Sepeninggalan Santi dan Yuda, Diam-diam Agni sudah mendatangkan polisi dan meminta untuk mengikuti mereka.Ada keraguan dalam hatinya. Sebenernya, dia sudah tahu kalau Dani akan menyelamatkan Sapto, seperti apa yang dia katakan melalui pesan WA beberapa waktu lalu. Namun setelah itu nomornya tidak bisa dihubungi sehingga dia membuat keputusan untuk meminta bantuan polisi juga.Dengan menggunakan mobil yang lain, bersama dengan polisi-polisi yang menyamar di dalamnya, Dia mengintai kepergian Santi dan Yuda, yang ternyata membawa mereka ke sebuah tempat terpencil di tengah hutan.***"Tunggu apalagi, tebas saja leher serigala tidak tahu diri ini!" perintah Santi. Sudah tidak ada rasa kagum di dalam hatinya, yang ada justru rasa muak terhadap Pria gagah itu.Yuda hanya mengangguk dan bersiap menebas leher Dani dengan pisau yang tajam. Dani sedikit memekik tatkala pisau menekan area di bawah denyut nadi."Tuan, apakah kamu siap ke neraka?" ledek Yuda. Dani berpikir keras bagaimana carany
Dani Pembunuh!Seorang Pria berbadan tegap sedang berdiri di antara riuh tepuk tangan hadirin. Senyum tipis terukir di wajahnya. Genderang musik kemenangan diiringi dengan lighting yang heboh menyorot ke arah panggung . Baru saja dia menyaksikan peresmian perusahaanya yang diakusisi oleh Brawijaya Group. Di mana sembilan puluh tujuh persen sahamnya sudah dibeli. Membuatnya tidak memiliki apa-apa lagi.Tepuk tangan yang riuh itu perlahan memelan, hanya pria itu yang masih bertahan dengan tepuk tangan yang konstan dengan dengan pandangannya yang tertuju ke arah Agni yang sudah melakukan peresmian simbolik . Senyum menawan terpancar dari wajah ayunya, sayangnya bukan dirinya yang menjadi alasan atas senyum itu. Dia tidak mempermasalahkan perusahaannya yang diambil alih, Namun, rasa benci yang tidak sanggup dia terima. Hati Agni sudah membatu untuknya.Gelar Ceo Perfect tidak lagi tersematkan di dalam dirinya. Sebenernya, tidak mengapa perusahaanya yang diambil alih, hanya saja dia meng
Dani diam tanpa melakukan pembelaan apapun. Dia yang tertangkap basah bersama dengan Daniel yang naas pasti semua mengira bahwa dia adalah tersangka. Terlebih melihat sorot mata Agni yang penuh kebencian, mau menjelaskan sampai mulut berbusa pun rasanya percuma saja.Agni memerintah sekuriti untuk membopong tubuh kecil itu dalam kamar. Lelaki itu dengan sigap menggendong anak itu. Langkahnya lebar diikuti oleh pengasuh di belakangnya yang setengah berlari.Agni tidak segera menyusul. Langkahnya tertahan tepat di hadapan Dani. Dia mendongak karena tingginya yang hanya sepundak Dani. Tatapannya tajam beradu dengan Dani yang datar."Jika kau tidak terima kalau aku merebut perusahaanmu, jangan lampiaskan kepada anakku. Aku tidak menyangka jika kamu sepengecut itu. Orang seperti kamu lebih pantas masuk ke dalam penjara," cecar Agni meluapkan amarah di dadanya setelah melihat kondisi anak semata wayangnya yang naas."...."Dani masih memandangnya tanpa ekspresi. Agni tersungut. Dia pun berl
