Ilusi yang bertahan hampir dua puluh empat jam sebenarnya hanya berlangsung kurang dari tiga jam di dunia nyata. Ketika dunia ilusi dari si pemilik ilusi dihancurkan oleh Fiona, waktu gadis itu kembali berjalan normal. Kegelapan di hutan yang awalnya diselimuti oleh ilusi semakin gelap, menunjukkan kalau waktu sekarang ini berjalan menuju tengah malam.
Sunyi, tidak ada yang bersuara dari kedua belah pihak, baik Fiona maupun si pemilik ilusi sama-sama memilih untuk diam saat kepingan terakhir dari ilusi hancur dan tak bersisa.
Fiona tersenyum untuk sesaat, menghancurkan ilusi level tujuh membutuhkan energi ekstra, padahal dulunya dia bisa melakukan itu dengan mudah, tetapi tidak dengan sekarang karena gadis itu kini hidup dalam keterbatasan. Rasa penyesalan yang muncul dalam hati Fiona kembali lagi, namun semua itu langsung menghilang setelah dia mengoreksi diri untuk sesaat dan memilih untuk menerima keadaannya yang sekarang.
Gadis itu mengepalkan tangan kanannya. Kekuatan perlahan-lahan akan kembali, Fiona hanya membutuhkan waktu agar semuanya kembali seperti semula.
“Kau menghancurkan ilusiku.” Suara si pemilik ilusi terdengar lagi, kali ini di dalam nadanya terdengar ada emosi penuh ketidakpercayaan, dia merasa kalau apa yang Fiona lakukan tadi adalah mimpi belaka.
“Ketika kau tidak memperbolehkanku untuk keluar dari ilusi, jadi aku tidak memiliki pilihan lain lagi untuk keluar sendiri,” ujar Fiona seraya mengangguk setuju.
Fiona terlihat seperti orang tanpa beban saat menjawab dan menunjukkan fakta yang ada kepada si pemilik ilusi, seolah-olah mematahkan ilusi level tujuh yang memerangkap dirinya tadi adalah pekerjaan sehar-hari yang sudah sering dia lakukan, semua itu bukanlah hal yang sulit.
Bagaimana si pemilik ilusi tidak marah ketika dia melihat Fiona seperti itu? Si pemilik ilusi menganggap Fiona menyepelekan dirinya, merendahkan kekuatannya, dan sama sekali tidak menghargainya. Dia berpikir kalau vampir lemah bertubuh krispi seperti Fiona tidak ada bedanya dengan vampir-vampir sombong yang tidak dia sukai.
Kini si pemilik ilusi menganggap Fiona adalah seorang yang begitu arogan dan bertindak sesuka hatinya. Di matanya, dari dulu seorang vampir selalu arogan dan tidak peduli ada di mana mereka berada, bahkan ketika seorang vampir tidak lebih dari seorang anak kecil berusia lima tahun dan terjebak dalam Hutan Solana yang gelap seperti ini. Mereka tidak akan pernah melupakan arogansi yang sudah mendarah daging dalam tubuh mereka.
“Tidak heran kalau bangsa vampir selalu dibenci, kesombongan mereka menjulang tinggi ke atas langit!” umpat si pemilik ilusi, dia terdengar marah.
Fiona mengedipkan mata, dalam hati bertanya-tanya apakah dia memiliki salah dan mengucapkan sesuatu yang sensitif sampai dirinya mendapatkan umpatan dari si pemilik ilusi dengan nada getir tersebut.
Si pemilik ilusi mengatakan kalau bangsa vampir sombong, apakah ini artinya Fiona yang notabene juga seorang vampir terlihat sama sombongnya di mata si pemilik ilusi?
[Nona, Anda tidak perlu meragukan diri sendiri. Apabila Anda menjadi nomor dua dalam menunjukkan kesombongan, maka tidak ada orang lain yang berani mengaku sebagai nomor satu.]
Sistem 007 mengatakan Fiona sombong, si pemilik ilusi juga berkata demikian, mungkin ucapan keduanya memang benar. Kali ini Fiona kembali melakukan instropeksi diri, mengingat apakah sikapnya sungguh keterlaluan sampai dibilang sombong oleh dua orang pada waktu yang sama.
Ketika Fiona terlarut dalam lamunannya, si pemilik ilusi masih memberikan umpatan-umpatan yang mengatakan kalau bangsa vampir itu selalu berada di tempat terang dengan kesombongan mereka yang tak bisa dinilai dan masih banyak lagi. Semua ucapan yang sebenarnya sangat kasar dan menunjukkan ketidaksukaan dari si pemilik ilusi terhadap bangsa vampir sama sekali tidak Fiona dengarkan, gadis kecil itu sibuk dengan urusannya sendiri.
Melihat Fiona masih diam dan tidak memberikan komentar terhadap opininya, si pemilik ilusi merasa dirinya seperti dipermainkan oleh vampir kecil yang tengil ini. Si pemilik ilusi serasa ingin muntah darah saking kesalnya.
“Apa kau mendengarkan semua perkataanku?!!” tuntut si pemilik ilusi, ucapannya yang keras sukses membuyarkan lamunan Fiona.
Tanpa mengubah ekspresi yang ada di wajah, Fiona secara asal langsung mengangguk setuju, dia tidak membantah apapun yang diucapkan oleh si pemilik ilusi.
“Oke, aku mengerti. Bangsa vampir memang sombong, mereka memiliki sifat buruk dan perangai yang tidak pantas. Kau benar, tidak salah sedikit pun,” sahut Fiona dengan datar.
Si pemilik ilusi mengeluarkan suara dengusan yang penuh akan kepuasan. Kemungkinan besar si pemilik ilusi merasa puas karena Fiona tidak membantah ucapannya dan terlihat patuh, meski sebenarnya gadis itu berkata asal saja. Baik Fiona dan Sistem 007 berpikir kalau si pemilik ilusi sangat mudah merasa puas, bahkan dengan hal kecil saja dia sudah puas.
“Kau membenci bangsa vampir,” ujar Fiona lagi.
