar Pak Heru membuka pembicaraan."Oh, iya, terima kasih. Silakan kembali!" Pak Heru pun meninggalkan ruangan GM tak lupa juga dia menutup pintu."Silakan duduk, saudari Liodra!" suruhnya. Dia tampak membuka berka
Flashback, Bertemu dengan Aryo💙💙💙"Hallo, Assalamualaikum,""Hallo, Waalaikumsalam, Lio. Apa kabar?" tanya seseorang dibalik sana, hanya nomor saja yang muncul di layar handphoneku ketika panggilan masuk yang berdering."Ini, siapa yah?" tanyaku balik."Aryo, Lio. Ingat nggak?"Tentu saja aku ingat, mood ku yang tadinya netral sekarang berubah seketika setelah tahu siapa lelaki yang meneleponku. Dia juga salah satu lelaki yang tak punya hati. "Ngapain kamu nelfon?!" tanyaku ketus."Lio, kebetulan aku lagi di Padang, bisa kita bertemu?""Buat apa?! Buat nambah beban hidupku lagi? Iya?!" tanpa mengontrol bahasa ku menyelekit menjawab permintaan Aryo."Astagfirullah, tidak Lio. Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin memperbaiki semuanya yang terjadi.""Apa? Memperbaiki semuanya? Semua sudah jadi bubur Aryo. Nggak penting juga untukku." suaraku semakin meninggi.Untung saja aku bisa sedikit bersuara keras dikarenakan Pak GM, dengan Ningrum dan juga Aruma sedang tidak berada di tempat. Ni
Flashback, Perceraian yang RumitRongga dadaku terasa sedikit lapang ketika sudah mengutarakan semuanya pada Mama, Papa, dan adik-adikku. Walau tak mudah bagi mereka menerima perlakuan mantan keluarga suamiku. Dan, untuk keluarga besar biarlah seiring berjalan waktu mereka tahu.Tepat dua minggu bercerai secara agama, setelah melengkapi semua berkas yang diperlukan, aku mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama tempat mantan suamiku. Siang ini aku akan melakukan pendaftaran gugatan cerai secara online, untung juga ada wabah begini, jadi aku tak perlu banyak meminta izin tidak masuk kantor. 'Kan nggak etis juga anak baru udah izin terus kerjaannya. Ketika sedang meng-upload beberapa berkas persyaratan, selalu saja banyak notif yang muncul di gawaiku, siapa lagi kalau bukan dari lelaki yang tak punya hati. Dia menerorrorku semenjak keributan di akad nikahnya bersama Leria.Tak sedikit chat yang berisi ancaman, terlebih dia tidak senang atas sikapku yang tak mau tahu ketika ibunya te
Flashback, Pulang Kampung"Assalamu'alaikum, Mama!" panggilku sembari mengetuk pintu rumah. Sabtu kali ini aku memutuskan untuk pulang kampung, sampai saat ini hampir seminggu lamanya Mama dan keluarga ku yang lain belum tahu akan nasib akhir rumah tangga keduaku.Aku sengaja menutupinya, tak etis ku jelaskan lewat sambungan telfon. Pasti juga akan berbeda tanggapan Mama dan keluarga ku yang lainnya. Untung saja hari kerja efektifku hanya dari hari Senin hingga Jumat.Setelah menempuh perjalanan dari kota tempatku bekerja bisa atau kota yang menaruh penuh luka di pernikahan keduaku. Aku menaiki sebuah mobil minibus dan menempuh perjalanan lebih kurang 4 jam untuk sampai di kampung halaman."Waalaikumsalam," terdengar sahutan suara Mama dari dalam rumah. Jantungku berirama dengan tempo nggak karuan, ada rasa gundah, rasa takut, takut penyakit Mama kambuh, dan banyak hal lainnya semua bagai benang kusut dibenakku.Krek..."Masya Allah, kamu pulang, Nak." Spontan Mama memeluk tubuhku, pi
Turun dari angkot lalu melenggang dengan mengatur nafas memasuki gedung Perusahaan Suka Jaya. Hari ini adalah hari pertama ku bekerja tentunya menjadi hari yang bersejarahh setelah beberapa bulan fakum dengan dunia pekerjaan.Rasaku masih campur aduk. Sedih dan rapuh masih terasa tetapi ada kelegaan setelah mengungkap semua kebusukan Bendu, Nini, dan mantan mertuaku. Nini dibawa oleh polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut tentang obat Narkotika jenis sabu yang dia konsumsi dibuktikan dengan beberapa barang bukti yang ditemukan di kamarnya.Doaku buruk, semoga saja dia tidak mendapatkan hak untuk direhabilitasi dan diberikan kurungan jeruji besi seberat-beratnya. Mulutnya yang tidak berbudi membuat pintu maaf ku untuknya tertutup. Sedangkan Bendu secara resmi telah batal menikah dengan Leria, Papanya sangat murka setelah mendengar semua kebusukan calon menantunya itu. Betapa tidak, dengan gamblang aku membongkar hutang piutang Bendu dan juga Papa Leria sudah mendengar dengan je