Dani sudah sampai di rumah. Bukan Mansion mewah yang pernah dia miliki yang terpaksa dijual karena desakan hutang yang berjibun.Sebuah kontrakan bebas yang terletak di dekat tempat prostitusi. Hanya itu yang di dapat karena harganya yang murah. Namun, sama sekali dia tidak mempunyai alasan lain. Baginya tidak baik 'jajan' sembarangan untuk menghindari penyakit. Lebih baik dia memuaskan diri sendiri dari pada menderita karena penyakit.Dani melempar serampangan baju dan celana yang dia pakai begitu saja ke lantai. Kebiasaan yang belum dia tinggalkan sewaktu di mansion karena ada pengasuh yang akan memungutnya. Namun sekarang, dia harus menerima kenyataan bahwa dia harus membiasakan diri mandiri, tanpa dimanja oleh kemewahan.Dengan hanya menggunakan kain segitiga, dia merebahkan dirinya di atas ranjang yang keras. Meletakan kedua telapak tangannya sebagai bantal dengan pandangan lurus ke atas. Semua wanita di kontrakkan itu pasti akan heboh kalau melihat Dani dengan posisi tersebut. N
Daniel sudah kembali ceria. Kini, dia tengah bermain dengan Dani di area taman. Dari atas balkon, Agni menyaksikan kedekatan mereka.Terlihat Daniel yang menjadi eksekutor bola, beberapa kali menendang bola untuk di masukan ke gawang yang di jaga oleh Dani.Atas saran dari dokter, Agni tidak memisahkan Dani dengan Daniel. Dan memang Daniel juga tidak mau lepas dari dekapan Dani. Bahkan sepagi tadi, Dani yang memandikannya dan menemani untuk sarapan pagi. Terlihat aura kebapakan terpancar. Sisi lain yang dimiliki oleh Pria Liar itu.Terlepas siapa sejatinya Daniel hanya Agni yang tahu pasti. Meski, dia berusaha untuk menampik kenyataannya, tetapi ikatan emosional mereka tidak akan bisa terelakkan. Apa yang dilihatnya sekarang sudah cukup membuktikan segalanya. Daniel merasa sangat nyaman dengan ayah biologisnya hingga dampak trauma yang dialaminya hilang seketika.Terus apa kabar dengan dirinya?Agni memfokuskan penglihatannya kenapa sosok binaraga yang sigap menerima tendangan bola d
Setelah malam pertama yang hebat itu, pagi itu mereka bersiap-siap menuju kantor Hartono Group. Dani yang mengantarkan istrinya, Agni menuju ke sana.Namun lagi-lagi, Dani mengajak Agni berbuat mesum. Agni tentu saja menolak dengan halus."Banyak orang Mas, Malu," desah Agni yang sebenernya merasa tertantang mendapatkan rangsangan dari luar ruangan. Namun, sebagai publik figur sekaligus pemilik perusahaan besar dia harus menjaga wibawanya. Dengan tidak mengumbar kemesraan sembarangan."Ayo masuk ke mobil.""Kamu mau melakukannya di dalam mobil? Ayo siapa takut." Dani melepaskan rangkulannya. Bergegas membukakan pintu dan mempersilahkannya masuk. Pria itu dengan antusias bergerak memutar ke sisi yang lain dan masuk di ruang kemudi.Mobil itu bergerak meninggalkan pelataran perusahaan dan bergabung dengan keramaian jalan raya.Tangan kanan Dani memegang stir kemudi, sementara tangan kirinya yang merayap memegang tangan yang mulus. Agni bisa merasa hangatnya remasan tangan Dani sampa
"Jadi, sebelumnya anda bekerja sebagai GM?" tanya Agni setelah melihat riwayat hidup dari wanita sederhana itu. Nama yang tertera adalah Maya Andriani."Betul, Bu. Pernah menjadi manager akutansi kemudian mendapat kepercayaan menjadi GM selama lima tahun."Agni memperhatikan kualifikasi yang tertera. Kemampuan pendataan dan menejeralnya sangat mumpuni, membuat Agni antuasias untuk mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Maya terlihat tenang dan lugas saat menjawabnya, menandakan bahwa dia adalah pribadi yang kompeten."Seperti yang anda tahu bahwa perusahaan ini kan melakukan ekspansi di Asia tenggara. Tentunya kami membutuhkan GM yang mahir dalam memimpin manager dari divisi yang lain, mengetahui seluk beluk perusahaan. sehingga menjadi bahan pertimbangan bagi CEO untuk melakukan suatu keputusan...." kata-katanya terhenti saat terdengar ketukan pintu. Agni yang segera tahu itu suaminya lantas menyuruh masuk. terlihat pria bertubuh eksotis nan kekar itu berjalan mendekati mereka."May