Mata tajam gadis itu melihat ke sela-sela pepohonan besar beberapa meter dari posisinya berdiri, di atas tanah terlihat sebuah bayangan besar seperti hewan berkaki empat dan memiliki dua tanduk panjang. Fiona tidak bisa memastikan jenis hewan tersebut, posisinya sangat tersembunyi dan tertutup oleh batang pohon yang besar, ada kemungkinan juga sosok hewan besar tersebut diselimuti oleh ilusi agar orang tidak bisa melihat sosoknya dengan jelas, menyembunyikan keberadaannya.
Apakah hewan berkaki empat dan bertanduk tersebut adalah wujud dari si pemilik ilusi? Tanya Fiona dalam hati.
“Aku tidak bisa mengatakan membenci bangsa vampir, aku hanya tidak menyukai kesombongan mereka. Vampir kecil, apa kau tahu kalau tidak di masa lalu maupun di masa sekarang ini bangsamu bertingkah seolah-olah dunia ini adalah milik mereka. Mereka merasa diri merekalah yang terkuat dan bangsa lainnya harus tunduk di bawah pimpinan mereka. Aku tidak menyukai hal itu,” terang si pemilik ilusi, ucapan penuh cemooh serta kekesalan bercampur menjadi satu, mengungkapkan rasa ketidaksukaannya terhadap bangsa vampir.
Ungkapan kekesalan dari si pemilik ilusi tidak berhenti di sana saja, dia kembali mengucapkan apa yang ada dalam pikirannya mengenai bangsa vampir yang tidak disukainya.
“Selalu menyebut diri mereka paling bangsawan di antara makhluk supernatural lainnya, bahkan bangsa elf yang merupakan pelindung dari alam saja tidak bisa menjadi tandingan bagi mereka. Kesombongan bangsa vampir yang telah bertahan selama 10.000 tahun suatu saat akan menjadi tombak yang akan membinasakan diri mereka sendiri.”
Fiona mendengarkan umpatan dan juga curahan hati dari si pemilik ilusi dengan senyum kalem bertengger di bibir. Informasi penting dia tampung, sementara informasi yang tidak penting akan dia buang, Fiona adalah tipe orang yang selektif dalam menyaring informasi.
Si pemilik ilusi mengungkapkan opininya mengenai bangsa vampir kepada Fiona selama tiga puluh menit tanpa henti, setelah dia puas mencurahkan apa yang ada dalam hatinya, si pemilik ilusi pun kembali diam. Ada rasa canggung yang terlintas di sana, entah karena si pemilik ilusi merasa malu karena sudah mengatakan hal-hal yang mengganggu hatinya kepada orang yang baru dia kenal, atau mungkin karena Fiona yang terlalu sabar mendengarkan dan memilih untuk diam tanpa menyelanya sedikit pun.
“Kau tidak menyukai bangsa vampir, lalu bagaimana denganku?” tanya Fiona setelah jeda lama berlalu di antara mereka. “Aku juga seorang vampir.”
Gadis itu melihat ke arah sang bayangan yang bersembunyi di balik pepohonan besar, bayangan tersebut bergerak ke kanan dan ke kiri untuk menyembunyikan rasa kikuknya setelah sadar akan apa yang dia lakukan tadi. Fiona menundukkan kepala, menyembunyikan senyum miliknya sebelum kemudian mengangkat kepala kembali. Wajah Fiona terlihat tenang dan tidak memperlihatkan ekspresi apapun.
“Aku tidak menyukaimu tetapi juga tidak membencimu. Dibandingkan dengan orang-orang sebangsamu, kau itu jauh lebih menarik untuk dilihat,” jawab si pemilik ilusi. “Meskipun kau bisa mematahkan ilusiku tadi, dimataku kau itu masih seorang vampir kecil yang lemah. Aku sarankan kau tidak pergi ke mana-mana dan memilih untuk tinggal di sini bersamaku.”
Fiona mengedipkan mata, dia mencondongkan kepala ke samping seraya bertanya, “Kenapa?”
“Karena kau lemah!” tandas si pemilik ilusi. “Dengan tubuh kecilmu itu, kau tidak akan bisa bertahan lebih dari lima menit di dalam hutan. Bagaimana, apa kau sudah memutuskan untuk tinggal di sini?”
“Itu tidak bisa kulakukan. Aku ingin pergi ke tengah hutan, jadi aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu.” Fiona menolak tawaran yang juga merupakan bujukan dari si pemilik ilusi.
Bagaimana mungkin Fiona bisa mencari benda yang menghalau kerja Sistem 007 dan keluar dari Hutan Solana kalau dia tidak pergi ke kota yang ada di tengah hutan? Mustahil bagi dirinya untuk tinggal di tempat ini, cita-cita Fiona sebagai seorang ikan asin yang bisa rebahan di mana saja dan kapan saja tidak akan terwujud kalau dia tetap tinggal di Hutan Solana. Fiona mengaku dirinya bukanlah Tarzan yang akan senang tinggal di hutan ataupun di alam liar.
“Tapi di luar sana berbahaya. Ada banyak monster yang akan menerkammu kalau kau keluar dari sini,” tunjuk si pemilik ilusi.
Fiona mengangguk. “Aku tahu di luar sana berbahaya, aku tidak takut dengan monster.”
“Kau itu vampir kecil yang lemah, kau tidak akan bisa melawan mereka!”
Fiona mengangguk lagi lalu berucap, “Iya, aku memang vampir yang lemah. Saking lemahnya aku bisa mematahkan ilusi yang kau buat tadi.”
Si pemilik ilusi marah, dia merasa Fiona mengejek kemampuannya karena tidak bisa membuat ilusi yang kuat untuk memerangkap vampir tengil tersebut.
“Aku tidak peduli padamu lagi, vampir kecil! Kau bisa melakukan sesukamu!!” rajuk si pemilik ilusi.
Fiona berdehem sesaat, kepalan tangan yang menyentuh bibir menyembunyikan senyuman yang masih terpatri di bibir. Ucapan setengah bercanda yang dia lontarkan tersebut membuat si pemilik ilusi di hutan merajuk, ada kalanya Fiona merasa kalau humor yang dia miliki sebenarnya sangat jelek, tidak heran kalau si pemilik ilusi menyebut Fiona sebagai vampir yang memiliki kesombongan tingkat tinggi.