Aku mendehem, tampak mereka dengan seksama menunggu kata-kata apa yang akan keluar dari mulutku yang selama ini diam membungkam. Untung saja aku masih waras, waras menghadapi orang gila seperti mereka."Sudahlah, tak perlu bermukadimah di sini. Aku hanya butuh talak dari lelaki tak tahu diri seperti kamu yang menjadikan pernikahan sebuah ajang pertaruhan hanya demi uang.""Lio, Mas bisa jelasin semuanya sama kamu, Dik. Mas minta maaf, tapi semuanya bisa Mas jelasin kok. Kamu jangan ngomong gitu. Kasihan calon anak kita, dia tidak salah apa-apa Lio.""Pak Bendu, mending diselesaikan dulu permasalahannya saya masih ada urusan untuk menikahkan pasangan pengantin yang lain, jadi mohon maaf." Pak Penghulu beserta dua orang temannya pun beranjak lalu meninggalkan rumah neraka ini."Pak, pak pak penghulu tunggu sebentar Pak." Leria berlari kecil untuk menahan kepergian Pak Penghulu, tetapi hasilnya nihil."Lio, maafkan Mas, Dik. Mas janji akan menjadi imam yang baik untuk kamu. Semua yang te
"Nggak apa-apa Bu," ujarku berbohong, kuambil satu tarikan nafas, "Bu, sampaikan salamku pada Yumna ya. Aku sungguh merasa terbantu.""Sama-sama, Nak Lio. Ibu juga seadanya membantu kamu. Semoga masalah yang sedang kamu hadapi cepat selesai yah. Nanti ibu sampaikan pada Yumna." Ujar Bu Yeye sembari mengelus-elus pelan pundakku.Tak lama kemudian terdengar suara mobil, aku pun menoleh ke belakang dan sebuah mobil Toyota Avanza berwarna hitam berhenti di depan rumahku, dan membunyikan klaksonnya. "Aku pamit ya Bu." Ucapku sekali lagi."Iya." Jawabnya singkat dengan memberikan senyuman padaku.Aku pun berjalan ke mobil tersebut, belum sempat aku menanyakan untuk memastikan taksi online yang kupesan, lelaki paruh baya itu sudah lebih duluan menyapaku."Dengan Bu Liodra?" tanyanya dari dalam mobil dengan pintu kaca terbuka abis.'Iya, Pak. Saya Liodra. Minta tolong dibantu ambilkan barang-barang di sana Pak."Dengan sigap lelaki berbadan agak kekar itu turun dari mobil dan mengambil semua
Siapa lagi yang menguatkan diriku kalau tidak aku sendiri. Ini hanya soal waktu, aku yakin aku pasti kuat. Bukankah perceraian hampir enam tahun lalu sudah memberi penguatan untukku. Aku tidak akan menyerah bahkan kalah dengan perpegangan yang menurutku sangat murahan ini.🌟🌟🌟Flashback Awal Perkenalan"Ma, kemarin kok nggak bilang kalau Bendu datang ke sini waktu itu sama Aryo." ujarku kesal sama Mama ketika Bendu dan Aryo sudah pulang."Mama lupa Nak. Ya maklum lah kemarin Mama fokusnya pada maksud kedatangan Bendu saja." Jawab Mama mengelak.Ku rapikan gelas bekas pakai Bendu dan Aryo lalu meletakkannya ke dapur."Lio, gimana soal keseriusan Bendu? Apa kamu sudah mempertimbangkannya?" Tanya Mama lekat-lekat menatapku yang mengisyaratkan penuh harap.Aku pun menatap Mama balik, kami yang ketika itu sedang duduk di meja makan, "Ma, bukan aku menutup diri. Tapi sekarang pikiranku belum terfokus untuk menikah." "Iya Lio, tapi sampai kapan Nak.""Sampai aku benar-benar siap, Ma."M
Ku tutup notebook karena tidak ada info terbaru yang kudapatkan dan memutuskan untuk tidur. Tetapi, sudah satu jam aku membaringkan badan. Mengubah posisi tidur, mungkin dalam waktu 5 menit ada 4-6 kali aku merubah posisi tidur. Tetapi sama sekali menemukan posisi yang pas.Mata ini masih enggan terpejam. Pikiranku mengarahkan pada tutur Leria dua hari yang lalu. Soal pertaruhan yang dilakukan oleh lelaki itu. Aku merasakan apa yang diutarakan Leria seperti nyata.Menatap langit-langit kamar, seakan semua ini terasa mimpi bagiku. Pernikahan yang ku arungi seumur jagung ternyata penuh dengan noda dusta. Dan aku mesti sebatang kara menghadapi mereka yang saling bergandengan tangan satu sama lain.Ku tarik kembali semua kejadian yang terekam di memori, mencerna setiap kejadian mulai dari awal bertemu. Rasanya memang ada yang ganjal dari pertemuanku dengan Bendu. Alasan yang pernah dia utarakan sewaktu itu memang aneh, tapi kala itu aku mencoba menepisnya mengingat tak mau terlalu su'udzo