"Bima, ini GM kita yang baru," ujar Dani kepada Bima saat wanita itu menghampiri mereka. Tadi semasa perkenalan dia belum sempat membawa Maya bertemu dengan Bima.Maya terlihat kikuk saat Bima menatapnya dari atas sampai bawah dengan tatapan datar. Siapa sangka jika direktur itu masih sangat muda. Mungkin seumuran dengan Dani. Hanya saja, terlihat dari raut wajahnya yang serius membuatnya tidak sedap dipandang. Jauh berbeda dengan Dani yang terlihat hangat."Selamat Siang, Pak. Perkenalkan nama saya Maya." Dia lalu menyerahkan dokumen-dokumen yang dia bawa,"Ini data-data keuangan beserta analisis yang bapak minta."Bima langsung meneliti isi dari laporan itu. Tanpa menanggapi apa dia katakan. Tanpa memberikan sambutan hangat. Yang dia dapat justru lirikan tajam menusuk. Maya yang terlihat gugup malah melempar pandangan ke Dani yang terlihat santai. Wajah Pria tampan itu tampak selalu membawa aura positif. Cukup mengurangi kegugupannya."Presentasikan hasil dari pekerjaan kamu ini," ti
Malam itu, Dani mengajak Agni dan Daniel untuk makan di luar. Ini adalah untuk pertama kalinya mereka makan bertiga layaknya keluarga yang utuh. Agni tentu sangat antuasias sekali dan berdandam semaksimal mungkin untuk makan malam mereka ini.Sebuah restoran mewah yang terletak di rooftop tertinggi di kota itu. Tentu nuansa outdoor yang dipilih sehingga suasana menjadi sangat mendukung dengan pemandangan kota yang tampak ekstetik dari atas sana. Ditambah lagi music yang romantis yang lebih cocok untuk pasangan muda-mudi menghabiskan waktu. Dan memang kebanyakan dari pengunjung adalah pasangan kekasih. Hanya mereka yang membawa anak. Tetapi itu tidak menjadi masalah karena keharmonisan pasangan juga berarti keharmonisan keluarga juga kan?“Mau pesan apa?” tanya Dani. Pria itu terlihat tampan dengan hem putih lengan panjang yang di tekuk di bagian lenganya. Sangat kontras dengan celana jeans biru dongker yang dia kenakan. Serta aksesoris berkelas berupa kalung titanium dan jam tangan ya
Agni menggelengkan kepalanya. Menghapus bayangan yang tidak-tidak. Dia pun duduk di meja rias. Mengalihkan perhatiannya dengan memoles lipstick di bibir sensualnya. Tetapi tetap saja libidonya sulit untuk terhapus.Tiba-tiba, Agni tersentak saat mendapati sekelabat bayangan di belakangnya. Dia langsung menoleh dan mendapati sang suami yang sedang berjalan menuju pintu dan menguncinya rapat. Begitu Pria bertubuh binaraga itu membalikan badannya, seketika pandangan Agni langsung tertuju kebagian itu. Terlihat besar menggelantung siap tempur. Agni hanya meneguk ludah. Entah kenapa pandangannya selalu tertuju di bawah sana.Agni berusaha menaikan pandangannya. Menyusuri tubuh perkasa yang ditumbuhi bulu yang halus maskulin di sana sini, sampai pandangannya terhenti tepat di wajah Dani yang tampak tersenyum nakal. Agni yang terhenyak langsung mengalihkan pandangannya ke cermin rias berpura-pura untuk memoles lipsticknya kembali.Jujur libido Agni meningkat drastis pada saat itu. Dengan han