Gadis itu menggeleng kepala, menurunkan tangan setelah dia bisa mengontrol emosinya kembali.
“Aku hanya bercanda, ilusimu sangat kuat dan aku tadi juga memiliki kesulitan saat mematahkannya,” rayu Fiona dengan nada lembut.
“Hmmph!!”
“Oke, di sini aku yang salah,” kata Fiona lagi. “Aku harus segera pergi sekarang. Ada sebuah hal yang ingin aku cek di tengah hutan untuk memastikan sesuatu, terima kasih karena sudah membantuku sebelumnya.”
Yang dilakukan oleh si pemilik ilusi lebih dari sekedar membantu Fiona. Lupakan saja ilusi yang memerangkap Fiona tadi, si pemilik ilusi secara tidak langsung telah memberi tahu Fiona mengenai beberapa informasi mengenai Hutan Solana dan juga keberadaan kota di tengah hutan yang sebelumnya tidak dia ketahui. Dengan begini Fiona memiliki tujuan yang jelas, dia ingin pergi ke arah kota misterius yang terletak di tengah hutan.
Melihat si pemilik ilusi tidak lagi memberinya tanggapan, Fiona hanya bisa tersenyum pasrah. Dia tahu kalau si pemilik ilusi masih ada di sana, namun si pemilik ilusi yang masih merajuk akibat ucapan yang Fiona lontarkan tidak peduli terhadap dirinya lagi.
Karena Fiona tidak ingin membuang banyak waktu lagi, setelah dia menampilkan peta hutan melalui layar hologram, Fiona pun beranjak dari tempat itu untuk memulai perjalanannya. Sebelum Fiona benar-benar keluar dari tempat itu, dia merasakan aura yang berasal dari si pemilik ilusi menyentuhnya, membuat langkah kaki Fiona terhenti.
“Kau bersikeras untuk tetap pergi ke dunia luar meskipun aku sudah memberi tahumu mengenai banyaknya monster yang menunggu tempat ini. Aku tidak mau tahu lagi kalau kau tidak bisa hidup nantinya,” sahut si pemilik ilusi.
Bibir Fiona kembali membentuk sebuah senyum kecil, dia menoleh ke belakang seraya mengangguk ke arah bayangan yang masih bisa Fiona lihat dari balik pepohonan.
“Jangan khawatir, apabila ada kesempatan nanti aku akan mengunjungimu ke sini,” balas Fiona sebelum kemudian dia melanjutkan perjalanan.
Fiona tidak menoleh ke belakang lagi, perjalanannya keluar dari dalam hutan penuh ilusi diikuti oleh desahan kecil penuh lelah dari si pemilik ilusi. Lima belas menit kemudian, Fiona yang tidak lagi merasakan aura unik dari si pemilik ilusi pun dapat menyimpulkan kalau dia sudah keluar dari area hutan penuh ilusi yang memerangkapnya.
Koordinat lokasi Fiona sekarang ini berjalan menuju ke arah tengah hutan, dia berjalan lurus ke utara, area abu-abu yang sebelumnya tidak terdeteksi dalam peta pun kini mulai tergambar dalam peta. Karena cahaya bulan dari atas sana tidak bisa terlihat akibat terhalang oleh pepohonan raksasa yang tumbuh di Hutan Solana, kegelapan yang begitu pekat menyelubungi area tempat yang Fiona lalui.
Dalam kegelapan itu Fiona masih berjalan ke utara, dia menghindari beberapa pohon serta akar yang menjulang di atas tanah. Walaupun Fiona bisa melihat dalam gelap, kegelapan yang seperti ini membuatnya tidak terbiasa, ada kalanya dia merasa sedikit tidak nyaman.
“Kurasa aku masih memiliki lentera yang kusimpan dalam tas portable,” kata Fiona, dia baru ingat akan hal itu.
[Apa Anda ingin menggunakan lentera tersebut, Nona?]
“Tentu saja. Tempat ini sangat gelap dan sedikit tidak nyaman tanpa adanya cahaya. Walaupun aku khawatir cahaya dari lentera bisa menarik perhatian monster yang menghuni hutan untuk datang mendekat, aku mengambil risiko itu.”
Fiona mengambil sebuah lentera dari dalam tas portable miliknya, setelah itu dia juga mengambil sebuah kristal berbentuk lonjong dan sebesar telur ayam dengan permukaan halus. Batu kristal yang Fiona ambil dari tas portable berwarna oranye keemasan, aura sihir yang kuat dapat dirasakan berasal dari batu sebesar telur ayam itu.
Kristal tersebut adalah kristal Mana level tinggi, sebuah kristal yang terbentuk dari pengkristalan Mana secara alami di alam. Fiona menemukan sebuah tambang kristal Mana di dunia Infinity dan menanam akar tambang tersebut dalam sistem HOME, beberapa hasil tambang seperti kristal Mana akan Fiona simpan dalam tas portable dan bisa dia gunakan nantinya.
Lentera yang Fiona ambil menggunakan kristal Mana untuk menghidupkan cahayanya, sehingga saat Fiona memasukkan benda tersebut ke dalam lentera, lentera itu mengeluarkan cahaya berwarna oranye keemasan layaknya lentera pada umumnya. Bedanya dengan lentera biasa, lentera yang Fiona gunakan menghasilkan cahaya yang cukup terang layaknya lampu neon di era modern dan juga tidak takut akan padam ketika angin keras meniupnya.
Saat lentera yang Fiona pegang mengeluarkan cahaya, kegelapan dalam radius satu meter di sekelilingnya pun sirna, Fiona bisa melihat apa yang ada di sana dengan jelas tanpa memerlukan penglihatan super milik vampir.
“Ingatkan aku apabila ada monster berbahaya yang mendekat, Zero!” pinta Fiona.
Dengan lentera yang menerangi perjalanan, Fiona berjalan terus mengikuti peta hologram yang Sistem 007 berikan padanya. Di sepanjang perjalanan Fiona merasakan beberapa aura yang berasal dari monster yang menghuni hutan tersebut, namun tidak sekali pun monster yang ada di sana menyerang Fiona, dan adapun beberapa monster yang memperhatikan Fiona, mereka hanya sekedar memperhatikannya sebelum menghiraukan Fiona kemudian.