Dani baru saja pulang dari bekerja. Ada banyak beban di pundaknya, tetapi dia tidak ingin memperlihatkannya kepada siapapun terutama Agni dan Daniel. Sebagai pria dewasa, sudah biasa baginya menanggung beban yang berat.Dani berjalan dengan cepat menuju ruang tamu. Mengitarkan pandangan sejenak. Biasanya ada Daniel yang akan berlarian mendekatinya. Menyambutnya dengan pelukan. Tetapi, ini dia terheran sendiri kemana perginya buah hatinya tersebut.Sembari melonggarkan dasinya, dia menaiki tangga. Pertama dia membuka kamarnya, tetapi tidak menemukan istrinya di dalam. Dia mengernyit dahi. Berpikir kemana kedua belahan jiwanya tersebut.Akhirnya dia bergeser menuju kamar anaknya. Karena dia membuka pintu dengan tiba-tiba, terlihat orang yang berada di dalamnya langsung menoleh ke pintu. Terlihat Daniel yang sedang bersama dengan Agni di meja belajar. Begitu melihat siapa yang membuka pintu, Daniel sumringah dan berlarian memeluk kaki ayahnya.“Yeah! Papa sudah pulang,” seru Daniel. Dani
Kehidupan kembali normal. Pagi itu, Agni dan Dani melakukan aktifitas pagi seperti biasanya. Agni menyiapkan segala keperluan suaminya. Dia sangat enjoy melayani Dani meskipun dia adalah pemilik perusahaan namun tetap saja dia harus berbakti kepada sang suami.Dani melarang Agni untuk pergi bekerja. Memintanya untuk di rumah. Menjadi ibu rumah tangga dan juga mengurus PraDani. Sedangkan dirinya bertindak sebagai Ceo dan juga owner untuk memantau semua direktur yang ada di bawah perusahaan Hartono group.“Sayang, Mas berangkat dulu ya,” ucap Dani di teras rumah. Setelah selesai sarapan, Agni mengantarkan sang suami sampai ke teras untuk melepasnya bekerja.“Tunggu dulu, Mas.” Agni mengamit tangaan suaminya yang akan beranjak ke mobil. Pria itu membalikan badan dan melihat ke arah Agni. Senyumnya mengembang saat Agni ternyata mengamit tangannya dan mencium punggung tangannya dengan takzim.“Hati-hati ya, Mas,” ucap Agni yang sudah menegakkan badannya. Dani membalas dengan mengusap punda
Berselang dua hari,Sampailah di penghujung bulan madu mereka. Sebenernya Agni masih belum rela jika momen kebersamaan mereka cepat berakhir. Namun, realita menariknya kepada kehidupan yang sebenernnya. Asistennya sudah memberi tahunya mengenai beberapa pekerjaan yang harus ditangani. Dan juga dia pasti sudah sangat rindu dengan anak semata wayangnya, Daniel.Dani tampak berdiri di depan cermin rias sambil mengenakan jaket kulitnya yang terlihat sesak. Tubuh Dani yang besar dan berotot bagai beruang kadang membuat Agni tersenyum sendiri. Membuatnya selalu ingin memeluknya dengan manja setiap waktu.Dani mengernyitkan dahi saat melihat dari pantulan cermin. Agni yang tiba-tiba menubruk tubuh bagian belakangnya dan memeluknya dengan erat.”Ada apa, Sayang?” tanya Dani dengan lembut sambil memegang tangan lembut Agni yang melintang di dadanya.“Enggak, apa-apa, Mas. Pengen peluk saja,” balas Agni yang membenamkan kepalanya dengan nyamannya. Dani hanya tersenyum tipis.“Pasti enggak rela
”Jangan berhenti, Mas,” pinta Agni. Dani yang mendengarnya pun bersemangat. Lalu yang tidak di sangka, Dani bergerak secepat kilat yang membuat Agni seperti terhentak-hentak. Ibarat naik roller coaster dengan intensitas getaran yang sangat tinggi. Sungguh Agni sangat terkejut sekaligus bahagia akan hal itu.Dani melakukannya sambil berjalan ke keluar dari kamar mandi dan berhenti di tepi ranjang. Karena sudah cukup lama melakukannya, maka Dani merebahkan tubuh Agni di atas ranjang. Di luar dugaan, Agni tampak mengulurkan tangannya pertanda dia meminta lagi.“Apa? Masih kurang?” tanya Dani menggoda. Agni dengan wajah erotis hanya mengangguk saja. Dani tampak tersenyum tipis. Dia tidak menyangka kalau gairah Agni begitu membeludak. Mungkin ini bawaan benih yang ada di dalam perutnya.Dani dengan tenang berjalan ke ruang tamu. Mengambil kotak rokok dan menyalakannya. Lalu, kembali berjalan ke kamar. Dia menikmati kepulan asap sambil melihat Agni yang terus menggeliat di atas ranjang. Dia