Dalam peta koordinat yang dia miliki, Fiona juga melihat beberapa titik yang menggambarkan letak monster dalam hutan, si pemilik ilusi tidak berbohong padanya kalau Hutan Solana dihuni oleh para monster yang ikut tersegel bersamanya. Fiona merasa beruntung karena monster yang berpapasan dengannya tidak menaruh perhatian lebih kepada Fiona, sehingga pertumpahan darah di tempat itu bisa dihindari.
[Monster di tempat ini mengalami mutasi setelah terkurung selama ribuan tahun. Sistem ini mengambil data beberapa pohon raksasa yang tumbuh di Hutan Solana. Dari data yang telah diambil, sistem ini dapat memprediksi kalau usia beberapa pohon yang ada di tempat ini berada dalam rentang 12.000 – 7.000 tahun.]
“12.000 tahun? Usia Hutan Solana jauh lebih tua dari Kerajaan Imperial Romania, tidak heran kalau monster yang menghuni hutan ini mengalami mutasi dan menjadi monster raksasa yang buas,” sahut Fiona.
Beberapa akar yang menjulang di atas tanah memiliki ukuran yang besarnya lima kali lipat ukuran paha Fiona. Sebuah pohon yang bisa tumbuh sebesar ini dengan akar yang menjulang tersebut tidak berusia muda lagi, tidak heran kalau langit-langit hutan hampir tertutup oleh rindangnya daun pepohonan di atas sana.
Fiona memperhatikan peta hologram mengenai koordinat area yang dia lalui, semakin jauh Fiona berjalan, maka semakin luas area hutan yang kini terbaca oleh Sistem 007. Kurang dari lima kilometer di depan sana Fiona bisa melihat sebuah sungai membentang luas, sungai tersebut melintang dengan ujung-ujungnya masih tertutup oleh area abu-abu dalam peta hologram.
“Kota misterius yang tersegel di tengah hutan sepertinya dikelilingi oleh sungai besar di depan sana. Aku penasaran apakah kita bisa menemukan benda yang menyegel Hutan Solana di tempat itu,” kata Fiona lagi.
Sistem 007 tidak memberikan komentar apapun di sini, Fiona sendiri juga tidak terlalu memikirkannya. Gadis itu hanya ingin mengungkapkan opininya agar perjalanannya menuju kota misterius di tengah hutan tidak membosankan karena sedari tadi yang dia lihat dalam perjalanan hanyalah beberapa monster kecil dan juga pohon di mana-mana.
Ketika Fiona berpikir perjalanan tersebut akan menjadi hal yang membosankan, tiba-tiba saja pemandangan di depan mata Fiona berubah menjadi merah dengan kotak dialog bertuliskan ‘Perhatian’ tertulis di sana.
[Perhatian, sebuah monster yang sangat berbahaya muncul dua kilometer dari host. Disarankan host segera meninggalkan tempat ini dan bersembunyi!!]
Peringatan dari Sistem 007 terdengar beberapa kali di telinga Fiona, sang sistem memberi peringatan kalau dia berada dalam zona berbahaya di mana seekor monster berbahaya yang kemungkinan besar tidak bisa Fiona lawan muncul. Sistem 007 menyarankan Fiona untuk pergi dan bersembunyi, namun kurang dari lima kilometer di depan sana ada sungai besar yang membentang dan di seberang sungai adalah lokasi di mana kota misterius berada.
Tanpa berpikir panjang lagi Fiona segera berlari ke utara, di mana sungai yang tadi dia tuju berada. Ketika Fiona berlari, tidak sekali maupun dua kali gadis itu mendengar suara monyet yang tengah berlarian di atas pohon terdengar panik, monster berbentuk monyet yang berlarian di atas pohon terlihat kabur dari sesuatu yang datang mendekat. Tidak hanya monyet-monyet itu saja yang terlihat panik, beberapa monster kecil pun juga melakukan hal yang sama.
Melihat kepanikan yang para monster itu miliki, Fiona pun semakin memacu kecepatannya untuk berlari, terlebih lagi peringatan Sistem 007 masih berdering di telinga gadis itu. Bahaya belum berlalu. Sebaliknya, bahaya tersebut semakin mendekat.
[Perhatian, monster berbahaya berjarak satu kilometer dari posisi host!]
Ketika peringatan tersebut terdengar, pada saat yang sama Fiona merasakan sebuah getaran hebat berasal dari dalam hutan di belakangnya. Getaran tersebut berubah menjadi goncangan besar dan membuat Fiona yang tengah berlari hampir terjungkal ke depan. Sepertinya monster yang tengah menuju kemari ukurannya sangat besar, dan besarnya ukuran tubuh monster itu tidak berpengaruh pada kecepatannya untuk bergerak.
[Perhatian, monster berbahaya berjarak kurang dari dua ratus meter dari posisi host!]
Tidak sempat! Umpat Fiona dalam hati.
Jarak Fiona dengan sungai yang ada di depan kurang dari tiga kilometer lagi, sementara monster yang ada di belakang sana posisinya kurang dari dua ratus meter lagi.
Ketika gadis itu menoleh ke belakang, dia melihat seekor ular kobra raksasa bergerak dengan begitu cepat mengejar Fiona. Tubuh ular kobra tersebut memiliki panjang lebih dari lima puluh meter dengan diameter sebesar delapan meter, lidah ular tersebut terjulur ke depan, sang monster mengikuti pergerakan Fiona dan mengejar gadis itu dari belakang.
Penglihatan seekor ular tidak terlalu baik, mereka mengandalkan bau dari benda sekitar untuk bisa mengenali mangsanya. Fiona yang tidak ingin menjadi makanan ular kobra raksasa tersebut pada akhirnya melompat ke samping dan menghindar saat sang monster mematuk dari belakang dengan mulut menyeramkannya yang terbuka lebar, monster ular kobra itu siap menerkam Fiona dan akan berhasil apabila Fiona tidak menghindarinya dengan cepat.
Tubuh besar sang monster melewati Fiona, namun monster tersebut berbalik arah ketika dia tidak mendapatkan mangsa kecil yang sudah incar sejak tadi. Desisan mengerikan keluar dari bibir monster ular kobra lagi, monster itu melilitkan tubuhnya pada sebuah batang pohon raksasa sebelum menyemburkan bisa beracun ke arah Fiona.
Fiona mengambil beberapa langkah ke belakang dengan gerakan memutar, dia melompat begitu lincah layaknya seekor tupai ke atas sebuah dahan pohon. Cahaya dari lentera yang Fiona pegang berpendar sesaat, cahayanya membuat pergerakan layaknya sinar laser yang terus mengikuti pergerakan Fiona.
Ketika bisa beracun yang ular itu semburkan mengenai batang kokoh sebuah pohon, batang tersebut langsung melepuh dan mengeluarkan asap layaknya sebuah kulit yang disiram menggunakan cairan asam kuat, detik berikutnya bagian batang pohon yang terkena bisa beracun hancur.
Fiona bisa melihat betapa berbahayanya racun milik ular kobra raksasa itu, batang pohon berusia ribuan tahun langsung melepuh dan hancur ketika bisa beracun tersebut mengenainya. Fiona dapat membayangkan apa yang terjadi apabila bisa beracun ular itu mengenai tubuhnya, mungkin jiwa gadis kecil itu akan ikut melayang seperti batang pohon yang hancur.
Melihat mangsanya menghindari serangan yang ular itu berikan dan vampir kecil itu tidak mau patuh untuk diam di tempat, sang monster ular kobra itu mendesis penuh kesal. Monster raksasa itu melesat ke arah Fiona dengan mulut yang ternganga lebar, memperlihatkan sepasang taring tajam sang monster yang dipenuhi oleh bisa beracun. Semua itu terlihat sangat menyeramkan.
BAAAM….
Suara dentuman yang keras pun terdengar, bersamaan dengan itu goncangan yang besar juga dirasakan dan membuat permukaan tanah bergejolak, membuat tempat itu menjadi kurang stabil. Fiona mengandalkan reflek dan juga kecepatan yang dia miliki untuk menghindar dari serangan sang monster ular kobra yang masih tidak ingin melepaskannya.
Mulut ular raksasa menerkam dahan pohon tempat Fiona berpijak tadi, sementara itu Fiona sendiri yang melompat untuk menghindar dari terkaman sang monster kini mendarat di atas kepala lebar monster ular kobra tersebut. Fiona tidak berhenti di sana, gadis itu lalu melesat menuruni tubuh panjang sang monster sebelum kemudian melompat lagi ke udara, dia berpijak di atas tanah sepuluh meter di belakang tubuh raksasa sang monster ular kobra.
“Ssstt….” Desisan keras yang terdengar sangat mengerikan keluar dari mulut besar sang monster ular kobra. Monster itu merasa marah karena Fiona terus menghindari semua serangannya.
Di lain pihak, Fiona sendiri mengawasi pergerakan sang monster ular kobra, tidak sekali pun Fiona menurunkan kewaspadaannya. Ketika sang monster menyerang, Fiona akan menghindar, dan tindakan kejar-kejaran di antara keduanya pun terus berlangsung.
Fiona yang seorang vampir dan juga mantan pemain dunia Infinity memiliki energi yang tidak bisa dibandingkan dengan manusia normal pada umumnya, permainan kejar-kejaran layaknya kucing dan tikus di antara Fiona dengan monster ular kobra berlangsung hampir sepuluh menit lamanya. Gadis itu mundur ke belakang, punggungnya yang bertemu langsung dengan sebuah batang pohon di belakang sana membuat Fiona berhenti, dia terjebak di antara pohon besar dan monster ular kobra yang berada kurang dari dua meter di hadapannya.
“Ssshh…”
Lidah panjang sang monster ular menjulur, desisan yang penuh ancaman keluar, sang monster ular bertubuh raksasa di depan Fiona melihat mangsanya terpojok dan kelihatannya tidak bisa bergerak. Melihat hal itu tentu saja sang monster ular kobra merasa senang, dia akan menelan vampir kecil yang begitu licik ini dengan sekali lahap, biarkan si vampir kecil berteman dengan perutnya dan menjadi makan malam si monster ular kobra.
Mulut mengerikan sang monster terbuka begitu lebar, kedua taring panjang dan besarnya meneteskan bisa beracun. Tanpa memberi kesempatan bagi Fiona untuk mengambil napas dan menghindar lagi, sang monster ular kobra dengan tubuh besarnya bergerak cepat ke arah Fiona dengan mulut yang menganga lebar.
Terlambat, Fiona tidak bisa menghindar lagi, apakah ini akan menjadi hal terakhir untuk dia lihat sebelum dirinya menjadi makanan monster ular kobra raksasa itu?
BLAM….
DUAG….
Suara hantaman yang sangat keras terdengar, diikuti oleh debu tebal yang menutupi jarak pandang. Apa yang terjadi di sana?
Debu beterbangan di mana-mana, menutupi jarak pandang orang untuk bisa melihat akan apa yang terjadi di sana. Hantaman yang begitu keras dari monster ular kobra membuat tanah tercongkel dalam ukuran yang besar, bahkan sebuah pohon raksasa yang terkena hantaman itu ikut tumbang dan kembali menimbulkan getaran yang hebat.Para monster yang jauh lebih lemah dari monster ular kobra ini sudah mengungsi sejak lama, meski demikian mereka yang tengah bersembunyi tersebut tidak berani menampakkan diri, takut kalau atensi dari si monster raksasa itu akan beralih kepada mereka.“SSHAHAHAHA….” Desisan super keras dari monster ular kobra terdengar, suaranya yang menyeramkan sekaligus memekakkan telinga itu semakin membuat orang yang mendengarnya menjadi takut.Ketika debu yang menyelimuti tempat itu menipis, hal pertama yang terlihat adalah sosok besar dari monster ular kobra. Lidah yang terjulur dari mulut monster itu bergerak terus, mengisyaratkan ketidakpuasan beserta kemarahan yang dia miliki.