Tiba-tiba, Agni tersedak saat merasakan sesuatu yang hangat dan keras masuk ke celana dalamnya. Sedangkan Dani di belakangnya tampak tersenyum liar.“Mas, jangan dulu. Aku kan lagi telfonan dengan Bik Marningsih,” bisik Agni sambil menjauhkan ponselnya. Bik Marningsih adalah orang yang dia percaya untuk menjaga Daniel selama mereka bulan madu.“Udahlah, Nikmatin saja. Aku hanya sedang bersiap-siap memberikan nutrisi kepada calon Dani junior,” sahutnya yang membuat Agni melenguh untuk beberapa menit karena Dani yang sibuk menggesek-gesekkannya.“Angkat saja telfon dari Bik Marningish,” titah Dani sambil tersenyum liar. Terlebih saat melihat ekspresi Agni yang sensual, membuatnya semakin liar memainkannya.“B-bik!” desis Agni dengan suara bergetar. Bik Marningsih di seberang sana tampak keheranan dengan Agni.“Kamu enggak apa-apa, Nduk?” tanyanya cemas.“Enggak apa-apa kok, Bik. Cuma suasananya dingin sekali. Banyak salju di sini Bik,” sahutnya sekenanya. Bik Marningsih tampak berpikir
“Sial! Kalian lawan satu orang saja tidak becus!” hardik Alex kepada seluruh anggota gangster Alaska yang terkapar tadi. Sekarang mereka berkumpul di dalam pondok yang masih menjdi bagian dari arena ski itu.“Tapi, dia terlalu kuat, Bos. Bos kan bisa lihat sendiri tadi,” kilah salah satu di antara mereka yang wajahnya paling sangar yang tidak lain adalah pemimpin dari gangster tersebut.“Terus, apa gunanya saya bayar kalian mahal-mahal? Pokoknya saya enggak mau tahu pokoknya kalian harus mencari cara untuk melenyapkan Dani. saya tidak mau melihat dia selalu dekat-dekat dengan Wanita pujaan hati saya,” titah Alex. Mereka terlihat saling berpandangan lalu kemudian mengiyakan permintaan Sang Bos. Terlihat sorot mata birunya yang tampak memicingkan.Di tempat Lain, Dani sedang memarkirkan mobil saljunya sambil membawa makanan asia. Dia tahu kalau dalam kondisi yang kurang enak badan, lebih baik makan makanan yang sesuai dengan lidah asia. Maka sepulang dari arena ski tadi, dia langsun
Dani menghentikan pergulatan bibirnya setelah Agni seperti hampir kehabisan nafas. Dia tersenyum sambil dengan telaten mengusap bibir Agni yang bercampur dengan lidahnya. Kemudian, dia membisikan sesuatu kepada Agni.“Sayang, Mas keluar sebentar ya. Ada sesuatu yang ingin Mas Beli selain makan siang. Kamu istirahat dulu ya. kalau terjadi apa-apa telfon, Mas.” Dani beranjak meninggalkan Agni, bahkan sebelum Agni memberikan jawabannya. Dia melangkah dengan berat. Sejujurnya dia tidak mau meninggalkan Agni dalam kondisi lemah seperti ini. Alasan yang dia kemukakan itu hanya alibi supaya dia bisa kembali ke Arena untuk bertanding.Untung saat ini, dia harus mengikuti alur yang diciptakan oleh Alex, sampai dia bisa menemukan celah untuk bisa menemukan titik lemahnya sehingga akan sangat mudah baginya untuk melumpuhkannya nanti.Dani mengendarai mobil salju dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tidak menunggu waktu lama, dia sudah sampai di arena. Terlihat Alex sudah menantinya sedari tadi d