BYUUR….Tubuh Fiona jatuh ke sungai, pergantian tempat dari atas sungai ke dalam sungai membuat Fiona sedikit sulit untuk beradaptasi. Tubuh gadis kecil itu semakin tenggelam ke bawah, dia merasa seperti ada sesuatu yang membuatnya untuk tidak bisa keluar dari dalam sungai walaupun Fiona mencoba untuk menggerakkan kedua tangan dan kaki, berusaha untuk keluar dari dalam sungai.Fiona membuka kedua mata, tubuhnya melayang dalam sungai, dia melihat pemandangan yang ada di air dan pada akhirnya Fiona mengerti mengapa dia merasa tubuhnya serasa tertarik ke bawah, tidak bisa keluar dari dalam sana. Tidak ada yang menyangka kalau sungai besar yang membentang di Hutan Solana memiliki aura yang sangat ganas, begitu berbeda dengan aura di hutan yang begitu kalem meskipun bagian hutan banyak dihuni oleh monster yang liar dan buas.Aura ganas adalah sebuah aura yang sangat berbahaya, aura tersebut muncul di tempat-tempat yang telah lama terpapar oleh darah dan kebrutalan yang menyebabkan kenegati
Bayangan hitam yang menyelimuti si pemanah misterius dari balik hutan memudar ketika si pemanah berjalan keluar dari dalam hutan. Langkahnya terdengar begitu tenang, lebih ke arah santai, dengan degup jantung yang terdengar begitu lambat dari jantungnya, seolah-olah kekuatan yang dia berikan ke anak panah yang dia tembakkan tadi bukanlah hal yang besar.Si pemanah adalah seorang wanita yang terlihat berada di awal usia dua puluh tahunan dengan tinggi tubuh sekitar 170 cm. Wanita muda itu memiliki warna kulit yang sehat, yaitu sedikit kecoklatan, dan rambut sebahu yang diikat menggunakan sebuah pita berwarna merah. Paras wanita muda itu cantik dan juga tampan pada saat yang sama, terutama pada area alisnya yang memiliki aksen heroik dan juga bibir ranumnya yang berwarna merah muda pucat.Wanita muda itu mengenakan pakaian berburu dengan dalaman berlengan pendek dan berwarna putih, di area luar tubuhnya dibalut oleh korset yang terbuat dari kulit berwarna hitam dan tali suspender yang d
Malam hari di Hutan Solana sama sekali tidak ada bedanya dengan waktu di siang hari. Cahaya matahari terhalang oleh rumpunnya dedaunan yang tumbuh pada pohon-pohon raksasa yang ada di hutan, sehingga minimnya pencahayaan tersebut membuat situasi di Hutan Solana selalu tampak suram sepanjang hari. Awalnya Fiona berpikir kalau situasi seperti ini akan sama di area tempat tinggal Deniz yang tersembunyi tersebut.Pondok kayu yang menjadi tempat tinggal Deniz dibangun di sebuah tempat yang dihubungkan oleh gua besar yang ada di puncak. Tempat ini sangat terpencil dan memiliki situasi yang benar-benar berbeda bila dibandingkan dengan area lainnya yang ada di Hutan Solana. Di sana masih ada pohon-pohon besar yang tumbuh, namun semua itu hanya sekedar mengelilingi tempat tersebut, Fiona masih bisa melihat langit dengan jelas dari tempat itu.Setelah membersihkan diri dan berendam dalam air hangat hampir satu jam lamanya, Fiona serasa terlahir kembali. Kemampuan regenerasi seorang vampir sanga
Setelah melakukan diskusi untuk membuat rencana baru, akhirnya Fiona dan Deniz pun memutuskan untuk pergi ke kota tersembunyi yang ada di tengah Hutan Solana untuk mencari pusat dari segel yang menyelimuti hutan ini. Meskipun mereka berdua belum yakin apakah segel Hutan Solana bisa mereka patahkan dan apakah benda yang Fiona cari ada di kota tersembunyi, keduanya merasa tidak ada salahnya untuk mencoba. Deniz yang telah tinggal dalam hutan ini selama lima ratus tahun cukup mengenal Hutan Solana dengan baik, dia juga memiliki sedikit informasi mengenai kota tersembunyi yang nantinya mereka kunjungi tersebut walaupun tidak terlalu banyak. Deniz belum pernah mengunjungi kota tersembunyi, jalur yang dituju sangat sulit dan dari pengetahuannya kota tersebut merupakan markas dari manusia serigala yang lolongannya mereka dengar kemarin malam. Manusia serigala adalah lawan yang sepadan dengan bangsa vampir, keduanya tidak pernah akur dan selalu berperang sejak zaman dahulu kala, sehingga mas
Sebagai senjata kelas dewa, Sayap Lucifer milik Fiona mempunyai banyak fungsi baik itu dalam pertarungan dan juga pertahanan, bahkan senjata ini juga memiliki aestetik yang begitu bagus serta dapat digunakan sebagai alat transportasi. Sejak Fiona mendapatkan Sayap Lucifer, benda ini menjadi favoritnya dan sering dia gunakan kapan saja di dunia Infinity. Karena saking seringnya Fiona menggunakan Sayap Lucifer, banyak lawannya yang memberikan julukan kepada Fiona sebagai fallen archangel dalam forum pemain, bahkan tidak jarang dari mereka yang menyebut gadis itu sebagai malaikat maut karena kebrutalannya dalam menghancurkan lawan-lawannya.Setelah menggunakan Sayap Lucifer, kecepatan Fiona mengikuti jalur biru dalam peta untuk menemukan jalan masuk menuju kota bawah tanah semakin meningkat. Gadis itu menyuruh Sistem 007 untuk memberikan titik sebagai penanda pintu masuk pada peta yang ada, setelah Fiona mendapatkan lokasi yang dimaksud dia pun segera bergegas menuju ke tempat itu.Jarak
Lubang misterius yang tersembunyi di bawah patung Fenrir memiliki kedalaman sekitar sepuluh meter ke bawah, di sana tidak ada cahaya apapun sehingga saat Fiona terjun ke dalam dia tidak bisa melihat sesuatu, sekalipun dengan penglihatan vampir miliknya. Ketika Fiona mendarat di dasar tempat itu, gadis itu mengangkat wajah ke atas untuk melihat ke arah ujung lubang yang ada di sana, namun dia masih tidak melihat apapun, Fiona memiliki firasat kalau pintu lubang yang ada di atas tertutup begitu dirinya terjun ke bawah.Dalam hati Fiona berpikir apakah dia harus terbang ke atas dan keluar dari tempat ini, namun dia berubah pikiran lagi mengingat tujuan utama mengapa dirinya pergi ke sini.Walaupun kesadaran dunia sama sekali tidak bisa diandalkan dan dia juga sudah menipu Fiona sebanyak 10.000 kristal Mana, informasi yang diberikan oleh kesadaran dunia bukanlah informasi yang salah, hanya Fiona mendapatkan setengahnya saja dan dia harus mengandalkan diri sendiri untuk mencari setengahnya
Peta hologram menunjukkan banyak percabangan di setiap jalan yang dituju memang tidak main-main, beberapa kali Fiona yang akan memilih jalan dia akan dihadapkan dengan tiga atau lebih pilihan jalur yang ada, dan setiap jalur yang dipilih akan memiliki beberapa kemungkinan seperti jalan tersebut adalah jalan buntu, jalan memutar, jalan yang dipenuhi jebakan, dan lain sebagainya. Meskipun perjalanannya tidak mudah, Fiona merasa dirinya sangat beruntung karena memiliki peta hologram yang menggambarkan area bawah tanah tersebut, sehingga dia bisa sampai di area terluar atau lapisan pertama labirin dengan selamat.Lapisan pertama labirin adalah lapisan terluar dari tiga lapisan yang ada untuk menuju area pusat labirin di mana ‘harta karun’ yang kesadaran dunia maksud berada. Meski dinamakan sebagai lapisan pertama labirin, tempat itu tidak sedikit berbahayanya seperti dua lapisan terdalamnya, dan untuk masuk ke dalam lapisan ini Fiona juga akan dihadapkan dengan labirin lainnya pula.Dalam
Ketika Fiona membuka kedua matanya, hal pertama yang dia lihat adalah sosok Ares yang tertidur tepat di sampingnya. Mereka berdua ada di kamarnya, berbaring bersama di atas tempat tidur dengan posisi saling berhadapan satu sama lainnya. Kedua mata Fiona menatap wajah tertidur Ares dengan seksama, ekspresi pemuda ini kehilangan ketajaman serta aura dinginnya ketika dia tengah tidur, begitu berbeda saat pemuda ini terbangun. Meskipun demikian, Fiona harus mengakui kalau sosok Ares yang seperti ini sangat menarik, terkesan lugu dan juga lembut pada saat yang sama. Tanpa Fiona sadari, kedua matanya yang tengah menatap Ares melembut. Jemari Fiona membelai pipi mulus milik sang pemuda yang masih tertidur itu, tidak sekali maupun dua kali dia juga memainkan helaian halus rambut sang pemuda yang ada di sampingnya. Fiona masih bergeming di tempat dengan ekspresi yang kalem walaupun Ares membuka matanya, menatap sosoknya untuk sesaat. Tidak ada rasa malu ataupun canggung di antara mereka ber
Kondisi Zack tidak lekas membaik setelah Fiona membawanya kembali ke vila tempat gadis itu tinggal. Sistem 007 dengan database yang dimilikinya juga tidak menemukan solusi untuk mengatasi masalah Zack, termasuk Fiona sendiri juga tidak bisa melakukan apa-apa.Setelah dua jam berlalu, kondisi Zack bertambah parah. Beberapa kali jantung anak itu berhenti berdetak, kalau bukan karena bantuan Fiona yang menginput Mana ke tubuh Zack maka anak itu pasti sudah mati dalam dua jam terakhir ini. Menggunakan Mana untuk menyuport vitalitas Zack bukanlah penyelesaian yang sebenarnya, hal ini hanya bisa menunda waktu kematian Zack sebentar saja, tidak mengatasi akar permasalahan yang ada.Fiona baru merasa lega ketika Ares kembali ke vila dan melihatnya. Gadis itu langsung menarik Ares untuk memeriksa kondisi Zack. Harapan satu-satunya adalah Ares, seorang progenitor vampir yang memiliki banyak pengalaman di dunia ini.“Bagaimana?” tanya Fiona.Gadis itu berdiri di samping Ares yang tengah memeriks
Beratus-ratus batu kristal dengan ujung runcing melesat ke arah Fiona dengan kecepatan tinggi. Mereka terlihat mengancam dan bisa menembus apapun dengan mudah, bahkan baja yang begitu tebal. Apabila seseorang terkena serangan itu, bisa dibayangkan apa yang terjadi dengan orang tersebut, kemungkinan besar mereka akan langsung masuk dalam gerbang maut dan tidak bisa kembali lagi.Serangan yang Amelia lemparkan terlihat begitu mengancam, sayangnya serangan tersebut terhalang oleh sihir pelindung yang Fiona pasang ketika Amelia melakukan serangannya.Ratusan batu kristal berujung runcing menabrak selubung tidak kasat mata, mereka hancur lebur dan berubah menjadi abu ketika bertemu langsung dengan permukaan selubung tersebut.Ekspresi Amelia berubah, apa yang terjadi barusan pernah wanita itu lihat sebelumnya, tepatnya ketika Amelia berusaha membunuh Fiona setelah gadis itu dia lahirkan lebih dari seratus tahun yang lalu. Ada perasaan takut yang menggerogoti hati Amelia. Batu kristalnya te
Tokoh laki-laki kedua yang ditulis dalam plot dunia bernama Zack Ernest, seorang pemburu vampir yang memiliki dendam dan kebencian kepada bangsa vampir. Kedua orang tua Zack mati di tangan seorang vampir berdarah murni yang mengamuk ketika Zack berusia lima tahun, kejadian itulah yang menjadi awal mula tragedi dalam hidup Zack dan mengubah hidupnya menjadi seorang tokoh laki-laki kedua yang pendendam dalam plot dunia.Fiona tidak bisa membayangkan sosok yang suram dan juga tidak pernah tersenyum dalam plot dunia disandingkan dengan anak laki-laki berusia lima tahun yang beberapa waktu lalu bertemu dengannya. Dalam ingatan Fiona, Zack adalah seorang anak yang lugu dan sedikit ceroboh, dia ceria serta memiliki keoptimisan yang begitu tinggi.Sesuatu yang bisa mengubah sifat orang dari yang ceria menjadi suram tidak bisa dikatakan sangat ringan, dan malam ini adalah awal pula petaka yang akan hadir dalam hidup Zack.Dalam penilaian Fiona, kesadaran dunia sedikit memiliki temperamental ya
Angin malam berhembus, menyapu tempat yang bernama taman rahasia dan juga menjadi saksi bisu dari pertemuan dua vampir berdarah murni yang tidak diguga-duga.Si pemuda misterius tertawa kecil. Suaranya tidak terlalu kencang, namun saat suara tersebut terdengar pada tempat sunyi seperti taman rahasia, hasilnya adalah sebaliknya. Suara tawa si pemuda misterius menjadi lebih kencang, tetapi hal itu gagal untuk melumerkan situasi yang ada di sana.Fiona yang masih bersandar pada batang pohon menghela napas untuk sesaat, merasa sedikit lelah. Pemuda misterius ini rupanya jauh lebih kuat dari apa yang Fiona pikirkan sebelumnya, dia bisa merasakan keberadaan gadis itu meskipun Fiona sudah menggunakan selubung pelindung yang Sistem 007 produksi.Melihat fungsi selubung pelindung tersebut tidak mendapatkan hasil yang diinginkan, Fiona pun menghilangkan selubung pelindung dari tubuhnya. Tidak lama kemudian, aura kuat yang tidak terbendung dari tubuh Fiona pun langsung keluar, menjalar ke mana-m
Mansion besar milik Keluarga Halliwel sudah berdiri sejak 2000 tahun yang lalu. Tempat ini memiliki model arsitektur renaissance modern yang mengingatkan Fiona akan rumah-rumah besar di Perancis pada awal abad ke-18. Mansion ini pula yang menjadi tempat tinggal Fiona hampir seratus tahun lamanya sebelum dia memutuskan untuk pindah.Fiona sangat mengenal setiap sisi dari mansion besar ini, oleh karena itu dia tidak memiliki kesulitan untuk pergi ke taman bunga yang terletak di sisi kanan bangunan sendirian. Setibanya di taman bunga, Fiona yang mendapat bantuan dari Sistem 007 untuk menyembunyikan auranya menghindari area pesta yang dikerumuni oleh vampir muda di sana. Fiona berjalan lurus menuju ke sebuah area yang tersembunyi dari pandangan orang-orang yang berkerumun di tempat itu.Area yang Fiona tuju letaknya sangat tersembunyi, berada di jantung taman dan hanya diketahui oleh Liam dan juga Fiona tanpa sengaja waktu dia tinggal di mansion ini. Tempat itu Fiona namakan sebagai taman
Pesta yang awalnya begitu semarak dan dihadiri oleh tamu yang tengah bersosialisasi pun mendadak menjadi sunyi senyap. Musik berhenti dimainkan, begitu pula dengan pemandangan pasangan yang tengah menari di lantai dansa. Para tamu yang tadinya bercengkerama langsung diam, aura yang begitu kuat dan berasal dari vampir berdarah murni membuat mereka ingin bersujud di atas lantai. Kaki mereka bergetar, jantung berdetak dengan cepat, dan sebuah antisipasi muncul dalam hati. Melihat kehadiran Raja Spades yang hampir tidak pernah terlihat di mata publik, para vampir yang berada dalam kelas di bawah vampir berdarah murni langsung bersujud. Raja Spades adalah satu dari empat raja yang menjadi pilar dunia, dan Raja Spades juga merupakan raja keempat yang mendapatkan Dominion paling akhir serta informasi mengenai dirinya juga sangat terbatas. Orang-orang mengetahui kalau Fiona Tylbur yang menjadi Raja Spades tersebut tidak membentuk sebuah fraksi seperti ketiga raja lainnya. Gadis itu menghirau
Suasana dalam kereta kuda yang tengah berjalan tersebut terasa begitu serius, ada sedikit ketegangan seperti sebuah misteri yang tengah berlangsung akan mendapatkan kunci jawaban untuk memecahkannya. Perasaan Fiona juga tidak jauh berbeda dengan hal itu, dia menatap Ares yang duduk di sampingnya dengan sepasang mata lavender yang terlihat begitu serius.Dominion lain ada di alun-alun Kota Briarland, tepat di sampingnya waktu itu. Informasi yang dibawa Ares sangat mencengangkan, dan yang lebih mengejutkan lagi adalah Ares bisa merasakannya dengan mudah padahal pemuda itu berasal dari fraksi Dominion yang berbeda. Apabila Fiona berada dalam posisi yang sama dengan Ares dan dia juga memfokuskan perhatiannya saat itu, Fiona sedikit ragu kalau dirinya bisa mendeteksi keberadaan anggota fraksi Dominion lain kecuali mereka yang berasal dari Dominion Spades.“Bagaimana kau bisa merasakannya?” tanya Fiona.Apakah merasakan aura fraksi Dominion lainnya bisa dilatih? Apabila jawabannya adalah po
Nama dari heroine yang ditulis dalam plot dunia adalah Celine Halliwel. Berdasarkan ide gila dari kesadaran dunia, Celine adalah seorang vampir yang berasal dari kelas bangsawan dan berusia delapan belas tahun, usianya begitu muda dalam jajaran usia vampir pada umumnya. Celine sendiri merupakan cucu perempuan Liam yang katanya memiliki ibu seorang manusia, sekarang ini Celine kembali pada Keluarga Halliwel dan merupakan tokoh utama dalam pesta perkenalan yang akan diselenggarakan oleh Keluarga Halliwel.Fiona yang terpaksa harus tinggal di tempat karena permintaan Sistem 007 pun melihat sosok tokoh utama wanita dalam plot dunia, dia mencoba menerka seperti apa sifat orang yang bisa menjadi seorang heroine. Dalam plot dunia telah digambarkan kalau Celine adalah sosok yang enerjik, penuh dengan kebaikan, dan tidak suka melihat sesuatu yang semena-mena terjadi di hadapannya.Sifat yang tertulis tersebut sebelas dua belas dengan kenyataan yang ada. Celine yang ada di depan Fiona tersebut